Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhartini
Abstrak :
Diperkirakan seperlima dari penduduk dunia adalah remaja, yang menurut WHO (World Health Organization) di definisikan sebagai mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun. Di negara wilayah Asia Tenggara proporsi penduduk remaja mencapai 18-25 %. Di Indonesia pengertian remaja dimodifikasi oleh Departemen Kesehatan, dimana remaja adalah mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun dan belum menikah. Data tentang pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di propinsi Banten dapat diungkapkan dari hasil penelitian Farihah (2002) pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di tiga SMUN di kota Serang ditemukan bahwa 3.3% berpengetahuan kurang baik, 21.3% berpengetahuan sedang dan 75 % berpengetahuan baik. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di kabupaten Lebak provinsi Banten belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tempat sekolah dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada pelajar SMA kelas dua berjumlah 460 pelajar SMA di kabupaten Lebak yang dididik di 21 SMA negeri dan 13 SMA swasta di pondok pesantren . Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi crossectional. Data yag diambil adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2008. Hasil penelitian mendapatkan proporsi remaja SMA di kabupaten Lebak yang berpengetahuan kurang baik dalam hal kesehatan reproduksi remaja (65.7%). Responden yang memiliki pengetahuan yang kurang baik tersebut proporsinya lebih tinggi pada mereka yang bersekolah di SMA pondok pesantren (84.4%) dibandingkan yang bersekolah di SMA negeri (57.8%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tempat sekolah dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja OR 4.510 (CI 2.660 - 7.647) artinya pelajar SMA negeri memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan reproduksi remaja 4.5 kali dibanding pelajar SMA di pondok pesantren. Untuk itu disarankan agar Sekolah Menengah Atas di kabupaten Lebak dapat membekali pelajar dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja agar mereka memiliki pengetahuan yang benar tentang sistem, fungsi dan proses reproduksi manusia. Materi inti kesehatan reproduksi remaja dapat diberikan dan dikembangkan oleh guru mata ajaran dalam menyampaikan materi ini di sekolah. Sebagai fasilitator di sekolah disarankan guru pendidikan jasmani , biologi, agama, bimbingan konseling atau guru lain yang ditunjuk oleh kepala sekolah yang memenuhi kriteria. Dalam rangka advokasi kepada pengambil kebijakan, instansi terkait (Dinas kesehatan, Dinas pendidikan, Departemen agama, dan lainnya) perlu mekankan bahwa jalur sekolah umum maupun keagamaan hendaknya mendapat perhatian yang sama dari pemerintah daerah, khususnya dalam hal pengembangan kesehatan reproduksi remaja di wilayahnya. ...... It is estimated that one-fifth of world population is teenager which according to WHO (World Health Organization) is defined as those in range from 10 to 19 years of age. In South East Asia, teenager proportion reaches to 18-25 %. In Indonesian the meaning of teenager is modified by Health Department, where teenagers are those who reaches 10 to 19 years of age and unmarried. The data about teenagers health reproduction in Banten can be expressed from the Farihah research (2002). She indicates that the knowledge of teenager on health reproduction in three senior high school in Serang, 3,3% are unfavorable knowledge, 21,3% are knowledgeable, and 75% are well knowledge. The adolescent knowledge about teenager reproduction health in Lebak-Banten province has not been known yet. The study aims at the correlation between place of school and the awareness of teenager reproduction health among high school students at second grade with 460 high school students educated in 21 state high schools and 13 private high schools at Moslem boarding schools. The study is quantitative research using cross sectional study design carried out from April to May 2008. The result proportion of high school students in Lebak having a low awareness on teenager reproduction health is 65.7%. The respondents above having low awareness has higher proportion for students studying at boarding high schools (84.4%) compared to students studying at state high schools (57.8%). The statistic test result shows an imminent correlation between place of school and the awareness of teenager reproduction health OR 4.510 (CI 2.660 7.647). It means that state high school students in Lebak has 4.5 value better awareness on the issue of teenager reproduction health compared to boarding high school students. Therefore, it is suggested to senior high school in Lebak can apply student with knowledge about teenager health reproduction in order that they have the right knowledge about the system, the function and the process of human reproduction. The main item of teenager health reproduction may be given and developed by the teacher in the school. As facilitator in school, it is recommended to the teacher physical education, biology, religion, tuition concealing, or other recommended teacher by the headmaster who fulfilling the criterion. In the effort of advocating, it is necessary that official institutions (Health Department, Education Department and Religion Department, and others) to stress the importance of having equal attention for schools and religions aspects, particularly in the enhancement for the awareness of teenager reproduction health in its region.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41298
