Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki
"ABSTRAK
Mandibula merupakan salah satu tulang yang penting dalam Forensik Odontologi untuk estimasi jenis kelamin. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan sudut gonion, jarak inferior foramen mentalis, dan tinggi ramus mandibula pada pria dan wanita. Metode penelitian dilakukan analisis radiomorfometri pada 200 radiograf panoramik. Hasil penelitian menunjukkan besar sudut gonion pria 121.8 , wanita 125.5 , jarak inferior foramen mentalis pria 14.73 mm, wanita 13.35 mm, tinggi ramus mandibular pria 56.82 mm, wanita 51.37 mm. Tingkat akurasi persamaan regresi ketiga variabel sebesar 83.5 . Kesimpulan, adanya perbedaan signifikan besar sudut gonion, foramen mentalis, dan tinggi ramus mandibular pada pria dan wanita
ABSTRACT
Mandibular bone has important role for sex determination in Odontology Forensic investigations. The aim of this research is to analyze gonial angle, mental foramen, and mandibular ramus height. Radiomorphometric analysis was performed in this research on 200 panoramic radiographs. Result of this research demonstrate gonion angle in men are 121.8 whereas 125.5 in women, inferior distance of mental foramen in men are 14.73 mm and 13.35 mm in women, mandibular ramus height in men are 56.82 mm and women are 51.37 mm. Regression equation of three variables has 83.5 accuracy. Conclusion, there is significant difference between male and female for gonial angle, mental foramen, and mandibular ramus height. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki
"Latar belakang: Warfarin merupakan antikoagulan yang rutin diberikan dalam 90 hari pertama pascabedah katup jantung. Salah satu komplikasi yang dapat timbul selama pemberian warfarin adalah perdarahan saluran cerna. Persentase periode intraterapeutik (PIT) dan periode supraterapeutik (PST) warfarin dikaitkan dengan kejadian perdarahan pada populasi fibrilasi atrium non-valvular, namun pengaruhnya pada perdarahan saluran cerna pascabedah katup masih belum diketahui.
Tujuan: Mengidentifikasi pengaruh PIT dan PST warfarin pada kejadian perdarahan saluran cerna pascabedah katup jantung.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada subjek yang telah menjalani bedah katup jantung di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh darah Harapan Kita. Subjek diikuti dalam 90 hari pertama untuk mengevaluasi insiden perdarahan saluran cerna. Pemeriksaan International Normalized Ratio (INR) yang dilakukan setelah tujuh hari setelah inisiasi warfarin hingga terjadi luaran klinis atau akhir masa pengamatan dicatat untuk perhitungan PIT dan PST.
Hasil: Dari 195 subjek penelitian, insiden perdarahan saluran cerna ditemukan pada 18 subjek. Median jumlah pemeriksaan INR adalah lima kali. Dalam periode pengamatan, 84% subjek tidak mencapai PIT >60%. Terdapat perbedaan bermakna untuk PST antara subjek dengan dan tanpa perdarahan p>18% (AUC 0,842; sensitivitas 72 dan spesifisitas 80%) dengan risiko relatif (RR) 14,2 (p<0,0001;IK 95% 4,06-49,71). Gangguan fungsi ginjal preoperatif merupakan faktor lainyang berhubungan dengan luaran klinis (p=0,007; RR 6,69 dengan IK 95% 1,67-2677).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara PIT dengan insiden perdarahan saluran cerna, namun PST .18% secara independen berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya perdarahan saluran cerna pascabedah katup jantung pada pasien yang mendapat terapi warfarin.

Background: Warfarin is routinely given in the first 90 days after valvular surgery. One of the complications that may arise during warfarin administration is gastrointestinal bleeding. Time in Therapeutic Range (TTR) and Time Above Therapeutic Range (TATR) of warfarin is associated with bleeding occurrence in non-valvular atrial fibrillation populations, but its relationship with gastrointestinal GI bleeding on postoperative patients remains unknown.
Objective: To identify the role of warfarin's TTR and TATR in the incidence of GI bleeding post valvular surgery.
