Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 747 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Beby Sintia Dewi Banteng
"Fenomena yang berkembang di masyarakat Provinsi Gorontalo sekarang ini, menjadi alasan untuk meneliti tentang apa sebenarnya persepsi masyarakat terhadap program unggulan yang sedang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Gorontalo. Fenomena tersebut adalah adanya anggapan masyarakat terhadap belum maksimalnya program unggulan Provinsi Gorontalo menaikkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat, serta pada tingkat pelayanan. Fenomena lainnya secara positif memandang pembangunan Provinsi Gorontalo lewat Program Unggulan membawa dampak baik dan peningkatan kesejahteraan serta pelayanan.
Karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat apa persepsi masyarakat terhadap program unggulan Provinsi Gorontalo yang terdiri dari program peningkatan sumber daya manusia (SDM), agropolitan dan etalase perikanan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Dengan pengumpulan data lewat cara : kuisioner pada masyarakat dan wawancara berpedoman atau focus discusion kepada Pemerintah Daerah, DPRD dan LSM.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata tidak terdapat perbedaan persepsi dan pengetahuan terhadap program unggulan Provinsi Gorontalo pada masyarakat perkotaan dan perdesaan. Secara umum persepsi masyarakat terhadap program unggulan ini sangat bagus, karena 107 responden dari 201 responden atau 53,2% menyatakan dengan adanya program unggulan ini etos kerja masyarakat Provinsi Gorontalo meningkat dan 53 responden atau 26,4 % menyatakan etos kerja masyarakat jadi lebih baik. Namun di sisi lain pemahaman masyarakat terhadap konsep program unggulan masih sangat dangkal.
Jika program ini akan terus dilakukan, maka sosialisasi program harus lebih mendalam pada tingkat konsep dan pencapaian ukuran/standar keberhasilan dan target program jangka pendek, menengah dan jangka panjang perlu disesuaikan antara masyarakat dan pemerintah, agar bisa mengakomodir kepentingan semua pihak, dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Provinsi Gorontalo.
Daftar Pustaka : 35 (1978-2003)

There were growing perception in some part of Gorontalo communities that current leading programs of Gorontalo government did not live up to its expectation. The communities perceived that the prosperity and income of the people of Gorontalo were still in the lower side. In contrast, some other communities thought that these programs gave benefit and increase the service and wealthy.
The aim of this study is to clear up that conflicting perception on those leading programs, which were developing human resource, agropolitan and fishery.
The study used qualitative and quantitative methods. Data collected using questioner to the communities, government officials, staffs of non-government organization and the local legislative representatives.
The study found that in our samples, there was no different perception and understanding to the Government program between urban and rural communities. Most of the people perceived that the program was in excellent shape. Half of them stated that the program could increase the mood of the people. One fourth of them said that community spirit became better. However, while the people understood on the program as the Gorontalo brand, the substances underlying the concept were not understood.
The study recommends that to sustain the program, socialization of concept must be carried out. People should understand the concepts. Standard achievement should be clearly spelled for the short term, the middle term and the long-term period.
Bibliography: 35 (1978-2003)
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldi Zein
"Indonesia sebagai negara berkembang membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk melakukan pembangunan di dalam negeri, khususnya di sektor sosial dan ekonomi. Untuk itu pemerintah Indonesia melakukan kebijakan mendorong masuknya investasi asing kedalam negeri. Guna memberikan pelayanan yang lebih dan memberikan komunikasi, koordinasi dan informasi bagi kepentingan investasi, maka Presiden Republik Indonesia membentuk Badan Koordinasi Penanaman Modal pada tahun 1985, dan hingga saat ini organisasi ini masih eksis.
Terjadinya era reformasi yang menggantikan era Orde Baru kepemimpinan Soeharto, dilalui dengan berbagai gejolak-gejolak anatara lain demonstrasi masa dan kegaduhan yang berimbas pada krisis sosial dan ekonomi. Adanya data tentang turunnya investasi asing yang masuk ke Indonesia diduga akibat langsung atau tak langsung timbulnya persepsi buruk terhadap citra Indonesia, khususnya mengenai iklim investasi dimata investor asing. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat persepsi-persepsi para investor asing secara kualitas dan terurai jelas mengenai iklim investasi di Indonesia.
