Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ali Ridho
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang Tarekat Alawiyah. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, survei, observasi, dan partisipasi. Sumber data yang penulis ambil dari buku-buku dan wawancara terkait dengan sejarah Ba rsquo;alawi, ajaran tarekat Alawiyah, perkembangan tarekat alawiyah, ratib dan wirid tarekat Alawiyah dalam lingkup wilayah Hadhramaut dan Indonesia. Hasil penelitian ini bertujuan untuk memberi pengetahuan tentang sejarah, ajaran, wirid beserta dzikirnya, dan perkembangan Tarekat Alawiyah di Hadhramaut dan di Indonesia yang mengedepankan akhlak dan dapat menjadi poros kemanusiaan dalam beragama.

ABSTRAK
This undergraduate thesis discusses Tariqa Alawiya. This research was conducted by qualitative methods, among them are survey, observation, and participation. Sources of data analysed in this research are obtained from books and interviews related to the history of Ba 39 alawi, the teachings of the Tariqa Alawiya, the development of Tariqa Alawiya, as well as ratib and wirid of Tariqa Alawiya within the scope of Hadhramaut and Indonesia. The results of this research aims to provide more information about the history, teachings, wirid and dhikr, and the development of Tariqa Alawiya in Hadhramaut and in Indonesia that uplift religious morals in order to serve as the model of humanity in religion."
2017
S69604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas relevansi ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa. Penulisan ini menggunakan metodologi penelitian library research kepustakaan seperti buku-buku, jurnal, dan observasi melalui internet. Tasawuf adalah suatu usaha dalam membersihkan batin dengan sebersih-bersihnya melalui seragkaian amalan ibadah dan zikir serta kegiatan rohaniah lainnya dalam rangka mencapai kesatuan rohaniah dengan Tuhan. Ilmu tasawuf merupakan salah satu Ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas dan berbudi luhur. Ilmu tasawuf juga dapat mendekatkan diri manusia kepada Tuhan. Sebagai salah satu disiplin keagamaan, tasawuf merupakan bidang yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai disiplin yang ada pada wilayah yang berbeda dengan Ilmu pengetahuan pada umumnya. Tujuan dari tasawuf itu sendiri adalah ldquo;fana rdquo; untuk mencapai ma rsquo;rifatullah dekat dengan Allah . Sedangkan, pengertian kebatinan Jawa berasal dari kata kebatinan. Kebatinan berasal dari istilah Arab yaitu ldquo;batin rdquo; yang artinya dalam; dalam hati; tersembunyi; gaib. Di kalangan pengikut kebatinan sendiri tidak ada pengertian dan rumusan yang jelas. Malah dihindarkan untuk mengganti kata ldquo;batin rdquo; dengan hati, sukma, jiwa, roh dan sebagainya justru karena yang dimaksud dengan istilah tersebut tidak pernah dapat dirangkum dengan kata-kata. Akan tetapi yang dimaksud dengan ldquo;batin rdquo; disini adalah ldquo;pengalaman batin manusia rdquo;, pengetahuan batin yang tidak didasarkan pada logika dan rasionalitas. Pengertian yang lebih dalam hanya dapat dimengerti dalam konsep orang Jawa bahwa manusia mempunyai lahir dan batin. Tujuan dari ilmu kebatinan Jawa adalah memberikan pemahaman yang mendalam kepada manusia atau orang yang mengamalkan ajaran dari ilmu tersebut untuk menyatukan diri atau bersekutu dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui metodenya sendiri. Melihat dari kesamaan tujuan dari tasawuf dan kebatinan Jawa, maka penulis meneliti mengenai relevansi dari ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa.Jurnal ini membahas relevansi ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa. Penulisan ini menggunakan metodologi penelitian library research kepustakaan seperti buku-buku, jurnal, dan observasi melalui internet. Tasawuf adalah suatu usaha dalam membersihkan batin dengan sebersih-bersihnya melalui seragkaian amalan ibadah dan zikir serta kegiatan rohaniah lainnya dalam rangka mencapai kesatuan rohaniah dengan Tuhan. Ilmu tasawuf merupakan salah satu Ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas dan berbudi luhur. Ilmu tasawuf juga dapat mendekatkan diri manusia kepada Tuhan. Sebagai salah satu disiplin keagamaan, tasawuf merupakan bidang yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai disiplin yang ada pada wilayah yang berbeda dengan Ilmu pengetahuan pada umumnya. Tujuan dari tasawuf itu sendiri adalah ldquo;fana rdquo; untuk mencapai ma rsquo;rifatullah dekat dengan Allah . Sedangkan, pengertian