Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aida Rumaisha
"Setiap profesi kesehatan memerlukan suatu reugulasi yang mengatur mengenai standar dari pelayanan yang harus mereka berikan di Rumah Sakit. Sebagai salah satu dari profesi yang bekerja di bidang kesehatan, farmasis juga memerlukan standar pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, dimana stadanda tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 (PMK RI). Peraturan tersebut ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, serta untuk melindungi pasien dari kesalahan terkait penggunaan obat. Peraturan tersebut memuat berbagai hal yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh Instalasi Farmasi di Rumah Sakit terkait pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik serta mengenai kewabijan melakukan evaluasi pelayanan dalam rangka mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian yang sudah diberikan. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian dilakukan dengan tujuan untuk mengentahui sudah sejauh mana kesesuaian antara implementasi pelayanan dengan yang tertuang dalam regulasi. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, salah satunya adalah dengan melakukan gap analysis. Unit Farmasi dan CSSD, termasuk didalamnya depo farmasi rawat jalan dan depo Instalasi Gawat Darurat (IGD), perlu melakukan gap analysis mengenai penyimpanan dan penyerahan obati, hal tersebut karena gap analysis akan memberikan gambaran mengenai kesesuaian antara implementasi yang telah dilakukan oleh kedua depo farmasi tersebut dengan regulasi yang berlaku. Selain itu, jika terdapat gap antara implementasi dengan regulasi maka dapat dibuat penyelesaian agar Unit Farmasi dan CSSD RSUI dapat senantiasa melakukan peningkatan pelayanan kefarmasian di kedua depo Farmasi tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi dan diskusi dengan apoteker mengenai implementasi penyimpanan dan penyerahan obat di depo farmasi rawat jalan dan IGD RSUI, kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 dan dihitung persentase kesesuaiannya. Hasil yang didapat adalah bahwa Nilai kesesuaian terhadap penyimpanan obat yang diperoleh oleh kedua depo farmasi tersebut adalah 93,75% sedangkan nilai kesesuaian terhadap penyerahan obat adalah 80%
Every health profession needs a regulation that regulates the standard of service they must provide in hospitals. As one of the professions working in the health sector, pharmacists also need health service standards in hospitals, where these standards are contained in the Regulation of the Minister of Health Number 72 of 2016 (PMK RI). The regulations are aimed at improving the quality of pharmaceutical services, guaranteeing legal certainty for pharmaceutical personnel, and protecting patients from errors related to drug use. The regulation contains various things that must be carried out and fulfilled by Pharmacy Installations in Hospitals related to the management of pharmaceutical supplies and clinical pharmacy services as well as regarding the obligation to evaluate services in order to control the quality of pharmaceutical services that have been provided. Pharmaceutical service quality control is carried out with the aim of knowing how far the implementation of services is in conformity with what is contained in regulations. There are several methods that can be used to evaluate service quality, one of which is to do a gap analysis. The Pharmacy Unit and CSSD, including the outpatient pharmacy depot and the Emergency Room (IGD) depot, need to carry out a gap analysis regarding the storage and delivery of medicines, this is because the gap analysis will provide an overview of the suitability between the implementations that have been carried out by the two pharmacy depots with the regulations in force. In addition, if there is a gap between implementation and regulations, a settlement can be made so that the RSUI Pharmacy Unit and CSSD can continuously improve pharmaceutical services at the two Pharmacy depots. This research was conducted by observing and discussing with pharmacists regarding the implementation of drug storage and delivery at outpatient pharmacy depots and the RSUI emergency room, then the results will be compared with the Regulation of the Minister of Health Number 72 of 2016 and the percentage of conformity is calculated. The results obtained were that the suitability value for drug storage obtained by the two pharmacy depots was 93.75% while the suitability value for drug delivery was 