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian lapangan adalah menggunakan survey kuestioner terhadap 100 responder yang terdiri dan investor asing.
Kuesioner ini meliputi pertanyaan terhadap 8 parameter iklim investasi berdasarkan hasil studi awal dan pengalaman peneliti, yaitu: keamanan, penegakan hukum, baiknya jalan pemerintahan, infrastruktur, prosedur investasi, insentif, biaya operasional, dan imej BKPM. Hasil survey ini ditindak lanjuti dengan "in depth interview" terhadap 10 responden investor asing yang dipilih berdasarkan "incidental and voluntary". Interview juga dilakukan terhadap 5 orang pejabat tinggi dan senior BKPM untuk mengetahui kegiatan mereka.
Temuan yang ada dalam penelitian adalah adanya gambaran jelas mengenai persepsi investor asing terhadap iklim investasi di Indonesia. Persepsi yang negatif tersebut terdapat karena adanya dim Indonesia yang buruk sebagai negara yang mempunyai "country risk" tinggi, dan reputasi negatif sebagai negara yang banyak tindak korupsinya. Satu hal yang masih membuat positif pandangan terhadap iklim usaha disini, yaitu adanya persepsi positifik mengenai rendahnya biaya investasi, khususnya tenaga kerja dan sumber daya energi. Hai ini yangmembuat investasi masih menarik di Indonesia.
Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah, temuan betapa pentingnya peran media massa dalam menyebarluaskan informasi secara cepat, dan dapat mernbentuk opini-opini yang selanjutnya menjadikan persepsi masyarakat luas. Turunnya nilai investasi asing dapat diakibatkan pengaruh dari persepsi-persepsi yang negatif terhadap iklim investasi di Indonesia.
Kesimpulan dan rekomendasi dibuat berdasarkan konsep-konsep ilmu komunikasi. Perlunya komunikasi yang instruktif dari presiden kepada jajarannya untuk membenahi pemerintahan ini dengan baik. BKPM harus melakukan komunikasi yang persuasif kepada presiden dalam memberikan masukan informasi yang berpengaruh dalam mengambil kebijakan, serta komunikasi yang informatif BKPM kepada investor asing untuk memberikan jawaban dan kepastian atas perbaikan yang dilakukan. Untuk itu BKPM diusulkan untuk lebih berperan sebagai sentra komunikasi dan koordinasi terhadap aspek-aspek lingkungan organisasi, antara lain "stakeholders and audience".

Indonesia as a developing country needs a lot of capital sources to build its country, especially in social and economic sectors. The Indonesian government has issued policies to encourage incoming of foreign investors to the country. In order to serve more foreign investor in the way of communicating, coordinating, and providing information the President of Indonesia had established the Indonesian Investment Coordinating Board in 1985, which is still exist until today.
The transaction period of changing the power in this country from Soeharto era to reformation era had made through a very crucial things, such as uncontrolled mass demonstrations and riots. Those things had made impact to crisis of social and economy of Indonesia. The declining of foreign investment on statistics recently was assumed related to the bad perceptions about the investment climate of Indonesia. Image and reputation of Indonesia has contributed the building of the perception. This research was conducted to see in "descriptive and qualitative" aspects of those foreign investors perceptions about the investment climate.
This research study used a questionnaire survey to 100 respondents, who are foreign investors. The questioner covers B parameters of the investment dimate which are based on study and experiences of the researcher, such as security, law enforcement, good governance, infrastructures, procedures, incentives, cost of investment, and image of BKPM. The survey was followed up by in depth interviews to ten respondents representing foreign investors through incidental and voluntary selections.
Interviews were also made to five senior and high level officials of the Indonesian Investment Coordinating Board (BKPM) to see the organization activity.
The result of interviews has provided clear pictures of perceptions. Foreign investors' perceptions are bad to the Indonesia's investment climate. The negative perceptions were caused by the bad image of Indonesia, which occupies high score in the country risk list and it has a long in the negative reputation among the most corrupt countries. There is one positive perception about to the Indonesian investment climate. It is low cost of investment, such as low labor cost and cheap fuel and energy costs. These factors make Indonesia attractive for investment.
