Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ambari
"Penelitian ini membahas perbandingan waktu standar pada proses inspeksi sebelum dan sesudah proses dengan tujuan menyeimbangkan lintasan pada stasiun kerja. Waktu proses di lintasan inspeksi sebelum perbaikan adalah 0.56 menit/pcs dan setelah dilakukan aktivitas perbaikan menggunakan keseimbangan lintasan dengan metode bobot posisi (weighted position) di dapat 0.51 menit/pcs. Pengukuran waktu standar di lintasan inspeksi dilakukan dengan menggunakan jam henti (stopwatch), data yang diambil sebanyak 50 data yang kemudian dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data. Jumlah stasiun kerja berkurang menjadi 3 stasiun kerja dengan menyederhanakan lintasan agar terjadi keseimbangan lintasan. Telah terjadi penurunan nilai efisiensi dan besarnya persentase balance delay sesudah dilakukan perbaikan, sehingga makin memperbesar bottleneck pada proses inspeksi. Efisiensi di stasiun kerja 1 sampai 4 berturut-turut adalah 53.85%, 29.17%, 50%, dan 41.18%. Jika dilihat dari total waktu standar proses inspeksi yang dihasilkan sesudah perbaikan didapat hasil yang kecil di bandingkan sebelum perbaikan, sehingga dapat mengakibatkan kecepatan rata-rata proses inspeksi meningkat sebesar 8.93% dari 0.56 menit/pcs menjadi 0.51 menit/pcs. Selain itu, terjadi kenaikan produktivitas sesudah perbaikan sebesar 0.05 menit/pcs, dengan membandingkan total waktu proses operasi inspeksi sudah perbaikan dengan sebelum perbaikan. Berkurangnya 1 stasiun kerja maka berkurang pula waktu proses inspeksi. Hal ini berakibat terjadinya penghematan biaya sebesar 0.24 JPY/pcs atau sekitar Rp.25. Selain itu dapat pula menghemat area pemisahan produk.

This research discusses the comparison of the standard time in the inspection process before and after the process with the goal of balancing the track at the work station. The time on the track inspection process before improvement is 0.56 minutes / pcs and after repair activity using a balance weight position trajectory method (weighted position) in the can 0.51 min / pcs. Measurement standard time on the track inspection is done using clock-stop (stopwatch), data collected by 50 then carried out test data uniformity and adequacy of the data. The number of work stations is reduced to 3 work stations by simplifying the track so that a balance trajectory. There has been a decline in the percentage of the value of efficiency and balance delay after repairs, further increase the bottleneck in the inspection process. Efficiency at work stations 1-4, respectively 53.85%, 29.17%, 50%, and 41.18%. When viewed from the total time of the standard inspection process produced results obtained after a small improvement compared to before the repair, which would cause the average speed of the inspection process increased by 8.93% from the 0.56 minute/pcs a 0.51 minute/pcs. In addition, an increase in productivity after the improvement of 0.05 minute/pcs, by comparing total operating time of the inspection has been improved with prior repair. Reduced one work station then diminish its inspection process time. This results in cost savings of $ 0.24 JPY/pcs or about Rp 25. Moreover, it can also save product separation area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambari
"Telah dibuat suatu Sistem Kendali dan Pemroses Alat Pengumpul Data Pemilih Secara Elektronik Di Dalam Pemilu Presiden dengan menggunakan Microcontroller ,yang dapat
digunakan kpu (komisi pemilihan umum) sebagai sarana perhitungan suara pada pemilihan umum presiden, kelebihannya adalah dapat mengurangi biaya operasional karena sistem tidak
menggunakan kertas dan menconterengnya cukup menekan tombol yang disediakan dan nama kandidat presiden dapat dilihat pada layar LCD. Buzzer akan berbunyi sebagai indikator bahwa
pemilih sudah melakukan hak pilihnya dan hasilnya akan di display ketika semua pemilih sudah melaukan hak pilihnya. Waktu yang dibutuhkan untuh memilih juga ralatif singkat karena tidah perlu melipat-lipat lagi kertas

