Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Latifah
"ABSTRAK
Kekosongan hukum Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001
tentang Merek merupakan ketentuan yang rentan menimbulkan masalah
sehingga harus segera ditetapkan oleh pemerintah. Muculnya berbagai masalah
merek terkenal jauh sebelum undang-undang ini berlaku juga disebabkan oleh
kekosongan hukum Pasal 6 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 tahun 1997
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1992 tentang Merek
karena Pasal tersebut mengamanatkan lahirnya sebuah Peraturan Pemerintah
yang mengatur tentang perlindungan merek terkenal terhadap barang dan atau
jasa yang tidak sejenis. Akibatnya, pengertian dan kriteria merek terkenal serta
pengertian dan penjelasan lebih lanjut mengenai barang dan jasa tidak sejenis
apakah mencakup barang-barang yang berbeda kelas barang belum dapat
diketahui secara pasti dan menimbulkan ketidakpastian hukum. Alasannya
karena untuk menentukan keterkenalan suatu merek sangat tergantung pada
penilaian Hakim yang memeriksa sengketa tersebut. Padahal sistem Peradilan di
Indonesia tidak menganut azas precedent dimana Hakim tidak diharuskan untuk
mengikuti putusan-putusan Hakim sebelumnya bahkan untuk sengketa yang
sama atau mirip. Walaupun bangsa Indonesia tunduk kepada instrumen
internasional seperti (The Paris Convention for the Protection of Industrial
Property/Konvensi Paris) dan (Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rghts, Including Trade in Counterfeit Goods/TRIPs),
tetapi semua ketentuan yang terdapat didalamnya juga tidak memberikan
pengertian yang jelas dan lengkap mengenai perlindungan terhadap barang yang
tidak sejenis. Ketentuan ini juga memberikan kebebasan kepada setiap negara
anggota untuk menetapkan dan mengatur keterkenalan suatu merek di negaranya
masing-masingg. Oleh sebab itu, penentuan keterkenalan suatu merek pada
akhirnya tetap diserahkan kepada Majelis Hakim maupun Direktorat Jenderal
HKI. Ketentuan Pasal 16 ayat (3) TRIPs yang menerapkan Pasal 6 Bis Konvensi
Paris secara mutatis mutandis dapat diartikan sebagai perluasan perlindungan
hukum Hak Atas Merek Terkenal untuk barang dan/atau jasa tidak sejenis."
2012
T30679
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah
"Buah Leunca (Solanum nigrum L.) adalah salah satu tanaman obat Indonesia yang dikenal memiliki aktivitas sebagai antidisentri, antiinflamasi, dan fitoestrogen. Kandungan kimia buah leunca antara lain diosgenin, solanin, solamargin, dan chaconine. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol buah leunca (Solanum nigrum L.) terhadap pengurangan kerapuhan tulang pada tikus betina galur Sprague-Dawley. Tiga puluh ekor tikus dibagi dalam 6 kelompok terdiri atas kelompok kontrol normal, kelompok ovariektomi (OVX), kelompok OVX-tamoxifen dosis 1,8 mg/kg bb, dan 3 kelompok OVX-ekstrak etanol buah leunca dosis 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, dan 600 mg/kg bb. Bahan uji diberikan selama 12 minggu berturut-turut. Parameter yang diamati adalah kadar kalsium dan alkalin fosfatase (ALP) darah serta histologi tulang femur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulai dosis 300 mg/kg bb terjadi peningkatan densitas dan ketebalan trabekula tulang femur yang bermakna (α < 0,05) bila dibandingkan kontrol ovariektomi dan setara dengan kontrol normal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak etanol buah leunca memiliki potensi mengurangi kerapuhan tulang.