kebatinan Jawa berasal dari kata kebatinan. Kebatinan berasal dari istilah Arab yaitu ldquo;batin rdquo; yang artinya dalam; dalam hati; tersembunyi; gaib. Di kalangan pengikut kebatinan sendiri tidak ada pengertian dan rumusan yang jelas. Malah dihindarkan untuk mengganti kata ldquo;batin rdquo; dengan hati, sukma, jiwa, roh dan sebagainya justru karena yang dimaksud dengan istilah tersebut tidak pernah dapat dirangkum dengan kata-kata. Akan tetapi yang dimaksud dengan ldquo;batin rdquo; disini adalah ldquo;pengalaman batin manusia rdquo;, pengetahuan batin yang tidak didasarkan pada logika dan rasionalitas. Pengertian yang lebih dalam hanya dapat dimengerti dalam konsep orang Jawa bahwa manusia mempunyai lahir dan batin. Tujuan dari ilmu kebatinan Jawa adalah memberikan pemahaman yang mendalam kepada manusia atau orang yang mengamalkan ajaran dari ilmu tersebut untuk menyatukan diri atau bersekutu dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui metodenya sendiri. Melihat dari kesamaan tujuan dari tasawuf dan kebatinan Jawa, maka penulis meneliti mengenai relevansi dari ilmu tasawuf dan kebatinan Jawa.

ABSTRACT
This journal discusses the relevance of the Science of sufism and the Javanese kebatinan. This writing uses research methodology library research library such as books, journals, and observation via the internet. Sufism is an attempt to cleanse the mind cleanly through the deeds of worship and dhikr and other spiritual activities in order to attain spiritual unity with God. Science Sufism is one of the Sciences that can help the realization of quality human beings. Science Sufism can also bring humanity closer to God. As one of the religious disciplines, Sufism is a field that is temporarily regarded as a discipline that exists in a region different from that of Science in general. The purpose of Sufism itself is mortal to reach ma 39 rifatullah close to God . While the understanding of kebatinan Java comes from kebatinan. Kebatinan comes from the Arabic term inner which means in in the heart hidden Unseen. Among the followers of kebatinan itself there is no clear understanding and formulation. Instead it is avoided to replace the word inner with the heart, soul, soul, spirit and so on precisely because the meaning of the term can never be summed up with words. But what is meant by mind here is the inner experience of man , the inner knowledge which is not based on logic and rationality. A deeper understanding can only be understood in the concept of the Javanese that man has a birth and an inner being. The goal of Javanese mysticism is to provide a deep understanding to humans or people who practice the teachings of that science to unite themselves or to fellowship with God Almighty through his own method. Judging from the common purpose of the Javanese mysticism and the Javanese kebatinan, the author examines the relevance of the science of sufism and Javanese mysticism."
2017
Ivon Camelia Putri
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alhafiz Kurniawan
"Tesis ini mengkaji tentang manuskrip al-Ḥikam al-Aṭāiyyah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Teks ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaitu aforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabat atau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian ini terbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitu menyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telah dibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehingga kandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapat diketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis, yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagai penyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskin perkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakat industri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Pelisanan teks al-Ḥikam sebagai teks sufisme yang berkembang dalam tradisi Syadziliyyah dapat digunakan oleh pendukung tradisi Qadiriyyah-Naqsyabandiyyah. Pelisanan teks al-Ḥikam ini lazimnya dilakukan di dalam pesantren, majelis taklim di aula maupun di masjid, atau kafe dengan jamaah yang terdiri atas masyarakat kelas menengah perkotaan, tetapi di masyarakat miskin industri pelabuhan di Jakarta Utara. Pelisanan secara intensif teks al-Ḥikam merupakan salah satu cara ekspresi sufisme yang diambil pendukung tarekat Qadiriyyah-Naqsyabandiyyah untuk menghadapi situasi sosial tertentu.

