Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Regita Fidiyastuti
"ABSTRAK
Penelitian ini menguji penggambaran perempuan ideal yang dibangun oleh sampul 2016 majalah Femina. Empat sampul majalah dipilih secara acak dari Agustus sampai November 2016. Sampul majalah dianalisis dengan kerangka semiotik Roland Barthes 39; 1991 dengan melihat elemen visual dan judul utama / sub-judul sebagai teks verbal. Analisis juga mengeksplorasi mitos atau signifikasi wanita ideal setelah tanda-tanda diproses melalui tingkat denotasi dan konotasi. Temuan ini menunjukkan penggambaran Femina untuk wanita ideal sebagian besar berkisar pada ide kecantikan yang terdiri kulit yang putih, sempurna, dan tampak sehat dengan make up ringan dan tubuh ramping. Selain itu terlihat juga perwujudan sifat perempuan feminin, berani, mandiri, sukses dan muda. Seperti yang diperlihatkan oleh temuan tersebut, ada implikasi bahwa meskipun sifat dominan terlihat mencolok, majalah Femina tetap berupaya untuk menampilkan sosok perempuan dengan sifat tradisional yang penurut.

ABSTRACT
This study examines the portrayal of idealized women constructed by the covers of 2016 Femina magazine. The four covers of the magazine are chosen randomly from August 2016 to November 2016. The magazine covers are analyzed using Roland Barthes rsquo semiotic framework 1991 by looking at the visual element and headlines sub headlines as verbal text. The analysis also explores the myth or signification of idealized women after the signs are processed through the level of denotation and connotation. The finding shows Femina 39 s portrayal of idealized women mostly revolves around the beauty idea consisting fair, flawless, and healthy looking skin with light makeup and slender looking body that also embodies women 39 s traits of being feminine, bold, independent, successful and young. As the finding suggests, there is an implication that despite the glaring dominants traits, the magazine attempts to assert the elements of submissive traditional women tropes."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Umboh, Femy F.
"This study question about how Indonesian Citizenship Representation in signs on the preaching of the Red and White flag hoisting in Manado Post Online Edition August 2016 and discourse what is intended by the media through social reality of Indonesian citizenship. From the discussion, it can be argued that it is related to the first question in the context of citizenship, individual citizens through the media reprsentation by their social reality construction as individuals to be pitied; individual who loves the citizen even though in reality she was foreigns; informal individual citizen; encouraging individual media; and individuals create momentum Parliament revised Law on Citizenship. There are five discourse delivered media, namely that Gloria Natapraja Hamel individuals to be pitied because of their citizenship status is questioned by the committee of Paskibraka 2016 ; Gloria Natapraja Hamel is people who really love Indonesia eventhough she is a foreign.; Gloria Natapraja Hamel is an informal of Indonesia Citizen who can not participate as a member of the flag raisers heritage because she is a france.; media are very glad because Gloria rejoin and the case of Gloria as a momentum for arliament Revised Citizenship Act. Academically results of this study would be useful in complementing the existing literature. While in practice the results are expected to help consumers of media in an effort to improve media literacy.
Penelitian ini mempertanyakan bagaimana Representasi Kewarganegaraan Indonesia dalam tanda-tanda pada Pemberitaan tentang Pengibaran Bendera Merah Putih dalam Manado Post Online edisi Agustus 2016) dan Wacana apa yang hendak disampaikan media melalui realitas sosialnya tentang kewarganegaraan Indonesia. Dari hasil pembahasan dapat dikemukakan bahwa terkait pertanyaan pertama maka dalam kontek kewarganegaraan, Individu Warga negara direprsentasikan media melalui konstruksi ralitasnya sebagai individu yang patut dikasihani; individu yang lebih mencintai WNI meski dalam realitanya dia ber-WNA; individu WNI informal; individu yang menggembirakan media; dan individu membuat momentum DPR Revisi UU Kewarganegaraan. Ada lima wacana yang disampaikan media, yaitu bahwa Gloria Natapraja Hamel individu yang patut dikasihani karena status kewarganegaraannya dipermasalahkan panitia Paskibraka 2016.; Gloria Natapraja Hamel individu yang lebih mencintai WNI meski dalam realitanya dia ber-WNA.; Gloria Natapraja Hamel individu WNI informal yang tak bisa ikut menjadi anggota pengibar bendera pusaka karena ber-WNA Prancis.; media bergembira karena Gloria bergabung kembali dan Kasus Gloria Natapraja Hamel momentum DPR Revisi UU Kewarganegaraan. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam melengkapi literatur yang telah ada sebelumnya. Sementara secara praktis maka hasilnya diharapkan dapat membantu para konsumen media dalam upaya meningkatkan literacy media."