80%"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"Industri farmasi hendaklah memproduksi obat yang sesuai dengan peruntukannya, memenuhi persyaratan izin edar, dan tidak membahayakan pasien karena keamanan, mutu, atau khasiatnya tidak memadai. Oleh karena itu, suatu kebijakan mutu yang komprehensif dan menyeluruh haruslah dibuat dan diaplikasikan dengan baik dan benar di industri tersebut. Salah satu aspek penting yang harus terdapat di suatu industri farmasi agar mutu produk yang dihasilkan terjamin adalah bagian Pengawasan Mutu atau quality control (QC). QC memiliki beberapa persyaratan dasar yang hendaknya dipenuhi dimana salah satu persyaratannya adalah memiliki personil yang terlatih dan metode analisis yang tervalidasi. Personil yang bertanggung jawab di bagian QC haruslah sudah teredukasi dan terlatih terhadap hal yang akan personil tersebut lakukan dikarenakan personil sangat berpengaruh terhadap pembentukan dan pengaplikasian sistem pemastian mutu yang baik dan pembuatan obat yang benar. Sementara itu, metode analisis yang akan dilakukan oleh departemen QC haruslah sudah tervalidasi guna memastikan bahwa metode uji yang dipakai akan memberikan hasil yang dapat dipercaya. QC PT. Mahakam Beta Farma terbgi menjadi tiga bagian laboratorium yang masing-masingnya bertanggunjawab terhadap uji-uji tertentu di industri tersebut. Salah satu bidang yang terdapat di QC PT. Mahakam Beta Farma adalah laboratorium mikrobiologi. Salah satu uji yang menjadi tanggung jawab labotorium mikrobiologi adalah pemantauan lingkungan dan identifikasi mikroorganisme hasil pemantauan lingkungan. Hasil dari pemantauan lingkungan adalah dengan menghitung jumlah mikroorganisme yang tumbuh dan mengidentifikasinya. Saat itu, PT. Mahakam Beta Farma akan menggunakan test kit indetifikasi mikroba baru, jika bagian pemastian mutu PT. Mahakam Beta Farma akan menggunakan metode uji baru yang tidak tertera dalam kompendial maka personil yang akan melakukan analisis dengan metode uji tersebut haruslah sudah terkualifikasi dan metode uji tersebut juga harus sudah tervalidasi. Di lain sisi, CDOB juga mengatur bahwa standar operasional prosedur (SOP) tertulis resmi termasuk SOP yang berkaitan dengan kualifikasi personil dan validasi prosedur analisis harus ditetapkan, diterapkan, dan dipelihara dengan baik
The pharmaceutical industry should produce drugs according to their designation, meet the requirements for a distribution permit, and not endanger patients because of inadequate safety, quality, or efficacy. Therefore, a comprehensive and thorough quality policy must be made and applied properly and correctly in the industry. One important aspect that must be present in the pharmaceutical industry so that the quality of the products produced is guaranteed is the Quality Control (QC) section. QC has several basic requirements that should be met where one of the requirements is having trained personnel and validated analytical methods. The personnel responsible for the QC department must be educated and trained on what these personnel will do because the personnel are very influential in the formation and application of a good quality assurance system and the correct manufacture of drugs. Meanwhile, the analytical method to be carried out by the QC department must be validated to ensure that the test method used will provide reliable results. QC PT. Mahakam Beta Farma is divided into three laboratory sections, each of which is responsible for certain tests in the industry. One of the fields contained in QC PT. Mahakam Beta Farma is a microbiology laboratory. One of the tests that is the responsibility of the microbiology laboratory is environmental monitoring and identification of microorganisms from environmental monitoring. The result of environmental monitoring is to count the number of microorganisms that grow and identify them. At that time, PT. Mahakam Beta Farma will use a new microbial identification test kit, if the quality control department of PT. Mahakam Beta Farma will use a new test method that is not listed in the compendial, the personnel who will carry out the analysis with this test method must be qualified and the test method must also be validated. On the other hand, Good Manufaturing Practices (GMPs) also stipulates that an official written standard operating procedures (SOPs), including SOPs relating to personnel qualifications and validation of analytical procedures, must be properly defined, implemented, and maintained."