This thesis examines the manuscript of al-Ḥikam al-Aṭāiyyah collection of the National Library of the Republic of Indonesia. This text includes the work of Sufism with three parts, namely aphorism, a number of letters containing advice for friends or students, and munajat to God. The focus of this study is divided into two. The first philological study is to present an edition of the text of al-Ḥikam al-Aṭāiyyah which has been cleared of error and translated so that the content and uniqueness of the text of the copy of al-Ḥikam can be known by the public. Second ethnographically, namely the oralitizing of the text of al-Ḥikam which is used as the spread of Sufism values in a very complex urban poor community, especially the port industry community in Cilincing, North Jakarta. The passage of the text of al-Ḥikam as a text of Sufism that developed in the Syadziliyyah tradition can be used by supporters of the Qadiriyyah-Naqshabandiyyah tradition. The oralitizing of the text of al-Ḥikam is commonly carried out in pesantren, majelis taklim in the hall and in mosques, or cafes with worshipers consisting of urban middle class people, but in the poor port industry in North Jakarta. Intensive oralitizing of al-Ḥikam texts is one of the ways of expressing Sufism taken by supporters of the Qadiriyyah-Naqshabandiyyah order to deal with certain social situations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frager, Robert
wheaton illionis: Quest Books, 1999
297.401 9 FRA h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"What are the mechanisms of change and adaptation in Islam, regarded as a living organism, and how do they work? How did these mechanisms preserve the integrity of Muslim civilization through the innumerable hazards, divisions and devastations of time? From the perspective of history and intellectual history, this book focuses on a significant, though still largely under studied, aspect of this immense issue, namely, the role of mystical and messianic ferment in the construction and re-construction of religious authority in Islam. Sixteen scholars address this topic with a variety of approaches, providing a fresh outlook on the trends underlying the evolution of Muslim societies and, in particular, the emergence and consolidation of the Ottoman, Safavid and Mughal Empires. "
Leiden: Brill, 2014
e20498022
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Monica
"Tesis ini mengkaji tentang pengalaman-pengalaman transendental yang mendorong orang memilih jalan tasawuf sebagai upaya mengatasi problem kecemasan dalam kehidupan perkotaan. Lokus riset ialah zawiah Rumi Centre yang berafiliasi dengan tarekat Naqsyabandiyah Haqqani. Penelitian ini dilakukan dengan metode etnografi dari Mei 2021 sampai November 2022. Fenomena kecemasan dan disorientasi terjadi akibat tekanan problematika keseharian dan kegagalan individu manusia memahami dunia dengan rasionalitas mereka. Gejala itu menjelma kondisi liminal yang mendorong orang melakukan perjalanan spiritual demi menemukan makna hidup hakiki. Dalam prosesnya, mereka memperoleh pengalaman visioner (visionary experiences) yang memvalidasi upaya pencarian tersebut sebagai sebuah ‘calling’ (panggilan hidup). Pengalaman itu mengarahkan mereka ke dunia tasawuf yang menawarkan visi hidup untuk perjumpaan dengan Tuhan semata melalui perantaraan mursyid. Ada tiga temuan menarik, pertama bahwasanya perjalanan spiritual yang bersifat individual, turut mengandung aspek sosial dan relasional; kedua spiritualitas tasawuf berfungsi untuk mengatasi masalah duniawi (outer worldly) yang memicu kecemasan, melalui pengolahan dan pendisiplinan rohani (inner worldly) tanpa mesti melepaskan diri dari dunia materialitas sebagaimana pada praktik asketisme umum, sebab upaya subyek mencapai makrifat pada dasarnya tetap membutuhkan subyek lain sebagai refleksi kekuasaan ilahiah yang memberikan kekuatan dan makna hidup; ketiga pengalaman terkoneksi dengan mursyid, Waliyullah, serta Rasulullah memposisikan praktik tasawuf menjadi wahana sekaligus instrumen keilahian yang mentransformasikan spiritualitas para pelaku tasawuf, sehingga membentuk kesadaran subyek etis baru sebagai makhluk manusia.

