Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herdiana
"Pemanfaatan fasilitas SCUP (Signaling Connection Part) routing pada International Carrier Switch (Sentral Gerbang Intemasional) untuk layanan transit signaling Intemasional dalam sebuah bisnis telekomunikasi memungkinkan sistem mobile communication dapat menawarkan value added services (VAS) antar negara, seperti layanan Short Message Service (SMS) dan location update (roanning) pada jaringan international. International Carrier Switch dapat menyediakan fasilitas transit signaling Intemasional antar negara yang dapat dimanfaatkan penyelenggara layanan mobile communication untuk dapat memberikan layanan sms dan roaming international. Dalam tugas akliir ini akan dianalisa dan dilakukan pengamatan lalu lintas traffic signaling yang terjadi pada International Switch Carrier untuk layanan sms dan location update (roaming) pada jaringan internasional dengan menggunakan program (tools) tTafik pada sentral tersebut dan alat ukur protocol analyser K1205 untuk tnengetallui transaksi aulara MSC/VLR dengan HLR atau SMSC melalui International Carrier Switch pada jaringan international untuk layanan sms dan location update (roaming) intcmasional, sehingga penyelenggara (operator) International Switch Carrier dapat memperkirakan berapa besarnya lalu lintas trafik layanan tersebut. Dengan adanya pemantaatan SCUP GATEIYAY untuk aplikasi SCCY rounting pada Irlernalional Carrier Switch dapat memudahkan penyelengara mobile communication melakukan kesepalan bersama untuk melakukan interkoneksi antar negara dengan mengenal satu alamat signaling (Point Code Irterimlional) untuk tujuan negara tertentu dan memberikan manfaat efisiensi jaringan (network- ) pada sistem mobile communication."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S40018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendi Herdiana
"Fungsi pemerintah dalam pelayanan publik diantaranya pemberian ijin termasuk di bidang telekomunikasi yaitu perijinan radio siaran swasta lokal. Dengan semangat otonomi daerah, kualitas pelayanan publik harus memberikan kepuasan dan performansi yang prima. Dalam implementasinya terjadi kendala baik friksi antara pemerintah pusat dan daerah maupun dengan instansi lain seperti KPI mengenai kewenangan perijinan. Kondisi ini merugikan masyarakat karena terjadi ketidakpastian hukum dan pelayanan perijinan terganggu. Pemerintah daerah Jawa Tengah melalui Dinas Hubtel sebagai pemerintah terdekat dengan masyarakat menyelenggarakan perijinan radio siaran swasta lokal dengan tetap berpegang kepada alokasi spektrum frekuensi dari Ditjen Postel sesuai KM 15 tahun 2003 tentang Master plan radio siaran FM. Hal yang melatarbelakanginya ialah untuk mengatasi kevakuman pelayanan publik perijinan radio siaran.
Untuk mengetahui apakah pelayanan publik perijinan radio siaran swasta lokal di Jawa Tengah telah sesuai dengan peningkatan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas, maka perlu mengadakan penelitian penilaian dari tingkat kepuasan publik terhadap pelayanan. Menggunakan metode performance analysis dan importance analysis untuk mengetahui persepsi seberapa puas dan seberapa penting atribut-atribut suatu suatu jasa pelayanan. Kemudian atribut-atribut tersebut dipetakan untuk melihat pemetaan tingkat kepentingan dengan quadrant analysis. Selain menganalisis itu juga akan dianalisis atribut-atribut kelokalan yang menjadi kekhasan radio siaran lokal.
Berdasarkan penelitian diketahui nilai indeks kepuasan pelanggan sebesar 70,95% dengan skala cukup puas kemudian dari aspek lokalitas radio siaran sudah dijadikan sarana aksesbilitas informasi yaitu 45 stasiun radio memberi separuh isi acara daerah, 40 stasiun radio memberikan porsi iklan 75%. Kemudian akses berpengaruh terhadap kemudahan ijin yang diinginkan responden dengan 41 stasiun radio menginginkan perijinan bisa diurus di instansi terdekat.