Methods: This is a retrospective cohort study on subjects who have undergone valvular surgery in National Cardiovascular Centre Harapan Kita and received warfarin. Subjects were followed in the first 90 days to evaluate the incidence of GI bleeding. All International Normalized Ratio (INR) examinations after seven days of initiation of warfarin until bleeding occurred or end of follow-up period were collected for TTR and TATR calculations.
Results: From 195 study subjects, the incidence of gastrointestinal bleeding were found in 18 subjects. The median amount of INR examination was five times. In the follow-up period, 84 of subjects did not achieve TTR> 60%. There was a significant difference for TATR values between subjects with and without bleeding (p<0.0001), but not for TTR (p=0.44). The incidence of GI bleeding was associated with TATR>18% (AUC 0.842, 72% sensitivity and 80% specificity) with relative risk (RR) 14.2 (p<0.0001; 95% CI 4.06-49.71). Preoperative renal insufficiency was another factor related with clinical outcome (p=0,007; RR 6,69 with 95% CI 1,67-26,77)
Conclusions: There were no association between TTR values and incidence of GI bleeding, however TATR>18% was independently associated with an increased risk of gastrointestinal bleeding after valvular surgery in patients receiving warfarin. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki
"Abstrak
Heart failure has become a public health problem with increasing incidence and prevalence. Many patients first came to the primary care and managed by general practitioner. Accurate diagnosis is essential to provide good management of heart failure. However, symptoms and signs alone are often neither sufficient nor specific to confirm the diagnosis. Some studies show that heart failure patients are still incorrectly diagnosed and inadequately treated, despite the availability of current guidelines. Inadequacy of facilities is the main obstacle in diagnosing and managing heart failure, especially in developing countries like Indonesia. The medications recommended for treating heart failure are still under-prescribed. This review discuss about the challenges of diagnosis and management of heart failure in primary care."
Jakarta: Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2014
610 UI- MJI 23:1 (2014) (2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rizki
"Tesis ini membahas masalah dampak invasi Amerika Serikat ke Irak terhadap pasokan minyak Amerika Serikat. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai kebutuhan minyak dalam negeri Amerika Serikat. Penulis tertarik pada masalah invasi Amerika Serikat ke Irak yang dilakukan secara sepihak tanpa persetujuan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sehingga AS dapat dikatakan melanggar Piagam PBB untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.
Unit analisa yang digunakan dalam tesis ini adalah negara (state) yang merupakan bagian dari perspektif malls. Kerangka berpikir dalam tesis ini berupa kerangka berpikir konseptual. Berdasarkan persoalan penelitian, maka konsep yang digunakan adalah energy security, security of supply, economic security, dan oil dependency. Dengan demikian, tesis ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi dokumen.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa AS memiliki ketergantungan terhadap minyak yang besar untuk jangka panjang terutama dikawasan Timur Tengah. Sedangkan untuk jangka pendek, AS tidak tergantung pada minyak dari Timur Tengah secara langsung karena AS dapat mengimpor minyak dari negara-negara tetangga seperti Canada, Venezuela, Meksiko dan Inggris.
Sejak awal invasi Amerika Serikat ke Irak hingga terbentuknya pemerintahan sementara di Irak, pemerintah AS selalu berubah-ubah dalam memberikan alasan pembenaran / justifikasi untuk menyerang Irak. Mulai dari alasan mencari senjata pemusnah massal (Weapons of Mass Destruction), menumbangkan rezim Saddam Hussein, membebaskan rakyat Irak, hingga alasan demokratisasi di Irak.
Sejak pemerintah Irak menasionalisasi industri minyaknya pada tahun 1972, perusahaan-perusahaan minyak AS tidak diizinkan untuk melakukan eksplorasi minyak di Irak. Monopoli terhadap harga minyak dunia dikuasai oleh negara-negara anggota OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries) yang kesemuanya berasal dari negara-negara berkembang. Sedangkan negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, sangat membutuhkan minyak untuk keperluan transportasi, industri, perumahan dan perdagangan.