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartini
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S8754
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tuty Suhartini
Abstrak :
Hepatitis E adalah peradangan yang menyerang organ hati yang disebabkan virus hepatitis E (HEV), yang ditularkan secara "fecal oral" melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja manusia yang mengandung HEV. Di Indonesia Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis E pernah terjadi di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, pada tahun 1987, 1989, dan 1991 dan di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur pada tahun 1998. Sampai dengan akhir April 2001 masih ditemukan penderita Hepatitis E yang berobat ke Puskesmas Sukosari dan Wonosari Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas bakteriologi air yang digunakan oleh masyarakat dengan kejadian Hepatitis E di Puskesmas Sukosari dan Wonosari Kabupaten Bondowoso tahun 2000 - 2001. Disain penelitian menggunakan disain kasus kontrol tidak berpadanan, dengan perbandingan kasus dan kontrol 1 : 1. Jumlah sampel minimal yang diperlukan sebanyak 88 kasus dan 88 kontrol. Populasi kasus adalah penderita Hepatitis E yang berobat ke Puskesmas Sukosari dan Wonosari sedang populasi kontrol adalah penderita bukan penyakit Hepatitis E yang berobat ke Puskesmas Wonosari dan Sukosari sejak 1 Januari 2000 sampai dengan 31 April 2001. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Hepatitis E, sedangkan variabel independen utamanya adalah, kualitas bakteriologi air. Hasil penelitian menunjukkan air yang terkontaminasi coliform berhubungan dengan kejadian HEV setelah dikontrol oleh faktor konfounder (OR : 2.45 (95% CI : 1.23 - 4.89; p = 0.01)). Variabel konfounder tersebut adalah kebiasaan minum air masak, kebiasaan jajan, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Jadi orang yang menggunakan air yang terkontaminasi coliform berisiko terkena HEV 2 kali dibanding orang yang menggunakan air yang tidak terkontamininasi tinja/coliform. Bila kelompok kontrol diasumsikan mewakili populasinya, maka upaya perbaikan kualitas bakteriologi air yang digunakan masyarakat, penerapan kebiasaan minum air masak, dan mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan, maka diperkirakan dapat menurunkan proporsi kejadian HEV sebesar 55%.
Water quality and Hepatitis E Virus at the Health Center of Sukosari and Wonosari, District of Bondowoso, for period 2000 ? 2001Hepatitis E is known as one of the liver inflammation, caused by Hepatitis E virus. The disease is transmitted by the fecal - oral route and fecally contaminated water and food. The outbreaks of Hepatitis E have been reported from District of Sintang, West Kalimantan, in the year of 1987, 1989 and 1991. So did from District of Bondowoso, Provincial of East Java in 1998. Up to the end of April 2001, there were still found the patients of Hepatitis E who were treated at the Health Center of Sukosari and Wonosari, District of Bondowoso. The Objective of this study is to identify the association between the microbiological water qualities used by community with the occurrence of Hepatitis E. The research design use unmatched case control study, with control to case ratio 1 : 1. The minimum sample size used is 88 cases and 88 controls respectively. The sources of case are patients of Hepatitis E who were treated at the Health Center of Sukosari and Wonosari. On the other hand, the sources of control are non Hepatitis E patients who were treated in both of the Health Centers mentioned before. Dependent variable in this study is the occurrence of Hepatitis E, and its main independent variable is microbiological water quality. The result of this study shown that the microbiological water quality has a significant association with the occurrence of HEV after has been adjusted by the confounder factors. (OR : 2.45; 95% CI 1.23 - 4.89; p = 0.01). Those factors are, the habit of drinking boiled water, and hand washing before eating. Therefore, respondent who used fecally contaminated water has a risk infected by HEV 2 times bigger than the respondent who used safe water. Referring to the result of this study, if control group is assumed represent its population, a water quality improvement, practical of drinking boiled water and hand washing before eating, are predicted reduce the proportion of HEV occurrence about 55%.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 8178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meri Suhartini
