Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Besral
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
PGB-pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Besral
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran potensi penularan HIV dari pengguna NAPZA suntik ke masyarakat umum. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil survei Surveilans Perilaku di Jakarta tahun 2000 yang dilaksanakan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia. Metode yang digunakan untuk perhitungan potensi penularan disasarkan pada konsep probabilitas. Penularan HIV dari penggunaan NAPZA suntik ke masyarakat umum dapat terjadi jika pengguna NAPZA suntik melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Pada hasil penelitian didapatkan bahwa potensi penyebaran HIV dari pengguna NAPZA suntik ke masyarakat umum sangat besar. Dari 27.300 pengguna NAPZA suntik di DKI (tahun 2000) akan ada 1.062 - 3.368 kasus baru HIV per tahun atau akan ada 389 - 1.245 kasus baru HIV per tahun per 10.000 pengguna NAPZA suntik. Untuk meminimalkan potensi penyebaran HIV dari pengguna NAPZA suntuk ke masyarakat umum perlu dilaksanakan beberapa informasi dan edukasi mengenai dampak buruk NAPZA dan HIV/AIDS mengurangi peredaran NAPZA kampanye kondom dengan cara meningkatkan akses pengguna NAPZA terhadap kondom dan peningkatan peran aktif masyarakat dalam pemberantasan NAPZA serta menerima bekas pengguna NAPZA yang telah sembuh tanpa diskriminasi.
The Potential Spreading of HIV from IDUs to the General Population. The objective of this study was to know the magnitude of potential spreading of HIV from the Intravenous Drug Users (IDUs) to the general population. This study analyzed secondary data from the Behavioral Surveillance Survey in Jakarta year 2000 conducted by the Center for Health Research,University of Indonesia. The method of computation was based on the concept of probability. The HIV could spread to the general population if the IDUs have had sexual act without using condoms. The result of the study showed that potential spreading of HIV from the IDUs to the general population was very high. A total of 27,300 IDUs in DKI Jakarta (year 2000) will produce 1.062-3.368 HIV new cases per year, or equivalent with 389 - 1.245 HIV new cases per year per 10.000 IDUs. To minimize the potential spreading, it is suggested to conduct some strategies e.g. using sterile syringes, detoxification, education information and communication about harmful effects of drugs and AIDS, reducing and localizing the distribution of drugs, campaign of condom use, increasing of community participation to prevent illegal drug use and well coming without any discrimination ex-IDUs who has been recovered.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Besral
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minum teh terhadap kejadian anemia kurang zat besi pada penduduk usia lanjut (usila). Populasi penelitian ini adalah usila di Kota Bandung dan sampelnya dipilih secara acak sebanyak 132 usila di Kecamatan Cicendo. Metode pengukuran hemoglobin menggunakan Sianmethemoglobin, sedangkan kebiasaan minum teh diukur dengan catatan asupan makanan (food record) 1 x 24 jam selama 7 hari. Analisa data menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian anemia pada usila di Kota Bandung adalah 47,7% (95%CI = 39%?56%). Separuh dari responden (49%) mempunyai kebiasaaan selalu minum teh tiap hari (95%CI = 40%?58%). Usila yang selalu minum teh tiap hari mempunyai risiko untuk anemia 92 kali lebih tinggi (95%CI=8?221) dibandingkan usila yang tidak pernah minum teh setelah dikontrol dengan variabel konsumsi lauk dan konsumsi pauk. Apabila kebiasaan minum teh setiap hari dapat dikurangi maka kejadian anemia pada usila dapat diturunkan sebesar 85%, dari 47,7% menjadi 7,3%. Kejadian anemia dapat diturunkan dengan cara mengurangi kebiasaan minum teh atau meningkatkan konsumsi protein, namun mengingat kondisi gigi serta keuangan usila, maka perubahan kebiasaan minum teh merupakan pilihan yang paling bijak untuk menurunkan kejadian anemia.
