Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sita Ayu Lestari
Abstrak :
Tankyrase 1 dan 2 (TNKS 1/2) merupakan protein pada dasar kripta kolon yang berperan dalam meningkatkan kadar b-katenin di nukleusdengan mendegradasi komponen utama destruction complex, yaitu axis inhibitory protein (AXIN). Peningkatan kadar abnormal b-katenin di nukleus yang distabilkan oleh TNKS1/2 menjadi salah satu tahap awal perkembangan kanker kolorektal. Inhibitor TNKS1/2 telah teruji secara in vitro pada sel kanker kolorektal dengan komponen destruction complex yang termutasi dapat mengatasi resistensi pengobatan 5-fluorourasil (5-FU). Inhibitor TNKS1/2 pada kedua situs (dual binders) memiliki aktivitas penghambatan yang lebih tinggi dibandingkan inhibitor yang hanya mengikat pada satu situs aktif. Sampai saat ini belum ada senyawa yang disetujui oleh FDA terhadap inhibitor dual binders TNKS 1/2 sehingga penemuan inhibitor dual binders TNKS1/2 masih dibutuhkan sebagai target pengobatan kanker kolorektal. Pada penelitian ini dilakukan penapisan virtual senyawa bahan alam Indonesia dari pangkalan data HerbalDB untuk penemuan senyawa kandidat inhibitor dual binders TNKS1/2. Makromolekul yang digunakan pada penelitian ini adalah TNKS1 (PDB ID: 4I9I) dan TNKS2 (PDB ID: 7CE4) dengan menggunakan program AutoDock Vina dalam PyRx dengan ukuran grid box 18,75 Å x 18,75… x 18,75 ,exhaustiveness: 16, dan num modes: 9 yang berdasarkan hasil validasi metode penapisan virtual terbaik. Dari hasil penapisan virtual didapatkan 10 peringkat senyawa dengan energi bebas ikatan terendah, yaitu Epigalokatekin 3,5-di-o-galat; Epigalokatekin 3,4’-di-o-galat; Jasmolakton D; Epigalokatekin 3-o-p-kumarat; Epigalokatekin 3,3’-di-o-galat; Mirisetin3-(6''-galoilgalaktosida); Galokatekin 3-o-galat; Asam isoklorogenat B; Orientanol E; dan Verbaskosida. ......Tankyrase 1 and 2 (TNKS 1/2) are proteins at the crypt base of colon that play a role in increasing the levels of b-catenin in the nucleus by degrading the main component of the destruction complex, axis inhibitory protein (AXIN). Abnormal increase level of b-catenin in the nucleus which is stabilized by TNKS1/2 is one of the early stages of colorectal cancer development. The TNKS1/2 inhibitor has been tested in vitro on colorectal cancer cells with a mutated destruction complex component that can overcome resistance to 5-fluorouracil (5-FU) treatment. TNKS1/2 inhibitors at both active sites (dual binders) have higher inhibitory activity than inhibitors that only bind to one active site. Until now, there is no compound has been approved by the FDA for TNKS 1/2 dual binders inhibitors, so the discovery of TNKS1/2 dual binders inhibitors are still needed as a target for colorectal cancer treatment. In this study, a virtual screening of Indonesian natural ingredients compounds from the HerbalDB database was carried out for the discovery of candidate compounds for TNKS1/2 dual binders inhibitors. The macromolecules used in this study were TNKS1 (PDB ID: 4I9I) and TNKS2 (PDB ID: 7CE4) using the AutoDock Vina program in PyRx with size of grid box 18,75 Å x 18,75 Å x 18,75 Å, exhaustiveness: 16, and num modes: 9 based on the best results of the virtual screening validation. From the results of virtual screening, 10 compounds with the lowest bond free energy were obtained, Epigallocatechin 3,5-di-o-galate; Epigallocatechin 3,4'-di-o-gallate; Jasmolactone D; Epigallocatechin 3-o-p-coumarate; Epigallocatechin 3,3'-di-o-gallate;Myricetin3-(6''-galloylgalactoside); Gallocatechin 3-o-gallate; isochlorogenic acid B; Orientanol E; and Verbascoside.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Ayu Lestari
Abstrak :
Pemberian antibiotik pertama kali pada pasien pediatri umumnya hanya diberikan antibiotik empiris sehingga kemungkinan penggantian antibiotik tinggi, terutama jika pemberian antibiotik tidak mengatasi keluhan pasien sehingga dapat menyebabkan peningkatan risiko resistensi pengobatan antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan infeksi yang diderita oleh pasien, waktu pengobatan pasien menjadi lebih lama, meningkatkan risiko kematian, dan meningkatkan biaya pengobatan pasien Peresepan dan penggunaan antibiotik perlu diperhatikan dan dikaji dengan tepat agar tercapainya kerasionalan penggunaan obat. Berdasarkan PMK 73 tahun 2016, salah satu peran apoteker yang dapat dilakukan adalah melakukan pengkajian efek samping antibiotik pada resep agar tidak terjadi efek yang tidak diinginkan atau membahayakan pasien dari pengobatan yang dijalani sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai. Dari hasil pengkajian 4 resep yang diterima oleh Apotek Roxy Pondok Labu di bulan Oktober - November 2022 didapatkan bahwa Gentamisin Sulfat, Amoksisilin, Sefadroksil, dan Sefiksim memiliki efek samping yang dapat