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"Kesehatan masyarakat Indonesia merupakan tanggung jawab pemerintah termasuk di dalamnya pemerintah harus bertanggung jawab untuk dapat menjamin masyarakat dapat memperoleh semua bentuk perawatan kesehatan yang berkualitas, aman, efisien. Salah satu fasilitas kesehatan tempat menyelenggarakan praktik kesehatan, khususnya praktik kefarmasian, adalah apotek. Praktik-praktik kefarmasian yang dilakukan di apotek haruslah sesuai dengan regulasi yang berlaku, seperti yang tertuang dalam Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2021. Peraturan menteri tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, serta untuk melindungi pasien dari kesalahan terkait penggunaan obat. Salah satu yang diatur di dalam peraturan menteri kesehatan tersebut adalah mengenai pengendalian mutu pelayanan kefarmasian di apotek. Pengendalian mutu tersebut sangatlah penting karena bertujuan untuk menjamin bahwa pelayanan kefarmasian yang diberikan di suatu apotek sudah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Apotek Roxy yang berlokasi di Pondok Labu, Jakarta Selatan merupakan salah satu apotek yang berlokasi di Indonesia, sehingga Apotek tersebut haruslah menaati regulasi-regulasi yang berlaku di Indonesia, termasuk dalam menaati PERBPOM nomor 24 Tahun 2021. Oleh karena itu, tugas khusus ini ditulis untuk melihat gambaran kesesuaian implementasi penyimpanan obat, termasuk narkotika dan psikotropika, di Apotek Roxy Pondok Labu dengan yang tertera pada Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2021. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan observasi terkait implementasi obat di Apotek Roxy Pondok Labu serta melakukan wawancara dengan apoteker jika implementasi tersebut tidak dapat diamati secara langsung. Setelah itu, hasil implementasi penyimpanan obat yang dilakukan oleh Apotek Roxy dibandingkan dengan Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2021 dan dihitung persen kesesuaiannya. Hasil yang diperoleh setelah melakukan pengamatan dan wawancara adalah bahwa tingkat kesesuaian penyimpanan obat di Apotek Roxy Pondok Labu dengan Peraturan BPOM nomor 24 tahun 2021 sudah baik dengan nilai kesesuaian terhadap penyimpanan yang diperoleh oleh Apotek Roxy Pondok Labu adalah 90,91%.

Indonesian public health is the government's responsibility, including the government's responsibility to be able to guarantee that the public can obtain all forms of quality, safe and efficient health care. One of the health facilities where health practice is carried out, especially pharmaceutical practice, is a pharmacy. Pharmacy practices carried out in pharmacies must comply with applicable regulations, as stated in BPOM Regulation Number 24 of 2021. This ministerial regulation aims to improve the quality of pharmaceutical services, guarantee legal certainty for pharmaceutical staff, and to protect patients from errors related to drug use. One of those regulated in the minister of health regulation is regarding quality control of pharmaceutical services in pharmacies. Quality control is very important because it aims to ensure that the pharmaceutical services provided in a pharmacy comply with applicable regulations. Roxy Pharmacy located in Pondok Labu, South Jakarta is one of the pharmacies located in Indonesia, so this pharmacy must comply with regulations in force in Indonesia, including complying with PERBPOM number 24 of 2021. Therefore, this special assignment was written to see an overview of the suitability of the implementation of drug storage, including narcotics and psychotropics, at the Roxy Pondok Labu Pharmacy with what is stated in BPOM Regulation Number 24 of 2021. The method used is to make observations related to drug implementation at the Roxy Pondok Labu Pharmacy and conduct interviews with pharmacists if implementation it cannot be observed directly. After that, the results of the implementation of drug storage carried out by the Roxy Pharmacy were compared with BPOM Regulation Number 24 of 2021 and the percentage of conformity was calculated. The results obtained after making observations and interviews are that the level of conformity of drug storage at the Roxy Pondok Labu Pharmacy with BPOM Regulation number 24 of 2021 is good with the conformity value for storage obtained by the Roxy Pondok Labu Pharmacy being 90.91%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"PT. SamMarie Tramedifa termasuk ke dalam Pedagang Besar Farmasi (PBF) sehingga memiliki peran sebagai perantara antara industri farmasi dan fasilitas