One of the government functions in public services is to give license including license of local private broadcasting radio. The quality of public services should provide good performance as well as satisfaction under the spirit of region autonomy. Unfortunately, there are some obstacles in its implementation among central and region government and other institutions, such as, KPI regarding license. As a result, this condition, of course, becomes disadvantages for society because of its uncertainty in laws and license services. Then, Central Java government via Dinas Hubtel, as the closest government to the society, arranges license of local private broadcasting radio with strictly referring to frequency spectrum from Ditjen Pastel based on KM 15, 2003 regarding master plan of FM broadcasting radio. This is to overcome stuck on public services of broadcasting radio license.
It is necessary to organize assessment of public satisfaction toward services in order to find out whether public services in local private broadcasting radio in Central Java are in line with increasing efficiency, effectiveness, and accountability. This research analyze satisfaction level of radio stations which have got license from Dinas Hubtel using performance and importance analyses methods to find out perception of satisfaction and other important attributes in services of broadcasting radio license. Then, the attributes are mapped to see the map of necessity level by quadrant analyses. It also analyses attributes of local character which becomes the characteristics of local private broadcasting radio.
Based on this research it is found that customer satisfaction index is 70,95% on satisfaction enough scale then radio station broadcasting has already become information accessibility that 45 stations give a half of the program on local program, 40 stations give 75% on advertisement on local content. The accesbility of licensing is important that 41 stations want the radio licensing could be proceed at the- nearest government institution.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Herdiana
"
ABSTRAK
Penelitian rnengenai pengaruh bentuk-bentuk nisan tipe Demak di Kompleks Makam Kaliwungu dan Tegal Arum yang telah dilakukan ini, tujuannya ialah untuk mengetahui perbedaan nilai kekuatan pengaruh bentuk nisan tipe Demak di kedua tempat tersebut Pengukuran nilai ke_kuatan pengaruh didasarkan pada penghitungan jumlah prosentase persa_maan dan perbedaan bentuk nisan melalui variabel-variabelnya.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dan inventarisasi laporan-laporan penelitian. Pengolahan data di_lakukan melalui analisis bentuk untuk menghasilkan jenis-jenis atau tipe-tipe nisan pada masing-masing kompleks makam. Kemudian jenis-jenis nisan pada masing-masing kompleks makam tersebut dibandingkan dengan jenis nisan tipe Demak, sehingga menghasilkan gambaran persamaan dan perbedaannya melalui nilai jumlah prosentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk nisan di Kaliwungu mempunyai nilai kekuatan pengaruh bentuk nisan tipe Demak sebesar 6,9 % berdasarkan frekuensi jumlah persamaan jenis bentuk nisan dan 57 % berdasarkan frekuensi jumlah persamaan variabel-variabel bentuk nisan. Sedangkan di Tegal Arum sebesar 3,1 % berdasarkan frekuensi jumlah persamaan jenis bentuk nisan dan 42,7 % berdasarkan frekuensi jumlah persamaan variabel-variabel bentuk nisan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kaliwungu yang lokasinya lebih dekat ke Demak memiliki kekuatan pengaruh bentuk nisan tipe Demak yang lebih besar dibandingkan dengan Tegal Arum yang lokasinya lebih jauh.
Hasil penelitian ini dapat memperkuat suatu teori tentang daerah kebudayaan yang menyebutkan bahwa suatu kebudayaan cenderung untuk berkembang dan menyebar yang berkaitan dengan faktor waktu, jarak.dan keadaan lingkungan. Kemudian semakin jauh jarak dan waktunya, maka akan semakin kecil hubungan persamaannya.
