Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Savitri
"Di Indonesia, upaya memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender (KKG) bagi perempuan mulai memperlihatkan arah lebih jelas dengan diterbitkannya Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan. Strategi pengarusutamaan gender bertujuan terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya mencapai maksud akan dilihat dari keseriusan dan konsistensi pemerintah dalam mengadopsi konsep-konsep yang relevan dengan KKG.
Penelitin ini menggunakan studi dokumen sebagai metodologi. Dokumen yang diteliti adalah GBII 199-2000, Propenas 2000-2004 dan Renstra 2000-2004 dari empat bidang pembangunan, yakni pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan dan perencanaan pembangunan. Analisis dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran yang ditetapkan berdasarkan pengadopsian konsep-konsep yang relevan dengan GAD, PUG, WID dan Nilai Dasar KKG di setiap dokumen. Selain itu, juga dianalisis konsistensi di dalam setiap dokumen (internal) dan antar dokumen (eksternal) dalam mengadopsi konsep-konsep tersebut. Hasil analisa berupa uraian yang bersifat deskriptif dan kualitatif.
Hasil penelitian menemukan bahwa pembangunan pendidikan terlihat cukup serius mengupayakan pencapaian KKG. Hal ini dapat dilihat dari perhatian terhadap relasi gender laki-laki dan perempuan sebagai faktor yang mempengaruhi ketimpangan pendidikan dan tindak lanjut dalam bentuk affirmative action, seperti beasiswa dan kelompok belajar untuk perempuan buta huruf. Namun demikian, tidak ditemukan strategi PUG.
Pembangunan pemberdayaan perempuan terlihat memenuhi semua ide dan pemikiran yang diperlukan dalam upaya mencapai KKG, namun letaknya parsial yakni di bawah pembangunan sosial budaya. Keterbatasan kedudukan dan peran serta kewenangan Kementrian Pemberdayaan Perempuan akan membuat upaya pencapaian KKG melalui strategi PUG ke dalam seluruh proses pembangunan berpotensi menghadapi kendala di masa datang.
Pembangunan kesehatan terlihat cukup serius dengan kecenderungan WID cukup kuat, khususnya kesehatan reproduksi, anemia ibu hamil, KB dan sebagainya. Hal menarik berkaitan dengan pengarusutamaan gender adalah pemberian kesempatan kepada perempuan dalam pengambilan keputusan alokasi dana.
DaIam upaya KKG, peran pembangunan yang dilakukan Bappenas dituangkan dalam dokumen Propenas masih terbatas di tingkat konsep dasar seperti demokrasi, akuntibilitas, transparansi, penegakan hukum dan pemerintahan yang baik. Sementara konsep efisiensi dan efekt1fitas merupakan landasan penting bagaimana melakukan perencaan pembangunan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa seluruh dokumen memperlihatkan konsistensi internal dalam mengadopsi konsep-konsep yang relevan dengan KKG. Sementara konsistensi eksternal di masing-masing bidang pembangunan bervariasi.
The Government's Efforts to Promote Gender Equity and Equality in DevelopmentDewayani Attempts to promote gender equity and equality (GEE) for women in Indonesia by the Government have just started to be more apparent since the issuance of Presidential Decree No. 9 Year 2000 regarding Gender Mainstreaming in Development. Gender Mainstreaming strategy aims at ensuring planning, implementation and monitoring, evaluation as well as taking consideration on gender perspectives in order to promote gender equality and equity within family, society and nation. The objective of the study is to evaluate the government's consistency in adopting concepts relevant to GEE into the related policies. Using document study as a method, the study investigates documents of GBHN (National Development Guidance). Propenas (Five Years Development Plan) and Renstra (Strategic Plan) of four sectors of development, which are of education, health, women empowerment, and development plan. Analysis of the level of seriousness is carried out by using measurement scale based on the adopted concepts relevant to GAD, PUG (Gender Mainstreaming), W ID and the basic value of GEE in each document. The consistency in each document (internal) and between documents (external) in adopting concepts is also analyzed. The result of the analysis is presented in descriptive and qualitative manner.