Abstrak :
ABSTRAK Karet tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini dan yang akan datang. Barang yang berbahan dasar karat diperlukan di seluruh negara di dunia baik untuk kehidupan sehari-hari, maupun keperluan khusus yang berkaitan dengan teknologi tinggi. Penggunaan karet alam untuk berbagai keperluan yang semakin meningkat seiring dengan kemajuan industri, di sisi lain menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran. Salah satu dampak negatif tersebut adalah menumpuknya/tidak terolahnya limbah padat karet alam. Limbah padat karat alam adalah produk jadi atau setengah jadi berbahan baku karet alam, yang telah kadaluwarsa, cacat atau tidak dipergunakan lagi karena tidak dikehendaki. Beberapa akibat merugikan yang disebabkan oleh adanya limbah produk karet alam adalah : 1. Gangguan terhadap kesehatan; 2. Gangguan terhadap kehidupan biotik; 3. Gangguan terhadap keindahan dan kenyamanan. Limbah padat ini karena tidak dapat didaur-ulang, maka biasanya dibiarkan menumpuk begitu saja, ditimbun atau dibakar. Hal ini disebabkan karena karat alam merupakan bahan polimer yang bersifat termoset atau bahan polimer yang tidak dapat diolah kembali dengan cara pemanasan dan pengepresan. Selain itu karat alam juga merupakan bahan polimer yang sulit terdegradasi dialam, sehingga limbah karet alam tersebut akan menumpuk di permukaan bumi. Dalam mengatasi limbah produk karat alam, beberapa upaya telah dilakukan antara lain pembakaran ataupun penimbunan, di mana hat ini menimbulkan masalah baru karena dengan pembakaran (insenerasi) selain biayanya cukup mahal juga menghasilkan asap hitam yang mengganggu pernafasan dan mengganggu kenyamanan. Sedangkan bila ditimbun di dalam tanah, akan mengganggu masuknya unsur hara dan menghambat resapan air kedalam tanah. Untuk mengantisipasi semakin menumpuknya limbah karat, saat ini sedang dikembangkan bermacam-macam penelitian untuk menanggulangl limbah tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Pedoman Minimisasi Limbah (BAPEDAL,1992). Di antaranya yang penulis lakukan yaitu studi pendaur-ulangan produk dan limbah karat alam (Moditikasi dengan cara ''blending" polietilen dalam karet alam stiren). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan di laboratorium Bidang Proses Radiasi, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN, jl. Cinere Pasar Jumat. Tujuan dari penelitian MI adalah untuk mendapatkan bahan karet yang dapat didaur-ulang guna mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan penumpukan limbah karat alam. Sedangkan manfaat dari penelitian inl adalah sebagai bahan informasi penunjang bags penelitian lanjutan tentang bagaimana memperoleh karat atam yang dapat didaur ulang. Sampel berupa lateks karet alam berasal dari Perkebunan karat Pasir Waringin Jawa Barat (PTP XI). Prinsip dasar dari penelitian ini adalah mengubah sifat karat yang semula bersifat elastomer termoset menjadi elastomer termoplastis dengan cara menambahkan stiren (monomer) dan polietilen (LDPE), dengan adanya penambahan tersebut diharapkan bahan karat modifikasi yang dihasiikan dapat didaur-ilang dengan cara sederhana. Penambahan stiren dilakukan setelah iradiasi dengan dosis 2 Mrad, di mana setelah ditambah stiren lateks kembali diiradiasi dengan dosis 1 Mrad, sefanjutnya dikeringkan dan di?blending?dengan polietilen. Data hasil percobaan dianalisis secara deskriptif menggunakan grafik, selain untuk mendapatkan kondisi optimal dan konsentrasi optimal dari polletilen yang ditambahkan, juga untuk mengetahui dapat tidaknya karet hasil modifikasi didaur-ulang. Hasil eksperimen dapat disimpulkan sebagal berikut Bahan karat modifikasi yaltu ?blending? karat alam stiren dan polietilen dapat didaur ulang dengan penurunan kekuatan tarik sebesar rata-rata 3,71%; perpanjangan putus 2,13%; rasio pengembangan volume 0,74% dan kekerasan 6,06% pada daur ulang langsung tanpa proses pengusangan. Sedangkan pada daur ulang yang dilakukan setelah proses pengusangan terjadi penurunan kekuatan tarik sebesar rata-rata 26,11%, perpanjangan putus 14,91%, rasio pengembangan volume 36,03% dan kekerasan 13,64%. Campuran karet alam stiren dan 20 psk polietilen merupakan komposisi campuran yang optimal, karena pada komposisi campuran tersebut sifat fisik mencapai maksimum dengan kekuatan tarik 110,62 kg/cm2; perpanjangan putus 416,7%; rasio pengembangan volume 4,07 dan kekerasan 66 shore. Sedangkan kondisi operasi optimum dicapai pada jumlah mastikasi sebanyak 60 kali dengan suhu 140°C, dan pada tekanan pengepresan 200kg/cm2 dengan suhu 160 °C selama 5 menit. Dengan diperolehnya karat alam modifikasi yang dapat didaur ulang, akan memberikan banyak keuntungan di antaranya mengurangi limbah karet bekas pakai yang selama ini pengolahannya hanya dibakar, ditumpuk dan ditimbun begitu saja. Selain itu akan membuka lapangan usaha baru bagi pengusaha kecil, karena pendaur-ulangan bahan karet modifikasi dapat dilakukan dengan mudah.