Black Nightshade fruit (Solanum nigrum L.) is one of Indonesian medicinal plant which known showing many activities such as antidisentry, antiinflamation, and also as phytoestrogen. Black Nightshade fruit contains diosgenin, solanine, solamargine, and chaconine. This research was conduct to investigate the effect of ethanolic extract of black nightshade fruit (Solanum nigrum L.) on ovariectomized rats bone loss. Thirty-3-months-old female rats Sprague-Dawley strain were randomly divided into six groups, namely 3 control groups and 3 treatment groups. The control groups consist of normal group, ovariectomized (ovx) group, and ovx group treating with tamoxifen 1,8 mg/kg bb. The treatment groups consist of the ovx group treating with ethanolic extract of black nightshade fruit dose of 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, and 600 mg/kg bb. The treatment done every day for 12 weeks.
The result showed that start on 300 mg/kg bb, ethanolic extract of black nightshade fruit increased significantly (α < 0,05) the density and thickness of trabecular of femur bone. We can conclude that ethanolic extract of black nightshade fruit has potentially effect to decrease bone loss."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44480
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah
"Setiap manusia hidup di dalam ruang. Di dalam karya sastra, latar ruang juga menjadi salah satu unsur intrinsik. Latar ruang dalam karya sastra dapat diwujudkan dengan sebuah kamar, rumah, desa, kota, atau negara. Pada pertengahan zaman Meiji, karya sastra bertemakan kampung halaman muncul di Jepang. Karya sastra kampung halaman menggambarkan masalah yang ada di kota dan kebahagiaan yang terdapat di desa. Novel Botchan yang terbit pada 1906 memiliki dua latar ruang, yaitu Kota Tokyo dan "daerah di sekitar Shikoku". Penelitian ini akan menggambarkan latar ruang novel Botchan tersebut. Penelitian ini akan meminjam metode penelitian yang dilakukan oleh Tsuyoshi Kato. Melalui penggambaran itu, didapatkan bahwa tokoh Botchan memandang rendah "daerah di sekitar Shikoku" dan membangga-banggakan Kota Tokyo. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa novel Botchan merupakan antitesis dari sastra kampung halaman.

Humans live in a space. Space is also one of intrinsic elements of fiction. In fiction, space setting can be room, house, city, countryside, or state. In the mid-Meiji era, literary phenomenon called native place literature that discuss problematic city and peace of countryside emerged. Botchan is a novel that published in 1906. The novel has space setting in Tokyo and "an area around Shikoku". This study will describe Botchan’s space setting. This study will use method study which was conducted by Tsuyoshi Kato to describe both space settings. Through the depiction of them, we will get that the main character called Botchan have an underestimate opinion about "an area around Shikoku" and a pride of Tokyo. As the opinion from Botchan, this study is going to verify the hypothesis that Botchan novel is an antithesis of native place literature."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan terhadap kecukupan asupan zat besi pada mahasiswa S-1 Reguler Angkatan 2013 Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia Tahun 2014. Desain yang digunakan adalah cross sectional, melibatkan 290 (perempuan=214; laki-laki=76) mahasiswa S-1 Reguler Angkatan 2013 RIK UI yang berusia 17-20 tahun pada April-Mei 2014. Metode pengambilan sampel adalah proporsional cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan wawancara asupan makanan 2x24 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa 83.8% responden tidak tercukupi kebutuhan zat besinya. Rata-rata asupan zat besi pada perempuan dan laki-laki adalah 12.3 mg/hari dan 16.0 mg/hari. Uji chi square menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (OR=7.56), perilaku konsumsi heme dan non heme (OR=2.86), konsumsi suplemen zat besi (OR=4.73), persepsi citra tubuh (OR=2.38), dan keterpaparan media massa (OR=3.01) terhadap kecukupan asupan zat besi. Analisis regresi logistik ganda menunjukan bahwa jenis kelamin (OR=19.17) dan konsumsi suplemen zat besi (OR=11.28) merupakan faktor dominan kecukupan asupan zat besi pada mahasiswa S-1 Reguler Angkatan 2013 RIK UI Tahun 2014.