fatal apabila penggunaan antibiotik tidak rasional. ......The initial administration of antibiotics in pediatric patients typically involves empirical antibiotics, leading to a high likelihood of antibiotic replacement, especially when the initial antibiotic fails to address the patient's symptoms. This can result in an increased risk of antibiotic treatment resistance, leading to heightened infection rates, prolonged treatment durations, elevated mortality risks, and increased treatment costs. The prescription and use of antibiotics require careful consideration and precise evaluation to ensure rational drug utilization. According to PMK 73 of 2016, one crucial role for pharmacists is to assess the side effects of prescribed antibiotics to prevent undesired or hazardous effects on patients' treatment outcomes. An analysis of four prescriptions received by Roxy Pondok Labu Pharmacy in October - November 2022 revealed that Gentamicin Sulfate, Amoxicillin, Cefadroxil, and Cefixime may have potentially fatal side effects if antibiotics are used irrationally.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Ayu Lestari
Abstrak :
Berdasarkan PMK No. 34 Tahun 2014, Pedagang Besar Farmasi (PBF) dapat melakukan pengadaan perbekalan farmasi dalam jumlah besar yang langsung dari industri farmasi atau sesama PBF, sedangkan PBF Cabang hanya dapat melakukan pengadaan dari PBF pusat atau PBF Cabang lain atas rujukan PBF pusat dan pengadaan diatas namakan PBF pusat. Alur proses pengadaan pada PBF dan PBF Cabang harus menerapkan Standard Operational Procedure (SOP) serta sesuai dengan Prosedur Operasional Baku (POB) pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Seluruh rangkaian proses pada KFTD di Indonesia terintegrasi dalam satu sistem, yaitu System Analysis Program (SAP) sehingga memudahkan KFTD melakukan proses pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran produk perbekalan farmasi. SAP menyediakan proses manajemen data yang terpusat dari pembelian bahan mentah, proses produksi, membuat perkiraan data, hingga kepuasan pelanggan terhadap produk perusahaan dalam satu sistem berbasis Enterprise Resource Planning (ERP). Dari hasil pengamatan dan analisis terhadap prosedur pengadaan produk non-Grup Kimia Farma di PT Kimia Farma Trading and Distribution Pusat (KFTD Pusat) didapatkan bahwa alur prosedur pengadaan produk non-Grup KF di KFTD Pusat secara umum telah sesuai dengan SOP pengadaan PT. Kimia Farma Tbk., namun prosedur tersebut perlu diperbaharui agar dapat mencakup seluruh alur prosedur pengadaan; simulasi pembuatan surat pesanan produk non-Grup KF berupa pengubahan surat Stock Transfer Order (STO) KFTD Cabang menjadi surat Purchase Order (PO) dilakukan secara terintegrasi dalam sistem System Analysis Program (SAP); dan Hambatan yang dialami oleh divisi Purchasing dalam pengadaan produk non-Grup KF adalah kesalahan pemasukan data harga produk dan bentuk kemasan produk pada surat pemesanan ke prinsipal. ......According to Ministerial Regulation No. 34 of 2014, Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are authorized to procure pharmaceutical supplies in large quantities directly from pharmaceutical manufacturers or fellow PBFs. Branch PBFs, on the other hand, can only acquire supplies from the central PBF or other Branch PBFs under the central PBF's referral, acting on behalf of the central PBF. The procurement processes for both PBFs and Branch PBFs must adhere to Standard Operating Procedures (SOP) and align with the Standard Operational Procedures (POB) for Good Distribution Practices (CDOB). The entire supply chain process in Indonesia's pharmaceutical industry is streamlined through an integrated system known as the System Analysis Program (SAP). This integration simplifies procurement, storage, and distribution of pharmaceutical supplies. SAP provides centralized data management, spanning from the purchase of raw materials and production processes to data forecasting and customer satisfaction, all within an Enterprise Resource Planning (ERP) based system. Upon observation and analysis of the procurement procedures for non-Group Kimia Farma products at PT Kimia Farma Trading and Distribution Center (KFTD Center), it was found that the overall procurement process aligns with PT. Kimia Farma Tbk.'s procurement SOP. However, these procedures require updating to encompass the entire procurement process, integrate the transformation of Stock Transfer Orders (STO) from KFTD Branches into Purchase Orders (PO) seamlessly within the System Analysis Program (SAP). The Purchasing division faces challenges related to input errors in product prices and packaging formats in purchase orders to principals during the procurement of non-Group Kimia Farma products.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Ayu Lestari