Terdapat tiga peristiwa penting yang berkaitan dengan masalah minyak dunia, yaitu embargo minyak Arab Saudi terhadap AS pada tahun 1973, perang Irak - Iran tahun 1980, dan invasi Irak Ke Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990. Peristiwa-peristiwa tersebut telah membuat harga minyak dunia melonjak tajam. Beberapa bulan sebelum peristiwa tragedi 11 September 2001, tepatnya pada bulan Mei 2001, pemerintah AS telah mengeluarkan kebijakan keamanan energi nasionalnya. Dalam laporan tersebut dikatakan bahwa Amerika Serikat pada tahun 2001 telah mengalami masalah kekurangan energi paling serius sejak embargo minyak tahun 1970-an.
Adanya kebutuhan yang sangat besar terhadap suplai minyak dan keamanan energi nasional, telah membuat pemerintahan Presiden George W.Bush melakukan tindakan secara sepihak yang kemudian mendapat kecaman dunia internasional. Invasi Amerika Serikat ke Irak jelas telah melanggar Piagam PBB terutama pasal 2 (ayat 1, ayat 3, ayat 4 dan ayat 7) dan pasal 51. Sesungguhnya pemerintah AS saat itu dapat menghindari terjadinya invasi yang telah banyak memakan korban jiwa dikedua belah pihak jika pemerintah George W.Bush mau menjalankan upaya-upaya diplomasi melalui lembaga-lembaga internasional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizki
"Imperatif digunakan tidak hanya untuk komando (perintah) dalam bahasa Rusia. Imperatif juga digunakan untuk menunjukkan permintaan, dorongan bertindak, tuntutan, nasihat, dan rekomendasi. Penelitian ini mengkaji ragam imperatif yang terdapat pada dialog film Дорога На Берлин (Doroga Na Berlin) ‘Dalam Perjalanan Menuju Berlin’. Teori yang digunakan adalah teori morfologi Kuz’mina (2017), Kuznecova (2010), dan Maltzoff (1994). Tujuan dari penelitian adalah menunjukkan ragam-ragam imperatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Hasil penelitian ini adalah lima dari enam ragam imperatif, yaitu komando, dorongan bertindak, permintaan, tuntutan, dan nasihat yang ditemukan pada 69 variasi imperatif ; dan ragam imperatif komando (perintah) mendominasi karena konteks percakapan didominasi oleh prajurit dalam situasi perang.
Imperatives are applied not only for commands in Russian language. Imperatives can be applied for requests, inducements to an action, demands, advices, and suggestions. This research studies the variety of imperatives presented in the dialogues of the film Дорога На Берлин (Doroga Na Berlin) ‘On the Road to Berlin’. The theories used are the morphological theories by Kuznecova (2010), Kuz’mina (2017) and Maltzoff (1994). The aim of this research is to show varieties of imperatives. The method used in this research is the descriptive method. The results are five out of six varieties of imperatives, which are commands, inducements to an action, requests, demands, and advices are applied in 69 varieties of imperatives; and the commands dominates since the context is the soldiers in a war situation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Rizki
"Latar Belakang. Elektrokardiogram (EKG) merupakan salah satu alat yang direkomendasikan pada pemeriksaan prepartisipasi atlet. Penggunaan kriteria EKG khusus pada atlet, dapat menurunkan angka rujukan selama pemeriksaan prepartisipasi atlet. Metode. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain potong lintang pada 243 atlet PPOP DKI Jakarta yang tersebar pada 17 cabang olahraga. Atlet yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan pemeriksaan EKG istirahat, hasil rekaman EKG dibaca oleh dua spesialis jantung secara terpisah. Hasil pembacaan EKG dikelompokkan berdasarkan kriteria populasi umum dan kriteria khusus atlet yaitu Kriteria Internasional. Kemudian dianalisis perbedaan hasil abnormalitas dari masing-masing kriteria. Hasil. Atlet PPOP DKI Jakarta terdiri dari 57,2% laki-laki, berusia 15,5±1,36 tahun. Terdapat perbedaan nilai proporsi abnormalitas EKG atlet berdasarkan kriteria populasi umum dengan Kriteria Internasional, dimana 98,6% EKG abnormal dengan kriteria populasi umum dianggap normal dengan Kriteria Internasional (p<0,0001). Remodeling jantung yang tergambar melalui EKG lebih banyak ditemukan pada atlet laki-laki, ≤15 tahun, lama berlatih ≤5 tahun dan kelompok olahraga moderate to high dynamic demands. Kesimpulan. Sebagian besar abnormalitas EKG berdasarkan kriteria populasi umum dianggap sebagai remodeling berdasarkan Kriteria Internasional. Remodeling terjadi karena proses adaptasi jantung terhadap latihan intensif yang dilakukan oleh atlet. Penggunaan Kriteria Internasional diharapkan dapat menurunkan angka rujukan akibat kesalahan interpretasi EKG pada atlet.