kesehatan dalam pendistribusian obat-obatan dan alat kesehatan. Sebagai PBF, PT. SamMarie Tramedifa memiliki kewajiban untuk menaati suatu pedoman yang mengatur mengenai cara mendistribusikan obat dan atau bahan obat yang baik, yaitu Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang dikeluarkan oleh Kepala. Salah satu hal pada CDOB yang yang perlu diikuti oleh PT. SamMarie Tramedifa sebagai PBF yang berlokasi di Indonesa adalah hal-hal yang mencakup penanganan produk rantai dingin. Produk rantai dingin memerlukan penanganan khusus dalam hal penyimpanan dan pendistribusian karena produk tersebut rentan terhadap temperatur. Oleh karena itu, diperlukan beberapa proses penting dalam penanganan produk tersebut, dimana salah satunya adalah pada saat pengiriman produk. Sistem yang digunakan dalam proses pengiriman produk rantai dingin perlu divalidasi guna memastikan bahwa sistem pengiriman yang dipakai dapat mempertahankan suhu yang diinginkan, mulai dari berangkat hingga sampai ke tempat tujuan. Validasi tersebut harus dilakukan minimal satu tahun sekali dan atau jika terdapat hal krusial yang berubah saat pengiriman. Validasi tahunan pengiriman produk rantai dingin sudah rutin oleh PT. SamMarie Tramedifa, akan tetapi di tahun 2022 validasi tersebut belum dilakukan sehingga di tahun 2023 perlu dilakukan kembali dilakukan validasi pengiriman untuk memastikan bahwa sistem pengiriman produk rantai dingin yang selama ini dipakai oleh PT tersebut masih dapat menjaga temperatur berada dalam rentang yang dipersyaratkan selama proses pengiriman produk rantai dingin. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur terhadap prosedur opersional baku mengenai validasi pengiriman produk rantai dingin serta melakukan validasi ulang suhu pengiriman produk rantai dingin berdasarkan prosedur operasional baku yang sudah dimiliki oleh PT. SamMarie Tramedifa. Hasil yang diperoleh dari validasi ulang yang telah dilakukan adalah bahwa dari tiga jenis container yang divalidasi pengiriman, hanya satu container yaitu cool box ukuran 24 x 24 x 30 cm yang memenuhi spesifikasi. Selain itu, terdapat beberapa hal yang yang dapat mempengaruhi hasil validasi adalah ukuran container dan produk yang dikirimkan, penempatan data logger¸ dan cara pengepakkan
PT. SamMarie Tramedifa termasuk ke dalam Pedagang Besar Farmasi (PBF) sehingga memiliki peran sebagai perantara antara industri farmasi dan fasilitas kesehatan dalam pendistribusian obat-obatan dan alat kesehatan. Sebagai PBF, PT. SamMarie Tramedifa memiliki kewajiban untuk menaati suatu pedoman yang mengatur mengenai cara mendistribusikan obat dan atau bahan obat yang baik, yaitu Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang dikeluarkan oleh Kepala. Salah satu hal pada CDOB yang yang perlu diikuti oleh PT. SamMarie Tramedifa sebagai PBF yang berlokasi di Indonesa adalah hal-hal yang mencakup penanganan produk rantai dingin. Produk rantai dingin memerlukan penanganan khusus dalam hal penyimpanan dan pendistribusian karena produk tersebut rentan terhadap temperatur. Oleh karena itu, diperlukan beberapa proses penting dalam penanganan produk tersebut, dimana salah satunya adalah pada saat pengiriman produk. Sistem yang digunakan dalam proses pengiriman produk rantai dingin perlu divalidasi guna memastikan bahwa sistem pengiriman yang dipakai dapat mempertahankan suhu yang diinginkan, mulai dari berangkat hingga sampai ke tempat tujuan. Validasi tersebut harus dilakukan minimal satu tahun sekali dan atau jika terdapat hal krusial yang berubah saat pengiriman. Validasi tahunan pengiriman produk rantai dingin sudah rutin oleh PT. SamMarie Tramedifa, akan tetapi di tahun 2022 validasi tersebut belum dilakukan sehingga di tahun 2023 perlu dilakukan kembali dilakukan validasi pengiriman untuk memastikan bahwa sistem pengiriman produk rantai dingin yang selama ini dipakai oleh PT tersebut masih dapat menjaga temperatur berada dalam rentang yang dipersyaratkan selama proses pengiriman produk rantai dingin. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan studi literatur terhadap prosedur opersional baku mengenai validasi pengiriman produk rantai dingin serta melakukan validasi ulang suhu pengiriman produk rantai dingin berdasarkan prosedur operasional baku yang sudah dimiliki oleh PT. SamMarie Tramedifa. Hasil yang diperoleh dari validasi ulang yang telah dilakukan adalah bahwa dari tiga jenis container yang divalidasi pengiriman, hanya satu container yaitu cool box ukuran 24 x 24 x 30 cm yang memenuhi spesifikasi.