ABSTRACT Product Modification and Waste Recycle of Natural RubberNatural Rubber had been used in many purposes. It was increased every year following the development of industrial technology. One of by product of increasing natural rubber usage was increasing solid waste. It was due to natural rubber as an termoset elastomer polymer material, it could not be recycled by heating and pressing, besides that it is not a degradable polymer material. Therefore, used natural rubber became solid waste that accumulate on the earth. To anticipate solid waste as by product from natural rubber use, many efforts have been done, for examples are incineration or ground pilling. But this solution makes new pollution. The by product of incineration is black gas that may cause environmental pollution. This kind of pollution is causing health disturbance. If it were piled in the ground it will disturb important element and water cannot through the ground. Based on that reason, recently some experiment have been done to tackle the problems. Study of product modification and waste recycle of natural rubber, was an experimental research, done in radiation processing laboratory (Polymer group), Center for the Application of Isotopes and Radiation, jl. Cinere, Pasar Jumat, South Jakarta, Indonesia. Natural rubber latex concentrate was obtained from PTP Xl Pasir Waringin, West Java. Basic principal of the experiment was modification natural rubber latex that have thermoset elastomer characteristic to thermoplastic elastomer characteristic by blending polyethylene (Low Density Polyethylene) in styrene natural rubber. it was expected new rubber material that have such characteristic can be recycle. Styrene was added after the first irradiation (dose 2 Mrad) and then continued irradiated for the second lime (dose 1 Mrad). After irradiation, latex styrene was dried and then blended with low density polyethylene. The data from the experiment was analysed in a description manner using graph. This method, besides to carry out optimal condition and optimal concentration from added polyethylene is to understand whether the modification rubber can or cannot be recycled. Conclusion of the experiment and analysed : Modification rubber material by blending polyethylene (Low Density Polyethylene) In styrene natural rubber can result in rubber that has elastomer thermoplastic characteristic. This makes the material can be recycled, with decrease in Tensile Strength average of 3.71%; in Elongation at break average of 2.13%; In Swelling ratio average of 0.74%; in Hardness average of 6.06% for direct recycle, and decrease In Tensile Strength average of 26.11%; Elongation at break average of 14.91%; Swelling ratio average of 36.03%; Hardness average of 13.64% for recycle after drying process. Optimal blending concentration of styrene natural rubber and polyethylene (Low Density polyethylene) was reached on polyethylene concentration of 20 91100 g rubber styrene, ft has physical quality as tensile strength of 110.62 kg/ cm2; Elongation at break of 416.7%; swelling ratio of 4.07; hardness of 66 shore. Optimal operation condition was reached on mastication number of 60 times and temperature of 140°C, pressing at 200 kg/cm2 and temperature of 160 °C for 5 minutes. Some benefit can be obtained with modification of natural rubber, besides can be recycle, It has a good price of about 3 to 5 times from before modification.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragi, Suhartini
Abstrak :
Rendahnya pemanfaatan layanan rehabiltasi rawat jalan secara sukarela di Klinik IPWL BNN setiap tahun terutama dalam 3 tahun terakhir sangat berdampak pada masih tingginya prevalensi angka penyalah guna narkotika di Indonesia. Sesuai dengan teori Andersen (1974), faktor penyebab perilaku pemanfaatan layanan kesehatan terdiri dari 3 yaitu faktor predisposing, enabling dan reinforcing. Penelitian ini hanya fokus terhadap faktor reinforcing yaitu dukungan keluarga terhadap pemanfaatan layanan rehabilitasi rawat jalan sukarela di Klinik IPWL BNN. Tujuan untuk menggali informasi secara mendalam tentang faktor dukungan keluarga terhadap pemanfaatan layanan rehabilitasi di Klinik IPWL BNN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara dan diskusi kelompok terarah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa rendahnya pemanfaatan layanan rehabilitasi di klinik IPWL BNN disebabkan faktor kurangnya pengetahuan keluarga tentang bagaimana melakukan deteksi dini dan upaya intervensi terhadap anggota keluarga yang mulai terlibat penyalahgunaan narkotika sebelum keluarga membawa ke layanan rehabilitasi. Masih tingginya stigma dimasyarakat juga menjadi penyebab keluarga malu untuk membawa klien ke layanan, hubungan komunikasi antara keluarga kurang baik. Kurangnya sosialiasi program layanan rehabilitasi dan perlunya model intervensi dan regulasi tentang keterlibatan keluarga dalam rehabilitasi. Progam sosialisasi melalui media massa TV, radio, surat kabar, media sosial, majalah sangat efektif membantu penyebaran informasi deteksi dini penyalahguna narkotika di lingkungan keluarga serta upaya rehabilitasi bagi pecandu narkotika. Kemudian untuk mengatasi tingginya stigma terhadap pecandu narkotika dimasyarakat perlu adanya bentuk layanan rehabilitasi yang melibatkan masyarakat (rehabilitasi berbasis masyarakat).