This thesis examines transcendental experiences that encourage people to choose the path of Sufism as an effort to overcome the problem of anxiety in urban life. The research locus is the Zawiah Rumi Center which is affiliated with the Naqsyabandiyah Haqqani congregation. This research was conducted using the ethnographic method from May 2021 to November 2022. The phenomena of anxiety and disorientation occur due to the pressures of everyday problems and the failure of individual humans to understand the world with their rationality. These symptoms become liminal conditions that encourage people to take a spiritual journey to find the true meaning of life. In the process, they gain visionary experiences which validate the search as a 'calling'. This experience directs them to the world of Sufism which offers a vision of life for an encounter with God solely through the mediation of a murshid. There are three interesting findings, first that the individual spiritual journey also contains social and relational aspects; secondly, the spirituality of Sufism functions to overcome worldly problems (outer worldly) that trigger anxiety, through spiritual processing and discipline (inner worldly) without having to break away from the world of materiality as in the practice of general asceticism, because the subject's efforts to achieve makrifat basically still require other subjects as a reflection of divine power which gives strength and meaning to life; the three experiences are connected with murshid, Waliyullah, and Rasulullah positioning the practice of Sufism to be a vehicle as well as an instrument of divinity that transforms the spirituality of the doers of Sufism, thereby forming awareness of new ethical subjects as human beings."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rahayu
"Tasawuf dan politik cenderung dianggap sebagai konsep yang saling bertolak belakang. Tasawuf politik merupakan istilah yang menunjukkan sinergitas antara tasawuf dan politik, dimana politik dapat mencapai tujuan idealnya dengan menerapkan nilai-nilai tasawuf. Dalam karya ilmiah ini, hubungan antara tasawuf dan politik diteliti pada komunitas tasawuf perkotaan, yaitu komunitas Kenduri Cinta dan hubungannya dengan partisipasi politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat partisipasi politik dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politik jamaah Kenduri Cinta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif melalui penyebaran kuesioner dengan teknik purposive sampling. Selain kategori demografi yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap partisipasi politik, terdapat variabel bebas yang diuji antara lain Kepedulian Politik, Motivasi Politik, Situasi dan Lingkungan Politik, Pendidikan Politik, dan Orientasi Politik. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif untuk mengetahui hubungan antar variabel dan metode inferensial untuk mengetahui pengaruh variabel, baik secara parsial maupun global. Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat partisipasi politik jamaah Kenduri Cinta cenderung rendah. Berdasarkan hasil uji global, semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politik jamaah Kenduri Cinta. Sementara pada hasil uji regresi, variabel Kepedulian Politik, Motivasi Politik, Pendidikan Politik, dan Orientasi Politik berpengaruh secara positif terhadap tingkat partisipasi politik. Namun, variabel Motivasi Politik berpengaruh secara negatif, sehingga semakin meningkat motivasi politik, maka semakin menurun tingkat partisipasi politiknya. Penelitian ini dapat disempurnakan dengan menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh informasi yang lebih detail dan mendalam terkait kecenderungan tingkat partisipasi politik yang rendah pada jamaah Kenduri Cinta.

Sufism and politics tend to be considered as contradictory concepts. Political Sufism is a term that shows the synergy between Sufism and politics, where politics can achieve its ideal goals by applying the values of Sufism. In this study, the relationship between Sufism and politics is examined in an urban Sufism community, namely the Kenduri Cinta community and its relationship with political participation. The aim of this research is to determine the level of political participation and analyze the factors that influence the level of political participation of the Kenduri Cinta congregation. The method used in this research is a quantitative method by distributing questionnaires with a purposive sampling technique. Apart from the demographic categories which include age, gender, education level, and economic level which will be analyzed how the impact toward political participation, other independent variables also had been tested including Political Concern, Political Motivation, Political Situation and Environment, Political Education and Political Orientation. Data analysis was carried out using descriptive methods to determine the relationship between variables and inferential methods to determine the influence of variables, both partially and globally. The results show that the level of political participation of the Kenduri Cinta congregation tends to be low. Based on the results of the global test, all independent variables together have an impact toward the level of political participation of the Kenduri Cinta congregation. Meanwhile, in the regression test results, Political Concern, Political Motivation, Political Education and Political Orientation have a positive effect on the level of political participation. However, the Political Motivation variable has a negative impact, so that the more political motivation increases, the lower the level of political participation. This research can be refined by using qualitative methods to obtain more detailed and in-depth information regarding the tendency for low levels of political participation among the Kenduri Cinta congregation."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfi Ubaidillah
"Dari seluruh ciptaan yang telah diciptakan Tuhan, manusia merupakan makhluk yang memiliki nilai spesial. Karena ia adalah makhluk yang secara khusus mengemban tugas sebagai wakil Tuhan (khalifah). Tugas ini merupakan beban yang sangat berat, karena mengemban amanat Tuhan adalah kewajiban melaksanakan kebaikan dan meninggalkan keburukan yang tujuannya untuk mencapai rido-Nya. Untuk itu tentu ada hubungan yang harus dilakukan antara manusia dengan Tuhan agar manusia selalu dibimbing dalam setiap pelaksanaan amanat yang telah diberikan-Nya.