The objective of this study is to identify iron sufficiency's dominant factor among College Students of Health Sciences Program Batch 2013, Universitas Indonesia in 2014. This study used cross sectional design which conducted on 290 respondents (female=214; male=76) of college students of Health Sciences Program batch 2013, Universitas Indonesia, April-May 2014. Subjects aged in 17-20 years old and was performed by Proporsionate Cluster Random Sampling. Data were collected through the questionnaire and iron intake was obtained by 2x24 hours food recall. This study showed that 83.8% respondents who consumed iron unsufficient. Iron intake among female respondent was 12.3 mg/day and male was 16.0 mg/day. Chi Square Analysis showed significant relation between sex (OR=7.56), heme and non heme consumption (OR=2.86), iron supplement consumption (OR=4.73), body image (OR=2.38), and mass media (OR=3.01) with iron sufficiency. Regression Binary Logistic Analysis also showed that sex (OR=19.17) and iron supplement consumption (OR=11.28) as iron sufficiency's dominant factor among college students of Health Sciences Program Batch 2013, Universitas Indonesia in 2014."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah
"Asupan makanan yang tidak mencukupi merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada anak. Penggunaan formula pertumbuhan menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh orangtua untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi anak usia 1-3 tahun. Tesis ini mengkaji mengenai kesesuaian kandungan zat gizi pada informasi nilai gizi, kontribusi kecukupan gizi, pelabelan, serta klaim gizi dan kesehatan formula pertumbuhan terhadap peraturan. Penelitian dilakukan dengan desain studi deskriptif. Hasil kajian kesesuaian kandungan energi dan zat gizi makro menunjukkan tingkat kesesuaian tertinggi untuk karbohidrat, sukrosa, dan asam lemak trans (100%), sedangkan terendah asam α-linolenat (60%). Tingkat kesesuaian tertinggi untuk kandungan vitamin adalah vitamin D, E, B2, niasin, dan vitamin B12 (100%), sedangkan paling rendah vitamin K (58%). Tingkat kesesuaian tertinggi untuk kandungan mineral yaitu natrium (100%), sedangkan paling rendah tembaga (68%). Untuk kesesuaian kandungan bahan lain, tingkat kesesuaian tertinggi yaitu karnitin (100%), sedangkan paling rendah DHA (44%). Hasil kajian kontribusi terhadap kecukupan gizi anak menunjukkan rata-rata persentase angka kecukupan gizi (AKG) kandungan zat gizi formula pertumbuhan sebesar 8-75% per saji atau 24-229% per hari. Serat memiliki kontribusi AKG terendah sedangkan kontribusi tertinggi diperoleh dari biotin. Hasil kajian kesesuaian pelabelan menunjukkan tingkat kesesuaian sebesar 100% pada pencantuman tanggal kedaluwarsa, cara penyiapan, dan pernyataan produk tidak cocok untuk bayi. Sedangkan tingkat kesesuaian terendah adalah untuk pencantuman peringatan bahaya yaitu sebesar 2%. Hasil kajian kesesuaian klaim menunjukkan tingkat kesesuaian klaim kandungan zat gizi sebesar 99,5%, klaim perbandingan zat gizi sebesar 100%, dan klaim fungsi zat gizi 62%.