The Effect of Drinking Tea to the Anemia among Elderly in Bandung. The objective of this study is to know the effect of tea to anemia iron deficiency among elderly people. The study population is the elderly people in Bandung City. The sampling was 132 elderly that were selected randomly in Sub District of Cicendo year 2005. Method of measuring hemoglobin is the sianmethemoglobin and the drinking tea was measured by 1 x 24 hours food record for seven days. The data was analysis using multiple logistic regression. The results of this study shows that rate of anemia among elderly people in Bandung is 47,7% (95%CI = 39%?56%) and about half of the elderly (49%) drinking tea every day (95%CI = 40%?58%). The elderly who drink tea every day have risk for anemia 92 times higher compared than those who did not drink tea (ORadj = 91.8, 95% CI = 8?221) after controlled for protein intake. If the drinking tea habit among elderly could be changed, the anemia could be reduced by 85% i.e. from 47.7% become 7.3%. In order to decrease anemia, it?s suggested to reduce their drinking tea habit or increase their protein intake. However, due to lack of their teeth?s functioning and low of their economic status, reducing their drinking tea habit is the best choice to decrease anemia among elderly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Akademi Perawat Depkes ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Besral
Abstrak :
Kejadian stres pada pelbagai kelompok di Indonesia cukup tinggi dan belum banyak diketahui determinannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan stres pada pegawai Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Penelitian potong lintang ini dilakukan pada tahun 2013 terhadap 230 pegawai sekretariat jenderal yang dipilih secara acak. Analisis statistik menggunakan regresi logistik ganda. Responden dikatakan stres jika memiliki skor 28 atau lebih dengan menggunakan 17 pertanyaan terkait personal stress inventory. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stres sebesar 79% dan determinan stres adalah obesitas, usia, jabatan, suku, pendidikan, dan aktivitas fisik. Risiko stres lebih tinggi pada pegawai yang obesitas (ORadj = 1,9), pegawai berusia di bawah 40 tahun (ORadj = 2,1), suku Sunda (ORadj = 3,1), menduduki jabatan struktural (ORadj = 2,3), pegawai yang berpendidikan SMA atau D3 (ORadj = 2,8), dan pegawai perempuan yang kurang aktivitas fisik (ORadj = 8,2). Disimpulkan bahwa determinan stres sangat bergantung pada beban kerja dan karakteristik individu, risiko stres sangat tinggi terdapat pada pegawai perempuan yang kurang aktivitas fisik. Disarankan agar Kemenkes melakukan promosi kesehatan tentang hidup sehat dan pencegahan stres kepada seluruh pegawai, melakukan rekreasi bersama secara berkala, melaksanakan olahraga rutin setiap hari Jumat pagi di pusat kebugaran Kemenkes untuk menurunkan obesitas dan stres.
The prevalence of stress on various groups in Indonesia is quite high and has not been known their determinants. This study aimed to find out determinants of stress among civil servants at the Health Ministry of Republic of Indonesia. This cross sectional study was conducted in 2013 toward 230 secretariat general civil servants selected randomly. Analysis of statistic used multiple logistic regression. Respondents were considered stress if they got score 28 or more by using 17 questions personal stress inventory. Results showed that prevalence of stress related to and determinants of stress were obesity, age, position, tribe, education and physical activity was worth 79%. The risk of stress was higher among obese civil servants (ORadj = 1.9), age under 40 years old (ORadj = 2.1), tribe Sundanese (ORadj = 3.1), structural positions (ORadj = 2.0), senior high school or vocation level (ORadj = 2.8), women with lack of physical activity (ORadj = 8.2). To sum up, determinants of stress very depended on work loads and individual characteristics, the highest risk of stress among women who lack of physical activity. The Health Ministry should promote health public concerning healthy lifestyle and prevention of stress to all civil servants, periodically holding recreation together, conducting regular exercise on Friday morning in order to reduce obesity and stress.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library