Maka pertanyaanya adalah kenapa manusia yang diberikan sifat kebaikan untuk dijadikan pengemban tugas wakil Tuhan (khalifah). Dalam hal ini sufisme yang diwakili Ibn Al-'Arabi dan kebatinan yang diwakili Ranggawarsita berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Menurut. pemikiran kedua tokoh dan aliran ini, manusia dijadikan sebagai pengemban tugas wakil Tuhan (khalifah), karena dalam kejadiannya manusia memiliki nilai kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Ia merupakan pengejawantahan nama-nama Tuhan secara keseluruhan, sehingga ia adalah cermin bagi Tulis yang bersih dan bening. Tuhan dapat melihat citra Diri-Nya dengan sempurna melaluinya. Maka manusialah yang dapat dijadikan wakil Tuhan di bumi untuk melaksanakan kewajiban syari'at dan mengelola alam. Akan tetapi tidak semua manusia berhasil menjadikan dirinya sebagai wakil Tuhan (khalifah), karena tidak semua orang dapat mengejawantahkan nama-nama Tuhan. Dalam anti bahwa, bagi manusia yang tidak dapat melaksanakan kebaikan dan tidak bisa menjauhkan segala hal yang buruk, ia adalah manusia yang tidak dapat menggunakan nama-nama Tuhan secara proprosional, yang menurut bahasa Ibn Al-`Arabi tidak berakhlak dengan akhlak Allah. Manusia seperti ini adalah manusia hewan atau hamba nalar, Sedangkan manusia yang dapat melaksanakan kebaikan dan manjauhkan keburukan dengan baik, ia akan mendapatkan pengetahuan hakikat segala realitas dan mejadikan diri-Nya dekat dengan Tuhan. Manusia seperti ini menurut Ibn Al-`Arabi dinamakan insan kamil, sedangkan menurut Ranggawarsita dinamakan manusia pilihan atau manusia golongan klas. Bagi manusia yang ingin mencapai derajat insan kamil atau golongan khusus terlebih dahulu ia harus menjalani mujahadah, yaitu serangkaian pendekatan diri kepada Tuhan secara intensif dengan melalui berbagai ujian dan cobaan. Untuk itu tidaklah mudah dalam mencapai apa yang diharapkan. Dengan hati yang suci dan konsekuenlah manusia yang dapat mencapai kesempurnaan tujuan.
Dua pemikiran yang masing-masing mewakili golongannya tersebut secara garis besar memiliki persamaan mendasar. Walaupun terdapat perbedaan dalam sebagian keterangan, tetapi perbedaan itu bukanlah sesuatu yang prinsipil. Perbedaan hanya didasari dari pola pemikiran. lbn Al-'Arabi menclasarkan pemikirannya atas pengetahuan intuitif atau pengalaman batin, yang dalam dunia sufisme pemikiran ini melalui ciri khan khusus. Sedangkan Ranggawarsita memiliki pola pikir kebatinan berdasakan prinsip " sangkan paraning dumadi."
Adapun Persamaan pemikiran kedua tokoh ini diakibatkan pemikiran yang satu telah mepengaruhi pemikiran yang lain. Dalam hal ini pemikiran Ibn Al-`Arabi, semenjak abad ke 16 telah masuk dalam dunia pemikiran Islam Nusantara, sehingga pemikiran Ranggawarsita pun terpengaruh dalam menelurkan konsepnya tentang manusia. Maka tidaklah heran jika kedua pemikiran ini memiliki persamaan pemikiran yang cukup mendasar.
