Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi
Abstrak :
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi kekurangan gizi pada anak balita 18,4% (gizi kurang 13% dan gizi buruk 5,4%). Prevalensi gizi buruk (underweight) tertinggi di Provinsi Aceh (10,7%) dan prevalensi balita sangat kurus (wasting) adalah 6,2 persen, tertinggi di Provinsi Riau (10,6%). Akibat dari kurang gizi ini menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi dan dapat meningkatkan angka kematian balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor?faktor yang berhubungan dengan status gizi anak berusia 6?59 bulan di Pulau Sumatera Tahun 2010. Desain penelitian ini adalah cross sectional, menggunakan data sekunder dari data Riskesdas 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang mempunyai anak usia 6?59 bulan, sedangkan sampelnya ialah sebagian populasi (sebagian rumah tangga yang mempunyai anak usia 6?59 bulan). Dalam penelitian ini didapatkan prevalensi anak gizi kurang 12,5%, gizi buruk 4,9% dan gizi lebih 5,8% (BB/U), prevalensi anak pendek 15,8%, sangat pendek 18,3% (TB/U) dan prevalensi anak kurus 7,3%, sangat kurus 6,3% dan gemuk 13,75% (BB/TB). Pada analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara pemantauan pertumbuhan dengan status gizi anak berdasarkan BB/U, TB/U, antara pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan status gizi anak berdasarkan BB/TB, antara sanitasi lingkungan dengan status gizi berdasarkan BB/U dan BB/TB, antara pengeluaran perkapita dengan status gizi anak baik itu berdasarkan BB/U, TB/U, BB/TB, antara pendidikan ibu dengan status gizi balita baik itu berdasarkan BB/U, TB/U maupun BB/TB, antara jumlah kelahiran anak dengan status gizi balita berdasarkan TB/U. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk meningkatkan kepedulian dan investasi dalam upaya pencegahan masalah gizi.
Based on the Basic Health Research (Riskesdas) 2007, the prevalence of children malnutrition who under five is 18.4% (its underweight 13% and malnutrition 5.4%). The highest of the prevalence of malnutrition (underweight) is in province of Aceh (10.7%) and the thinnest of the prevalence of children under five (wasting) is 6.2 percent which located in province of Riau (10.6%). As a result of this malnutrition the children is vulnerable to infect of diseases and can cause increased of their mortality number. This study has been proposed to determine about factors regarding with nutritional status of children aged 6-59 months on the island of Sumatra in 2010. The design of this study is cross sectional, which formed of secondary data from the data Riskesdas 2010. The population in this study is families that have children aged 6-59 months meanwhile the sample is part of the population (some households who have children aged 6-59 months). Based on this study, the prevalence of child nutrition is 12.5% for malnutrition, 4.9% for severe malnutrition and 5.8% for over. (based on weight / age). The prevalence of children heights is 15.8% for short children, 18.3% for very shorts (based on height /aged). And the prevalence of children weights is 7.3% for skinny children, 6.3% for very skinny and 13.75 for fat (based on weight/height). From two variants analysis, there is found a significant correlation: between the monitoring of growth and nutritional status of children based on weight / age, height / age; between the utilization of health services and nutritional status children based on weight / height; between environmental sanitation and nutritional status based on the weight / age and weight / height; between cost live per capita and child nutritional status based on weight / age, height / age, weight / height; between maternal education with nutritional status of children whether it is based on the weight / age, height / age or weight / height; and between the number of births of children and nutritional status of children under five based height/ age.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Natsar Desi
Abstrak :