"
1997
S11580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Retno Herdiana
"Kebijakan moneter di Indonesia lebih dominan dari pada kebijakan fiskal. Pembentukan ekspektasi makin berperan dalam mengantisipasi akibat yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan. Tujuan skripsi ini melihat pengaruh dari pertumbuhan uang, sebagai salah satu perangkat kebijakan moneter, terhadap tingkat pengangguran, ouput nasional, dan harga di Indonesia dengan memasukkan faktor ekspektasi ke dalam pembentukan variabel pertumbuhan uang. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif menggunakan prosedur ekonometri Ordinary Least Square (OLS) karena persamaan-persamaan yang digunakan merupakan persamaan recursive. Pergerakan uang beredar, khususnya pergerakan yang tidak diantisipasi (unanticipated money), dapat mempengaruhi tingkat pengangguran dan tingkat output. Hubungan antara pergerakan uang tersebut adalah searah dengan tingkat ouput, dan berlawanan dengan tingkat pengangguran. Pengaruh pertumbuhan uang yang tidak diantisipasi pada tingkat pengangguran ternyata lebih lama (sampai tiga tahun kemudian), bila dibandingkan dengan pengaruhnya pada tingkat ouput (hanya sampai setahun kemudian). Pergerakan uang yang sebenarnya (actual money) dan pergerakan yang dapat diantisipasi (anticipated money) bersifat netral terhadap tingkat pengangguran dan tingkat ouput, yang berarti dalil ketidak-efektifan kebijakan (policy ineffectiveness proposition) berlaku di Indonesia. Tingkat harga memiliki hubungan one to one dengan pergerakan uang yang sepenuhnya diperkirakan. Namun pergerakan uang yang tidak diantisipasi (melalui pengaruhnya pada tingkat output) tahun ini dan tahun lalu, akan mempengaruhi tingkat harga dengan arah negatif. Pergerakan uang aktual ternyata juga mempengaruhi tingkat harga. Kesimpulan.akhir adalah kebijakan ekspansi moneter semata-mata hanya dapat mempengaruhi tingkat harga dan tidak dapat mempengaruhi tingkat output serta tingkat pengangguran, kecuali jika kebijakan ini tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Penelitian ini sangat terbatas, sehingga diperlukan penelitian yang dapat melihat lebih jauh dampak pertumbuhan uang pada variabel ekonomi riil lainnya, dengan memperpanjang periode penelitian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Herdiana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S40851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Herdiana
"Biodiesel berbasis mikroalga merupakan alternatif sumber energi yang cukup berpotensi karena sel mikroalga memiliki lipid yang dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan bakar biodiesel. Penelitian mengenai ektraksi lipid dari beberapa mikroalga telah dilakukan, namun hingga saat ini belum ada penelitian yang membahas mengenai perbandingan metode pemecahan dinding sel mikroalga Chlorella vulgaris dengan tujuan mengoptimalisasi produksi lipid.
Beberapa metode pemecahan dinding sel yang akan diujikan adalah metode sonikasi, MAE (Microwave Assisted Extraction) dan tanpa pemecahan dinding sel. Setelah itu, lipid akan diekstraksi menggunakan metode Bligh and Dryer. Hasil penelitian menunjukkan metode MAE merupakan metode yang paling optimum untuk memperoleh yield lipid terbanyak.

Biodiesel based from microalgae is one of potentially alternative for energi resources because its cell has lipid which can be processed into biofuel. Research about lipid extraction from some species of microalgae has been done but comparation between cell disruption methods to increase the productivity of Chlorella vulgaris' lipid.
Some methods that will be compared is sonication, MAE (Microwave Assisted Extraction) and without cell disruption. Lipid is extracted with Bligh and Drier method. The result of this research shown that MAE is appeared to be the most effective dan simplest method for lipid extraction for microalgae.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S51870
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendi Herdiana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
TA3363
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Herdiana
"Latar Belakang: Banyaknya jemaah haji Indonesia dengan kebiasaan merokok yang bisa menyebabkan gangguan faal paru. Gangguan faal paru tersebut bisa berupa obstruktif, restriktif, dan campuran. Belum ada penelitian tentang gambaran faal paru pada jemaah haji perokok di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan karakteristik dan gambaran faal paru serta hubungan antara perilaku merokok dengan gambaran faal paru jemaah haji perokok pada jemaah haji embarkasi Jakarta-Pondok Gede tahun 2012.