Human Being on the Perspective of Sufism and Mysticism: a Comparative Study on the Thoughts of lbn Al-Arabi and Ranggawarsita Compared to the other Gods' creatures man has more special values. He is especially relied on to be the representative of God (khalifah) in the earth. A very heavy duty he must carry out is to do goodness; instead of to prohibit badness, its goal is only to obtain the favor of God. Therefore there must be a relationship established between roan and God. So that, man is always guided in doing the mandate God has given.
Now, the question is why human is given the goodness in order to be a caretaker of tasks of khalifah. In this case, Sufism which is represented by Ibn Al-`Arabi and the Mysticism represented by Ranggawarsita, all at once, attempts to answer that question. According to both of those authors and credos, man is chosen as the caretaker of the mandate of khalifah because he is created with the special perfection that the other creatures do not have. He is a manifestation of the names of God on the whole. So, man is a kind of a clear mirror for God to see well about the image of Him-self. That is why; man is elected to be God's representative in the earth to do the obligation of Islamic law (syariah) and to manage the nature. Yet, some people cannot treat themselves as the God's representative successfully. Because, some people can only manifest the names of God. It means that the man who is not able to do the kindness and to prevent the badness cannot employ the names of God suitably that is so-called by Ibn Al-Arabi as the man who does not behave based on the moral of God. This kind of man is the Animal Man or the slave of reasoning. Whereas, the man being able to conduct the goodness and to forbid the badness will achieve the nature of knowledge reality and will make him-self get closer to God. According to Ibn Al-Arabi, this kind of man is called as the Perfect Man (insan kamil), though the man is regarded as the Elected Man (golongan khas) by Ranggawarsita. Those who are interested in becoming the Perfect Man or the Elected Man must follow mujahadah first. Mujahadah is a set of personal approach to God intensively through various efforts and ordeals. Then, it is not easy to gain what is hoped. People can only reach the perfection of goal with the pure hearth and consistency.
The two of thoughts represented by each of authors have the fundamental similarity in general. Although there is distinction in some of their thought explanations, it is not a principle difference. The difference is only based on the pattern of thought. Ibn Al-Arabi refers his thought to the intuitive knowledge or soul experience that has a special character in the circle of Sufism thought. Whereas, Ranggawarsita has his own Mysticism thought according to the principle of where is man from and where will he be back, "sangkan paraning dumadi."
Because one thought influences another one, both of the authors come to their similarity each other. The thought of Ibn Al-Arabi have entered the Islamic thought in Indonesian archipelago since the 16 centuries. So that, Ranggawarsita is also affected by `Arabi particularly in producing his concept of human. Then, it is not a strange matter that both of the above thoughts have the fundamental similarity.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wright, Zachary Valentine
"Living Knowledge in West African Islam examines the actualization of religious identity in the community of Ibrahim Niasse (d.1975, Senegal). With millions of followers throughout Africa and the world, the community arguably represents one of the twentieth centurys most successful Islamic revivals. Niasses followers, members of the Tijāniyya Sufi order, gave particular attention to the widespread transmission of the experiential knowledge (marifa) of God. They also worked to articulate a global Islamic identity in the crucible of African decolonization.
The central argument of this book is that West African Sufism is legible only with an appreciation of centuries of Islamic knowledge specialization in the region. Sufi masters and disciples reenacted and deepened preexisting teacher-student relationships surrounding the learning of core Islamic disciplines, such as the Quran and jurisprudence. Learning Islam meant the transformative inscription of sacred knowledge in the students very being, a disposition acquired in the masters exemplary physical presence. Sufism did not undermine traditional Islamic orthodoxy: the continued transmission of Sufi knowledge has in fact preserved and revived traditional Islamic learning in West Africa. "
Leiden: Brill, 2015
e20497954
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"The article examines the history of Jama'ah tabligh in Southeast Asia, especially in Kula Lumpur and Aceh. The author traces the historical background of this religious movement with particular reference to the birth place of Jama'ah Tabligh, India....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>