Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Yulianti
"Penelitian ini menyelidiki apakah pemilik perusahaan yang akan go public memilih metode-metode akuntansi dengan melakukan income-increasing discretionary accrual pada periode IPO.
Ada dua alasan utama mengapa issuers memiliki motivasi yang tinggi untuk menaikkan keuntungan yang dilaporkan. Pertama, tidak adanya informasi harga sebelum penawaran telah membuat sulit pihak-pihak yang terlihal dalam proses IPO untuk menetapkan harga secara rasional. Kedua, ketiadaan informasi harga pasar ditambah kenyataan bahwa earnings merupakan salah satu target utama dalam evaluasi harga saham di pasar modal semakin memberi peluang kepada issuers untuk mengatur tingkat laba yang dilaporkan. Pengujian dilakukan terhadap 37 perusahaan yang go public tahun 1995 sampai dengan 1997 di Bursa Efek Jakarta. Model yang dikembangkan oleh Aharony et al (1993) serta persamaan empiric yang dibuat Healy, DeAngelo (1988) dipilih untuk pengujian data dengan melakukan beberapa modifikasi sesuai dengan keterbatasan data dan karakteristik IPO.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa earnings management ditemukan di 19 dart 37 perusahaan pada periode IPO. Hipotea kedua yaitu adanya hubungan antara penjualan, perkembangan perusahaan, arus kas operasi, umur rata-rata asset tetap, hutang jangka panjang serta proporsi kepemilikan modal atas perseroan tidak dapat diterangkan dengan baik( pada penelitian ini. Hal ini disebabkan telah terjadinya kesalahan type I dalam pengujian, karena menolak hipotesa yang pada hakikatnya benar. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa harga saham tidak sepenuhnya ditentukan oleh ditemukan atau tidaknya earning management pada periode IPO. Faktor-faktor seperti image perusahaan, kebijakan-kebijakan perusahaan, peraturan-peraturan pemerintah, kondisi perekonomian dan politik secara umum juga turut mempengaruhi harga saham ke tingkat keseimbangan.

This research investigate whether owner of company to go public chosen accounting method conducted accrual income increasing discretionary period IPO.
There is two special reason why issuers own high motivation to boost up reported advantage. First, inexistence of information of price before tender have made unrighteous difficult in concerned in course of IPO to price rationally. Second, no information of market price added by fact that earnings represent one of especial goals in evaluation of price of share in capital market progressively give opportunity to issuers to arrange story,- level of reported advantage. Examination conducted to 37 company which go public of year 1995 up to 1997 in Effect Exchange Jakarta. Model developed by Aharony et al (1993) and also equation of empiric made by Healy, Deangelo (1988) selected for examination of data conducted some modification as according to limitation of data and characteristic IPO.
Result of research indicate that earnings management found 19 from 37 company at period IPO. Hypothesizing of Second that is existence of relation among sale, company growth, cash flow operate for, age of mean of asset remain to, long term liabilities and also proportion of its ownership of capital for copartner ship cannot be explained better at this research. This matter is caused by have the happening of mistake of type I in examination, because refusing hypothesizing which intrinsically correctness. Result of this research also express that price of share is not full determined by found earning management of at period IPO. Factors like image company, company policy, governmental regulation, condition of economics and political in general also partake to influence price of share to balance storey level.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Sri Yulianti
"Tata kelola teknologi informasi (IT Governance) telah menjadi sesuatu hal penting dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam penerapan Good Corporate Governance di dalam sebuah organisasi. Tata kelola TI adalah sebuah konsep yang menjadi jawaban atas kebutuhan organisasi akan jaminan kepastian penciptaan nilai dari TI serta jaminan kepastian kembalinya investasi TI yang telah ditanamkan. Beberapa organisasi telah memulai menerapkan tata kelola TI untuk dapat mencapai keselarasan antara bisnis dengan TI.