Has created a Full System and Processing Equipment Electronic Voter Data Collector In
The Presidential Election by using the microcontroller, which can be used in the General
Elections Commission (electoral commission) as a means of calculation of votes in presidential
elections, the excess is able to reduce operating costs because the system does not use paper and
menconterengnya simply press the button provided and the name of the presidential candidates
can be viewed on the LCD screen. Buzzer will sound as an indicator that the voters had done the
right vote and the results will be displayed when all voters have melaukan vote. Time required untuh choose ralatif also brief because tidah-fold longer need to fold the paper
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Djazuli Ambari
"Penelitian ini berfokus pada efektifitas Penanggulangan Bencana oleh Bulan Sabit Merah Indonesia dalam konteks tanggap darurat (emergency response) dan pemulihan (recovery) pasca terjadinya peristiwa gempa dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan desain evaluasi. Model operasional penelitian menggunakan pendekatan pencapaian tujuan (goal achievement approach). Informan dalam penelitian ini terdiri dari Pengurus Pusat Bulan Sabit Merah Indonesia, ketua pelaksana dan relawan yang terlibat dalam tim kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia untuk penanggulangan bencana gempa dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 2004 - 2005. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, sedangkan analisis dilakukan dengan merujuk pada standar dan teori di bidang efektifitas organisasi (organizational effectiveness), dan manajemen penggulangan bencana (disaster management). Dari analisis terhadap hasil wawancara dan data sekunder yang berhasil diperoleh, disimpulkan bahwa: berdasarkan konsep pendekatan pencapaian tujuan (goal achievement approach), penanggulangan bencana gempa dan tsunami oleh Bulan Sabit Merah Indonesia di Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 2004 -2005 telah dilaksanakan secara efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas penanggulangan bencana Bulan Sabit Merah Indonesia menjadi faktor yang mendukung keberhasilan efektifitas kegiatan tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24971
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Srie Ambari
"ABSTRAK Rujuk Balik merupakan program BPJS yang bertujuan untuk mengendalikan serta mengelola penyakit-penyakit kronis termasuk Diabetes Melitus dan Hipertensi. pengobatan terhadap pasien penyakit kronis tersebut diberikan seumur hidup sehingga hal ini tentu saja dapat mengakibatkan adanya peningkatan biaya pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan Permenkes No. 28 tahun 2014 BPJS menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya dengan cara memberikan pelayanan secara berjenjang, efektif dan efisien. Salah satu program yang mewakili konsep tersebut adalah Program Rujuk Balik (PRB). Dengan adanya Program Rujuk Bali diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas, kualitas pelayanan kesehatan dan efisiensi biaya. Program rujuk balik
seharusnya memudahkan pelayanan promotif preventif terhadap penyakit Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Namun, pada pelaksanaannya, program Rujuk Balik di Rumah Sakit IMC Bintaro masih jauh dibawah target capaian Nasional. Hal ini akan berdampak kepada penumpukan pasien poli internist dan juga menjadi resiko atas kekosongan persediaan obat di rumah sakit. Dalam menganalisis implementasi pelaksanaan program rujuk balik diabetes mellitus dan hipertensi dilakukan dengan menggunakan teori kebijakan Van Horn Van Meter serta Edward III dengan variable : Standard dan Tujuan Kebijakan; Sumber Daya; Komunikasi antar Organisasi; Karateristik Agen Pelaksana; Disposisi
Implementor ; Lingkungan Social Ekonomi dan Politik.
Hasil penelitian menunjukan adanya kekosongan obat di FKTP, tidak adanya link pendataan secara system diantara Rumah Sakit dan FKTP, sosialisasi serta koordinasi yang kurang diantara BPJS, Rumah Sakit dan FKTP menjadi hambatan dalam pelaksanaan program rujuk balik diabetes mellitus dan hipertensi di Rumah Sakit IMC, Bintaro

ABSTRACT
Back-Refferal is a BPJS program that aims to control and manage chronic diseases including Diabetes Mellitus and Hypertension. The treatment of patients with chronic diseases is given for long term periods and lead to an increase the cost of health
services. In accordance with Permenkes No. 28 of 2014 BPJS applies the principles of quality control and cost control by providing services in stages, effective and efficient. One program that represents the concept is Back Referral Program (BRP). With the
existence of the Back-Referral Progra is expected to improve accessibility, quality of health services and cost efficiency. The referral program should facilitate preventive promotive services for Diabetes Mellitus and Hypertension. However, the implementation of Back-Referral Program in IMC Bintaro Hospital was still far below
the National achievement target. This will have an impact on the accumulation of patients in internist station and also be a risk for drugs availabilities supplies in hospitals.
In analyzing the implementation of the program of back-refferal program diabetes mellitus and hypertension was carried out using the policy theory of Van Horn Van Meter and Edward III with variables: standard and policy objectives; resource; Communication between organizations; Characteristics of implementing agents;
Implementor Disposition; Socio-economic and political environment.
The results showed that there was a drug shortage in the FKTP, there was no system data link between the Hospital and FKTP, lack of socialization and coordination among BPJS, hospitals and FKTP as obstacles in implementing back-refferal program diabetes
mellitus and hypertension in IMC Hospital, Bintaro
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya An Ambari
"Nikel merupakan logam hasil ekstraksi dari bijih sulfida, bijih laterit, dan batuan mineral laut dalam. Nikel banyak dibutuhkan di sektor industri logam paduan, baterai, electroplating, dan lainnya. Nikel biasanya diekstraksi dalam bentuk feronikel atau nikel murni sesuai kebutuhan industri. Bijih nikel yang paling banyak ditemukan di Indonesia merupakan mineral jenis laterit. Nikel laterit di Indonesia terbagi menjadi jenis limonit dan saprolit. Mineral jenis limonit memiliki kandungan nikel lebih rendah daripada jenis saprolit.
Bijih nikel jenis saprolit biasa diolah dengan metode pirometalurgi dan jenis limonit diolah dengan metode hidrometalurgi, dimana hal ini ditentukan berdasarkan kandungan nikelnya. Proses hidrometalurgi bijih nikel laterit dilakukan dengan teknik pelindian menggunakan larutan asam sulfat pada temperatur tinggi untuk menghasilkan perolehan kadar nikel yang tinggi. Pada temperatur atmosfer, perolehan nikel bernilai rendah.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi elektrokimia bijih nikel laterit menggunakan larutan asam sulfat pada temperatur atmosfer. Larutan asam sulfat yang digunakan divariasikan untuk penelitian ini dengan konsentrasi larutan 1 M, 2 M, 4 M, dan 6 M. Metodologi penelitian dilakukan dengan alur preparasi sampel dan larutan, karakterisasi dengan SEM-EDAX dan metode Petrografi, serta karakterisasi elektrokimia menggunakan metode OCP, EIS, dan LSV.
Hasil dari ketiga pengujian tersebut menunjukkan laju pelarutan tertinggi terjadi pada pelarutan dengan konsentrasi 6 M. Peningkatan konsentrasi menurunkan nilai OCP pengujian. Berdasarkan uji LSV, lapisan pasif terbentuk pada pelarutan pada tiap konsentrasi. Peningkatan konsentrasi menyebabkan pemecahan lapisan pasif hingga konsentrasi 4 M, namun lapisan pasif terbentuk kembali pada peningkatan hingga 6 M berdasarkan uji EIS. Ketiga pengujian tersebut menunjukkan perilaku pelarutan meningkatnya laju pelarutan dengan penambahan konsentrasi, namun menimbulkan pembentukan kembali lapisan pasif pada konsentrasi asam melebihi 4 M.

