Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Eriza Aminanto
"Pandemi COVID-19 sejak tahun 2020 menyebabkan transofrmasi digital secara masif yang terjadi, Tantangan keamanan yang perlu diatasi berasal dari sifat keterbukaan media nirkabel yang menjadi media komunikasi utama di IoT. Hal tersebut menyebabkan besarnya kerugian yang disebabkan kejahatan siber. Kepolisian Republik Indonesia lewat Direktorat Tindak Pidana Siber diharapkan memiliki peran pencegahan dalam melakukan giat pengawasan terhadap serangan-serangan ini, dimana Dittipidsiber belum memiliki fungsi pencegahan serangan siber. Sistem Pendeteksi Intrusi (Intrusion Detection System) atau lebih dikenal sebagai IDS, merupakan salah satu sistem yang dapat memantau serang siber ini, di mana memanfaatkan kecerdasan buatan untuk dapat memisahkan antara serangan siber dan bukan serangan. Pada penelitian ini, akan dihasilkan model pemolisian berbasis machine learning untuk pendeteksian serangan siber pada jaringan Wi-fi dan IoT. Model tersebut melakukan perekaman data jaringan, kemudian data tersebut dilakukan analisa IDS sehingga dapat ditampilkan di command room, yang kemudian ketika adanya indikasi serangan dapat dilakukan penindakan dengan cepat. Dilakukan simulasi dan analisis terhadap berbagai metode seleksi fitur dan model klasifikasi untuk menghasilkan IDS yang baik. Penelitian ini menggunakan dataset publik berisi serangan siber terhadap jaringan Wi-Fi. Dari hasil eksperimen, didapatkan bahwa metode terbaik untuk pengurangan fitur adalah mutual information dengan fitur berjumlah 20, dan metode untuk klasifikasi serangan adalah Neural Network, menghasilkan F-Score sebesar 94% dengan waktu yang dibuthkan 95 detik. Hasil ini menunjukkan IDS yang diusulkan memiliki kemampuan untuk mendeteksi serangan dengan cepat dan hasil deteksi yang sama bagus dengan penelitian sebelumnya.

Since 2020, the Covid-19 pandemic has caused massive digital transformation. Security challenges needed to be overcome is based on the nature of wireless media which is the main communication medium in IoT (Internet of Things). Such condition generates huge loss caused by cybercrime attacks. Indonesian National Police through Directorate of Cyber Crime (Dittipidsiber) is expected to have preventive roles in supervising these attacks, where Dittipidsiber has not had a cyber-attack prevention function. The Intrusion Detection System (IDS) is a system that can identify these cyber-attacks, utilizing artificial intelligence to be able to separate between cyber-attacks and non-attacks. In this study, a machine learning-based policing model will be generated for detecting cyber-attacks on Wi-Fi and IoT networks. The model records network data that will be analysed by IDS so that it can be displayed in the command room. After that, any indications of attacks can be identified quickly. The author performs the simulations and analyses various feature selection methods and classification models in order to produce a good IDS. The study employs a public dataset containing cyber-attacks against Wi-Fi networks. Based the experimental results, it is found that the best method for reducing features is mutual information using twenty features and the method for classifying attacks is Neural Network, resulting F-Score of 94% with a time required of 95 seconds. These results indicate that the proposed IDS have the ability to detect attacks quickly and the detection results are the same as previous studies."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly
"Dengan berkembangnya teknologi menyebabkan banyaknya kerentanan yang dapat terjadi pada jaringan wireless yang sering kali dimanfaatkan oleh berbagai pihak contohnya serangan DoS. Oleh karena itu sangat dibutuhkan sistem yang user friendly untuk memudahkan user dalam mendeteksi dan mencegah serangan tersebut sebelum attacker membahayakan jaringan. System tersebut dinamakan Intrusion Detection System (IDS). Pada pengujian ini menggunakan sistem operasi windows 10 dengan beberapa tools yaitu Snort sebagai IDS software, BASE sebagai report modul, Kiwi Syslog untuk menampilkan alert, dan hub sebagai network device. Ada beberapa jenis serangan yang dilakukan yaitu IP Scan dan Port Scan digunakan untuk mencari IP dan Port yang terbuka agar dapat diserang, dan Flooding sebagai penyerangnya. Dalam pengujian ini, terdapat beberapa skenario yang dilakukan yaitu pengujian Functionality Test pada client 1 – 3 untuk membandingkan nilai serangan, dan juga untuk mengetahui response time dari serangan yang dilakukan tersebut. Pada skenario pertama, dilakukan flooding pada 1 client (komputer target) dengan IP address 192.168.0.8 selama 60 menit lalu mendapatkan hasil 307.758 alert dan response time selama 0.000105741 s. Pada skenario kedua, dilakukan flooding terhadap 2 client sekaligus dengan IP address 192.168.0.1 dan 192.168.0.5 lalu hasil yang didapatkan sebanyak 378.920 alert dan response time selama 0.000127213 s. Dan pada skenario ketiga, dilakukan flooding