Menurunnya ketersediaan air permukaan salah satu disebabkan menurunnya mutu daerah tangkapan air (Catchment area) akibat pembukaan hutan untuk perkebunan dan pemukiman. Hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air setiap tahun mengalami kerusakan mencapai 1,5 juta ha per tahun, yang berakibat terjadi kehilangan air akibat run off yang tinggi maupun evaporasi. Terjadi kesidakseimbangan jumlah air pada musim kemarau dan hujan, Permintaan air bersih pada tahun 2015 untuk kebutuhan domestik diperkirakan mencapai 81 juta m3, dan jika dilihat dari tahun 2000 terjadi peningkatan tahunan sebesar 6,7%. Angka itu belum termasuk kebutuhan air bersih dan sektor pertanian yang mencapai 98% konsumsi air Indonesia dan meningkat 6,67% per tahun sampai 2015 (KLH, 2004). Tanggal 26 Maret 2004, telah terjadi bencana berupa runtuhnya dinding Kaldera Gunung Bawakaraeng yang merupakan hulu Sungai Jeneberang di Sulawesi Selatan. Dinding kaldera yang runtuh diidentifikasi sebagai tebing yang sermasuk Gunung Sarongan (elevasi 2.514 m dpl). Volume massa yang runtuh diperkirakah atitara 2{70 -- 300 juta m3, sepanjang daerah aliran Sungai Jeneberang. Sungai Jeneberang merupakan salah satu sungai besar dan penting di Sulawesi Selatan mengingas alurnya yang melalui Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar dan Kota Makassar. Sumber air baku PDAM Kota Makassar menggunakan air permukaan yaitu : (a) Sungai Maros dari Kabupaten Maros dengan kapasitas 1300 lld pada kondisi normal, (b) Sungai Jeneberang dari Kabupaten Gowa dengan kapasitas 3500 lld dan yang terpakai 1500 11d (Musagani, 2005).Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan mengunakan teknik pengumpulan data berupa observasi laboratorium dan dokumentasi. Observasi laboratorium digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas air pada Sungai Jeneberang sesuai dengan parameter yang diamati. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai macam data sekunder dalam menunjang data primer. Melalui metode dokumentasi dilakukan pencatatan informasi dari berbagai sumber tentang kualitas air Sungai Jeneberang. Pemilihan sampel dengan metode persimbangan (Purposive) untuk menentukan waktu dan ternpat pcngambilan sampel dilakukan secara Acak (random). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemanfaatan lahan yang memberikan kontribusi besar pada besarnya laju erosi tanah dan menurunkan kualisas air baku Sungai Jeneberang adalah ladang/tegalan sebesar 479,81 ton/km2/tahun. Parameter kualitas air baku yang diteliti dan melampaui baku (PP No. 82 Tahun 2001) akibas longsor adalah TSS maksimal sebesar 26560 mgll, BOD maksimal sebesar 4,17 mg/l dan COD maksimal sebesar 11,38 mgll, sedangkan parameter kualitas air minum yang melampaui baku mutu (SK. MENKES No. 907 Tahun 2002) adalah kekeruhan maksimal sebesar 6,3 mg/I clan pH maksimal sebesar 8,66. Pemanfaatan lahan dan longsor pada hulu DAS Jeneberang, berimplikasi pada jenis bangunan pengolahan air minum yaitu jika pH basa maka terjadi kerak pada jenis bangunan pengolahan air, perlakuan proses pengolahan pada tingkat kekeruhan di atas 6000 NTU beralih dari kapur dan tawas ke PAC (Poll aluminium clorite) dan Polymer. Biaya pemakaian bahan kimia PAC (Poll aluminium clorite) dan polymer meningkat rata-rata tiap tahun sebesar Rp 0,25/liter. Untuk mengatasi permasalahan kualitas air baku yang disebabkan pemanfaatan lahan dan Iongsor, disarankan membuat perasuran mengenai perunsukan kawasan hulu Sungai Jeneberang sebagai kawasan penyangga, memperbanyak cekdam agar material longsoran Gunung Bawakaraeng yang setiap turun hujan akan Iangsung jatuh ke Sungai dapat diperlambat. Disarankan meningkatkan kapasitas instalasi pengolahan air minum dan memproduksi air minum pada tingkat kekeruhan yang rendah, kemudian menyimpan air minum dalam jumlah besar untuk didistribusikan ke pelanggan. Dan perlu kajian lebih lanjut tentang perubahan teknologi pengolahan air minum PDAM Kota Makassar yang masih menggunakan sistem konvensional ke sistem pengolahan air minum yang lebih moderen. Perlu penelitian lebih terpadu dengan melihat berbagai aspek kepentingan Iingkungan hidup, sosial dan ekonomi dari hulu sampai hilir dalam pengelolaan DAS Jeneberang.