The low utilization of voluntary outpatient rehabilitation services at the BNN Voluntary Clinic every year, especially in the last 3 years has a significant impact on the high prevalence of narcotics abusers in Indonesia. In accordance with Andersens theory (1974), the causes of health service utilization behavior consisted of 3 factors: predisposing, enabling and reinforcing. This study only focused on reinforcing factors, namely family support for the utilization of voluntary outpatient rehabilitation services at the BNN Voluntary Clinic. The purpose of this study is to explore information about the factors of family support for the utilization of rehabilitation services at the BNN Voluntary Clinic. This study uses qualitative methods by collecting data through interviews and focus group discussions. Based on the results of the study, it was found that the low utilization of rehabilitation services at the BNN IPWL clinic was due to a lack of family knowledge about how to conduct early detection and intervention efforts through rehabilitation of family members who were involved in narcotics abuse before family access to rehabilitation centre. The stigma in the community is also a cause of shame for families to bring clients to services, communication links between poor families. Lack of socialization of rehabilitation service programs and the need for intervention models and regulations regarding family involvement in rehabilitation. Socialization programs through mass media such as television, radio, newspapers, social media, and magazines are very effective in helping disseminate information on early detection of narcotics abusers in the family environment and rehabilitation efforts for narcotics addicts. Then to overcome the high stigma against narcotics, the community it self needs to be empowered in a form of comprehensive rehabilitation program (community based rehabilitation).
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Suhartini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan kekuasaan kepemimpinan dengan kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD. Waluyo Jati Kraksaan. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di 7 (tujuh) ruang rawat inap. Jumlah sampel penelitian ini adalah 62 perawat dilakukan secara total populasi tetapi ada 3 perawat yang keluar dari sampel karena sedang cuti melahirkan. Untuk analisa data dimulai dari uji univariat, bivariat dan dilanjutkan dengan uji multivariat. Hasil penelitian menggambarkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kekuasaan imbalan dengan kinerja, dan tidak ada hubungan antara paksaan, otoritas, referen dan keahlian dengan kinerja perawat. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa yang paling berhubungan dengan kinerja perawat adalah kekuasaan imbalan karena mempunyai nilai OR terbesar yaitu 9,16 artinya kekuasaan imbalan yang dilaksanakan dengan baik mempunyai peluang 9,16 kali mengasilkan kinerja yang baik setelah dikontrol oleh kekuasaan paksaan, otoritas, referensi, keahlian dan jenis kelamin. Sebagai pemimpin dalam hal ini adalah kepala ruangan haruslah memiliki kemampuan yang tinggi dalam memberdayakan orang lain, sejalan dengan kemampuan itu, tersirat dalam tanggungjawab dalam menggunakan kekuasaannya. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, perawat perlu diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan pengembangan ketrampilan. Usulan penelitian selanjutnya adalah perlunya dilakukan kajian lebih mendalam dengan menggunakan metode komparasi antara kekuasaan kepemimpinan dengan kinerja perawat.