In the area of education, findings show that the government has extensively adopted concepts relevant to GEE as seen from the identification of gender relation as significant factor responsible for women's lack of education with affirmative action as a remedy. However, no PUG strategy has been identified.
The improvement of women's empowerment seems to fulfill all of the ideas and opinion, needed to achieve GEE. Yet because it is positioned only as a partial component of socio-cultural development, and also because of the Iimited role, position and authority of the State Ministry of Women Empowerment, the efforts in achieving the GEE in all development process through PUG strategy are potentially facing constraints in the future.
In the health sector the government demonstrates moderate efforts in adopting concepts relevant to GEE. On the other hand, a significant emphasis on WID is apparent, especially in the issues of reproduction health, anemia of pregnant women, and else. A positive finding for promoting GEE is opportunities for women in decision-making and budget allocation.
In terms of development planning, only basic concepts relevant to GEE is adopted, such as democracy, accountability, transparency, legal enforcement and good governance, while efficiency and affectivity become fundamental concepts in planning activity.
In general, it can be concluded that while each document has show internal consistency in adopting concepts relevant to GEE, it demonstrates that external consistency in each sector of development is at variance.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Diah Savitri
"Times Square, New York City dan Ginza, Tokyo adalah tempat yang terkenal sebagai kawasan pusat hiburan, karena sebagian besar bangunannya berfungsi sebagai tempat hiburan dan bersenang-senang, seperti gedung pertunjukan (Broadway di Times Square dan Kabuki di Ginza), pusat perbelanjaan, restoran, caf_s, bars, dan lain-lain. Selain itu, yang menarik adalah ketika melalui jalan-jalan di kawasan tersebut, terasa atmosfer ruang kota yang meriah dan heboh, serta terasa sangat khas dan berbeda dengan ruang kota lainnya. Kemeriahan dan kehebohan itu tercipta dari kehiruk-pikukan manusia dengan berbagai aktivitasnya, serta dari tampilan ruang kotanya yang begitu heboh dengan warna-warni dan gemerlap cahaya yang berasal dari muka-muka bangunannya. Warna-warni dan gemerlap cahaya tersebut mampu menarik mata manusia, sehingga dapat menimbulkan perasaan antusias dan kegembiraan yang mengebu-gebu ketika mengalami ruang kota tersebut, dan menunjang aktivitas bersenang-senang di dalamnya. Penulisan ini memaparkan faktor-faktor arsitektural yang dapat meningkatkan kemenarikan sebuah ruang kota yang peruntukannya sebagai tempat hiburan, seperti yang terdapat pada jalan-jalan di Times Square, New York City dan di Ginza, Tokyo, terutama faktor-faktor fisik berupa profil-profil penarik mata yang terdapat pada muka bangunan. Bagaimana penataan wujud dan letak profil-profil tersebut agar dapat ?dinikmati? manusia juga menjadi pembahasan di dalam penulis ini.

Times Square, New York City and Ginza, Tokyo are places known as an entertainment district, because many of its buildings are used as places for fun and pleasure, such as theater (Broadway in Times Square and Kabuki in Ginza), shopping centers, restaurants, caf_s, bars, etc. Be sides that, it?s interesting when going through its streets, the atmosphere of the urban spaces felt exciting and extravagant, very unique and different from the other urban spaces. The excitement and extravagance are emerged from the uproar of people?s activities, and also from the appearance of its urban spaces which are excessive with colors and gleaming lights that come from the building?s front face. Those colors and gleaming lights are able to engage the people?s eyes which created the feeling of enthusiasm and excitement when experiencing those urban spaces, and also support the pleasure activities inside. This writing explains the architectural factors that can increase the amusement of urban space which its purpose are for entertainment place, as in Times Square, New York City and Ginza, Tokyo, especially physical factors, which are profiles that engage the eyes attach to the building?s front face. The ordering of its appearance and placement, so it can be enjoyed by people, is also mentioned in this writing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library