The interesting part of this research discovered that mass media had an important role in disseminating information fastly and it could influence public opinion. The declining foreign investment might be related to those negative perceptions about the investment climate in Indonesia.
Conclusions and recommendations were made based on communication concepts. It needs instructive communication from the country's president to manage better government. BKPM has to make persuasive communications to the president with information used for policy making, and informative communications to foreign investors with certainty saying that the government is improving the condition. It is proposed that BKPM should becomes a centre of communication and coordination to all aspects of the organization stakeholders and audiences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Muhardiansyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran atau persepsi karyawan Perusahaan terhadap kompetensi perusahaannya dalam aspek peningkatan mutu dan pembelajaran yang diperlukan dalam meraih dan mempertahankan posisi persaingan di era kompetisi yang ketat.
Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan mengambil studi kasus pada Perusahaan GUF yang bergerak di bidang engineering, procurement, dan construction anjungan lepas pantai (offshore platform). Sampel diambil secara random sebanyak 110 orang dari 150 orang karyawan.
Instrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah Learning Organization Profile (LOP) untuk mengukur variabel tingkat penerapan pembelajaran, serta Kriteria Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA) untuk mengukur variabel peningkatan mutu. Untuk mengukur variabel-variabel tersebut digunakan skala model Likert.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa karyawan yang menyatakan pembelajaran telah diterapkan pada sebagian kecil perusahaan sebanyak 30,18%, belum diterapkan sebanyak 28,98%, dan diterapkan pada bagianbagian tertentu sebanyak 22,11%. Selebihnya, sebesar 18,73% menyatakan bahwa pembelajaran telah diterapkan pada sebagian besar dan diterapkan sepenuhnya.
Selain itu, karyawan yang menyatakan setuju terhadap peningkatan mutu di Perusahaan GUF sebanyak 48,41% dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 39,77%, serta sisanya (11,82%) menyatakan tidak ada pendapat.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dengan rendahnya tingkat penerapan pembelajaran (learning), usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan/perbaikan mutu berkelanjutan (continuous quality improvement) di Perusahaan GUF masih memiliki kelemahan-kelemahan yang mendasar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Lutfi
"ABSTRAK
Tesis yang berjudul "Persepsi Australia tentang Ancaman Indonesia 1956-1962," bermaksud mendeskripsikan dan menganalis pengaruh persepsi Australia tentang ancaman Indonesia terhadap kebijaksanaan luar negeri Australia. Khususnya yang menyangkut ancaman terhadap Australia dan susunan pertahanan regionalnya dalam konteks "Perang Dingin", "Perang Terbatas", dan "Perang Global."
Persepsi Australia terhadap situasi politik dalam negeri Indonesia dalam kasus Irian Barat, PRRI/PERMESTA, dan kasus-kasus politik internal lainnya, telah memberi warna terhadap pola kebijaksanaan luar negeri Australia.
Benua Australia yang dihuni oleh mayoritas ras kulit putih, dilingkupi oleh dua samudra; India dan Pasifik. Di pandang dari sudut keamanannya, negara ini memiliki kedudukan strategis di kawasan Asia Tenggara. Sebaliknya penghuni benua yang mayoritas kulit putih keturunan inggris ini, merasa terisolasi dari pusat peradaban, ekonomi, dan politik dunia Barat, khususnya dari "Mother Country-nya" Inggris. Perasaan ini semakin bertambah kuat karena kenyataannya, mereka merupakan penduduk dengan ras minoritas dibandingkan dengan penduduk yang mendiami kawasan Asia maupun Asia Tenggara. Perasaan khawatir akan ancaman bahaya "kuning" dan kemudian bahaya "merah" inilah yang nantinya membuat pemerintah Australia sangat bergantung pada keamanan dan kemakmurannya, baik terhadap Inggris maupun Amerika setelah Perang Dunia II berakhir.