ABSTRACT
This research is a correlational a descriptive design that has purposed to identify the relationship between leadership power and nurse performances in the ward of RSUD Waluyo Jati Kraksaan. The population of the research involved 7 in the ward and 62 nurses participated in the study ( 3 nursess ware excluded due maternity live). A site of data analysis was conducted consisted of univariat, bivariat and multivariate tests. The finding demontraited that there is significant correlation between reward power and nurse performances. On the other hand there was no significant correlation between legitimate, coercive, referent and expert powers and nurse performances. The multivariate analysis showed that nurse performances has the most correlation with reward power as shown by odd ratio 9,16 which means that the better reward power has for 9,16 times opportunity to projuse better performance after being controlled by coercive legitimate, referent and expert powers, etc and gender. The finding also reafil had nurse as a ward leader should process a high ability in empowering others. In addition has care provider needs to improve there ward performance and responsible by attending ferther education and training. This research recommens a ferther research using depth an interview methods or compatarive design.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Entin Suhartini
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi guru pada SMK RSBI di Kabupaten Indramayu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan unit analisis penelitiannya adalah guru pada SMK RSBI di Kabupaten Indramayu yaitu guru pada SMK Negeri I Indramayu dan SMK Negeri I Losarang. Jumlah responden penelitian adalah 104 dari 124 guru. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis faktor dan analisis regresi ganda dengan metode stepwise. Berdasarkan analisis faktor terhadap 7 variabel penelitian yang diajukan, maka terbentuklah 13 faktor. Faktor yang dijadikan variabel terikat adalah kompetensi guru dan variabel bebasnya adalah Pendidikan dan Pelatihan (X1), Supervisi Pengawas (X2), Motivasi (X3), Kepemimpinan Kepala Sekolah (X4), Kerjasama guru (X5), Profesionalisme Guru (X6), Inovasi (X7), Pengetahuan Pedagogik (X8), Kecerdasan Sosial (X9), Standar Kerja (X10), Pekerjaan Sampingan (X11) dan Iklim Sekolah (X12). Dari hasil analisis regresi ganda ditemukan empat variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi guru yaitu motivasi, pedagogik guru, profesionalisme guru dan iklim sekolah. Pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kompetensi guru sebesar 61,5%. Ada delapan variabel yang tidak berpengaruh terhadap kompetensi guru yaitu supervisi pengawas, diklat, kepemimpinan kepala sekolah, kerjasama guru, inovasi, kecerdasan sosial, standar kerja dan pekerjaan sampingan.
This research is conducted to know factors that influence teacher competency of SMK RSBI in Indramayu. The research applied quantitative approach. The population of the research is teachers at SMK Negeri 1 Indramayu and SMK Negeri 1 Losarang Indramayu. The number of sample is 104 from 124 teachers. The statistic analysis that applied in this research, using factor analysis and multiple regressions analysis by stepwise method. Based on factors analysis of seven research variables emerged 13 factors which have been analyzed. The dependent variable of the research is teacher competency,and the independent variables are Training (X1), The Supervision of school supervisor (X2), Motivation (X3), Leadership of Head Master (X4), Teacher collaboration (X5), Teacher professionalism (X6), Inovation (X7), Teacher Pedagogic (X8), Social Intelligence (X9), Work standard (X10), Part Time Job (X11), School Climate (X12). Multiple regression analysis have proved that there are four variables which contribute significantly in influencing teacher competency : motivation, teacher pedagogic , teacher professionalism, and school climate. Those four variable had significantly influencing teacher competetency 61,5%. There are eight variables which don?t have significantly influence to teacher competency : the supervision of school supervisor, training, leadership of head master , teacher collaboration, innovation, social intelligence, work standard, and part time job.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T29787
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Srimukti Suhartini
Abstrak :
ABSTRAK