Dari hasil pengamatan, pemanfaatan TI di Bpmigas hanya dianggap pendukung atau penyedia kegiatan masing-masing unit fungsi di dalam pengiriman layanan TI. Layanan TI hanya dianggap sebagai komoditas yang dapat dibeli. Sikap ini tidak sesuai dengan kebutuhan Bpmigas untuk mencapai visinya yaitu agar dapat menjadi suatu lembaga pengawasan dan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu Migas yang efisien dan efektif. Untuk mencapai visi diatas, salah satu strategi Bpmigas ialah dengan membangun sistem informasi yang terintegrasi. Tujuan ini tidak akan tercapai jika Bpmigas tidak mengubah pandangannya terhadap TI. Untuk membangun SI yang terintegrasi perlu hubungan yang erat antara TI dan setiap unit fungsi, dimana ada pengenalan yang lebih baik dari perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu TI harus dianggap partner, yang memiliki posisi atau kedudukan yang sederajat dengan unit fungsi yang lain. Pertama-tama, penelitian ini mempelajari beberapa kerangka kerja tata kelola TI yang ada. Kemudian penelitian ini menggambarkan kondisi akan kebutuhan tata kelola TI lalu mengajukan rancangan model tata kelola TI yang sesuai dengan kebutuhan Bpmigas agar visi Bpmigas dapat tercapai. Untuk menggambarkan kondisi akan kebutuhan tata kelola TI digunakan kerangka kerja struktur, proses dan mekanisme hubungan dan kebutuhan TI yang terintegrasi dengan strategi bisnis. Kerangka kerja IT BSC, Cobit dan model tata kelola TI yang menggabungkan struktur, proses dan mekanisme hubungan digunakan untuk model tata kelola TI di Bpmigas dimana outsourcing partnership sangat diperhatikan. Pada akhirnya tata kelola TI yang efektif ini dapat memberikan kontribusi untuk terwujudnya good corporate governance, dengan adanya akuntabilitas, transparansi dan pertanggungjawaban dari investasi TI, dan perbaikan pelayanan penyampaian informasi secara keseluruhan. Akan tetapi penelitian ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai keefektifan rancangan kerangka kerja model tata kelola TI dengan diukur berdasarkan peningkatan unjuk kerja Bpmigas dan kontribusi TI dalam pencapaian visi Bpmigas setelah diterapkannya model tata kelola TI yang diusulkan.

IT Governance becomes important thing and integrated part for Good Corporate Governance within an organization. IT Governance concept is the answer for organization need to assure the creating of IT value and to assure the return of IT investment which has been spent. Some organizations have begun to apply IT Governance to achieve alignment between business and IT. As the result of review and observation, the IT application in BPMIGAS is only supporting function or just tools for providing activity in each unit within delivering IT services. IT services is just considered as commodity which can be purchased easily. This attitude is not in line with the need of BPMIGAS to achieve its vision: To become efficient and effective regulation and controlling institution for upstream oil and gas industry sector. In order to achieve its vision, one of the BPMIGAS strategies is to build integrated information system. This objective cannot be achieved if BPMIGAS will not change its perception about IT. To build the integrated information system, the close relationship between IT and the function units is necessary where there is better recognizing of the company organization as a whole. There fore, IT should be considered as partner, which has the same position and level as other units. Firstly, this study describes the conditions for IT Governance?s need and then proposes the IT Governance model which fulfill the need for BPMIGAS in order to achieve its vision. To describe the condition about the need of IT Governance, this study uses structure, process and relational mechanism framework, and integrated IT need with business strategy. IT BSC framework, Cobit and IT Governance model which is combined the structure, process and relational mechanism, would be used for IT Governance model in BPMIGAS where there is a focus on outsourcing partnership. At the end, the effective IT Governance can give contribution to build good corporate governance by accountability, transparency, IT Investment responsibility and also improvement of information delivery services as a whole. However, it still need further research and assessment for the effectiveness of this proposed IT Governance model framework by measuring the improved performance of BPMIGAS and IT contribution in achieving BPMIGAS ?s vision after this proposed IT Governance model is applied."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yulianti