Ketergantungan itu juga yang mewarnai kebijaksanaannya terhadap Indonesia, khususnya yang menyangkut kebijaksanaan keamanan nasional Australia yang berkaitan dengan kejadian-kejadian di Indonesia dan sikap politik Indonesia yang menanggapi masalah internasional.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Ria
"ABSTRAK
Pada hakekatnya, rumah bagi manusia mempunyai fungsi sebagai tempat perlindungan fisik dan perlindungan psikologi atas tekanan dari dunia luar serta wadah kegi atan manusia.
Kebutuhan manusia akan rumah semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Sementara itu ketersediaan lahan yang sesuai untuk perumahan bersifat terbatas. Akibatnya sering ditemui terutama di daerah perkotaan, perumahan didirikan di daerah permukiman yang tidak memenuhi syarat untuk suatu tempat tinggal. Kondisi mutu lingkungan yang rendah ini membuat penghuni berusaha meninggalkan lingkungan tersebut dan mencari tempat permukiman yang memiliki tingkat keamanan dan kenyamanan yang lebih baik. Pada umumnya usaha perpindahan ini terjadi pada masyarakat yang ekonominya sudah baik.
Menyadari keadaan ini, maka pemerintah berupaya membangun perumahan-perumahan dengan kondisi lingkungan yang baik untuk membantu dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan. Namun tidak semua kebutuhan itu dapat terpenuhi. Dengan bantuan pihak pengembang maka masyarakat semakin mempunyai kemudahan dalam usaha pemilikan rumah dengan mutu lingkungannya dapat memenuhi syarat hidup yang sehat.
Seiring dengan tingginya permintaan atas perumahan maka terjadi peningkatan pembangunan perumahan. Namun bagi pihak pengembang swasta, pembangunan perumahan mewah menjadi prioritas dibandingkan dengan pembangunan perumahan sederhana. Hal ini disebabkan minat masyarakat terhadap pemilikan perumahan mewah oukup tinggi.
Tingginya permintaan masyarakat terhadap perumahan mewah sebagai akibat terjadinya pergeseran pandangan masyarakat terhadap fungsi rumah. Fungsi rumah tidak hanya dilihat sebagai tempat tinggal, wadah aktivitas maupun perlindungan psikologis semata, tetapi masyarakat saat ini melihat rumah sebagai suatu alat prestise dan sebagai pendukung terjadinya suatu kegiatan bisnis bagi sebagian orang serta sebagai investasi. Selain itu penilaian terhadap rumah tidak dilihat hanya dari bentuk fisik rumah, namun yang terutama adalah letak dan fasilitas lingkungan serta kondisi sosial penghuninya.
Adanya kondisi seperti ini menimbulkan kepemilikan rumah yang dibangun para pengembang didominasi oleh orang-orang yang mempunyai kemempuan ekonomi tinggi. Akibatnya banyak ditemui saat ini permukimam eksklusif.
Di Rotamadya Medan, pemilikan perumahan eksklusif ini terlihat adanya kecenderungan terdapat pada golongan masyarakat tertentu yaitu orang Cina. Hal ini terjadi karena secara umum etnik ini mempunyai kemampuan daya beli yang cukup tinggi dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Kondisi seperti ini menimbulkan adanya kesenjangan sosial di antara masyarakat yang dapat mengarah kepada terjadinya konflik antar etnik akibat munculnya kecemburuan sosial di dalam masyarakat.
Sementara itu Kotamadya Medan dikenal sebagai masyarakat yang majemuk yang rawan terhadap perpecahan antara anggota masyarakat. Ini disebabkan tidak adanya etnis yang dominan di kota ini. Untuk itu integrasi sosial di antara masyarakat mempunyai peranan penting untuk menghindari terjadinya suatu konflik.
Integrasi sosial bagi sebagian orang diasumsikan dapat terjadi di lingkungan permukiman, di mana proses ini terjadi bila adanya interaksi di antara etnis yang berbeda, adanya tingkat sosial yang sama dan mempunyai pengalaman hidup yang sama. Di samping hat di atas, factor persepsi suatu etnis terhadap lingkungan sosialnya sangat mempengaruhi berlangsungnya proses integrasi sosial.
