Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lathifah Novanti Putri
Abstrak :
Distribusi merupakan kegiatan paling penting dalam supply-chain management dari produk farmasetik yang terintegrasi. Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan proses distribusi produk farmasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. PBF merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap PBF harus memastikan bahwa mutu suatu produk farmasi dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi sesuai dengan pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan Standar Operasional Prosedur (SOP). Salah satu produk farmasi yang dapat didistribusikan oleh PBF adalah prekursor farmasi dan Obat-Obat Tertentu (OOT). Kedua produk farmasi ini sering kali disalahgunakan dan dapat menjadi ancaman serius di bidang kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Oleh karena itu, prekursor dan OOT perlu diawasi secara ketat penyalurannya agar dapat digunakan semestinya sesuai dengan kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan meninjau kualitas SOP yang mengacu pada CDOB terkait proses pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran prekursor dan OOT di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. Metode yang digunakan adalah metode observasional dengan mengamati dan meninjau kualitas implementasi SOP dalam proses pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran prekursor dan OOT. Berdasarkan hasil observasi, PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 telah mengimplementasikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengacu pada CDOB dengan baik dan dilengkapi dengan personil – personil kompeten dalam jumlah yang memadai di tiap kegiatan pada rantai distribusi. ...... Distribution is the most important activity in the supply chain management of integrated pharmaceutical products. Pharmaceutical Wholesalers (PBF) and the distribution process of pharmaceutical products are inseparable. PBF is a legally incorporated company authorized for the procurement, storage, and distribution of drugs and/or drug ingredients in large quantities in accordance with regulatory provisions. Every PBF must ensure that the quality of a pharmaceutical product and the integrity of the distribution chain are maintained during the distribution process according to the Good Distribution Practice (GDP) guidelines and Standard Operating Procedures (SOP). One of the pharmaceutical products that can be distributed by PBF is pharmaceutical precursors and Certain Drugs (OOT). These two pharmaceutical products are often misused and can pose serious threats in the health, social, and economic sectors. Therefore, the distribution of precursors and OOT needs to be strictly monitored to ensure they are used appropriately according to needs. This study aims to observe and review the quality of SOPs based on GDP regarding the procurement, receipt, storage, and distribution processes of precursors and OOT at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2. The method used is observational, by observing and reviewing the quality of SOP implementation in the procurement, receipt, storage, and distribution processes of precursors and OOT. Based on the observations, PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 has well implemented SOPs based on GDP and is equipped with competent personnel in sufficient numbers for each activity in the distribution chain.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifah Novanti Putri
Abstrak :
Polifarmasi merupakan suatu kejadian penggunaan lima obat atau lebih oleh seorang pasien secara bersamaan. Kondisi polifarmasi umumnya ditemukan pada populasi lansia dengan penyakit kronis. Dari beberapa penyakit kronis, hipertensi merupakan penyakit kronis yang paling banyak ditemukan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan. Hipertensi adalah sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif dan ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Polifarmasi yang tepat membutuhkan peresepan obat secara tepat dan cermat, sehingga pasien dapat menunjukkan outcome klinis yang baik. Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses identifikasi resep polifarmasi melalui kegiatan pengkajian resep di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengkajian resep merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian di apotek. Kegiatan pengkajian resep meliputi kajian administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Pengkajian atau skrining resep merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi kesalahan pengobatan (medication error) atau Drug Related Problem (DRP). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengkaji resep polifarmasi pada pasien dengan di Apotek Roxy Poltangan September 2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi dan analisa resep polifarmasi yang didalamnya tercantum obat hipertensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara aspek pengkajian administratif, farmasetik, dan klinis pada resep sudah cukup baik akan tetapi ditemukan DRP pada aspek keamanan terapi dikarenakan terdapat kombinasi pengobatan yang kurang tepat yakni simvastatin dan amlodipin. ...... Polypharmacy is the simultaneous use of five or more medications by a patient. This condition is commonly found in the elderly population with chronic diseases. Among various chronic diseases, hypertension is the most prevalent in all healthcare facilities. Hypertension is a syndrome or a progressive cardiovascular condition characterized by elevated blood pressure above 140/90 