Abstrak :
Indonesia menempati peringkat kelima sebagai negara dengan populasi pasien yang mengidap diabetes. Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu tipe diabetes yang paling banyak ditemukan dengan risiko peningkatan populasi sebanyak 541 juta dewasa setiap tahunnya. Pasien DM tipe 2 dengan beberapa komplikasi penyakit membutuhkan kepatuhan pengobatan yang tinggi dan pemilihan terapi obat perlu diperhatikan agar tidak memperburuk kondisi pasien tersebut. Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan salah satu kegiatan farmasi klinis yang dilakukan oleh seorang apoteker yang meliputi pengkajian pemilihan obat, dosis, rute pemberian, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), Drug Related Problem (DRP), serta pemberian rekomendasi terhadap alternatif terapi. Drug related problem (DRP) merupakan suatu keadaan terkait ketidaksesuaian pemberian obat kepada pasien atau terapi obat yang diberikan berpotensi mengganggu tujuan terapi yang ingin dicapai Dari hasil pemantauan terapi obat pada pasien Diabetes Melitus tipe II dengan Chronic Kidney Disease, Community Acquired Pneumonia, dan Hypertensive Heart Disease di RSUD Tarakan Jakarta didapatkan bahwa beberapa obat memiliki DRP terkait dosis berlebih dari dosis yang dianjurkan, yaitu Bisoprolol, Ramipril, Meropenem, dan Transamin sehingga direkomendasikan untuk dilakukan penurunan dosis; beberapa obat memiliki DRP pemilihan obat tidak tepat dikarenakan obat tidak direkomendasikan untuk pasien CKD, seperti Metoklopramid; serta terdapat obat yang memiliki DRP dosis rendah dari dosis yang dianjurkan, seperti Flukonazol. ......Indonesia ranks fifth among countries with a significant population of diabetes patients. Type 2 diabetes mellitus is one of the most prevalent types, with the risk of a yearly increase in the adult population by 541 million. Patients with type 2 diabetes mellitus, along with multiple comorbidities, require high treatment adherence, and the selection of therapy needs careful consideration to avoid worsening their condition. Medication therapy monitoring (MTM) is one of the clinical pharmacy activities conducted by a pharmacist, encompassing the assessment of drug selection, dosage, route of administration, therapy response, unwanted drug reactions (UDR), Drug Related Problems (DRP), and the recommendation of alternative therapies. Drug Related Problems (DRP) involve situations related to medication non-adherence or potential disruptions to the intended therapeutic goals. The monitoring of medication therapy in patients with Type 2 Diabetes Mellitus and comorbidities such as Chronic Kidney Disease, Community Acquired Pneumonia, and Hypertensive Heart Disease at RSUD Tarakan Jakarta revealed several DRPs. Some drugs had DRPs related to excessive dosages beyond the recommended levels, including Bisoprolol, Ramipril, Meropenem, and Tranexamic Acid, suggesting a dosage reduction. Additionally, certain drugs had DRPs due to inappropriate selection, such as Metoclopramide, which is not recommended for CKD patients. Furthermore, there were drugs with DRPs due to dosages lower than recommended, such as Fluconazole.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Ayu Lestari
Abstrak :
Produk injeksi steril membutuhkan kebersihan dan sterilisasi yang tinggi agar keamanan dan efektivitas produk yang dihasilkan juga terjamin dengan tetap memenuhi standar Good Manufacturing Practice (GMP). Proses pembersihan peralatan produksi dapat dilakukan dengan metode cleaning in place (CIP) dan sterilization in place (SIP) yang penerapannya tanpa harus melepas ataupun memindahkan peralatan produksi. Pada proses akhir pembersihan tangki mixing, yaitu pengeringan, PT CKD OTTO Pharmaceuticals menggunakan gas nitrogen sebagai pengering yang membutuhkan biaya lebih tinggi karena penyimpanan gas nitrogen sendiri harus dalam tekanan tinggi, menggunakan tangki khusus. Clean air sterile dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai pengganti gas nitrogen karena lebih cost effective, lebih aman untuk personil dan lingkungan. Dari hasil pengkajian terkait penggantian gas nitrogen menjadi clean air sterile untuk proses pengeringan pada proses Cleaning in Place (CIP) – Sterilization in Place (SIP) didapatkan bahwa penggantian gas nitrogen menjadi clean air sterile dapat dilakukan dengan penambahan selang penghubung antara selang compressed air dengan selang nitrogen, beserta penambahan katup pada masing-masing selang penghubung dan selang nitrogen; penggantian gas ini juga relatif aman dalam pembersihan dan sterilisasi permukaan interior tangki mixing, serta seluruh risiko yang mungkin terjadi dapat dikendalikan oleh sistem yang ada; serta dapat dilakukan penggantian apabila memenuhi parameter dari uji keberterimaan, yaitu memenuhi uji