Dengan adanya permukiman eksklusif dengan penghuni yang se-etnis tentunya dapat mengakibatkan terhalangnya kegiatan integrasi sosial tersebut. Kondisi ini bagi
sebagian orang dikhawatirkan akan menghambat proses integrasi sosial yang selama ini telah dimulai seperti melalui kegiatan pembauran sosial.
Berkaitan dengan asumsi tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh lingkungan perumahan terhadap persepsi orang Cina terhadap dirinya dan lingkungannya, serta mengukur seberapa jauh pengaruh lingkungan perumahan ini membawa pengaruh terhadap tingkat persepsi masyarakat. Selain itu hasil penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana keberhasilan kegiatan pembauran di Kotamadya Medan.
Untuk itu, hipotesis yang dikemukakan di dalam penelitian ini adalah ada pengaruh lingkungan perumahan mewah terhadap persepsi atau integrasi sosial masyaraka t .
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Setia Budi Indah I Recamatan Medan Selayang, dengan alasan perumahan ini merupakan perumahan mewah yang pertama sekali ada di Kotamadya Medan dan jumlah penghuni perumahan antara pribumi dan etnik Cina berimbang.
Sifat penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analisis dengan jenis penelitan studi kasus. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified propotional random sampling, dengan jumlah sampel keseluruhan adalah 150 Kepala Keluarga atau 20% dari populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan penyebaran angket. Analisis data, dilakukan dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk uji hipotesis dan analisis tabulasi silang antara indikator variabel lingkungan perumahan dengan indikator variabel persepsi masyarakat. Juga dilakukan tes signifikansi dengan teknik Chi-Square test untuk melihat signifikan asosiasi antara indikator variabel lingkungan perumahan dan indikator variabel integrasi sosial.
Berdasarkan hal analisis dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan :
1. Ada pengaruh lingkungan perumahan pada persepsi masyarakat yang dapat mempengaruhi integrasi sosial.
2. Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan perumahan dengan persepsi atau integrasi sosial.
3. Perubahan kondisi fisik dan kondisi sosial sebagai variabel lingkungan perumahan mempengaruhi persepsi masyarakat. Besarnya pengaruh perubahan faktor luas rumah terhadap integrasi masyarakat adalah 53,44% atau 3 kali lebih besar dari pengaruh perubahan faktor letak rumah (17,22%) atau 2 kali lebih besar dari pengaruh perubahan faktor aktivitas penghuni perumahan (26,21%).

The Influence Of Housing Environment Towards The Perception Of Ethnic Chinese On Him/Herself And His/Her Environment (A case study of ethnic chinese in Setia Budi Indah housing estate Selajang Sub-district, Medan City). Content In essence, a home to man has the function as physical protection site and psychological protection against pressures from the outside world and a place of human activities.
Human needs for housing is ever increasing in line with population growth. In the meantime, land availabilitywhich is proper for housing settlement is limited. As a result, especially in urban areas, one often come across the establishment of housing settlement which do not meet the requirements of a place to live in. The condition of this low quality environment makes the inhabitants trying to leave such an environment and look for settlement areas that have a better level of security and comfort. In 3 general, this moving endeavours occurred in a community where its economy is already good.
Realizing this condition, therefore, the government endeavours to construct housing with a proper environmental condition to assist and meet the community needs for housing. However, not all needs can be met. With the help of developers, hence, the community has increasing facilities in their efforts to own a home with an environmental quality that meet the requirements of healthy living.
In line with the high demand for housing, hence an in-crease in housing construction took place. However, for the part of the private developers, luxurious housing construction became a priority compared with simple housing construction. This is because the community interest towards luxurious housing ownership is sufficiently high indeed.
The high community demand towards luxurious housing came about as a result of the occurrence of changing community views towards the function of a home. The function of a home is not only looked upon as a living quarter, activity place as well as psychological protection only, but the community at present look upon a home as a tool of prestige and as a support towards becoming a business activity for some and as investment for others. In addition, the assessment towards a home, it is not looked upon only from the physical construction, but, particularly the location and environmental facilities as well as the social condition of the inmates.