Indonesia's currents and future needs for water are increasing despite relatively steady supplies spread across the country. To ensure sustainable development in Indonesia, the basic principle regarding water resources would be so sufficiently satisfy the needs for water of all people of Indonesia and all the development sectors, taking into account the aspects of water resource carrying capacity and conservation. Declining supplies of surface water is partly a result of shrinking water catchments areas as forests are opened up for settlements. Every year, 1.5 million hectares of forests that function as water catchment areas are cleared, and the resulting water loss due to high run-off and evaporation leads to imbalance water supplies during dry and rainy seasons. The estimated domestic demand for clean water in 2015 is 81 million cubic meters with an annual increase of 6.7% compared with the 2000 statistics. This does not include the clean water demand of the agriculture sector which makes up 98% of Indonesia's water consumption which is increasing annually by 6.67% up to 2015 (Ministry of Environmental Affairs, 2004). On March 26, 2004, a disaster occurred: the collapse of the crater of Mount Bawakaraeng where Jeneberang River in South Sulawesi has its upper reaches. The collapsed section was identified as the crater rim which was part of Mount Sarongan (elevation: 2,514 m above sea level). The estimated volume of the mass covering the Jeneberang watershed area was 200-300 million cubic meters. The river Jeneberang is one of the largest and most important rivers in South Sulawesi because it flows across the regencies of Gowa and Takalar and the city of Makassar.Data show that following the disaster, Makassar's regional water company is facing a very serious problem, threatening the supply of water particularly to Makassar. The water company uses surface water from: (a) Maros river flowing from Maros regency with a capacity of 1,300 liter per second on normal condition, and (b) Jeneberang river flowing from Gowa regency with a capacity of 3,500 liters per second, of which only 1,500 liters arc used (Musagani, 2005). The research on the Impact of Watershed Quality on Drinking Water was conducted using the descriptive-analytical method. Purposive method was used for sample selection, while random method was used for times and places of sample collection. Results showed that the declining water quality of Jeneberang river resulted from the large 479,81 ton/km2/ year. Studied parameters of undistilled water quality and of above-standard water quality due to collapsed crater rim (Government Regulation No. 82 of 2001) were maximum TTS of 26560 mgll, maximum GODS of 4.17 mgll and maximum COD of 11.38 me; while parameters of the quality of water which was exceeding the prescribed standard (Decision of the Minister of Health No. 907 of 2002) were maximum turbidity of 6.3 mgtl and maximum pH of 8.66. Land use and landslides occurred at she watershed areas upstream of Jeneberang affected the water processing facility, i.e. non-neutral pH would result in corroded components and produce slags/crusts. For turbidity of more than 6000 NTU, PAC (poll aluminum chlorite) and Polymer should be used instead of limessone and alum in she water processing. The cost for using PAC and polymer is increasing annually by Rp 0.25 per liter. In order so deal with the problem of degrading quality of undistilled and clean water due so improper land use and occurring landslides, the government should make a policy on the use/allotment of Jeneberang river areas and also find a solution to stop materials on Mount Bawakaraeng from falling down to Jeneberang. Another alternative to deal with the problem of drinking water processing is to increase the capacity of the water processing plant to enable it to produce water with turbidity of less than 6000 NTU and to store a large amounts of water to be dissributed to customers. Further studies are required on the replacement of the undistilled water processing system at Makassar Water Company. More integrated researches would also be necessary to identify various environmental, social and economic aspects of the management of upstream to downstream watershed areas of Jeneberang.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Parwita Desi
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya persoalan yang mengemuka berkaitan dengan pengelolaan keuangan sekolah baik yang bersumber dari dana APBD/APBN, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), maupun dana masyarakat. Penelitian dimaksudkan untuk mengevaluasi proses pengelolaan keuangan, mengkaji peran faktor sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan keuangan, serta mengevaluasi akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan SMP negeri di Kabupaten Banyumas. Penelitian menggunakan pendekatan studi kasus. Analisis bersifat deskriptif dan eksploratif. Data dikumpulkan dari 7 SMP negeri di Kabupaten Banyumas, dengan jumlah responden sebanyak 135 orang dari enam unsur pemangku kepentingan sekolah. Keenam unsur tersebut terdiri atas kepala sekolah, bendahara, guru, anggota komite sekolah, orang tua siswa, dan siswa. