Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andrianus
"Keberadaan Lembaga Ketidakhadiran afwezigheid berdasarkan Pasal 463 KUHPerdata dan Penetapan Pengadilan secara formal hanya ditujukan bagi subjek hukum manusia. Perkembangan dalam masyarakat memperlihatkan kecenderungan bahwa subjek ketidakhadiran itu diperluas berlakunya sehingga meliputi juga ketidakhadiran subjek hukum badan hukum. Penelitian ini menguraikan dasar dan penyebab dari perluasan pemberlakuan afwezigheid tersebut, pelaksanaan dalam pengelolaan terhadap harta kekayaan afwezigheid dan kendala-kendala serta upaya yang dilakukan Balai Harta Peninggalan dalam pengurusan dan pengelolaan boedel afwezigheid tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data primer dan data sekunder bahan hukum yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara dan studi kepustakaan. Meskipun kekosongan hukum telah terisi dengan penemuan hukum, akan tetapi tetap saja terdapat hambatan-hambatan, baik yang bersifat internal maupun eksternal bagi BHP dalam melaksanakan pengurusan dan pengelolaan terhadap harta kekayaan yang dinyatakan afwezigheid. Hambatan internal berasal dari BHP itu sendiri, berupa sumber daya manusia, dn kurangnya sosialisasi BHP terhadap masyarakat sejak Dahulu. Sedangkan kendala eksternal antara lain kurangnya pengertian dan pemahaman dari instansi terkait dengan tugas pengurusan boedel afwezigheid, munculnya orang atau pihak lain yang mengaku sebagai pemilik, ahliwaris atau kuasanya yang dapat menimbulkan terjadinya proses gugatan pembatalan terhadap penetapan ketidakhadiran serta pihak yang berkepentingan kadang kala tidak sanggup membayar harga barang-barang atau harta kekayaan afwezigheid tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada pembuat Undang-undang agar melembagakan pengaturan tentang afwezigheid kedalam peraturan perundang-undangan nasional yang lebih tinggi Undang-undang.

The existence of absentia institution afwezigheid based on the Article 463 of Personal Code and Judicial Verdict formally is only referred to legal subject of human beings. The progress in society presents a tend that the subject of absentia is extended of the application to also include the absentia of corporate. The present study described the principles and cause of the extended application of afwezigheid, incuding implementation of property management of afwezigheid and the challenges, and the efforts of BHP in arrangement and management of boedel afwezigheid. The study used a normative method descriptively by a qualitative analysis. The qualitative analysis was applied for the primary and secondary data corporate collected by using both interview and library study. Although the legal vacancy has been filled by the legal discovery, however, there were also challenges either internally or externally for BHP to implement the arrangement and management of property stated under afwezigheid. The internal challenges resulted from the BHP itself such as human resources, lack of sosialitation from BHP. Whereas the external challenges included the lack of understanding and comprehension of the relevant institutions related to the arrangement of boedel afwezigheid, the emergence of those or other parties who recognized as the owner, heirs or the authorized power of attorney that can result in the sue of cancellation of any decision of absentia and the interest parties sometimes could not pay the prices of goods and property of the afwezigheid. Based on the result of the study, it is suggested to the legislative to institutionalize the arrangement of afwezigheid into the higher national Statutory Rules Laws.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S66625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edmond Pradipta Andrianus
"Pendahuluan: Periodontitis merupakan penyakit keradangan pada jaringan periodontal yang memiliki multifaktor risiko dan dapat memperparah progresifitas periodontitis. Salah satu faktor risiko periodontitis adalahi menopause yaitu kondisi sistemik pada wanita. Keadaan menopause mengacu pada wanita yang telah berhenti menstruasi selama lebih dari setahun. Menopause dapat mempengaruhi kesehatan mulut termasuk sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat mempengaruhi pertahanan jaringan periodontal. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat imunoglobulin G dalam cairan crevicular gingiva yang merupakan salah satu bagian dari sistem imun jaringan periodontal. Tujuan: Mendapatkan perbedaan kadar imunoglobulin G pada penderita periodontitis dengan menopause dan tanpa menopause. Metode: Sebanyak total 158 pasien diperiksa untuk diagnosis periodontitis dan diwawancarai untuk status menopause. Setelah diseleksi, studi cross-sectional dilakukan pada 63 subjek (44 subjek pasien menopause dan 19 subjek non-menopause) yang masing-masing kelompok akan diambil sampel CKG nya. Sampel diuji menggunakan ELISA kit untuk imunoglobulin G. Hasil: Rerata kadar IgG pada penderita periodontitis dengan menopause lebih rendah daripada kelompok tanpa menopause, namun pada uji statistik tidak terdapat perbedaan signifikan pada kedua kelompok. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan kadar imunoglobulin G pada penderita periodontitis antara menopause dengan tanpa menopause.

Introduction: Periodontitis is an inflammatory disease of periodontal tissue that has multifactorial risk and can worsen the progression of periodontitis. One of the risk factors for periodontitis is menopause, which is a systemic condition in women. Menopause refers to women who have stopped menstruating for more than a year. Menopause can affect oral health including the immune system so that it can affect the defense of periodontal tissue. This research was conducted to measure the level of immunoglobulin G in the gingival crevicular fluid which is one part of the immune system of the periodontal tissue. Objective: To find out the difference in immunoglobulin G levels in periodontitis patients with menopause and without menopause. Methods: A total of 158 patients were examined for a diagnosis of periodontitis and interviewed for menopause status. After being selected, a cross-sectional study was carried out on 63 subjects with 44 subjects including menopause patients and 19 non-menopausal subjects for which each group would be sampled from CGK. The sample was tested using an ELISA kit for immunoglobulin G. Results: The mean IgG level in periodontitis patients with menopause was lower than the group without menopause, but in the statistical test there were no significant differences in the two groups. Conclusion: There is no relationship immunoglobulin G levels in periodontitis patients between menopause with no menopause."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library