mmHg. Appropriate polypharmacy requires precise and careful medication prescription so that patients can achieve good clinical outcomes. Therefore, a process of identifying polypharmacy prescriptions through prescription assessment activities in healthcare facilities is necessary. Prescription assessment is a form of pharmaceutical service in pharmacies. The activities involved in prescription assessment include administrative review, pharmaceutical suitability, and clinical considerations. Prescription assessment or screening aims to identify, prevent, and address medication errors (medication errors) or Drug Related Problems (DRP). The purpose of this study is to identify and assess polypharmacy prescriptions in patients with hypertension at Roxy Poltangan Pharmacy in September 2023. The method used in this study involves observation and analysis of polypharmacy prescriptions that include hypertension medications. The results of this study indicate that in terms of administrative, pharmaceutical, and clinical aspects, the prescriptions were quite good; however, a DRP was found in the therapeutic safety aspect due to an inappropriate drug combination of simvastatin and amlodipine.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifah Novanti Putri
Abstrak :
Digitalisasi merupakan salah satu bentuk perubahan yang mendukung industri 4.0, dimana digitalisasi adalah bentuk proses perubahan dari media analog ke media digital. Digitalisasi akan sangat membantu proses perpindahan data, pengawasan data, serta mendapatkan berbagai informasi hanya melalui internet dengan suatu akses yang mudah. Oleh karena itu, Departemen Quality Control (QC) PT Bintang Toedjoe Cikarang mengembangkan suatu aplikasi berbasis komputer yaitu QC Cikarang Apps. Berdasarkan peraturan CPOB Tahun 2018 Aneks 7 Tentang Sistem Komputerisasi, dimana sistem komputerisasi menjadi suatu kewajiban untuk divalidasi. Validasi sistem komputer meliputi beberapa proses pengujian atau kualifikasi sistem komputerisasi yang harus dipenuhi oleh suatu industri farmasi. Kegiatan validasi sistem komputer sangat penting untuk dilakukan karena dapat membantu memastikan bahwa suatu sistem komputer berjalan akurat, aman, serta semua informasi dan data yang tersimpan memenuhi prinsip data integrity yaitu, Attributable (dapat mewakili), Legible (terbaca), Contemporaneous (secara bersamaan), Original (asli), dan Accurate (akurat) atau disingkat menjadi ALCOA. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian langsung dan pembuatan Spesifikasi Kebutuhan Pengguna, protokol dan laporan Kualifikasi Instalasi (KI) dan Kualifikasi Operasional (KO). Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi QC Cikarang Apps sudah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan berdasarkan beberapa proses pengujian atau kualifikasi sistem komputerisasi. Aplikasi QC Cikarang Apps telah menerapkan prinsip CPOB dan CPOTB Tentang Sistem Komputerisasi dan Dokumentasi serta prinsip data integrity (ALCOA requirements). ...... Digitalization is a form of change that supports Industry 4.0, where digitalization represents the transition from analog to digital media. Digitalization greatly aids in data transfer, data monitoring, and obtaining various information easily via the internet. Therefore, the Quality Control (QC) Department of PT Bintang Toedjoe Cikarang developed a computer-based application called QC Cikarang Apps. According to the 2018 GMP regulation Annex 7 on Computerized Systems, computerized systems must be validated. Computer system validation includes several testing or qualification processes that must be met by a pharmaceutical industry. Validating computer systems is crucial as it ensures the system operates accurately and securely, and that all stored information and data meet the principles of data integrity, which are Attributable, Legible, Contemporaneous, Original, and Accurate (ALCOA). This research was conducted through direct testing and the creation of User Requirement Specifications, Installation Qualification (IQ) protocol and report, and Operational Qualification (OQ) protocol and report. The results of this research show that the QC Cikarang Apps application complies with the specified requirements based on various computer system qualification processes. The QC Cikarang Apps application adheres to the GMP and GMP guidelines on Computerized Systems and Documentation and the principles of data integrity (ALCOA requirements).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifah Novanti Putri
Abstrak :
Penggunaan antibiotik yang relatif tinggi dan tidak rasional dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti resistensi. Kejadian resistensi terhadap antibiotik menjadi salah satu ancaman besar kesehatan seluruh dunia dan akan semakin meningkat seiring dengan meluasnya penyalahgunaan antibiotik. Kejadian resistensi dapat dikendalikan dengan adanya penggunaan antibiotik secara bijak, sehingga dibutuhkan evaluasi untuk memastikan dan menilai apakah antibiotik tersebut digunakan secara tepat dan rasional. Terdapat dua metode yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik, yakni secara kualitatif maupun kuantitatif. Evaluasi antibiotik secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode ATC/DDD, dimana klasifikasi penggunaan antibiotik secara Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification dan pengukuran jumlah penggunaan antibiotik dengan Defined Daily Dose (DDD)/100 patientdays. Metode ini telah direkomendasikan oleh WHO dan Kemenkes RI sebagai standar analisa kuantitas penggunaan antibiotik di Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan DU90% pada pasien rawat inap di Gedung Prof. Soelarto Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode JanuariMaret 2023. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data sekunder berupa rekam medik. Hasil analisis kuantitatif dengan metode ATC/DDD menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik yang paling sering dijumpai adalah ceftriaxone sebesar 40.89 DDD/100 patient-days. Antibiotik yang termasuk ke dalam segmen 90% yaitu ceftriaxone, cefixime, meropenem, metronidazole, amoxicillin-clavulanic acid, dan cefoperazone. ...... The relatively high and irrational use of antibiotics can lead to various health problems such as resistance. Antibiotic resistance is one of the major global health threats and will continue to increase with the widespread misuse of antibiotics. Resistance can be controlled by the prudent use of antibiotics, necessitating evaluations to ensure and assess whether antibiotics are used appropriately and rationally. There are two methods to evaluate antibiotic use: qualitative and quantitative. Quantitative evaluation of antibiotics can be conducted using the ATC/DDD method, which classifies antibiotic use according to the Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification and measures the amount of antibiotic use with Defined Daily Dose (DDD) per 100 patient-days. This method has been recommended by the WHO and the Indonesian Ministry of Health as the standard for analyzing the quantity of antibiotic use in hospitals. This study aims to evaluate antibiotic use quantitatively using the ATC/DDD and DU90% methods in inpatients at the Prof. Soelarto Building, Fatmawati Central General Hospital, for the period of January-March 2023. Data collection was carried out retrospectively using secondary data from medical records. The quantitative analysis results using the ATC/DDD method showed that the most frequently used antibiotic was ceftriaxone at 40.89 DDD/100 patient-days. The antibiotics included in the 90% segment were ceftriaxone, cefixime, meropenem, metronidazole, amoxicillin-clavulanic acid, and cefoperazone.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifah Novanti Putri
Abstrak :
Salah satu faktor penunjang kelancaran pelayanan kesehatan di puskesmas adalah tersedianya obat yang cukup untuk masyarakat yang melakukan pengobatan di puskesmas. Ketersediaan obat yang optimal dapat direncanakan dari proses perencanaan termasuk proses pencatatan dan pelaporan. Proses perencanaan kebutuhan obat tiap tahunnya dilakukan dengan sistem berjenjang (bottom-up) dari puskesmas yang berada di kelurahan hingga ke kecamatan. Tiap puskesmas akan membuat dan melaporkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Formulir ini berfungsi untuk memonitoring pemakaian dan permintaan obat setiap bulan dan dapat diketahui profil penggunaan obat yang paling banyak hingga paling sedikit digunakan di puskesmas sehingga dapat disesuaikan dengan pola penyakit yang tersebar di masyarakat wilayah kerja puskesmas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kartu stok obat dengan LPLPO dan mengetahui profil 10 (sepuluh) obat terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Oktober-Desember 2022 sehingga dapat membantu dalam proses perencanaan dan permintaan untuk periode selanjutnya. Pengambilan data menggunakan metode retrospektif dengan melihat LPLPO Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Oktober-Desember 2022. Hasil dari penelitian ini berupa 10 (sepuluh) profil penggunaan obat terbanyak dari 228 obat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Oktober-Desember 2022 dengan urutan sebagai berikut: Metformin 500 mg; Parasetamol 500 mg; Calcium lactate 500 mg; Guaifenesin 100 mg; Chlorpheniramine maleate (CTM) 4 mg; Amlodipin 5 mg; Deksametason 0,5 mg; Vitamin B Kompleks; Glimepirid 2 mg; dan Vitamin B6 10 mg. ...... One of the factors supporting the smooth operation of healthcare services at health centers is the availability of sufficient medications for the community seeking treatment. Optimal medication availability can be planned through processes including recording and reporting. The annual medication planning process is conducted in a hierarchical (bottom-up) system from health centers in villages to those in districts. Each health center will prepare and report the Medication Usage Report and Request Form (LPLPO). This form functions to monitor monthly medication usage and requests, allowing the identification of the most to least used medications at the health center, which can then be adjusted according to the disease patterns prevalent in the community served by the health center. This study aims to determine the conformity of medication stock cards with LPLPO and to identify the profile of the ten most used medications at the Kramat Jati District Health Center for the period of October-December 2022, thereby assisting in the planning and requesting process for the next period. Data collection was conducted retrospectively by reviewing the LPLPO of the Kramat Jati District Health Center for the period of October-December 2022. The results of this study include the profile of the ten most used medications out of 228 at the Kramat Jati District Health Center for the period of October-December 2022, in the following order: Metformin 500 mg; Paracetamol 500 mg; Calcium lactate 500 mg; Guaifenesin 100 mg; Chlorpheniramine maleate (CTM) 4 mg; Amlodipine 5 mg; Dexamethasone 0.5 mg; Vitamin B Complex; Glimepiride 2 mg; and Vitamin B6 10 mg.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library