Background. Electrocardiogram (ECG) is one of the recommended tools for athlete’s pre-participation examination. Using specific ECG criteria for athletes can reduce the number of referrals during the athlete's pre-participation examination. Method. This study was a cross-sectional design in 243 DKI Jakarta PPOP athletes who spread across 17 sports. Athletes who accept the inclusion criteria are given a rest ECG examination, the results of the ECG record are read by two cardiologists independently. ECG results are grouped based on general population criteria and athlete specific criteria, International Criteria. Then analyzed the differences of the abnormalities each criteria. Results. PPOP DKI Jakarta athletes consisted of 57.2% of men, age 15.5 ± 1.36 years. There are differences in abnormalities ECG proportion, between general population criteria and International Criteria, where 98.6% of abnormal ECGs with general population criteria are considered normal with International Criteria (p <0.0001). Remodeling is more commonly found in male athletes, ≤15 years old, ≤5 years old and moderate to high dynamic sports groups. Conclusion. Most ECG abnormalities based on general population criteria are considered remodeling based on International Criteria. Remodeling happens because of the adaptation process of the heart to intensive exercise by athletes. The use of International Criteria is expected to reduce the reference rate due to misinterpretation of ECG in athletes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rizki A.
"Latar Belakang: Ulkus diabetik merupakan komplikasi diabetes melitus yang menjadi salah satu masalah utama di bidang kesehatan. Di Indonesia, angka mortalitas ulkus diabetik mencapai 17-30%, dengan laju amputasi sekitar 15-30%. Pemberian terapi oksigen hiperbarik (TOHB) dapat meningkatkan oksigenasi endotel dan merangsang produksi vascular endothelial growth factor (VEGF) yang merupakan faktor pertumbuhan paling spesifik dan poten untuk proses angiogenesis sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah TOHB berpengaruh terhadap peningkatan kadar VEGF pasien ulkus diabetik.
Metode: Dilakukan penelitian uji ktinis eksperimental dari bulan Februari 2006 sampai April 2006 terhadap 12 pasien ulkus diabetik yang mendapat TOHB 3 X 30 menit per hari selama 5 hari (kelompok TOHB) dan 10 pasien ulkus diabetik yang tidak mendapat TOHB (kelompok non-TOHB, kelompok kontrol). Kadar VEGF pada kedua kelompok diukur pada hari pertama dan hari kelima.
Hasil: Pada kelompok TOHB kadar VEGF hari pertama menunjukkan nilai rerata 1241,325 + 237,6533 pg/ml dan setelah 5 hari nilat rerata menjadi 1244,458 + 264,5641 pg/ml, (p = 0,583). Sedangkan pada kelompok non-TOHB kadar VEGF hari pertama menunjukkan nilai rerata 1262,350 + 227,9603 pg/ml kemudian pada hari ke-5 nilai rerata menjadi 1112,460 + 220,3795 pg/ml, (p = 0,093). Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna nilai rerata kadar VEGF antara kelompok TOHB dan kelompok nonTOHB pada hari pertama (p= 1) maupun hari kelima (p = 0,872).
Kesimpulan: Terapi oksigen hiperbarik selama 5 hari tidak meningkatkan kadar VEGF pada pasien ulkus diabetik.

Background: Diabetic ulcer is a complication of diabetes mellitus which one of the main health problem. In Indonesia the mortality rate of diabetic ulcer is about 17-30%, while the amputation rate is about 15-30%. Hyperbaric oxygen therapy (TOHB) increase endothelial oxygenation and stimulates vascular endothelial growth factor (VEGF) as the most specific and potent growth factor for angiogenesis and increases wound heating process.