terhadap 3 client sekaligus dengan IP address 192.168.0.8, 192.168.0.9, dan 192.168.0.4 lalu mendapatkan hasil sebanyak 430.212 alert dan response time selama 0.000142852 s. Pada setiap skenario dilakukan pengujian sebanyak 10 kali untuk melihat hasil yang didapatkan. Hasil yang didapat setelah melakukan pengujian tersebut ternyata mengalami kenaikan alert yang ditunjukan dengan persentase sebagai berikut yaitu dari skenario pertama ke skenario kedua sebesar 23,12%, skenario kedua ke skenario ketiga sebesar 13,53%, skenario pertama ke skenario ketiga sebesar 39,78%. Begitupula dengan response time yaitu dari skenario pertama ke skenario kedua sebesar 20,30%, skenario kedua ke skenario ketiga sebesar 12,29%, skenario pertama ke skenario ketiga sebesar 35,09%
With the development of technology, it causes many vulnerabilities that can occur in wireless networks which are often exploited by various parties, for example DoS attacks. Therefore, a user friendly system is needed to make it easier for users to detect and prevent these attacks before the attacker harms the network. The system is called the Intrusion Detection System (IDS). In this test using the Windows 10 operating system with several tools, namely Snort as IDS software, BASE as a report module, Kiwi Syslog to display alerts, and a hub as a network device. There are several types of attacks carried out, namely IP Scan and Port Scan used to find IP and open ports so that they can be attacked, and Flooding as the attacker. In this test, there are several scenarios that are carried out, namely Functionality Tests on clients 1-3 to compare the attack values, and also to determine the response time of the attacks carried out. In the first scenario, one client (target computer) was flooded with the IP address 192.168.0.8 for 60 minutes and then got 307.758 alerts and 0.000105741 s response time. In the second scenario, 2 clients are flooded at once with IP addresses 192.168.0.1 and 192.168.0.5 then the results obtained are 378,920 alerts and response time is 0.000127213 s. And in the third scenario, 3 clients are flooded at once with IP addresses 192.168.0.8, 192.168.0.9, and 192.168.0.4 and then get 430,212 alerts and a response time of 0.000142852 s. In each scenario, 10 times were tested to see the results obtained. The results obtained after carrying out the test turned out to have increased alerts as indicated by the following percentages, namely from the first scenario to the second scenario of 23.12%, the second scenario to the third scenario of 13.53%, the first scenario to the third scenario of 39.78 %. Likewise, the response time from the first scenario to the second scenario is 20.30%, the second scenario to the third scenario is 12.29%, the first scenario to the third scenario is 35.09%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafidz
"Semakin berkembang atau baru teknologi yang digunakan, maka semakin banyak pula kerentanan yang muncul terhadap keamanan tersebut. Oleh karena itu pembaharuan keamanan jaringan penting untuk dilakukan secara rutin. Sebagai pemilik jaringan komputer atau biasa disebut administrator, keamanan jaringan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, baik itu dalam jaringan skala besar maupun kecil. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan jaringan adalah dengan melakukan perlindungan terhadap aktivitas yang mencurigakan dalam suatu jaringan dengan menggunakan teknologi yang sudah ada. Terdapat teknologi yang menyediakan fungsi untuk melakukan pencegahan dan pendeteksian terhadap aktivitas mencurigakan tersebut, dinamakan Intrusion Detection System (IDS), khususnya yang berbasis Host. IDS berfungsi untuk meningkatkan keamanan suatu jaringan atau host dengan cara melakukan pendeteksian serta pencocokan packet pada traffic hingga menemukan suatu ancaman yang terdeteksi. Selanjutnya IDS akan dibantu oleh ELK Stack untuk memvisualisasikan kumpulan dari ancaman yang terdeteksi serta memberikan alert dengan waktu yang cepat. Visualisasi ancaman dan alert akan diolah dan ditampilkan pada aplikasi web berbentuk dasbor, sehingga lebih mudah dipahami oleh Administrator Jaringan sehingga Administrator dapat mengambil tindakan yang paling efektif untuk mencegah dan mengurangi kerusakan yang diakibatkan ancaman tersebut. Pada penelitian ini digunakan IDS Suricata yang bersifat Open Source dengan menggunakan rule “Emerging Threat Open Ruleset”, serta pengolahan log dan visualisasi dengan Elasticsearch, Logstash dan Kibana (ELK) Stack. IDS Suricata telah terkonfigurasi dengan baik dan dapat mendeteksi seluruh skenario penyerangan dengan akurasi 64%. Integrasi dengan ELK berhasil dilakukan dengan data alert telah ditampilkan pada dasbor Kibana. Pada saat terjadi serangan, sumber daya pada IDS mengalami peningkatan, dengan hasil 54.3% untuk SYN Flood, 5.5% untuk IP Scanning, dan 5.8% untuk Intense Port Scan. Sedangkan 3.26GB memori digunakan untuk SYN Flood, 3.15GB untuk IP Scanning dan 3.22GB untuk Intense Port Scan.