"Sektor perbankan berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan mempunyai peranan strategis dalam kegiatan perekonomian karena kegiatan usaha utamanya, menghimpun dana dan menyalurkan kredit. Dalam peningkatkan pembangunan ekonomi sangat diperlukan dana dalam jumlah besar, yang sebagian diperoleh melalui kegiatan perkreditan perbankan. Kredit bermasalah yang tidak dapat diselesaikan pada bank akan berpotensi berkurangnya modal bank. Bank yang tidak memenuhi ketentuan persyaratan modal minimum akan termasuk sebagai bank bermasalah. Oleh karena itu, bank harus dapat segera melakukan penyelesaian terhadap kredit bermasalah.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah penyelesaian kredit macet menurut hukum perbankan yang berlaku di Indonesia dan bagaimana penyelamatan kredit bermasalah melalui restrukturisasi yang dilakukan Bank Nagari kepada Hotel G. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif analitis dengan menggunakan bentuk penelitian bersifat yuridis normatif.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa ada beberapa cara penyelesian kredit bermasalah, 1) Penyelesaian kredit bermasalah yang diatur oleh Bank Indonesia, 2) penyelesaian kredit bermasalah melalui negosiasi, litigasi dan atribrase, dan 3) penyelesaian kredit bermasalah pada Hotel G melalui restrukturisasi yang dilakukan oleh Bank Nagari.

The banking sector serves as a financial intermediary has a strategic role in economic activities as core business activities is raise funds and extend credit. In promoting economic development is very necessary funds in large quantities, which are obtained through bank lending activities. Non-performing loans that can not be resolved at the bank will potentially decrease the bank's capital. Banks do not comply with the minimum capital requirements will be included as a troubled bank. Therefore, banks should be able to immediately perform the completion of the credit crunch.
Formulation of the problem in this research is the loan resolution under applicable banking laws in Indonesia and how to rescue troubled debt restructuring undertaken by the Nagari Bank on G Hotel. This study analyzed using descriptive analytical research juridical normative studies.
In this study concluded that there are several ways settlement problem loans, 1) settlement of non-performing loans arranged by Indonesian Bank, 2) settlement of non-performing loans through negotiation, litigation and atribrase and 3) settlement of non-performing to G Hotel through restructuring undertaken by the Nagari Bank.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S54063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yulianti
"Untuk mengetahui adakah hubungan antara senam asthma bagi penderita asthma terhadap penurunan frekuensi serangan, dilakukan penelitian gabungan antara pre dan post ekspeiment dengan Uji Peak Flow Meter dan penelitian Uji Mc Nemar ( Marginal Chi Square ). Dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner terhadap 35 responden di Klub Asthma Rumah sakit Umum Daerah Pasar Rebo dari tanggal 8 Oktober sampai dengan 22 Oktober 2002. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara senam asthma pada penderita asthma dengan penurunan frekuensi serangzul P < on ( P = 0,0000001, α = 0,05 ) pada Uji Peak Flow Meter I dan (P = 0,000008, α = 0,05 ) pada hasil Uji Peak Flow Meter II, sedangkan pada hasil analisa data pada sub variabel Gejala kronik menghilang X2 > nilai kritis ( 7,90 > 3,84 ), Eksaserbasi jarang/minimal x2 > nilai kritis ( 6,64 > 3,84 ), Konsumsi Obat β2 minimal X2 > nilai kritis ( 9,33 > 3,84 ) Kunjungan Penderita Asthma ke Instalasi Gawat Darurat X2 > nilai kritis ( 4,14 > 3,84 ) dan menurunnya Gangguan aktivitas X2 > nilai mis ( 4,14 > 3,84 >)."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5174
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library