PT. SamMarie Tramedifa is included in the Pharmaceutical Wholesaler (PBF) so that it has a role as an intermediary between the pharmaceutical industry and health facilities in the distribution of medicines and medical devices. As a PBF, PT. SamMarie Tramedifa has an obligation to comply with a guideline that regulates how to distribute drugs and/or drug ingredients properly, namely the Technical Guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB) issued by the Head. One of the things in the CDOB that needs to be followed by PT. SamMarie Tramedifa as a PBF located in Indonesia is things that include handling cold chain products. Cold chain products require special handling in terms of storage and distribution because these products are susceptible to temperature. Therefore, several important processes are needed in handling these products, one of which is during product delivery. The system used in the cold chain product delivery process needs to be validated to ensure that the delivery system used can maintain the desired temperature, from departure to arrival at the destination. This validation must be carried out at least once a year and/or if there are crucial things that change during delivery. Annual validation of cold chain product delivery is routinely carried out by PT. SamMarie Tramedifa, however, in 2022 the validation has not been carried out so that in 2023 it is necessary to re-validate the delivery to ensure that the cold chain product delivery system that has been used by the company can still maintain the temperature within the required range during the cold chain product delivery process. The method used is to conduct a literature study of the standard operating procedures regarding the validation of cold chain product delivery and re-validate the temperature of cold chain product delivery based on the standard operating procedures already owned by PT. SamMarie Tramedifa. The results obtained from the re-validation that has been carried out are that of the three types of containers that were validated for delivery, only one container, namely a 24 x 24 x 30 cm cool box, meets the specifications. In addition, there are several things that can affect the validation results, namely the size of the container and the products sent, the placement of the data logger, and the packing method
PT. SamMarie Tramedifa is included in the Pharmaceutical Wholesaler (PBF) so that it has a role as an intermediary between the pharmaceutical industry and health facilities in the distribution of medicines and medical devices. As a PBF, PT. SamMarie Tramedifa has an obligation to comply with a guideline that regulates how to distribute drugs and/or drug ingredients properly, namely the Technical Guidelines for Good Drug Distribution Methods (CDOB) issued by the Head. One of the things in the CDOB that needs to be followed by PT. SamMarie Tramedifa as a PBF located in Indonesia is things that include handling cold chain products. Cold chain products require special handling in terms of storage and distribution because these products are susceptible to temperature. Therefore, several important processes are needed in handling these products, one of which is during product delivery. The system used in the cold chain product delivery process needs to be validated to ensure that the delivery system used can maintain the desired temperature, from departure to arrival at the destination. This validation must be carried out at least once a year and/or if there are crucial things that change during delivery. Annual validation of cold chain product delivery is routinely carried out by PT. SamMarie Tramedifa, however, in 2022 the validation has not been carried out so that in 2023 it is necessary to re-validate the delivery to ensure that the cold chain product delivery system that has been used by the company can still maintain the temperature within the required range during the cold chain product delivery process. The method used is to conduct a literature study of the standard operating procedures regarding the validation of cold chain product delivery and to re-validate the temperature of cold chain product delivery based on the standard operating procedures already owned by PT. SamMarie Tramedifa. The results obtained from the re-validation that has been carried out are that of the three types of containers that were validated for delivery, only one container, namely a 24 x 24 x 30 cm cool box, meets the specifications."