The rapid development of technology, especially in information technology, forces all technology users to always get the latest information and implement existing technology with the latest technology. Similarly, technological developments in the field of security, especially in computer network security. The more developed or new the technology is used, the more vulnerabilities that arise against this security. Therefore, it is important to update network security regularly. As a computer network owner or commonly called an administrator, network security is an important thing to put attention to, both in large and small scale networks. One of the things that can be done to improve network security is to protect against suspicious activity in a network or in a host/server using existing technology. There is a technology that provides functions to prevent and detect such suspicious activity, called the Intrusion Detection System (IDS), especially Host Based IDS. IDS serves to improve the security of a network by detecting and matching traffic to find a detected threat. Furthermore, the IDS will be assisted by the ELK Stack to visualize the collection of detected threats and provide alerts in a fast time. Visualization of threats and alerts will be processed and displayed on a web application in the form of a dashboard, making it easier for network administrators to understand so that administrators can take the most effective action to prevent and reduce damage caused by these threats. This research uses IDS Suricata which is Open Source by using the "Emerging Threat Open Ruleset" rule, as well as log processing and visualization with Elasticsearch, Logstash and Kibana (ELK) Stack. The configured Suricata IDS is able to detect all attacks that occur with 64% Accuracy, and integration with ELK can be done with the data displayed on the Kibana dashboard. The use of additional resources on the computer is 54.3% for SYN Flood, 5.5% for IP Scanning, and 5.8% for Intense Port Scan. Meanwhile, 3.26GB of memory is used for SYN Flood, 3.15GB for IP Scanning, and 3.22GB for Intense Port Scan.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Ardianto
"Dalam rangka meningkatkan kemampuan Intrusion Detection System (IDS) dalam mendeteksi serangan, beberapa penelitian melakukan penerapan teknik deep learning. Penelitian ini menggunakan salah satu teknik deep learning yaitu Convolutional Neural Network (CNN) dengan algoritma Convolution 1 Dimension (Conv1D) dan dataset Communications Security Establishment and Canadian Institute of Cybersecurity Intrusion Detection System (CSE-CIC-IDS) 2017 dan CSE-CIC-IDS 2018 untuk deteksi serangan DoS-Hulk, DoS-SlowHTTPTest, DoS-GoldenEye, dan DoS-Slowloris. Selain itu, dilakukan penggabungan kedua dataset tersebut untuk meningkatkan kinerja deteksi. Kontribusi dari penelitian ini adalah penerapan teknik resampling sebelum data mengalami proses pembelajaran. Selain itu, dilakukan penambahan fungsi dropout untuk mencegah terjadinya overfitting. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa model CNN yang dibangun dengan dataset CSE-CIC-IDS 2018 memiliki kinerja yang lebih tinggi dalam deteksi serangan DoS dibanding model CNN yang dibangun dengan dataset CSE-CIC-IDS 2017 yaitu akurasi 99,57%, precision 99,58%, recall 99,43% dan f1-score 99,50%.