Pertambahan usia dengan pola hidup sedenter akan meningkatkan radikal bebas yang menyebabkan disfungsi mitokondria dan pemendekan telomer secara progresif. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa latihan aerobik intensitas sedang sangat direkomendasikan pada lansia karena mampu memperbaiki kerusakan oksidatif sel yang akan meningkatkan kebugaran serta memperpanjang masa hidup lansia. Penelitian bertujuan mengkaji peningkatan kadar telomerase, aktivitas GPx, kadar TBARS dan VO2maks sebagai penanda perbaikan fungsi sel dan sistem kardiorespirasi akibat latihan aerobik intensitas sedang selama 12 minggu pada perempuan lansia.Penelitian community trial control group pre test post test design dengan subjek lansia perempuan sedenter. Total subjek adalah 73 37 orang kelompok perlakuan dan 36 orang kelompok kontrol dipilih secara consecutive. Kemudian diambil subsampel berpasangan untuk pemeriksaan aktivitas GPx dan kadar TBARS. Subjek melakukan latihan aerobik intensitas sedang selama 12 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu, intensitas latihan 50 ndash;85 denyut nadi maksimal, 30 menit per sesi latihan dan jenis latihan berjalan. Pemeriksaan kadar telomerase, kadar NOx plasma dan aktivitas GPx menggunakan metode ELISA. Kadar TBARS menggunakan metode Wills, sedangkan prediksi VO2maks menggunakan uji latih 6 menit. Data diolah menggunakan uji t tidak berpasangan/uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan rerata, uji Repeated ANOVA/Uji Friedmann untuk melihat perbedaan kemaknaan antar kelompok dan Uji Pearson/Spearman untuk melihat korelasi antar data.Kadar telomerase, prediksi VO2maks dan aktivitas GPx meningkat bermakna p < 0,05 , sedangkan kadar TBARS cenderung terjadi penurunan p < 0,05 pada minggu ke-12 latihan. Penurunan kadar NOx plasma ditemukan lebih kecil pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Kadar telomerase berkorelasi positif dengan prediksi VO2maks dan aktivitas GPx serta berkorelasi negatif dengan TBARS. Pada penelitian ini perbaikan fungsi sel terjadi lebih dahulu melalui peningkatan kadar telomerase yang disertai peningkatan prediksi VO2maks terlihat pada minggu ke-6 latihan, selanjutnya terjadi perbaikan sistem sirkulasi TDS dan DN diikuti peningkatan prediksi VO2maks pada minggu ke-12 latihan menandakan bahwa latihan aerobik intensitas sedang jenis berjalan selama 12 minggu telah cukup mampu memperbaiki fungsi sel maupun sistem kardiorespirasi pada lansia. Kata Kunci: Latihan Aerobik Intensitas Sedang, NOx Plasma, Penuaan, Stres oksidatif, TBARS, Telomer, Telomerase, VO2maks.
ABSTRACT
Increasing age in elderly with a sedentary lifestyle leads to increasing free radicals. Thus it causes mitochondrial dysfunction and progressive telomere shortening. The previous study suggested that moderate-intensity aerobic exercise is highly recommended in the elderly people as it can repair cell oxidative damage. It improves the elderly people rsquo;s fitness and prolongs their life. This study aimed to assess increased telomerase levels, GPx activity, TBARS level and VO2max as a marker of the function of cell and cardiorespiratory system repair due to moderate intensity aerobic exercise for 12 weeks.This study was a community trial control group pre test post test design involved 73 volunter elderly women who are divided in two group: 37 subject experimental group and 36 subject control group. Each subject was selected based on consecutively inclusion and exclusion criteria . Then the paired subsample was taken before conducting a test on GPx activity and TBARS levels. Subjects performed the moderate-intensity aerobic exercise for 12 weeks with frequency three times a week, exercise intensity 50 ndash;85 of maximum pulse rate, 30 minutes per session, and type of walking exercise. Assessment of telomerase levels, plasma NOx levels, and GPx activity used ELISA method. The TBARS levels assessment applied the Wills method and the predicted VO2max using the 6-minute walked test. The data were analyzed using an unpaired t-test or Mann Whitney test to observe the mean difference, repeated ANOVA/Friedmann test to view the significant difference among the groups, and Pearson/Spearman test to find out the data correlation.Telomerase levels, predicted VO2max, GPx activity increased significantly p < 0,05 and TBARS levels tended to decrease at week 12 of exercise. Reduced plasma NOx levels were found to be smaller in the treatment group than in the control group. Telomerase levels positively correlated with predicted VO2max and GPx activity. On the other hand, telomerase levels negatively correlated with TBARS levels. The improvement of the function of cell occurs first through increased telomerase level accompanied by an increase predicted VO2max at week 6 of exercise, subsequent improvement of circulation system SBP and HR followed by an increase predicted VO2maks at weeks 12 of exercise. Moderate intensity aerobic exercise walking has been sufficient to improve the function of cell and cardiorespiratory system in elderly.Keywords: Aging, Moderate-intensity aerobic exercise, NOx Plasma, Oxidative stress, TBARS levels, Telomere, Telomerase, VO2max.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Suhartini