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa hambatan dan kendala teknis berkaitan dengan pengelolaan keuangan sekolah meliputi ketidakmandirian sekolah dalam pengelolaan keuangan yang bersumber dari dana APBD, perbedaan periode penganggaran APBD dengan RAPBS, tidak adanya pedoman teknis dalam penyusunan RAPBS, penggunaan dana komite sekolah, dan tata cara pembukuan, serta keterlambatan persetujuan RAPBS oleh kepala Dinas Pendidikan. Hasil pengkajian mengenai peran faktor sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan keuangan SMP negeri di Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan, keahlian komputer, dan bimbingan teknis yang diikuti bendahara menunjang kualitas pelaksanaan pekerjaan perbendaharaan. Teknologi informasi oleh pengelola keuangan dimanfaatkan sebatas untuk sarana penunjang dalam membantu menyelesaikan pekerjaan perbendaharaan. Kelemahan dan kendala dalam faktor sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi tersebut tidak mempengaruhi tingkat akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan. Secara umum, pengelolaan keuangan SMP negeri di Kabupaten Banyumas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan sekolah telah diselenggarakan secara akuntabel dan transparan. Kontribusi utama penelitian ini adalah rekomendasi untuk peningkatan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan sekolah. Rekomendasi tersebut adalah perlu ditetapkannya sekolah sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sehingga pengelolaan keuangan sekolah yang bersumber dari dana APBD menjadi fleksibel. Di samping itu, perlu juga diterbitkan peraturan yang mengatur pengelolaan keuangan sekolah yang bersumber dari dana komite sekolah. Penelitian ini juga memberikan kontribusi bagi pengembangan akuntansi pemerintahan. Perlu dilakukan lebih banyak studi mengenai pengelolaan keuangan sekolah sebagai bagian dari praktek akuntansi pemerintahan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25085
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Kumala Desi
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas pembuatan bahan sabun yang lebih aman bagi tubuh dan lingkungan dengan menggunakan minyak kelapa terozonasi (cocozone). Proses produksi terbagi menjadi dua tahap, yaitu ozonolisis minyak untuk mendapatkan bahan antiseptik ozonida dan pembuatan sabun. Waktu ozonolisis terbaik didapat selama 72 jam dengan laju alir ozon sebesar 300 mg O3/ jam. Hasil pengujian kualitas cocozone menunjukan kenaikan bilangan asam, peroksida, dan bilangan penyabunan serta penurunan bilangan iod. Hasil uji daya hambat bakteri menunjukkan tidak ada zona hambat yang terbentuk untuk setiap sampel pada bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus, namun zona hambat terbentuk pada sampel cocozone untuk bakteri Propionibacterium acne. Hasil pengujian organoleptik, pH, daya busa, kemampuan mengangkat kotoran, kadar air menunjukan hasil yang dapat diterima. Target aplikasi produksi adalah usaha kecil menengah (UKM) dengan biaya kapital sebesar Rp. 9.085.000 dan biaya operasional sebesar Rp. 12.816.313. Harga jual minimum sabun cocozone adalah Rp 11.944.
ABSTRACT
This thesis discusses about soap making process to obtain a healthy and eco-friendly soap using ozonated coconut oil (cocozone) as a main ingredient. The production process is divided into two stages, there are ozonolysis of coconut oil to get antiseptic agent such as ozonide and soap making process. The best ozonolysis time is obtained in 72 hour with an ozone flow rate of 300 mg O3/h. The test results showed that the quality of cocozone rise by acid number, peroxide number, and saponification number meanwhile iodine number is decreased. Bacterial inhibition test results showed there is no inhibition zone formed for each sample on Escherichia coli and Staphylococcus aureus, but the inhibitory zone formed on cocozone sample for Propionibacterium acne. The Results of organoleptic test , pH test, foam test, ability to remove impurities, and water content showed acceptable. The target application is small and medium enterprises (SMEs) with a capital cost of IDR. 9.085.000 and operating expenses of IDR 12.816.313. The minimum price for selling cocozone‟s soap is IDR 11.944
2016
S64308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabella Roma Desi
Abstrak :
Penelitian ini menguji pengaruh konvergensi IFRS, efektivitas dewan komisaris dan efektivitas komite audit terhadap manajemen laba. Selain itu penelitian ini juga ingin mengetahui efektivitas dewan komisaris dan efektivitas komite audit terhadap manajemen laba dengan konvergensi IFRS sebagai variabel moderasi. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia selama periode tahun 2010-2013 dengan regresi data panel. Efektivitas dewan komisaris dan efektivitas komite audit diukur menggunakan ASEAN Corporate Governance (CG) Scorecard. Manajemen laba diukur dengan menggunakan model DeChow. Hasil penelitian ini adalah konvergensi IFRS, efektivitas dewan komisaris dan efektivitas komite audit berdampak signifikan mengurangi manajemen laba. Selain itu konvergensi IFRS meningkatkan efektivitas dewan komisaris  dalam menurunkan manajemen laba. ......This study examines the effect of IFRS convergence, the effectiveness of the board of commissioners and the effectiveness of the audit committee on earnings management. In addition, this study also wanted to know the effectiveness of the board of commissioners and the effectiveness of the audit committee toward earnings management with IFRS convergence as a moderation variable. The sample used is a company listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2010-2013 with panel data regression. The effectiveness of the board of commissioners and the effectiveness of the audit committee is measured using the ASEAN Corporate Governance (CG) Scorecard. Earnings management is measured using the DeChow model. The results of this study are the convergence of IFRS, the effectiveness of the board of commissioners and the effectiveness of the audit committee significantly impacts earnings management. In addition, IFRS convergence increases the effectiveness of the board of commissioners in reducing earnings management.