The presence of a condition like this, brought about housing ownership which are constructed by developers becoming dominated by people who have high economic cap-abilities.
The result is that at present, many exclusive living settlements can be found..In the city of Medan, this exclusive housing ownership tendency can be seen among a certain community group, namely chinaman. This occurred because in general, this ethnic group has sufficient buying capacity compared to the indigenous community. A condition like this brought about social gaps between communities that can lead to conflict between ethnic groups due to social jealousy in the community.
The city of Medan is known as a multiple community, sensitive towards discord between community members. This is caused by the fact that there is no ethnic group that is dominant in the city. Hence, social integration among the community has an important role in evading the occurrence of a conflict.
Social integration for some people is assumed that it could occur if there is interaction between different ethnic groups, the presence of equal social level and possess similar living experiences so that a common perception came into being towards communal living. With the presence of an exclusive housing settlement, the inmates of whom are of the same ethnic group, certainly, may result in blocking social integration activities. This condition, for some, is the cause for concern in that the social integration process which has been started like activities of social assimilation will be hampered.
In relation to the assumption stated above, thence, this study was carried out with the objective to see whether or not there is housing environment influence towards the perception of chinese on themselves and their environment, as well as gauging in how far this housing settlement environment brought influence upon the level of community perception. In addition, the result of the study will show how successful) the assimilation process is in the city of Medan.
The hypothesis in this study is that there is housing environment influence towards perception or social integration.
This study was conducted in Setia Budi Indah Housing Estate, Selayang Medan Sub-district. The reason for taking this site was that the housing settlement is the first luxurious one of its kind in Medan city and the number of inhabitants between indigenous and chinese are balanced.
The nature of study is descriptive, the type of which is case study. The sample taken was stratified proportional random sampling, the grand total of which is 150 heads of family for 20% of the population. Data collection took place by interview, observation and enquette distribution.
Data analysis was carried out by using correlation analysis technique, moment product for hypothesis testing and cross tabulation analysis between housing environment variable indicators and community perception variable indicators. Significant tests were also carried out by using the Chi-square technique, to see the association significance between housing environment variable indicators and social integration variable indicators.
Based on the analysis results and discussion the conclusion obtained included :
1. There is housing environment influence on the social integration.
2. There is significant association between housing environment and community perception.
3. Physical and social condition changes as housing environment variables influenced community perception. The magnitude of influence of the size of the house factor towards the community perception is 53.44% or three times larger than the in fluence of the location of the house factor (17.22%) or twice as large as the influence of housing inmates activity factor change (26.21%)."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The community health care isurance program (JPKM) at Bengkulu Utara district has been implemented at 6 subdistricts by pre insurance carier(pra Bapel ), 5 of which have been legally registered. ...."
610 SKJ 19:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Subagja
"Instalasi Radioterapi dan Radiodiagnostik menggunakan teknologi radiasi untuk pengobatan (terapi) dan pemeriksaan (diagnostik). Penggunaan teknologi radiasi di RSKD berdasarkan data bulan Maret-Mei 2006 intensitasnya cukup tinggi 51 pasien/ hari (Linac) dan jumlah kunjungan pasien ke instalasi Radioterapi rata-rata sebanyak 1.977 orang per bulan sedangkan jumlah kunjungan ke instalasi Radiodiagnostik rata-rata sebanyak 1.031 orang per bulan.
Penggunaan teknologi radiasi tersebut bila tidak secara dini diperhatikan dan dipelihara dengan baik akan menimbulkan risiko dan bahaya seperti kecelakaan radiasi, kebocoran pesawat radiasi, kecelakaan kontaminasi, kebakaran, dan sebagainya. Faktor utama terjadinya kecelakaan radiasi adalah faktor manusia, peralatan, dan lingkungan kerja. Kecelakaan tersebut sewaktu-waktu dapat terjadi dikarenakan perilaku yang tak aman dari pekerja.
Perilaku yang tak aman tersebut dapat disebabkan oleh persepsi yang salah dalam memahami risiko dan bahaya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi pekerja tentang risiko bahaya radiasi dan faktor apa yang paling dominan dalam hubungan tersebut, selain itu jugs ingin mengetahui gambaran sistem manajemen keselamatan radiasi.