Peneliti Bidang Media Massa pada Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Manado, 2016
607 JSKM 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Aztira Arbi
"Media baru membawa berbagai fungsi baru. Internet telah menarik perhatian masyarakat karena perannya dalam membangun dan menjaga ikatan sosial antara individu seperti melalui Instagram dan Facebook. media sosial seperti YouTube, Flickr, dan blog juga berfungsi sebagai outlet untuk mengekspresikan diri. Dari perkembangan media ini lahirlah istilah baru, seperti selebgram yang muncul sebagai perkembangan dari media sosial instagram, istilah selebgram ditujukan pada user atau pemilik akun instagram, yang memiliki ribuan hingga jutaan followers. Dalam setiap postingannya baik foto ataupun video, para selebgram biasanya benar-benar melakukan dengan totalitas yang luar biasa untuk mendapatkan banyak ldquo;love';, komentar ataupun followers. Tanpa disadari telah memasuki ranah kekerasan simbolik baik dari selebgram yang ,melakukan postingan maupun dari follower yang memberikan komentar.
Jurnal ini menggunakan konsep kekerasan simbolik dari Pierre Bourdieu yang berdasarkan konsep habitus, capital dan arena dalam menganalisis kekerasan halus di dalam postingan dan komentar dalam akun selebgram, dengan, menggunakan metode semiotika sosial dari Theo van Leeuwen. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengidentifikasi habitus pelaku baik selebgram sebagai engunggah maupun followers sebagai pemberi komentar, pemanfaatan kapital dan strategi pemanfaatan kapital dalam arena media sosial, bentuk-bentuk kekerasan simbolik yang dihadapi selebgram sebagai korban dan strategi bahasa yang digunakannya dalam mempertahankan dirinya dalam arena media sosial instagram.

New media bring new functions. Internet has attracted the attention of the public because of its role in developing and maintaining social relationships Between individuals such as through Instagram and Facebook. Social media like YouTube, Flickr, and blogs also serve as an outlet for self expression. The development of the new media, brought some new terms such as selebgram that came up from social media instagram, The term of selebgram is aimed at users or the owners of instagram account, who have thousands or millions of followers. In every single post either photo or video, selebgram usually do everything with so much efforts and totality to get 'love', 'comment' and followers. Without realizing it has entered the field of symbolic violence both from the selebgram and the commentator.
This journal uses the concept of symbolic violence from Pierre Bourdieu which is based on the concept of habitus, capital and field in analyzing the smooth violence on instagram posts and comments on selebgram account, with ,Using social semiotics methods from Theo van Leeuwen. The purpose of this study is to identify the habitus of selebgram as an actor and also followers as commentator, Capital utilization and capital utilization strategy in the social media field, symbolic violence forms and Symbolic violence forms and the language strategies that used the field of social media instagram.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T48105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faisal Chair
"Artikel ini membahas penelitian tentang penguburan komunitas Yahudi berdasarkan studi pendahuluan dari aspek semiotika. Di Banda Aceh dan Georgetown Penang, terdapat pemakaman Komunitas Yahudi dari Era Kolonial Belanda dan Inggris pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Pemakaman Yahudi ini memiliki kuburan dan batu nisan yang mencakup identitas Yahudi dengan penggunaan simbol, nama keluarga, dan bahasa Ibrani. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data dengan melakukan observasi lapangan dan studi literatur, kemudian pengolahan data dilakukan dengan menggambarkan data penelitian dan menterjemahkan teks tertulis pada nisan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kuburan dan nisan Yahudi yang ditemukan di Pemakaman Yahudi di Kerkhof Peutjoet Banda Aceh dan PJC Penang. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan studi pendahuluan semiotik Ferdinand de Saussure dalam interpretasi. Hasil penelitian pada Pemakaman Yahudi menunjukkan: (1)Pemakaman menjunjung tinggi aturan Halakhah sebagai pemakaman komunitas, (2)ciri-ciri yang menandai identitas jenazah yang dimakamkan berupa persatuan marga, daerah asal, kekerabatan, hubungan suami-istri, serta strata sosial, dan (3) simbol yang menunjukkan identitas Yudaisme kuat pada makam Rabbi atau keluarga Rabbi

This paper discusses research on community burials based on Jewish preliminary studies from the semiotic aspect. In Banda Aceh and Georgetown Penang, there are funerals of the Jewish Community from the Dutch and British Colonial Era in the 19th century to the beginning of the 20th century AD. This Jewish cemetery has graves and gravestones which include Jewish identity with the use of symbols, family names, and Hebrew. The research method used is data collection by conducting field observations and literature studies, then data processing is carried out by describing the research data and translating the written text on the gravestone. This study aims to determine the characteristics of Jewish graves and gravestone found in Jewish cemeteries at Kerkhof Peutjoet Banda Aceh and PJC Penang. This research uses descriptive analysis method and semiotic preliminary study by Ferdinand de Saussure in interpretation. The results of the Jewish research show: (1) Graves uphold the rules of Halakhah as a community burial. (2) The characteristics that mark the identity of the buried body, both in the form of ethnic unity, area of origin, kinship, spouses, and social ways. And (3) symbol denoting Judaism's identity as a Jewish Rabbi or family of Rabbis"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Meianzi Yasak
"Perempuan yang hidup dalam sistem patriarki, seperti di Indonesia, berjuang untuk membuktikan bahwa dirinya memiliki kekuatan, mampu bersaing di kancah publik, dan bukan warga negara kelas dua. Idealnya, kebijakan yang terkait dengan hak warga negara harus menempatkan perempuan pada posisi yang setara dengan laki-laki. Diskriminasi berbasis gender di tempat kerja, dalam  upah, promosi, fasilitas, membuat pekerja perempuan di Indonesia lebih rentan dan lebih mungkin  dieksploitasi dibandingkan rekan kerja laki-laki. Sejak dulu jumlah jurnalis laki-laki selalu lebih banyak dibandingkan pewarta perempuan. Apalagi Jumlah mereka yang berprofesi sebagai pewarta foto, nya lebih kecil lagi. Berprofesi sebagai pewarta memiliki tantangan dan risiko tinggi, terlebih untuk perempuan. Mereka harus bersaing dengan pewarta laki-laki untuk mendapat berita secara profesional. Perbedaan pengalaman, identitas gender, struktur patriarki yang dikukuhkan oleh maskulinitas berimplikasi pada karya perempuan fotografer. Pierre Bourdieu, dalam bukunya Masculine Domination menyampaikan bahwa sebagai pria atau wanita, dalam objek yang kita coba pahami, sebetulnya kita telah mewujudkan struktur historis  tatanan maskulin dalam bentuk skema persepsi dan apresiasi yang tidak disadari.  Penelitian ini menelaah sumber semiotik yang dibentuk dari habitus perempuan pewarta foto, yang berimplikasi pada pilihan bahasa visual mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah semiotika sosial multimodal. Temuan penelitian ini yaitu (1) sumber semiotik yang dimiliki perempuan pewarta foto tidak bebas, dan ditentukan oleh habitus; (2) media menjadi sumber semiotik perempuan pewarta foto dalam memaknai dominasi maskulin; (3) dominasi wacana maskulin dibentuk dari konstruksi, kekerasan, dan kekuatan simbolik; dan (4) konteks situasi dan budaya pada konsep semiotika sosial Halliday merupakan perwujudan habitus dalam teori Bourdieu.