inspeksi visual setelah proses CIP-SIP. ......Sterile injection products require high cleanliness and sterilization to ensure the safety and effectiveness of the resulting products while maintaining Good Manufacturing Practice (GMP) standards. The cleaning of production equipment can be achieved using the cleaning in place (CIP) and sterilization in place (SIP) methods, which can be applied without the need to disassemble or relocate the production equipment. In the final stage of cleaning the mixing tank, which is drying, PT CKD OTTO Pharmaceuticals employs nitrogen gas as a drying agent, incurring higher costs due to the need for high-pressure nitrogen gas storage in specialized tanks. The consideration of using clean sterile air as a replacement for nitrogen gas is deemed more cost-effective and safer for personnel and the environment. The assessment regarding the replacement of nitrogen gas with clean sterile air for the drying process in the Cleaning in Place (CIP) – Sterilization in Place (SIP) process revealed that this replacement can be achieved by adding a connecting hose between the compressed air and nitrogen hoses, along with the addition of valves to each connecting hose and the nitrogen hose. This gas replacement method is also relatively safe for cleaning and sterilizing the interior surfaces of the mixing tank, and any potential risks can be controlled by the existing system. Additionally, the replacement can proceed if it meets the acceptance criteria parameters, including passing a visual inspection after the CIP-SIP process.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Ayu Lestari
Abstrak :
Badan Pusat Statistik Indonesia menyatakan bahwa terjadinya peningkatan pravalensi DM dari diperkirakan, yaitu meningkat menjadi 8,5%. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM dengan kondisi tertentu. Ketepatan penggunaan dan kepatuhan pasien dalam pengobatan diabetes melitus dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi, seperti kerusakan pembuluh darah makrovaskular (jantung, otak, dan pembuluh darah), mikrovaskular (mata dan ginjal), ataupun kerusakan neuropati Peran pelayanan kefarmasian dalam pencegahan ataupun pelaksanaan pengobatan yang tepat dan rasional terhadap penyakit DM sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. PIO merupakan kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dalam memberikan informasi terkait obat untuk meningkatkan pemahaman dan menunjang penggunaan obat yang rasional. Dari hasil edukasi dan pemberdayaan masyarakat terkait penyakit Diabetes Melitus melalui leaflet Di Mushalla Nurul Iman Kelurahan Halim Perdana Kusuma II, wilayah Puskesmas Kecamatan Makasar didapatkan kesimpulan bahwa pemahaman dewasa dengan penyakit tidak menular (PTM) dan lansia terkait pengertian, klasifikasi, dan kriteria penyakit Diabetes Melitus secara umum, pemahaman terapi farmakologi dan non farmakologi penyakit Diabetes Melitus, serta pemahaman tanda dan gejala hipoglikemia dianggap telah bertambah yang ditunjukkan dengan respon, tanggapan, serta pertanyaan yang diajukan peserta saat edukasi dilakukan. ......Badan Pusat Statistik Indonesia reports an increase in the prevalence of diabetes mellitus (DM) from an estimated rate, rising to 8.5%. Diabetes mellitus is a chronic condition characterized by elevated blood glucose levels (hyperglycemia) and can be classified based on its causes, including DM type 1, DM type 2, gestational DM, and DM associated with specific conditions. The accuracy of DM treatment and patient adherence can reduce the risk of complications, such as damage to macrovascular (heart, brain, and blood vessels), microvascular (eyes and kidneys), and neuropathic complications. Pharmaceutical services play a vital role in preventing and providing appropriate and rational treatment for DM, thereby enhancing patients' quality of life. Pharmaceutical Information and Education (PIO) is a service provided by pharmacists to deliver information related to medications to improve understanding and support rational drug use. Through educational efforts and community empowerment regarding Diabetes Mellitus in leaflets distributed at Mushalla Nurul Iman, Halim Perdana Kusuma II Subdistrict, within the Makasar District Health Center's jurisdiction, it was concluded that the understanding of adults with non-communicable diseases (NCDs) and the elderly regarding the general definition, classification, and criteria of Diabetes Mellitus, as well as knowledge of pharmacological and non-pharmacological therapies for Diabetes Mellitus, and understanding of signs and symptoms of hypoglycemia, had improved. This was evidenced by the responses, feedback, and questions posed by participants during the educational sessions.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library