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi slow fashion consumption. Sampel dari penelitian ini merupakan generasi Z di Jabodetabek. Terdapat sebanyak 228 responden yang diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM) untuk menganalisis pengaruh dari theory of planned behavior, ethical considerations, dan conscious consumption intention terhadap slow fashion consumption. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hanya ethical considerations dan conscious consumption intention yang memengaruhi slow fashion consumption. Namun, pro-environmental attitude, subjective norms, dan ethical considerations memengaruhi conscious consumption intention. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjective norms memengaruhi pro-environmental attitude. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pelaku usaha di industri fashion untuk memprioritaskan aspek ethicality dalam proses produksinya dan menargetkan konsumen yang conscious. Penelitian berikutnya dapat menambahkan pertanyaan penyaring pada instrumen penelitian terkait apakah responden pernah membeli pakaian dari brand slow fashion untuk menghindari outcome bias. ......This study aims to investigate the factors influencing slow fashion consumption. The samples used in this study includes generation Z in Jabodetabek. There were 228 respondents obtained using purposive sampling method. This study uses Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM) to analyze the effect of theory of planned behavior, ethical considerations, and conscious consumption intention on slow fashion consumption. The results of this study show that only ethical considerations and conscious consumption intention that affect slow fashion consumption. However, pro-environmental attitude, subjective norms, and ethical considerations affect conscious consumption intention. This study also show that subjective norms affect pro-environmental attitude. The results of this study can be used as a reference for business in fashion industry to prioritize ethicality aspects in the production process and targeting conscious consumers. Future research can add a screening question about whether the respondent has purchased clothes from slow fashion brand in order to avoid outcome bias.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Suhartini
Abstrak :
Perilaku merupakan semua mobilitas satwa yang dipengaruhi oleh asosiasi antara satwa dengan lingkungan. Perilaku pada gajah meliputi perilaku sosial (kelompok), perilaku individu, perilaku asuh, dan sebagainya. Salah satu perilaku gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) yaitu perilaku asuh. Induk gajah dalam mengasuh anaknya bersifat protektif, sehingga selalu mengikuti pergerakan anaknya. Peralihan habitat ke penangkaran menyebabkan ruang gerak terbatas, sehingga konservasi ex-situ harus menjamin kesejahteraannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku asuh induk gajah sumatra serta pengelolaan kesejahteraannya, sehingga gajah dapat berperilaku alami dan anak gajah dapat diasuh dengan baik oleh induknya. Subjek penelitian ini yaitu 1 induk gajah (Sinta) dan 1 anak gajah betina (Arinta). Metode pada penelitian ini yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 9 perilaku asuh induk dengan durasi rata-rata tertinggi yaitu perilaku menyusui 10,46 menit dan terendah yaitu perilaku mengajari 0,63 menit serta perilaku asuh induk dengan persentase tertinggi yaitu perilaku mendekat 31,46% dan terendah yaitu perilaku mandi 0,70%. Kesejahteraan induk dan anak gajah di kebun binatang Gembira Loka, Yogyakarta termasuk kategori sangat baik. Hasil Uji Korelasi Jenjang Spearman (2-tailed) dengan SPSS Statistic 22.0, durasi perilaku menyusui (ρ = 0,013) dan perilaku mengikuti (ρ = 0,036) berkorelasi signifikan terhadap jumlah pengunjung. ......Behaviour is all the mobility of animals that are influenced by the association between animals and their environment. Behaviour in elephant includes social behavior (group), individual behavior, maternal care behavior, and several other behavior. One of the behavior of sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) is maternal care. The mother elephant in raising her calf will be protective, it will always follow the movement of her calf. The transition of habitat into a captivity causes limited space for movement and then the ex-situ conservation must ensure their welfare. This study to analyze the maternal care behavior of the sumatran elephant and the management to its welfare aspects, so that the elephant can behave naturally and the calf can be properly cared for by its mother. The subjects in this study were 1 mother sumatran elephant (Sinta) and 1 sumatran elephant calf (Arinta). The metods in this study are focal animal sampling and ad-libitum sampling. Based on the result of this study, there 9 maternal care behaviours with the highest duration shown by breastfeeding behavior 10,46 minutes and the lowest shown by teaching behavior 0,63 minutes as well as maternal care behaviours with the highest percentage shown by approaching behavior 31,46% and the lowest shown by bathing behavior 0,70%. The welfare of mother and calf sumatran elephant in the Gembira Loka Zoo, Yogyakarta is very good category. The results of test Spearman Rank Correlation (2-tailed) with SPSS Statistic 22.0, the duration of breastfeeding behavior (ρ = 0,013) and following behavior (ρ = 0,036) were significantly correlated with the number of visitors.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>