To improve the ability of Intrusion Detection System (IDS) to detect attacks, several studies have implemented deep learning techniques. Our study uses one of the deep learning techniques, namely Convolutional Neural Network (CNN) with Conv1D algorithm and dataset Communications Security Establishment and Canadian Institute of Cybersecurity Intrusion Detection System (CSE-CIC-IDS) 2017 and CSE-CIC-IDS 2018 for detection of DoS attacks-Hulk, DoS attacks-SlowHTTPTest, DoS attacks-GoldenEye, and DoS attacks-Slowloris. In addition, the two datasets were combined to improve detection performance. The contribution of our study is the application of resampling techniques before the data undergoes the learning process. In addition, a dropout function was added to prevent overfitting. Based on the results of the study, it was found that the CNN model built with the CSE-CIC-IDS dataset 2018 had a higher performance in detecting DoS attacks than the CNN model built with the CSE-CIC-IDS 2017 dataset, such as accuracy 99,57% precision 99,58% recall 99,43% dan f1-score 99,50%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raphael Bianco Huwae
"Keamanan pada suatu sistem jaringan perusahaan sangatlah diperlukan. Tingkat availability yang tinggi di suatu server perusahaan menjadi aset berharga untuk mencapai profit perusahaan tersebut. Gangguan jaringan yang dialami perusahaan akan berdampak ke seluruh stakeholder perusahaan. Keamanan yang dilakukan menggunakan aplikasi firewall dinilai belum cukup untuk melindungi jaringan perusahaan. Penggunaan IDS pada suatu jaringan juga membutuhkan keahlian khusus dari administrator untuk terus menerus dapat memantau keamanan jaringan. Agar dapat melakukan pemantauan yang efektif dan hemat tenaga maka dilakukan penelitian untuk mendeteksi intrusi pada suatu keamanan jaringan dan melakukan reporting dengan menggunakan suatu bot Telegram. Penggunaan bot Telegram ini diharapkan akan memberikan suatu sistem reporting otomatis yang menyederhanakan proses monitoring pada suatu kegiatan berulang agar informasi terhadap serangan dari luar akan lebih cepat terdeteksi. Peringatan bahaya dikirim berupa notifikasi yang diintegrasikan pada aplikasi Telegram baik melalui smartphone maupun PC dengan berbentuk log alert yang dapat menampilkan waktu kejadian, IP yang diserang, IP attacker dan jenis serangan yang dilakukan. Dengan melakukan implementasi monitoring secara realtime terhadap jaringan melalui telegram maka baik pihak “IT” maupun “non IT” akan dapat mendapat informasi terhadap intrusi tersebut agar dapat melakukan reporting secara cepat.

Corporate network system security is very important. A high level of availability on a company's server becomes a valuable asset to achieve the company's profit. Server or network disruptions experienced by the company will affect all stakeholders of the company. Security measure carried out using a firewall application is not enough to protect corporate networks. The use of IDS on a network also requires special expertise from the administrator to continuously be able to monitor network security. In order to be able to carry out effective and energy-efficient monitoring, a study was conducted to detect intrusion in a network security and report it using a Telegram bot. The use of this Telegram bot is expected to provide an automatic reporting system that simplifies the process of monitoring a recurring activity so that information on attacks from outside will be responded more quickly. Danger alerts are sent in the form of messages that are integrated into Telegram applications both via smartphones and PCs in the form of log alerts that can display the time of occurrence, server IP being attacked, IP attacker and type of attack carried out. By implementing real-time monitoring of the network via telegram, both "IT" and "non-IT" parties will be able to obtain information on the intrusion so that they can make fast responses."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafa Elmira Afiani
"Internet of Things (IoT) merupakan sebuah teknologi yang memungkinkan perangkat untuk berkomunikasi dan mengirimkan data melalui jaringan tanpa campur tangan manusia. Kompleksitas pada jaringan IoT menyebabkan sistem mengalami kesulitan dalam mendeteksi properti serangan dan memaksa sistem untuk memperkuat keamanannya. Salah satu upaya yang paling sering digunakan untuk pertahanan jaringan IoT adalah Intrusion Detection System (IDS). Penggunaan IDS dapat memberikan peringatan dini dan mampu melakukan pencegahan terhadap potensi serangan pada jaringan. Penelitian ini menggunakan dataset Aegean WIFI Intrusion Dataset (AWID2) yang berisikan lalu lintas trafik internet pada jaringan WIFI. Data AWID2 berisi 2,3 juta records dan dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu normal, impersonation, injection, dan flooding. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan klasifikasi jenis serangan siber pada jaringan IoT melalui penerapan teknik machine learning dengan metode Whale Optimization Algorithm – Support Vector Machine (WOA-SVM) dengan kernel RBF dan pendekatan One vs Rest, dimana Whale Optimization Algorithm (WOA) digunakan sebagai optimasi parameter yang digunakan pada metode Support Vector Machine (SVM). Untuk mengatasi permasalahan dimensi data yang tinggi pada dataset yang digunakan, dilakukan seleksi fitur untuk reduksi dimensi data dengan menggunakan metode seleksi fitur filter Information Gain. Kinerja model dievaluasi berdasarkan nilai metrik accuracy, precision, recall, dan F1 Score dengan memperhatikan waktu klasifikasi dan proprosi train-test split berkisar dari 50%-90%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model WOA-SVM memperoleh kinerja terbaik dengan menggunakan 40 fitur terbaik dari hasil seleksi fitur Information Gain menghasilkan tingkat accuracy sebesar 99,5951%, precision sebesar 96,3928%, recall sebesar 99,8888%, F1 Score sebesar 98,0662%, dan waktu klasifikasi selama 16,831 detik. Hasil kinerja model WOA-SVM tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa menggunakan seleksi fitur dan SVM tanpa optimasi parameter WOA.