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"Regulasi mengenai standar pelayanan kesehatan di fasilitas-fasilitas kesehatan di Indonesia diperlukan agar para tenaga kesehatan memiliki tolak ukur kualitas pelayanan dalam menangani pasien. Di Indonesia sendiri, fasilitas pelayanan kesehatan dibagi menjadi tiga tingkatan berbeda yang tiap fasilitas kesehatan di tiap tingkatan tersebut memiliki tanggung jawab serta wilayah kerjanya masing-masing Puskesmas merupakan salah satu dari fasilitas kesehatan tingkat pertama dan puskesmas wajib dimiliki oleh setiap kecamatan di Indonesia. Standar untuk Pelayanan kefarmasian di puskesmas tertuang dalam peraturan menteri kesehatan nomor 74 tahun 2016 dimana di dalamnya tertuang tolak ukur apa saja yang wajib dimiliki dan dilakukan oleh tenaga kesehatan di bidang farmasi. Farmasi klinis atau komunitas memainkan beberapa peran penting yang membutuhkan interaksi langsung dengan pasien. Kepuasan pasien atas pengalamannya mengenai interaksi tersebut akan menciptakan padangan pasien terhadap apoteker dan pelayanan kefarmasian yang dia terima dan merupakan salah satu indikator kualitas layanan kesehatan yang penting karena mencerminkan perbedaan antara realitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dengan kualitas pelayanan yang diharapkan pasien. Secara umum, terdapat beberapa aspek yang dapat menjadi faktor kepuasan pasien terhadap pelayanan tetapi faktor – faktor tersebut dapat berbeda untuk tiap fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, mengetahui faktor-fakto yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo sebagai salah satu fasilitas layanan primer kesehatan sangatlah penting karena dapat membantu untuk meningkatkan kualitas layanan, khususnya layanan kefarmasian. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan metode survei. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner tingkat kepuasan pasien yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016 mengenai standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Kuesioner tersebut diberikan kepada pasien-pasien Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo yang berobat ke poli layanan ISPA dan menggunakan jasa layanan kefarmasian pada shift pagi, yaitu dari jam 08.00 – 14.00 WIB. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Microsoft Excel. Hasil yang diperoleh adalah bahwa faktor keramahan apoteker mendapatkan nilai tertinggi, yaitu sebesar 69,1%.

Regulations regarding health service standards in health facilities in Indonesia are needed so that health workers have benchmarks for the quality of service in treating patients. In Indonesia itself, health service facilities are divided into three different levels where each health facility at each level has responsibilities and their respective work areas. Puskesmas is one of the first level health facilities and puskesmas must be owned by every sub-district in Indonesia. Standards for pharmaceutical services at puskesmas are contained in Minister of Health Regulation number 74 of 2016 which contains benchmarks that must be owned and carried out by health workers in the pharmaceutical sector. Clinical or community pharmacy plays several important roles that require direct interaction with patients. Patient satisfaction with their experience of this interaction will create a patient's view of the pharmacist and the pharmaceutical services he or she receives and is an important indicator of the quality of health services because it reflects the difference between the reality of the health services that patients receive and the quality of service that patients expect. In general, there are several aspects that can be a factor in patient satisfaction with services, but these factors can be different for each health facility. Therefore, knowing the factors that influence patient satisfaction with pharmaceutical services at the Pasar Rebo District Health Center as one of the primary health care facilities is very important because it can help improve the quality of services, especially pharmaceutical services. The research design used was cross sectional with a survey method. The survey was conducted using a patient satisfaction level questionnaire referring to Minister of Health Regulation number 74 of 2016 concerning pharmaceutical service standards at Puskesmas. The questionnaire was given to patients at the Pasar Rebo District Health Center who went to the ISPA polyclinic for treatment and used