Women who live in a patriarchal system like in Indonesia, struggle to prove that they have power, are able to compete in the public arena, and are not second-class citizens. Ideally, policies related to the rights of male citizens should place women in an equal position with men. Gender-based discrimination in the workplace, in terms of pay, promotion, benefits, makes female workers in Indonesia more vulnerable and more likely to be exploited than their male counterparts. Since ancient times, there have always been more male journalists than female journalists. Moreover, the number of women who work as photojournalists is even less. Working as a journalist has high challenges and risks, especially for women. They have to compete with male journalists, to get news in a professional manner. Differences in experience, gender identity, patriarchal structures that are reinforced by masculinity are embodied in the work of female photographers. Pierre Bourdieu, as stated in his book Masculine Domination said that as men or women, in the objects we are trying to understand, we have actually materialized the historical structure of the masculine order in the form of unconscious schemes of perception and appreciation. In this research, I examine semiotic sources formed from the habitus of female photojournalists, which has an implicit effect on their choice of visual language. The research method used is Multimodality Social Semiotics. The findings of this study are (1) the source of semiotics owned by female photojournalists is not independent, and is determined by habitus; (2) the media is a semiotic source of female photojournalists in interpreting Masculine Domination; (3) Masculine Discourse Domination is formed from construction, violence, and symbolic power; (4) The context of situation and culture in Halliday's concept of Social Semiotics, is the embodiment of habitus in Bourdieu's theory.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reisha Anindyapradha Rusli
"Penelitian ini menganalisis representasi maskulinitas pada tokoh utama pria yang digambarkan dalam film Вокзал Для Двоих (Stasiun Untuk Berdua) karya Eldar Ryazanov yang dirilis pada tahun 1983. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan potret ciri maskulinitas yang ditampilkan pada tokoh Platon Sergeyevich Ryabinin sebagai tokoh utama pria dalam film ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Teori yang digunakan untuk menganalisis representasi pada adegan dan dialog film adalah teori representasi Stuart Hall yang didukung oleh teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian ini adalah tokoh Platon Sergeyevich Ryabinin dalam film Вокзал Для Двоих (Stasiun Untuk Berdua) (1983) mampu menunjukkan ciri-ciri maskulinitas berdasarkan tujuh ciri-ciri maskulinitas yang diungkapkan oleh Janet Saltzman Chafetz, yaitu penampilan fisik, fungsional, seksual, emosi, intelektual, interpersonal, dan karakter personal lain dari tokoh tersebut.

This study analyzes the representation of masculinity in the male main character depicted in Eldar Ryazanov's film Вокзал Для Двоих (Railway Station for Two), which was released in 1983. This study aims to describe and interpret the portrait of masculine characteristics shown in Platon Sergeyevich Ryabinin as the leading male character in this film. The method used in this research is a qualitative approach in the form of the descriptive analytical method. The theory used to examine representations in film scenes and dialogues is Stuart Hall's representation theory and supported by Roland Barthes' semiotic theory. This research shows that through both parts of the film Вокзал Для Двоих (Railway Station for Two) (1983), Platon Sergeyevich Ryabinin as the male lead character exhibits masculine characteristics based on seven characteristics expressed by Janet Saltzman Chafetz, namely physical appearance, functional, sexual, emotional, intellectual, interpersonal, and other personal characteristics of the character."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Voja Alfatih
"Penelitian ini membahas mengenai representasi federalisme dalam uang kertas rubel Federasi Rusia emisi 1997-2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan gambar-gambar yang terdapat dalam uang kertas rubel Federasi Rusia emisi 1997-2017 dan sejauh mana gambar-gambar tersebut merepresentasikan federalisme di Federasi Rusia. Bahan penelitian yang digunakan penelitian ini adalah gambar-gambar uang kertas rubel dari situs resmi Bank Sentral Rusia. Teori-teori yang digunakan penelitian ini adalah teori semiotika C.S. Peirce, teori representasi uang J.D. Peters, teori federalisme W.H. Riker dan teori federalisme Rusia M. Russel. Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode deskriptif dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa federalisme dalam uang kertas rubel emisi 1997-2017 dapat terlihat melalui penggunaan gambar-gambar seperti lambang-lambang dan landmark yang mewakili pemerintah federal dan subjek federal Federasi Rusia.