Aim of the study: The aim of the study is to know if TOHB can increase the level of VEGF in diabetic ulcer patients.
Methods: Clinical experimental study was conducted from February 2006 until April 2006 of 12 diabetic ulcer patients who received TOHB 30 minutes, 3 times a day for 5 days (TOHB group) and 10 diabetic ulcer patients as a control group who did not receive TOHB (non-TOHB group). The VEGF level in both groups was measured on days 1 and 5.
Results: In TOHB group the mean level of VEGF on day 1 was 1241.325 + 237.6533 pg/ml and became 1244.458 + 264.5641 pg/ml (p = 0.583) on day 5, while in non-TOHB group the mean level of VEGF on day | was 1262.350 + 227.9603 pg/ml and became 1112.460 + 220.3795 pg/ml (p = 0.093) on day 5. There were no significant differentiation of VEGF level between TOHB group and non-TOHB, group both on day 1 (p = 1) and day 5 (p = 0.872).
Conclusion: Hyperbaric oxygen therapy for 5 days did not increase the VEGF level of diabetic ulcer patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T22682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Rizki
"Tema sentral dari penelitian ini adalah ?Perolehan Informasi Lintas Bahasa? yang merupakan salah satu cabang dari perolehan informasi yang berhubungan dengan masalah dalam menyajikan suatu kueri dari satu bahasa dan memperoleh dokumen dalam satu bahasa ataupun beberapa bahasa yang lain. Penelitian ini mempelajari pengaruh teknik-teknik perolehan informasi lintas bahasa pada proses penerjemahan kueri. Teknik tersebut digunakan untuk mengurangi keambiguan pada kueri terjemahan sehingga dapat mendekati proses perolehan informasi satu bahasa. Teknik yang digunakan terdiri dari teknik perbaikan kueri sebelum penerjemahan, perbaikan terjemahan oleh kamus, dan pengelompokan dokumen, serta teknik perbaikan kueri dengan melakukan perluasan. Teknik perbaikan kueri sebelum penerjemahan menggunakan teknik pengelompokan kata. Teknik perbaikan terjemahan kamus terdiri dari penerjemahan langsung, penerjemahan dengan menggunakan terjemahan yang muncul berulangkali pada setiap kamus, dan teknik pengelompokan dokumen. Teknik perluasan kueri menggunakan umpan balik relevan semu. Teknik-teknik tersebut berbasiskan teknik perolehan informasi lintas bahasa Inggris-Indonesia menggunakan kamus dwi-bahasa. Teknik-teknik yang diterapkan untuk perolehan informasi lintas bahasa Inggris-Indonesia tidak dapat mendekati hasil perolehan informasi satu bahasa (Indonesia). Secara keseluruhan, hasil yang dicapai pada teknik untuk mengurangi keambiguan terjemahan mencapai hanya 63.84% terhadap perolehan informasi satu bahasa. Sedangkan penerapan teknik perluasan kueri hanya mencapai 47.56% terhadap perolehan informasi satu bahasa. Penerapan teknik perbaikan terjemahan mempergunakan kamus dwi-bahasa Inggris-Indonesia hanya dapat menghasilkan nilai hasil perolehan informasi tertinggi sebesar 60.80% terhadap hasil perolehan informasi satu bahasa (Indonesia). Pada penerapan teknik perbaikan kueri sebelum penerjemahan yang dikombinasikan dengan teknik perbaikan terjemahan oleh kamus, dapat ditemukan peningkatan nilai hasil perolehan informasi antara 2.63% - 2.84% bila dibandingkan dengan hasil perolehan informasi untuk teknik perbaikan terjemahan oleh kamus. Pada penerapan perluasan kueri menggunakan teknik umpan balik relevan semu terhadap hasil penerjemahan dengan teknik-teknik lain, dapat ditemukan bahwa teknik ini tidak dapat menaikkan hasil perolehan informasi. Hasil terbaik yang diperoleh pada perluasan kueri adalah pada teknik yang menggunakan kombinasi perluasan kueri pada perbaikan kueri sebelum penerjemahan dan perluasan kueri pada perbaikan hasil penerjemahan yang mencapai hasil perolehan informasi sebesar 47.56% terhadap perolehan informasi satu bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Trisandi Rizki
"Penulisan karya akhir ini mengulas masalah dalam mencari kemungkinan terbaik dari trade-off antara risiko dan imbal hasil serta mencari tingkat kerugian yang mungkin dicapai dengan level kepercayaan tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa portofolio optimum yang diperoleh terdiri dari Obligasi 7.70%, Saham 2.18%, Emas 1.57%, Valas 9.97% dan Deposito 78.58% dimana portofolio tersebut dapat memberikan ekspektasi hasil mingguan sebesar 7.67% dengan tingkat risiko 26.05%. Dengan Vo sebesar 1 milyar, standar deviasi 0.2605 dan tingkat kepercayaan sebesar 2.7726 maka diperoleh tingkat kerugian maksimum portofolio untuk periode holding 1 dari 5 instrumen sebesar 722,271,178.73. ataupun setelah dikurangi dengan return portofolio maka akan diperoleh nilai relative VaR sebesar 645,571,745.76 Dari hasil pengujian back testing selama periode forcasting, ternyata model VaR yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95% dapat diterima dan cukup mempresentasikan kerugian aktual yang terjadi.