Janis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data yang diperoleh akan dilakukan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Instalasi Radioterapi dan Radiodiagnostik RSKD kecuali dokter. Data yang dikumpulkan berasal dari data primer dengan cara wawancara/ kuesioner dan data sekunder baik berupa data kuantitatif maupun kualitatif yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian data tersebut diolah secara univariat (distribusi frekuensi), bivariat (analisis chi square), dan multivariat (analisis regresi logistik).
Dalam penelitian ini didapatkan hasil, sistem manajemen keselamatan radiasi di Rumah Sakit Kanker Dharmais sudah baik. Hal tersebut terlihat dari pemenuhan oleh pengusaha instalasi hal-hal yang terdapat dalam peraturan pemerintah (PP 63 tahun 2000). Persepsi pekerja tentang risiko bahaya radiasi adalah baik (57,1%). Sebagian besar pekerja memiliki persepsi yang baik terhadap kebijakan K3 (74,1%), program K3 (67,7%), kondisi peralatan (54,8%), dan media komunikasi (69,0%).
Faktor-faktor internal pekerja yang berhubungan dengan persepsi pekerja tentang risiko bahaya radiasi adalah pengetahuan dan jenis pekerjaan dan yang paling dominan berhubungan adalah jenis pekerjaan. Sedangkan faktor-faktor eksternal pekerja yang berhubungan dengan persepsi pekerja tentang risiko bahaya radiasi adalah kebijakan K3, program K3 dan media komunikasi (p value < 0,05) dan yang paling dominan berhubungan adalah kebijakan K3.
Dengan demikian, perlu adanya peningkatan kuantitas dan kualitas pelaksanaan program dan monitoring dengan melakukan penjadwalan program secara rutin, seperti promosi kesehatan pekerja, pendidikan dan pelatihan, pemeriksaan kesehatan, pengukuran dan pemantauan radiasi. Perlunya peran serta pekerja dalam setiap pelaksanaan program proteksi radiasi serta kepatuhan dan kesadaran pekerja urituk menggunakan alat pemantau radiasi perorangan.

Radiotherapy and Radiodiagnostic installation uses radiation technology for therapy and diagnostic. Utilization of radiation technology in RSKD was quite highly around 15 patientlday during March-May 2006. Number of patient visit to radiotherapy installation is 1.977 patients per month, while number of visit to Radiodiagnostic installation is 1.031 patients per month.
We need to put well attention toward utilization of those radiation technologies and maintain it to minimize risk and hazard radiation such as radiation accident, radiation equipment leak, contamination accident, burned. Main factors of radiation accidents occurrence are human, equipment, and working environment. Those accidents could occur at any times because of unsafe behavior from workers.
Those unsafe behaviors could be caused by wrong perception in understanding those risk and hazards. This research aim is to know factors that related with worker perception toward radiation risk and to assess a dominant factor in those relations as well as to know the portrait of radiation safety management system.
This research was an analytic descriptive research using cross sectional research design. Gathered data were analyzed using qualitative and quantitative approach.
Population study was all employees at Radiotherapy and Radiodiagnostic Installation of RSKD except doctor. Data were collected using questionnaire and observation of documents related.
This study found radiation safety management system in Dharmais Cancer Hospital is good enough based on fulfillment the government regulation (PP 63 Year 2003) by entrepreneur of installation. Proportion of workers who have good perception on radiation hazard risk is 57.1%. Most workers have good perception toward OSH (occupational safety and health) policy (74,1%), condition of equipment (54,8%), and communication media (69,0%),
Internal factors of workers that related to worker perception toward radiation hazard risk are knowledge and work type. The most dominant factor is work type. Meanwhile, external factors of workers that related to working perception toward radiation risk is OSH policy, OSH program, and communication media. The most dominant of external factor is perception on OSH policy.