This study discusses the representation of federalism in the Russian Federation ruble banknotes, issue 1997-2017. The aim of this study is to decipher the images contained in the Russian Federation ruble banknotes, issue 1997-2017, and to explain how far can these images represent federalism in the Russian Federation. The research material used in this study are pictures of ruble banknotes, issue 1997-2017, from the official website of the Central Bank of Russia. The theories used in this study are C.S. Peirce's theory of semiotics, J.D. Peters' theory of money representation, W.H. Riker's theory of federalism, and M. Russel's theory of Russian federalism. The methods used in this research are descriptive method and literary study. The results indicate that federalism can be seen through the use of images such as emblems and landmarks representing the federal government and the federal subject of the the Russian Federation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Sekar Setianing Gusti
"Maskulinitas subordinat merupakan salah satu bentuk maskulinitas yang belum banyak direpresentasikan di media. Dengan pemahaman masyarakat yang masih terbatas pada bentuk maskulinitas hegemonik, yakni laki-laki yang kuat, mandiri, dan dominan, bentuk maskulinitas subordinat masih sering mengalami diskriminasi dalam mengekspresikan identitas mereka. Pada industri K-Pop, Tomorrow by Together (TXT) merupakan salah satu grup K-Pop laki-laki yang sering menyuarakan isu stereotip dan norma gender, salah satunya melalui fesyen yang mereka kenakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi subordinate masculinity, terutama dalam bentuk androgynous fashion yang ditampilkan anggota TXT pada acara red carpet Mnet Asia Music Award (MAMA) 2022. Terdapat beberapa konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini, antara lain representasi media, maskulinitas subordinat, dan TXT sebagai grup K-Pop yang akan dianalisis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis semiotika oleh Roland Barthes untuk membahas penanda (signifier) dan petanda (signified) yang ada pada fashion TXT serta menggali sistem makna denotatif dan konotatif di baliknya. Hasilnya, ditemukan bahwa TXT berhasil merepresentasikan fesyen androgini melalui koleksi pakaian yang mereka kenakan dan memperoleh reaksi positif dari banyak pihak. Sebagai artis muda, TXT berhasil membangun branding sebagai sebuah grup yang merepresentasikan isu sosial melalui fesyen mereka.

Subordinate masculinity is one form of masculinity that has yet to be widely represented in the media. With society's understanding still limited to hegemonic forms of masculinity, such as strong, independent, and dominant men, men with subordinate masculinity still often experience discrimination in expressing their identity. In the K-Pop industry, Tomorrow by Together (TXT) is one of the male K-Pop groups that often voices issues of stereotypes and gender norms, one of which is through the fashion they wear. This study aims to analyze the representation of subordinate masculinity, especially in the androgynous fashion displayed by TXT members at the 2022 Mnet Asia Music Award (MAMA) red carpet event. This research will use several concepts, including media representation, subordinate masculinity, and TXT as a K-Pop group that will be analyzed. The research was conducted using Roland Barthes' semiotic analysis method to discuss the signifier and signified in TXT's fashion and explore the denotative and connotative meaning systems behind it. As a result, this research found that TXT successfully represented androgynous fashion through the Burberry Menswear Collection they wore at the event and received positive reactions from many people. As a young artist, TXT managed to build branding as a group representing social issues through their fashion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dayinta Prakasita
"Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana konstruksi gender direpresentasikan dalam film animasi Disney Princess “Raya and the Last Dragon” melalui penokohan, adegan (scene) dan narasi (monolog atau dialog). Studi-studi terdahulu mengenai representasi perempuan pada film animasi Disney tentang “Princess” tahun 1950-1990-an menunjukkan masih kental stereotip gender berbasis konstruksi feminitas pada perempuan, dan maskulinitas pada laki-laki. Sementara pada kurun 2000an hingga akhir 2000an film film Disney menunjukkan konstruksi perempuan sebagai pemberontak dan ambisius. Seiring dengan wacana pergeseran konstruksi kepada pencairan gender di masyarakat, pertanyaannya apakah Disney juga mempresentasikannya dalam film filmnya? Melalui kajian terhadap film Disney bergenre princess, “Raya and The Last Dragon” (2021) akan digali apakah film tersebut sudah lebih progresif dalam merepresentasikan isu gender? Dalam arti, film tersebut mengkonstruksikan suatu gagasan tentang feminitas dan maskulinitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif semiotika oleh Roland Barthes untuk menganalisis makna representasi dalam tanda/simbol. Teknik dokumentasi dilakukan dengan teknik screencapture sebagai pengumpulan data. Hasil Penelitian menunjukkan bagaimana adanya tiga representasi, antara lain: (1) Raya sebagai Pendekar Perempuan; (2) Raya sebagai PemimpinPerempuan; (3) Raya sebagai Perempuan Mandiri. Hasil kajian menunjukkan bahwa perempuan direpresentasikan sebagai karakter yang maskulin, digambarkan dengan sifat tangguh, dominan, dan mandiri. Konstruksi gender tradisional yang cenderung stereotip kini bergeser ke arah yang lebih progresif.

