Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggara Kusumaatmaja
Abstrak :
Tugas akhir ini merupakan hasil adaptasi alat ukur sikap profesional pegawai yang sebelumnya pemah digunakan oleh Richard Hall. Alat ukur sikap ini dimaksudkan untuk membantu Departemen X, dalam upaya menjngkatkan perilaku profesional pegawai. Alat ukur ini menjadi langkah awal yang sangat penting untulc memperoleh gambaxan sikap profesional pegawai. Alat ukur ini disusun dengan konstruk sikap profesional, yang terdiri dari lima komponen yaitu komponen atiliasi komunitas, kewaiiban sosial, peraturan profesi, dedikasi, dan tuntutan kemandirian. Kelima komponen ini kemudian diinteraksikan dengan tiga aspek sikap yaitu aspek kognitif aspek afektif dan aspek konatiif. Analisa validitas dan reliabilitas dilakukan berdasarkan perhitungan statistika dan diperoleh 25 item yang signitikan pada pada level 0,01 dan 0,05. Dengan kata lain, item-item pada alat ukur sikap prof:-:sional sudah valid atau benar-benar dapat mengukur sikap profesional. Uji reliabilitas dilakukan dengan a¢ha cronbach, didapat_ koefisien alpha alat ukur sikap profesional baik secaza keselumhan (0.703) maupun tiap komponennya (0,673 untuk komponen ailiasi komunitas, 0.677 untuk komponen kewajiban sosial, 0,708 untuk komponen peraturan profesi, 0,682 untuk komponen dedikasi, dan 0,718 untuk komponen tuntutan kemandirian). Maka dapat dikatakan bahwa alat ukur sikap profesional ini reliabel secaxa internal consistency dalam arti, item-item yang terdapat pada alat ukur ini mampu secara konsisten dan akurat untuk mengukur suatu konstruk. ......This final assigrunent is. an adaptation of professional attitude scale previously have been used by Richard Hall. Attitude measurement scale is intended to assist the Department of X, in an effort to improve the professional behavior of employees. This scale is the first step which is very important to obtain descriptions of professional employee attitudes. The scale are developed to measure this construct professional attitude, which consists of five components, namely the use ofthe professional organization as a major reference, a belief in service to the public, belief in self regulation, a sense of calling to the field, and autonomy. Those five components are then interaction with three aspects of the aspects of attitude, namely, cognitive aspect, affective aspects, and behavioral aspects. Analysis of validity and reliability based on the calculation of statistics and obtained 25 items at a significant level at 0.01 and 0.05. In other words, the items on the instrument measuring professional attitudes are valid or truly can measure professional attitudes. Reliability test is done with alpha cronbach, obtained alpha coeflicients measiuing tool professional attitude both overall (0,703) and each of its components (0,673 to use of the professional organization as a major reference, 0,677 component to belief in sen/ice to the public, 0.708 for the belief in self regulation component, component sense of calling to the field to 0.682, and 0.718 for component autonomy demands). S0 it can be said that professional attitude measuring instrument is reliable intemal consistency in meaning, the items that are on the tool is able to measure consistently and accurately to measure a construct.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34047
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggara Kusumaatmaja
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi berdasarkan kemampuan dan bidangnya masing-masing. Menurut Robinson (dalam http://www-mcnair.berkeley.edu/97joumal, 1997) tinggi rendahnya prestasi di pengaruhi oleh kemandirian seseorang. Menjadi anak bungsu, seringkali mendapat anggapan sebagai anak yang manja dan tidak mandiri. Gunawan (dalam Gunarsa & Gunarsa, 2000) mengatakan bahwa posisi anak sebagai anak sulung, bimgsu, dan tunggal sedikit banyak dapat berdampak pada pembentukan kepribadiannya. Oleh karena kemandirian juga merupakan salah satu aspek dari kepribadian, maka posisi anak juga berdampak terhadap kemandiriaimya. Kemandirian mempakan salah satu aspek kepribadian yang penting (Conger, 1991), terlebih bagi remaja usia 17-19 tahun, pada saat memasidd jenjang perguruan tinggi, remaja mulai dituntut untuk menjadi sosok yang mandiri (Ganda, 1992). Sebagai mahasiswa fakultas yang memiliki daya saing yang cukup ketat dalam penerimaan mahasiswa, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) dituntut untuk memiliki prestasi yang baik agar nantinya tidak dikeluarkan (putus studi). Pada penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana kemandirian dan prestasi akademik remaja bungsu serta melihat apakah ada hubungan kemandirian dengan prestasi akademik remaja bungsu di perguman tinggi?. Penelitian ini dilakukan pada 75 orang subyek yang terdiri dari 22 subyek laki-laki dan 53 subyek perempuan, yang bemsia 18-19 tahun dan merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi UI. Pemilihan subyek dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling. Setiap subyek dalam penelitian ini, mendapatkan kuesioner yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan lima aspek kemandirian. Untuk memperoleh data prestasi akademik, subyek diminta untuk menuliskan Indeks Prestasi Kumulatif terakhir yang diperolehnya dan peneliti mencek kembali kepada sub bagian akademik mahasiswa Fakultas Psikologi UI. Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik koefisien alpha dan korelasi Pearson product-moment yang ada pada program SPSS for MS Windows Release 10.0. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa Remaja bungsu pada fakultas psikologi UI yang mendapatkan skor kemandirian rendah, lebih banyak dari pada yang mendapatkan skor kemandirian tinggi. Walaupim deraikian, perbedaan jumlah remaja bungsu yang mendapatkan skor kemandirian tinggi -dengan skor kemandirian rendah, hanya terpaut 1,3 % saja. Jumlah remaja bungsu pada Fakultas Psikoiogi UI yang memiliki prestasi akademik buruk, lebih banyak dari pada yang memiliki prestasi akadeniik baik. Namun hal tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa mahasiswa bungsu Fakultas Psikologi memiliki prestasi akademik yang buruk, mengingat perbedaan antara responden yang memiliki prestasi akademik baik dengan responden yang memiliki prestasi akademik buruk hanya terpaut 9,3 % saja. Selain kedua hal tersebut, juga dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kemandirian dengan prestasi akademik remaja bungsu di Fakultas Psikologi UI. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh karena masih banyak faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi akademik seseorang yang tidak terukur dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah bakat khusus, motivasi untuk berprestasi, harga diri akademik, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan faktor situasional (Syah, 2000). Saran yang dapat diberikan untuk penelitian lain sehubungan dengan penelitian ini antara lain adalah untuk menguji validitas internal dan ekstemal dari instrumen pengukuran, sebaiknya faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi akademik dan kemandirian perlu diikutsertakan. Meskipun hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kemandirian dengan prestasi akademik remaja bungsu pada perguruan tinggi, aspek tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi akademik. Oleh karenanya, disarankan bagi para orang tua untuk memupuk tanggung jawab pada anak bungsu mereka sejak dmi agar dapat memaksimalkan prestasi akademik anak bungsunya.
2002
S2865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library