Therefore, RSKD should improve whether quantity or quality of program such as worker health promotion, education and training, health screening, measuring and monitoring of radiation. RSKD also should monitor those programs routinely. Workers should involve in radiation protection program as well as comply to use personal radiation monitoring device.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihite, Eva Norita
"Internet has been explorer in many ways, one of the internet function is used for the trade. For example, internet supports the small business so they can sell and promote their business to another world by the internet, beside that with using internet in trade system we can less, time, money and etc. that is how internet is so useful in trade system. This research is focuses in internet trade system as known E-commerce ( Electronic Commerce ).
Trade, can be call E-commerce if they have 2 condition : 1. the trade using online system and 2. There is exchange value, in this cases change value means, there is transaction.
Every people has different perception about E-commerce or Internet, the person who do not familiar with internet, think the internet only for rich people. And for the others one, who is used to internet think the other side, they can not live without it. So this research conclude 3 dimension of perception customer about E-commerce that can be effect to their purchases intention by internet are: trust, media advertising and personality.
This descriptive research using a survey method, with questionnaires. The target population of this research is every www.detik.com netters , both man and woman, in Jakarta. The number of sample taken is 100 with the purposive sampling.
Based on the data collected from samples in this research, I found that every dimension of perception ( trust, media advertising and personality ) has impact to purchases intention netters of detik.com, but the impact is not too significant. And the most significant that impact to purchases is trust.
From the statistics test based on the data collected from samples, it is found that the regression coefficient between perception and purchases intention at www.detik.com in this research is 0.435. The regression shows that there is a positive coefficient between perception and purchases at detik.com in this research. With that result, researcher suggest that detik.com should improve the advertising and maintain trust of customers if detik.com wants to keep up and increase amount netters in detik.com
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Alfunnimah
"Nowadays, the airlines bussiness in indonesia has growth rapidly. Many airlines company emerge, nor charter or schedule make the competition even stronger. Every company try to give better service to each it?s customer. The high demand of transportation within society continually make each airline to escalate the quality of service that resulted satisfaction of it?s customer. The quality service of an airlines company costitute simoulteus activity between ground service and inflight service. Inflight service hold the major role in creating consumer perceive towards quality service in generally.
PT Indonesia Air Transport, Tbk, are many company that contribute in fulfilling the high demand of indonesian air transportation. With it?s background as charter flight company, therefore Indonesia Airt Transport (IAT) always undertake to increase it?s quality service, nor in safety or service. In this research, the inflight service proces that been given by Indonesia Air Transport will be discussed further more, the purpose of the research is to know the satisfactionary perception of its costumer towards inflight service given by Indonesia Air Transport (IAT).
In this research, the perception, measured based on SERVQUAL dimension (tangible, reliability, responsiveness, empathy, and assurance) based on the theory expand by Pasuraman, Zeithamal, and Berry, by using frekuent distribution and SPSS 16.00 tools.
From the result of this research, know that the majority of responden or flight passanger tend to give better perception towards inflight service given by IAT. From all the research dimension can be conclude that the average of response of each responden indicate the satisfaction behaviour. This result can be input for IAT, in the the near future Indonesia Air Transport can give mote attention and increase the quality service toward it?s consumen by taking care the safety aspect or service.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Venty Rahma Ayunda
"Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran harapan dan persepsi pasien Ranap terhadap aspek Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Empathy pelayanan Dokter RSTI dan mengukur kesenjangannya. Pengukuran dilakukan terhadap 103 responden dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner, (cross sectional). Analisis data primer menggunakan analisis univariat dan tingkat kesesuaian melalui importance - performance analysis. Hasil penelitian menunjukkan rata - rata tingkat kepuasan adalah 78,41% dengan rincian: Keyakinan, Tampilan, Empati, Kehandalan dan Ketanggapan. Ditemukan 8 faktor yang harus menjadi prioritas utama (kuadran A) yang merupakan kelemahan pelayanan dokter di rawat inap RSTI. Dimensi yang harus menjadi prioritas adalah Dimensi Kehandalan. Disarankan kepada pihak RSTI agar melakukan pemantauan dan evaluasi tingkat kepuasan pasien secara berkesinambungan melalui kotak saran dan survey kepuasan, kajian lebih dalam terhadap harapan pasien, mensosialisasikan hasil survey kepada seluruh Dokter RSTI Ranap."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>