This study aims to explore and reveal how gender construction is represented in the Disney Princess animated film "Raya and the Last Dragon" through characterizations, scenes and narratives (monologue or dialogue). Previous studies on the representation of women in Disney's animated film “Princess” in the 1950s-1990s show a strong gender stereotype based on the construction of femininity in women and masculinity in men. While Disney films in the early 2000s to the late 2000s showed the construction of women as rebellious and ambitious. Along with the discourse of shifting construction to gender disbursement in society, the question is how does Disney present it in its films? Through a study of the Disney princess film genre, “Raya and The Last Dragon” (2021), it will be explored whether the film is more progressive in representing gender issues and ideas about femininity and masculinity? The method used in this research is Roland Barthes' qualitative semiotics to analyze the meaning of representation in signs/symbols. Documentation technique with screen capture technique as data collection. The results of the study show how there are three representations, including: (1) Raya as a female warrior; (2) Raya as Female Leader; (3) Raya as an Independent Woman. The results of the study show that women are represented as masculine characters, described as tough, dominant, and independent. The traditional gender construction that tends to stereotype has shifted to a more progressive direction. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dam Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Chaerunnissa
"Instagram merupakan media sosial terpopuler yang digunakan untuk berbagi foto dan video. Saat ini Instagram menjadi sarana mengekspresikan diri dan memublikasikan karya. Salah satu bentuk karya yang dibagikan yaitu Instapoetry atau puisi Instagram. Instapoetry begitu digemari oleh kalangan muda berkat tema-temanya yang sesuai selera kaum muda, seperti cinta dan isu kesehatan mental. Meskipun Instapoetry menjadi fenomena populer, masih sedikit penelitian tentang Instapoetry, Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti mengenai Instapoetry. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tanda yang terdapat pada unggahan Instapoetry akun Instagram @missclaralouise dan menganalisis makna yang disampaikan oleh unggahan tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model analisis deskriptif. Teori yang digunakan dalam menganalisis data adalah teori semiotika Peirce dalam van Zoest dan Sudjiman (1992), teori semiotika Saussure (1967) dalam Busse (2009) serta teori semantik Ullmann (2014). Berdasarkan hasil analisis kelima data, ikon dapat ditemukan pada kelima data tersebut, indeks ditemukan pada data kedua dan ketiga, serta simbol ditemukan pada data pertama sampai data keempat. Hampir semua unggahan mengandung makna referensial, kecuali data kelima yang memiliki makna kontekstual. Makna yang disampaikan oleh data tersebut bermacam-macam, seperti tentang kebahagiaan, cinta, kehidupan. Pada unggahan puisi Instagram (Instapoetry) akun @missclaralouise mengandung pesan motivasi.

Instagram is the most popular social media for sharing photos and videos. Currently, Instagram is a platform of self-expression and publishing works. One form of work that is shared is Instapoetry or Instagram poetry. Instapoetry is very popular with young people due to its themes that suit young people's tastes, such as love and mental health issues. Although Instapoetry has become a popular phenomenon, there is still little research on Instapoetry. Therefore, the authors are interested in researching Instapoetry. This study aims to identify the signs contained in the Instagram account @missclaralouise posts and analyze the meaning conveyed by the posts. The method used in this study is a qualitative method with a descriptive analysis model. The theory used in analyzing the data is Peirce's theory of semiotics in van Zoest and Sidjiman (1992), Saussure's theory of semiotics (1967) in Busse (2009), and Ullmann's theory of semantics (1977). Based on the results of the analysis of the five data, icons can be found in the five data, the index is found in the second and third data, and symbols are found in the first to fourth data. Almost all uploads contain referential meaning, except for the fifth data which has contextual meaning. The meanings conveyed by the data vary, such as about happiness, love, and life. In the Instapoetry posts, the @missclaralouise account contains a motivational message.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>