Purpose of this final task is seeking for best risk-return trade-off and also its maximum loss for certain level of confidence. The result shows optimum composition for the portofolio is Obligasi 7.70%, Saham 2.18%, Emas 1.57%, Valas 9.97% and Deposito 78.58% with its return on 7.67% and 26.05% risk. The 1 billion portfolio with 0.2605 standard deviation and 2.7726 level of confidence gives its maximum risk at 22,271,178.73 and relative VaR at 645,571,745.76 after subtract with return of portfolio. The becktest shows that the model and level of confidence is acceptable."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26485
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dalauleng, B. Rizki
"Globalisasi ekonomi, bisnis, dan Investasi mempersubur tumbuh dan berkembangnya perusahaan multinasional. Kemajuan pesat secara serentak yang berlangsung di bidang teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi mengakibatkan arus perdagangan barang, modal, dan tenaga kerja di dunia melampaui batas-batas negara dan mendorong meningkatnya transaksi lintas batas (cross border transaction) antar negara. Peningkatan volume transaksi internasional oleh perusahaan multinasional menyebabkan transfer pricing untuk tujuan perpajakan teiab dan akan menjadi salah satu isu perpajakan yang sangat penting. Dalam era perekonomian yang teiah mendunia. transfer pricing telah menjadi isu penting baik bagi Wajib Pajak maupun otoritas pajak.
Ilmu pengetahuan telah menjadi faktor kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Wujud dari keberadaan ilmu pengetahuan tersebut dalam faktor-faktor produksi adalah teknologi. Teknologi dalam konteks transfer pricing berupa pemikiran, penelitian. dan pengembangan yang berkembang dalam sebuah operasi, proses, atau produk. Output dari pemikiran, penelitian, dan pengembangan inilah yang kemudian didefinisikan sebagai "intangible property" of a company. Teknologi sebagai media transfer pricing memberikan kesempatan pada perusahaan multinasional untuk me-manage arus kas dan tarif pajak efektif.
Mengingat globatisasi, aktifitas perusahaan multinasional dan Indonesia yang menganut sistem ekonomi terbuka mengakibatkan transaksi tidak hanya ditinjau sebagai hubungan antar subjek ekonomi tetapi juga interaksi antar Negara yang berkepentingan. Dalam praktik di Indonesia sehari-hari, walau diyakini penerapan transfer pricing banyak dilakukan, dipastikan kepatuhan pada ketentuan yang berlaku belum memadai. Dalam kaitannya dengan transfer pricing, belum ada aturan yang bersifat khusus dalam mempertimbangkan adanya transfer intangible asset.
Karya akhir inl bertujuan untuk menganalisis apakah pernturan perpajakan Indonesia mampu mengidentifikasikan dan menentukan kepemilikan atas intangible property, dampak transfer pricing of intangible property terhadap Indonesia sebagai negara berkembang dan apa kemungkinan dampak yang ditimbulkan praktik tersebut terhadap penerimaan pajak negara serta bagaimana pelaksanaan transfer pricing rule di Indonesia dafam transaksi yang melibatkan
technology intangible asset.