pharmaceutical services during the morning shift, from 08.00 – 14.00 WIB. The data obtained were analyzed using Microsoft Excel. The results obtained are that the pharmacist friendliness factor gets the highest score, which is equal to 69.1%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"Individu dengan faktor predisposisi tertentu dapat terserang infeksi Candida Spp. Candida albicans merupakan spesies yang paling banyak ditemukan sebagai penyebab kandidiasis sedangkan Candida krusei merupakan spesies yang menyerang individu dengan imunodefisiensi yang berat. Flukonazol merupakan terapi pilihan utama kandidiasis, akan tetapi sudah banyak ditemukan resistensi pada Candida albicans dan Candida krusei sendiri memiliki resistensi intrinsik terhadap flukonazol dengan angka resistensi global sebesar 78,3%. Amfoterisin B merupakan standar terapi kandidiasis sistemik, tetapi obat ini memiliki toksisitas yang tinggi terhadap ginjal. Oleh karena itu studi lebih lanjut mengenai agen antijamur alternatif pun diperlukan. Daun dan batang ketepeng cina (Senna alata L.) telah lama dimanfaatkan secara tradisional sebagai agen antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina terhadap Candida albicans dan Candida krusei serta untuk mengetahui total kadar fenol dan flavonoid pada ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina. Uji aktivitas antijamur dilakukan dengan metode difusi agar dan mikrodilusi. Penetapan total kadar dilakukan secara kolorimetri, dengan reagen Folin- Ciocalteu untuk penetapan total kadar fenol dan aluminium klorida untuk penetapan total kadar flavonoid. Hasil uji aktivitas antijamur menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun ketepeng cina memiliki aktivitas antijamur Candida albicans yang lemah dan bergantung pada konsentrasi uji tetapi tidak memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida krusei. Ekstrak batang tidak memiliki aktivitas antijamur baik terhadap Candida albicans maupun Candida krusei. Kuantifikasi total kadar fenol ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina berturut-turut memperoleh hasil sebesar 94,08±0,36 dan 88,74±0,62 mgEAG/g ekstrak. Penetapan kadar total flavonoid ekstrak etanol 70% daun dan batang ketepeng cina berturut-turut memperoleh kadar sebesar 36,02±0,33 dan 21,39±0,11 mgEK/g ekstrak.

Individuals with certain predisposing factors can be infected by Candida Sp. Candida albicans is the species most found as the cause of candidiasis, while Candida krusei is the species that attacks individuals with severe immunodeficiency. Fluconazole is the main treatment of choice for candidiasis, however, currently resistance has been found in Candida albicans and Candida krusei itself has intrinsic resistance to fluconazole. Amphotericin B is the standard therapy for systemic candidiasis, but this drug has a high toxicity to the kidneys. Therefore, further studies are needed regarding alternative antifungal agents. The leaves and stems of Senna alata L. (ketepeng cina) have long been used traditionally as an alternative treatment of fungal infections. The aim of this study is to determine the antifungal activity of the 70% ethanol extract of the leaves and stems of ketepeng cina against Candida albicans and Candida krusei and to determine the total phenolic and flavonoid content in the 70% ethanol extract of the leaves and stems of ketepeng cina leaves and stems. The antifungal activity test was carried out by agar diffusion and microdilution methods. Determination of total phenol and flavonoid content was carried out by colorimetry using Folin-Ciocalteu reagent for determination of total phenol content and aluminium chloride for determination of total flavonoid content. The antifungal activity test results showed that the 70% ethanol extract of ketepeng cina leaf have antifungal that depends on the test concentration activity against Candida albicans, but not against Candida krusei.On the other hand, the 70% ethanol extract of ketepeng cina stem did not have antifungal activity against both Candida albicans and Candida krusei. Quantification of the total phenol content of 70% ethanol extract of leaves and stems of ketepeng cina obtained results of 94.28 ± 0.36 and 88.79 ± 0.62 mgGAE/g extract, respectively. Determination of total flavonoid content of 70% ethanolic extract of leaves and stems of ketepeng cina obtained levels of 36.02±0.33 and 21.39±0.11 mgQE/g extract, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library