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siallagan, Berliana Desi
Abstrak :
Metilen biru yang merupakan zat pewarna sintesis memiliki sifat yang mudah larut dalam air dan bersifat beracun. Hal ini tentu dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan air. Material fotokatalis semikonduktor berbasis titania menjanjikan potensi yang cukup tinggi dalam membantu proses degradasi zat warna. Pada penelitian ini dilakukan sintesis material semikonduktor berbasis titania yaitu bismuth titanate (BTO) yang dimodifikasi dengan logam emas berbentuk batang, nanorod emas (AuNR), membentuk nanokomposit BTO-AuNR. Sintesis BTO dilakukan dengan metode solvotermal pada suhu 200°C selama 24 jam menghasilkan beberapa pola difraksi XRD yang sama dengan Bi4Ti3O12 sebagai standar. Lalu sintesis nanorod emas (AuNR) dilakukan dengan metode seed mediated dengan variasi volume AgNO3 (0,4;0,5; dan 0,5 mL) untuk menghasilkan aspek rasio yang berbeda. Setelah itu, kedua material tersebut digabungkan membentuk suatu nanokomposit BTO-AuNR dengan aspek rasio AuNR yang berbeda. Nanokomposit BTO-AuNR disintesis dengan bantuan sonikasi selama 1 jam dan dapat terbentuk karena adanya interaksi elektrostatik antara BTO dengan AuNR yang membuat AuNR dapat menempel pada permukaan BTO. Nanokomposit yang berhasil disintesis dan dikarakterisasi dilanjutkan dengan uji aplikasi fotodegradasi pada metilen biru selama 60 menit di bawah cahaya tampak. Dari uji fotodegradasi, BTO-AuNR menghasilkan %degradasi terbaik yaitu 71,31% dengan laju 0,02mM/ menit. ......Methylene blue is a synthetic dye which is toxic and easily soluble in the water. This, can lead to water pollution. The titania-based semiconductor photocatalyst is promising material that can be used for the dye degradation process. In this study, a titania-based semiconductor was synthesized using bismuth titanate (BTO) which is modified with gold nanorods (AuNR) to form BTO-AuNR nanocomposites. The solvothermal technique was used to synthesize BTO at 200°C for 24 hours, yielding various XRD diffraction patterns that were comparable to those of Bi4Ti3O12. Then, to create varied aspect ratios, gold nanorods (AuNR) were synthesized using a seed mediated method with varying amounts of AgNO3 (0.4; 0.5; and 0.5 mL). The two materials were then mixed to form a BTO-AuNR nanocomposite with various aspect ratios of AuNR. BTO-AuNR nanocomposites were produced via electrostatic interaction between BTO and AuNR. Then, the nanocomposites were using characterized XRD, UV-DRS, TEM, and BET. Those nanocomposites were used a photodegradation test of methylene blue under visible light. The result showed that the BTO-AuNR 0,6 produced the best percentage of dye degradation, i.e 71.31% with a reaction rate of 0.02mM/min.
Depok: Fakultas Matematika dan ILmu Pengetahuan Alam, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Desi, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Berbagai macam peninggalan budaya yang ada di Indonesia telah menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata budaya yang cukup terkemuka di dunia. DI Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang memiliki wisata budaya yang bervariasi. Salah satu wisata budaya tersebut adalah upacara adat. Sayangnya hingga kini promosi yang dilakukan pihak pemerintah atas kegiatan upacara adat belum optimal sehingga pengetahuan wisatawan dunia akan upacara adat masih terbatas. Tugas Karya Akhir ini mencoba memaparkan strategi promosi wisata budaya upacara adat di DI Yogyakarta agar dapat bersaing dengan destinasi wisata budaya lainnya yang ada didunia. Program Promosi percobaan adalah Upacara Labuhan Alit Parangkusumo dengan target khalayak wisatawan mancanegara. Program ini akan berjalan selama 4 bulan dengan anggaran Rp 645.000.000,
ABSTRACT
A variety of cultural heritage in Indonesia has made Indonesia as a famous tourism destination. Special Region of Yogyakarta is a province that has many cultural tourism. One of them is traditional ceremony. Unfortunately, until now the goverment campaign to promote traditional ceremony as a tourism destination is still limited. This campaign tries to explain the promotional strategy of traditional ceremony as a cultural tourism in Special Region of Yogyakarta, in order to compete with other cultural destinations in the world. Study case of this campaign is Ceremony of Labuhan Alit Parangkusumo with foreign tourists as a target audience. The program will run for 4 months with a budget of Rp 645 million,
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library