Inadequate dietary intake is one of immediate cause of child undernutrition. The use of growing-up formula have become alternative efforts made by parents to help them fulfill the nutritional needs of children aged 1-3 years. The objectives of this thesis were to review the conformity of nutrients content on nutrition facts and labeling, including nutrition and health claims of growing-up formula products to the regulation. Reviewed on contribution of growing-up formula to the child?s daily nutritional adequacy was also conducted on this study. This study was carried through the descriptive study design. Based on the results of conformity assessment of energy and macronutrient content, it is showed that the highest level of conformity were carbohydrates, sucrose, and trans fatty acids (100%), while the lowest was alpha-linolenic acid (60%). The highest level of conformity according to the vitamin content were vitamin D, E, B2, niacin, and vitamin B12 (100%), while the lowest was vitamin K (58%). The highest level of conformity according to the mineral content was sodium (100%), while the lowest was copper (68%). For conformity of other ingredients content, the highest level of conformity was carnitine (100%), while the lowest was DHA (44%). Reviewed on contribution of growing-up formula on the nutritional adequacy of young children showed that the average percentage of Recommended Daily Allowance (RDA) of nutrient content were 8-75 % per serving or 24-229% per day. Fibers had the lowest contribution of RDA while the highest contribution obtained from biotin. Conformity assessment on labeling showed 100% of conformance for the inclusion of an expiration date, preparation instructions, and the statement ?is not suitable for baby?. However, there was discrepancies in the inclusion of important notice for health hazards with the level of conformance was only 2%. Reviewed on claims demonstrated that all products specify nutrient content claims on the label had the level of conformance of 99.6%. All products specify comparative claims had the level of conformance of 100%. While all products specify nutrient function claims had the level of conformance of 62%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Latifah
"Kolagen merupakan suatu protein yang memiliki banyak manfaatnya dalam industri farmasi, kosmetik, makanan, dan biomedis. Tingginya kebutuhan kolagen dalam berbagai bidang kesehatan ini diperlukan sumber kolagen altematif yang bersifat aman dan teijangkau sebagai pengganti sumber kolagen yang berasal dari sapi, babi, dan ikan. Pada penelitian ini, digunakan membran cangkang telur ayam sebagai sumber kolagen altematif. Kolagen ini mengandung beberapa asam amino, salah satunya adalah hidroksiprolin, yang mempakan asam amino sekunder turunan prolin yang secara eksklusif terdapat dalam kolagen. Kolagen dapat bertindak sebagai antioksidan, ditandai dengan adanya gugus sulfidril yang terdapat dalam rantai samping asam amino sistein dalam kolagen. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi analisis optimum dan metode analisis tervalidasi terhadap standar hidroksiprolin untuk penetapan kadar kolagen menggunakan metode KCKT, serta standar glutation dalam penentuan total gugus sulfidril menggunakan metode Spektrofometri UV-Vis dalam kolagen membran cangkang telur ayam. Analisis kolagen dengan standar hidroksiprolin dilakukan menggunakan KCKT detektor fluorosensi dan menggunakan agen derivatisasi FMOC-Cl {9-Fluorenilmetoksikarbonil- klorida). Kondisi analisis optimum didapatkan pada panjang gelombang emisi 320 nm dan eksitasi 255 nm, laju alir 0,8 ml/menit, komposisi fase gerak dapar asetat (pH4,2)-asetonitril (60:40). Metode analisis tervalidasi didapatkan dengan persamaan regresi linear y = 5698,6x - 30695, r = 0,9994 pada rentang 100-350 ng serta LOD sebesar 10,2529 dan LOQ 34,1746 ng. Penentuan gugus sulfidril dengan standar glutation dilakukan dengan menggunakan metode pereaksi Ellman (DTNB/ 5,5- dithio-bis- (asam 2-nitrobenzoic)) yang dianalisis menggunakan Spektrofotometri UVVis. Hasil menunjukkan kadar kolagen membran cangkang telur adalah 2,2935 ± 0,001% dengan total gugus sulfidril bebas 0,1738± 0,0013 mg/L.