Transfer pricing of technology merupakan masalah yang kompleks dan membutuhkan pertimbangan yang seksama. Di negara-negara maju misalnya Amerika Serikat maupun Kanada ataupun di beberapa negara berkembang seperti China dan Argentina, masalah ini sudah mendapatkan perhatian khusus dengan diterbitkannya beberapa kebijakan perpajakan terkait dengan masalah tersebut Sedangkan di Indonesia, regulasi yang mengatur tentang transfer pricing. intangible property maupun mengenai technology intangible asset masih sangat kurang. Hal ini bukan saja melepaskan potensi pajak yang scharusnya bisa dioptimalkan tetapi juga tidak memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak karena memberikan peluang penafsiran yang sangat Juas kepada otoritas pajak berkaitan dengan regulasi tersebut.
Pemerintah Indonesia dalam hat ini Direktorat Jenderal Pajak seharusnya mengambil langkah kungkret dengan melakukan penguatan atas ketentuan-ketentuan yang berlaku saat ini termasuk diantaranya dengan menegaskan dan menjabarkan secara lebih rinci beberapa konsep dasar dalam transfer pricing termasuk mengenai transfer pricing of technology intangible asset sehingga dapat meningkatkan pemahaman mengenai transfor pricing dan bisa memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak serta menjaga kepentingan Indonesia sendiri dari kemungkinan penghindaran atau penggelapan pajak melalui skema transfer pricing baik yang bersifat cross-border maupum domestik.

Economic globalization, business and lnvestment prospered the growth and development of multinational businesses. Quick simultaneous development happening at the information technology field. communication and transportation resulted in a flow of trade, capital and labor in the world, passing through countries border and pushing the increase of cross border transactions. The increase of international transactions volume by multinational companies causing transfer pricing for tax purposes. has been and will be one of a very important tax issue. In a global economy era, transfer pricing became an important issue for the taxpayer as well as for the tax authorities.
Science has become a key factor in accelerating the economy growth in a country, The substance of said science presence in production factors is techology. Technology in the context of transfer pricing is the thought, research and development in an operation, process or produce The output of thoughts, research and development is later on defined as "intangible property of a company", Technology through the medium of transfer pricing provides considerable opportunities for a multinational company to manage its cash flow and global effective tax rates.
Regarding globalization, activities of multinational companies and Indonesian, which very much practices the open economy system, causes the transaction not only to be seen as a relation between economical subjects but also as an interaction between the countries concerned. In daily practice in Indonesia, although assured that transfer pricing is often done, it is certain that obeying the valid provisions are not yet adequate. 1n its connection to transfer pricing, there are not yet special rules for taking into consideration the transfer intangible asset
This thesis is aimed at analyzing whether the Indonesian tax system will be able to identify and determine the ownership of intangible property, the lmpact of transfer pricing of intangible property towards Indonesia as a developing country and what are the possibilities of the impact resulting from said practice to the country's revenues and how will be the execution of transfer pricing rule in Indonesia in transactions involving technology intangible asset.
Transfer pricing of technology became a complicated problem, needing meticulous consideration. In developed countries, for example, the United States of America or Canada or sorae developing countries like China and Argentina, this problem has already got special attention through the establishing of a few tax policies connected to the problem.
While in Indonesia the regulations regulating transfer pricing intangible property as well as technology tangible asset is still insufficient. This fuct not only decreases the tax potentials which should be optimal. but also doesn't give judicial certainty to the taxpayer, because it gives an opportunity for a very broad interpretation to the tax authorities concerned with this regulations.
The Indonesian Government, in this case the Directorate General of Taxes should take concrete steps by strengthening the provisions valid at present, including clarifying and describing in more detail a few basic concepts in transfer pricing including the transfer pricing of technology intangible asset, so that a understanding of transfer pricing can be increased and the taxpayer obtains a judicial certainty while taking care of the well-being of Indonesia from the possibility of evasion and embezzlement of taxes through good transfer pricing schemes either cross border or domestic.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T 27007
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>