Nickel was an extracted metal from sulphide ore, laterite ore, and deep-sea mineral rocks. Nickel was needed in the industrial sector of alloy metal, batteries, electroplating, and others. Nickel was usually extracted in the form of pure ferronickel or nickel according to industrial needs. The nickel ore most commonly found in Indonesia was laterite type minerals. Laterite nickel in Indonesia was divided into limonite and saprolite types. Limonite minerals had lower nickel content than saprolite types.
Saprolite type nickel ore was usually processed by the pyrometallurgical method and the limonite type was processed by the hydrometallurgical method, where was determined based on the nickel content. The hydrometallurgical process of laterite nickel ore was carried out by leaching technique using a solution of sulfuric acid at high temperatures to produce high nickel content. At atmospheric temperatures, recovery of nickel was low.
Therefore, this study aimed to conduct an electrochemical caharacterization of laterite nickel ore using a solution of sulfuric acid at atmospheric temperature. The sulfuric acid solution used for this study was varied with concentration of 1 M, 2 M, 4 M, and 6 M. The research methodology flow was carried out first with sample and solution preparation, SEM-EDAX characterization and Petrographic method, and electrochemical studies using the OCP, EIS, and LSV methods.
The results showed the highest dissolution rate occurred at dissolution of 6 M concentration. The increasing concentration decreased the OCP value. Based on the LSV test, a passive layer was formed at each concentration of dissolution. Increased concentration causes the breakdown of the passive layer for adding concentration to 4 M, but the passive layer was formed again at increasing concentration up to 6 M based on the EIS test. The electrochemical characterization revealed the dissolution behavior increased the dissolution rate with the addition of concentration, but caused the formation of the passive layer again at the acid concentration exceeding 4 M.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muarif Ambari
"Artikel ini mencoba menjelaskan orientasi kerja PNS di Biro Perencanaan Kementerian ketenagakerjaan Republik Indonesia dengan tipe orientasi kerja instrumental, karier/birokrasi, hubungan sosial dan penilaian kerja. Sedangkan penelitian sebelumnya berangkat dari pendekatan instrumental tanpa melihat lebih jauh hubungan sosial dan penilaian kerja (bersifat umum). Pada tahap awal, seorang pekerja memiliki orientasi kerja instrumental dikarenakan faktor kebutuhan akan kebutuhan hidup mereka. Selanjutnya seorang pekerja akan mengalami perubahan orientasi kerjanya selama dia merasakan adanya kepuasaan dan hasil yang didapat selama mereka bekerja . Teknik pengumpulan data penelitian ini bersifat kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap 9 orang pegawai di biro perencanaan Kementerian Ketenagakerjaan.

This article tries to explain the work orientation of civil servants in the Ministry of Manpower Planning Bureau of the Republic of Indonesia with the type of work orientation instrumental, career / bureaucracy, social relations and assessment work. While previous research departed from the instrumental approach without looking further social relations and job assessment (general). In the early stages, a worker has an instrumental work orientation because of the need factor for their life needs. Furthermore, a worker will experience a change in work orientation as long as he feels the satisfaction and results obtained during their work. The data collection technique of this research is qualitative with in-depth interviews of 9 employees in the planning bureau of the Ministry of Manpower."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library