Collagen is a protein that has many uses in the pharmaceutical, cosmetic, food, and biomedical industries. The high demand for collagen in various health fields makes needed alternative sources of collagen that are safe and affordable as a substitute for collagen sourced from cattle, pigs, and fish. In this study, a chicken eggshell membran was used as an alternative source of collagen. This collagen contains several amino acids, one of which is hydroxyproline. Hydroxyproline is a secondary amino acid derived from proline that is exclusively present in collagen. Collagen can also act as an antioxidant, characterized by the presence of sulfhydryl groups found in the side chains ofthe cysteine amino acids in collagen. This study aims to obtain optimum analytical conditions and validated analysis methods for hydroxyproline as a standard for determining collagen levels, and glutathione as a standard in determining total sulfhydryl groups in collagen membranes in chicken eggshells. Collagen analysis with hydroxyproline standard was carried out using a high-performance liquid chromatography fluorescent detektor and using an FMOC-Cl (9-Fluorenylmethoxycarbonyl- chloride) derivative agent. The optimum analysis conations were ol)tained at an emission wavelength of 320 nm and excitation of 255 nm, a flow rate of 0.8 ml/min, the composition of the mobile phase of acetate buffer (pH 4.2) - acetonitrile (60:40). The validated analysis method is obtained by linear regression equation y = 5698,6x - 30695, r = 0.9994 in the range of 100-350 ng and LOD of 10.2529 and LOQ 34.1746 ng. Determination of sulfhydryl groups with glutathione standards was carried out using the Ellman reagent method (DTNB / 5.5- dithio-bis- (2-nitrobenzoic acid)) which was analyzed using UV-Vis spectrophotometry. The results showed that eggshell membrane collagen levels were 2.2935 ± 0.001% with a total of free sulfhydryl groups of 0.1738 ± 0.0013 mg / L.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Latifah
"Skripsi ini merupakan usaha untuk menjelaskan pengalaman tentang Tuhan (ketuhanan) dalam ranah estetika. Immanuel Kant dengan term sublimnya membuka peluang untuk menjelaskan hal tersebut. Dengan menggunakan peluang yang diberikan oleh Kant, akan memperlihatkan tentang pengalaman ketuhanan itu selain berhubungan dengan iman, juga bersentuhan dengan estetika, yaitu sublim.

This thesis is about an effort in way to explaining the empirical study with reference to God (divinity) in the aesthetics domain of Immanuel Kant, within his sublimacy theory as it to opening more chances definition of his term. By using Kant's chance it will show about the empirical divinity related to the faith, and so do related to the aesthetic, called by sublimation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S63433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Latifah
"Penelitian ini berasal dari ketertarikan peneliti melihat fenomena yang terjadi di dalam masyarakat yaitu persahabatan lawan jenis yang terjadi pada individu yang sudah menikah. Untuk itu, masalah yang diangkat peneliti adalah bagaimana fungsi persahabatan dan dampak dari persahabatan lawan jenis terhadap kepuasan pemikahan, khususnya pada individu yang berada pada masa dewasa muda dan dewasa madya.
Penelitian dilakukan melalui metode wawancara terhadap 4 orang subjek. Dua orang subjek yang semuanya wanita berada pada masa dewasa muda dan dua orang subjek satu orang wanita dan satu orang pria berada pada masa dewasa madya.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa keempat subjek di dalam penelitian ini merasakan kepuasan di dalam kehidupan pemikahan mereka. Pada umumnya mereka dapat menerima perubahan, mampu hidup dengan hal-hal yang tidak dapat mereka rubah, mampu menerima ketidaksempurnaan pasangan dan pernikahan, saling percaya, saling membutuhkan, dan menikmati ketersamaan.
Faktor-faktor yang mendukung subjek dapat merasakan kepuasan di dalam pernikahannya hampir semua memiliki kesamaan, seperti faktor-faktor yang mereka rasakan sebelum pernikahan misalnya pernikahan orangtua yang bahagia, kebahagiaan di masa kanak-kanak, disiplin, pendidikan seks, lamanya berpacaran, pendidikan, dan keyakinan untuk menikah. Perbedaan yang ada pada faktor ini adalah pada subjek AS yang tidak pemah mendapatkan disiplin langsung dari orangtuanya karena harus hidup berjauhan. Untuk pendidikan seks, pada umumnya subjek tidak mendapatkan langsung dari orangtuanya.