Metode: Disain studi adalah potong lintang pada jemaah haji perokok pada saat menjalani pemeriksaan kesehatan haji di Puskesmas Kecamatan dan Embarkasi Jakarta-Pondok Gede. Penilaian perilaku merokok berdasarkan Indeks Brinkman dan penilaian gambaran faal paru berdasarkan pemeriksaan spirometri. Analisis bivariat menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov.
Hasil: Pada studi ini didapatkan 209 subjek jemaah haji perokok. Karakteristik jemaah haji perokok umumnya laki-laki (99,5%), usia < 60 tahun (78,0%), IMT kategori lebih (63,2%), tidak disertai komorbid (68,9%), pendidikan kategori tinggi (75,1%), Indeks Brinkman kategori sedang (53,1%). Gambaran faal paru masuk kategori restriktif 51,2%, obtruktif 8,6%, campuran 8,1%, dan normal 32,1%. Penelitian ini tidak menunjukan hubungan bermakna antara perilaku merokok dengan gambaran faal paru pada kelompok kategori Indeks Brinkman sedang-berat dibandingkan kelompok kategori Indeks Brinkman ringan (p=0,925).
Simpulan: Karakteristik jemaah haji perokok umumnya laki-laki, usia < 60 tahun, IMT kategori lebih, tidak disertai komorbid, pendidikan kategori tinggi, Indeks Brinkman kategori sedang. Gambaran faal paru umumnya masuk kategori restriktif. Penelitian ini tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan gambaran faal paru pada kelompok kategori Indeks Brinkmansedang-berat dibandingkan kelompok Indeks Brinkman ringan.

Background: There are many of Indonesian pilgrims who have smoking habits. Smoking can cause pulmonary function disorder. Pulmonary function could be normal, obstructive, restrictive, or mixed. Previous studies had showed a close association between smoking behavior and respiratory tract diseases. There is no research about pulmonary function on smoking Indonesian pilgrims.
Aims: To obtain characteristics of pulmonary function and the association between smoking behavior with pulmonary function on smoking Indonesian pilgrims at Jakarta-Pondok Gede embarkation in 2012.
Method: This was a cross-sectional study on smoking Indonesian pilgrims during Hajj health checkup at the health center and embarkation District of Jakarta-Pondok Gede. Assessment of smoking behavior based on Brinkman index and pulmonary function assessment based on spirometry screening using spirometry. Bivariate analysis using Kolmogorov-Smirnov.
Result: This study got 209 subjects of smoker pilgrims. Subjects are generally male (99.5%), < 60 years (78.0%), overweight (63.2%), no comorbidity (68.9%), high education level (75.1%), medium Brinkman index (53.1%). Pulmonary functions are categorized as restrictive 51.2%, obtructive 8,6%, mixed 8,1%, and normal 32,1%. This study showed no significant association between smoking behavior with pulmonary function in the medium-heavy Brinkman index group than the light Brinkman Index group (p = 0.925).