Sementara faktor-faktor yang mendukung kepuasan pemikahan mereka selama berjalannya pernikahan adalah komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial, tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama, dan hubungan dengan mertua/ipar. Perbedaan yang ada pada faktor selama pemikahan adalah pada subjek dewasa muda dan dewasa madya. Subjek dewasa madya tidak pernah mengekspresikan perasaannya secara terbuka sementara subjek dewasa muda melakukannya. Perbedaan lain yang ada pada subjek dewasa muda dan subjek dewasa madya adalah bahwa subjek dewasa muda pernah merasakan menurunnya kepuasan pemikahan ketika mereka memiliki anak di usia bayi sementara subjek dewasa madya tidak.
Hubungan persahabatan subjek dan sahabat lawan jenis pada umumnya sudah berlangsung lama dan persahabatan di antara mereka terbentuk sebelum mereka menikah, kecuali pada subjek M yang baru menjalani kehidupan persahabatan selama 3 tahun dan persahabatan itu terbentuk setelah M menikah.
Di dalam menjalani kehidupan persahabatan pada umumnya subjek mendapatkan semua fungsi persahabatan, kecuali pada subjek AS yang tidak mendapatkan fungsi social comparison dari persahabatannya. Dampak positif yang dirasakan oleh subjek pada umumnya sama, sementara dampak negatif dari bentuk persahabatan ini tidak dirasakan oleh subjek B.
Dari sejumlah fungsi persahabatan fungsi stimulation nampaknya menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pemikahan subjek, kecuali pada subjek AS. Subjek AS merasakan fungsi physical support terhadap kepuasan pernikahannya. Sementara dampak positif dari persahabatan lawan jenis yaitu lebih mendekatkan individu dengan pasangannya nampaknya yang berpengaruh terhadap kepuasan pemikahan subjek.
Mengenai kepuasan pemikahan subjek yang dirasakan dari persahabatannya dengan lawan jenis dapat diketahui bahwa dengan persahabatan lawan jenis, subjek dewasa muda bisa merasakan meningkatnya kepuasan pernikahan mereka, sementara subjek dewasa madya bisa tetap merasakan kepuasan pemikahannya dari bentuk persahabatan ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Disriani Latifah S.
"Kompetensi dalam lingkungan kekuasaan kehakiman berarti kewenangan pengadilan untuk mengadili atau pengadilan yang berwenang mengadili sengketa tertentu sesuai dengan ketentuan yang digariskan peraturan perundang-undangan maka berdasarkan hal tersebut yang dimaksud kompetensi absolut adalah wewenang badan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan lain, baik dalam lingkungan peradilan yang sama (Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi) maupun dalam lingkungan peradilan lain (Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama). Dalam praktek sekarang ini sering ditemukan suatu perjanjian yang di dalamnya terdapat klausula arbitrase. Dimana suatu perjanjian dengan klausula arbitrase menjadi kewenangan absolut bagi badan arbitrase yang ditunjuk sebagaimana juga diatur dalam pasal 3 UU No 30 tahun 1999 bahwa Pengadilan negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase. Namun tetap saja ada pihak yang tetap mengajukan sengketa dengan klausula arbitrase tersebut ke pengadilan dengan berbagai alasan. Demikian pula dalam perkara kepailitan di pengadilan niaga, timbul permasalahan yang berkaitan dengan adanya keberadaan klausul arbitrase tersebut dalam suatu perkara permohonan kepailitan dan telah menjadi permasalahan dan pembahasan yang cukup serius dalam beberapa permohonan kepailitan di Pengadilan Niaga. Perlu juga diperhatikan bahwa ternyata kewenangan absolut Pengadilan Niaga tidak sama dengan kewenangan absolut Peradilan Umum, dimana dalam hal kepailitan, perkara kepailitan adalah kompetensi absolut dari Pengadilan Niaga, arbitrase tidak berwenang menangani perkara kepailitan. Maka permasalahan mengenai kompetensi absolut arbitrase yang dihubungkan dengan kompetensi absolut peradilan umum dan pengadilan niaga inilah yang hendak penulis kaji dan analisa dalam tesis ini."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>