Conclusion: Subjects are generally male, < 60 years, overweight, no comorbidity, high education level, medium Brinkman index. Pulmonary functions are generally categorized as restrictive. This study showed no significant association between smoking behavior with pulmonary function in the medium-heavy Brinkman index group than the light Brinkman Index group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rejeki Herdiana
"Tujuan tesis ini adalah untuk mengetahui proporsi, karakteristik, dan faktor risiko retinopati diabetik pada responden diabetes melitus di puskesmas Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Desain penelitian berbasis populasi, studi deskriptif-analitik dengan metode potong lintang. Kriteria inklusi adalah pasien diabetes melitus berusia > 18 tahun yang dilakukan pemeriksaan foto fundus di puskesmas kecamatan Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Dilakukan cluster random sampling dan didapatkan 17 kecamatan intervensi yang dilakukan pemeriksaan foto fundus. Dilakukan consecutive sampling dengan pemberitahuan secara aktif kepada responden. Responden diperiksa foto fundus tanpa dilatasi dan retinopati digrading dengan menggunakan klasifikasi NSC (National Screening Committee). Responden diperiksa tajam penglihatan, tekanan darah, lingkar pinggang, lingkar panggul, pemeriksaan laboratorium, dan dilakukan wawancara terpimpin untuk evaluasi faktor risiko. Jumlah total sampel dari penelitian ini adalah 419 responden dengan proporsi retinopati diabetik adalah 49 responden (11.7%). Pada analisis multivariat, faktor risiko independen untuk DR adalah usia ≥ 60 saat datang (OR 0.46; 95% CI, 0.24-0.89), durasi DM ≥ 5 tahun (OR 1.43; 95% CI, 0.79-2.59), keturunan DM (+) (OR 1.89; 95% CI, 0.98-3.63), GDP ≥ 126mg/dl (OR 2.06; 95% CI, 0.95-4.44), penyakit komplikasi (+) (OR 1.41; 95% CI, 0.78-2.57), gangguan penglihatan ringan (OR 1.81; 95% CI, 0.84-3.88), lingkar pinggang berlebih (OR 0.39; 95% CI, 0.20-0.73). Responden dengan retinopati diabetik cenderung memiliki indeks massa tubuh normal, tanpa obesitas sentral, dengan lingkar pinggang normal. Berdasarkan data yang didapatkan, satu dari 10 responden diabetes melitus di puskesmas Jakarta Timur dan Jakarta Selatan memiliki retinopati diabetik. Faktor risiko independen yang berkaitan dengan retinopati diabetik adalah usia ≥ 60 tahun dan lingkar pinggang berlebih.

The purpose of this study was to describe the proportion, characteristics, and risk factors of diabetic retinopathy in diabetic population at primary health care (PHC) in East Jakarta and South Jakarta. Population-based cross sectional study, analytic ? descriptive. Method: Diabetic individuals > 18 years were screened for diabetic retinopathy with single field nonmydriatil 45o retinal photograph at PHC in East Jakarta and South Jakarta and retinopathy was graded in NSC (National Screening Committee) system. We had cluster random sampling for 34 PHC and 17 were selected and performed retinal photography for DR screening. Consecutive sampling was performed with active announcement for diabetic patients in PHC within the scope of the study. All participants underwent guided interview and examination including uncorrected visual acuity, blood pressure, waist-hip circumference, body mass index, and collection of blood samples. Results : We had 419 diabetic person who participated in this study. The overall proportion of DR was 49 (11.7%). In logistic regression analysis, independent risk factors for DR were age ≥ 60 years (OR 0.46; 95% CI, 0.24-0.89), diabetic duration ≥ 5 years (OR 1.43; 95% CI, 0.792.59), related to diabetes mellitus (OR 1.89; 95% CI, 0.98-3.63), fasting blood glucose ≥ 126mg/dl (OR 2.06; 95% CI, 0.95-4.44), complications of diabetes (OR 1.41; 95% CI, 0.78-2.57), mild visual acuity disturbance (OR 1.81; 95% CI, 0.84-3.88), excessive waist circumference (OR 0.39; 95% CI, 0.20-0.73). Person with DR tend to have normal body mass index, without central obesity, with a normal waist circumference. Conclusion : One in 10 adults with diabetes at PHC in East Jakarta and South Jakarta has diabetic retinopathy. The independent association of DR with established risk factors were age more than or equal to 60 years old and excessive waist circumference."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Herdiana
"Patients with lip and palate cleft often have difficulties in articulation, mastication, swallowing and esthetic problems. In general, these patients have characteristics of malocclusion that need special treatment. Interdisciplinary approach should be done. It would need long term of healing period after total reconstruction which includes physical, mental, emotional, and social conditions. Orthodontic treatment in patients with lip and palate cleft consist of several stages which are the periods of infant, deciduos dentition, mixed dentition, and permanent dentition. These periods could be followed by pre-orthognatic surgical treatment if it is necessary. The principal of orthodontic treatment in patients with lip and palate cleft is to treated the malocclusion and to reduce the dysharmony that may happen due to surgical procedure which occured during growth and development periods."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>