The Internet of Things (IoT) is a technology that enables devices to communicate and transmit data over a network without human intervention. The complexity of IoT networks poses challenges in detecting attack properties and necessitates enhanced security measures. One of the most commonly employed defenses for IoT networks is the Intrusion Detection System (IDS). The use of IDS provides early warnings and can prevent potential attacks on the network. This study utilizes the Aegean Wi-Fi Intrusion Dataset (AWID2), which contains internet traffic data on Wi-Fi networks. The AWID2 dataset comprises 2 million records categorized into four classes: normal, impersonation, injection, and flooding. This research aims to classify types of cyber-attacks on IoT networks by applying machine learning techniques using the Whale Optimization Algorithm - Support Vector Machine (WOA-SVM) method with an RBF kernel and a One vs. Rest approach. The Whale Optimization Algorithm (WOA) is used to optimize the parameters employed in the Support Vector Machine (SVM) method. To address the high-dimensional data issue in the dataset, feature selection is performed to reduce data dimensions using the Information Gain filter method. The model's performance is evaluated based on the metrics of accuracy, precision, recall, and F1 Score, considering computation time and train-test split proportions ranging from 50% to 90%. The results indicate that the WOA-SVM model achieves the best performance by using the top 40 features from the Information Gain feature selection, yielding an accuracy of 99.5951%, precision of 96.3928%, recall of 99.8888%, F1 Score of 98.0662%, and a computation time of 16.831 seconds. The performance of the WOA-SVM model is superior compared to models without feature selection and SVM without WOA parameter optimization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Cahyani Karlina Putri
"Deposit porfiri dan skarn Grasberg-Ertsberg merupakan deposit penghasil tembaga dan emas yang terbentuk pada tatanan tektonik subduksi antara lempeng Australia dan lempeng Pasifik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis batuan beku yang mengintrusi deposit ini, jenis alterasi yang terbentuk akibat intrusi dan proses hidrotermal, mineralisasi bijih, dan tipe urat yang terdapat di deposit ini. Batuan beku yang mengintrusi di daerah Grasberg-Ertsberg berkomposisi dioritik. Analisis petrologi dan petrografi menunjukkan bahwa batuan beku intrusi daerah penelitian terbagi menjadi tiga berdasarkan komposisi dan tekstur mineral yaitu diorite free biotite, biotite bearing diorite, dan diorit kuarsa. Terdapat empat jenis alterasi yang terbentuk di deposit porfiri Grasberg, yaitu zona alterasi biotit sekunder-serisit, zona alterasi serisit-kuarsa, zona alterasi epidot-klorit-serisit, dan zona alterasi biotit sekunder-klorit-serisit. Zona alterasi dan metamorfisme yang terbentuk di deposit skarn dibagi menjadi lima, yaitu zona alterasi epidot-klorit- serisit, zona kalsit / marmer, zona serpentin-kalsit, zona alterasi garnek-klinopiroksen-kalsit (endoskarn), dan zona alterasi magnetit-kalkopirit-pirit (eksoskarn). Mineral bijih yang ditemukan di deposit porfiri adalah magnetit, kalkopirit, bornit, kovelit, dan pirit sedangkan mineral bijih pada deposit skarn terdiri dari magnetit, kalkopirit, dan pirit. Tipe urat yang dijumpai di deposit porfiri Grasberg-Ertsberg adalah tipe urat kuarsa, urat kuarsa-anhidrit, urat kuarsa-mineral sulfida, dan urat magnetit"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haekal Al Ghifary
"Sistem Informasi dan Manajemen Keamanan (Security Information and Event Management) telah menjadi elemen kunci dalam mengelola keamanan informasi di berbagai organisasi. Wazuh sebagai Host Intrusion Detection System (HIDS) memberikan solusi untuk mendeteksi ancaman keamanan melalui analisis log dan event. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis deteksi serangan berbasis host melalui implementasi Wazuh sebagai SIEM dan HIDS pada sistem operasi Windows 10 yang dikustomisasi dengan kapabilitas logging tambahan menggunakan Sysmon dan PowerShell script block logging. Penggabungan keduanya dievaluasi melalui simulasi serangan menggunakan framework Atomic Red Team. Atomic Red Team adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melakukan uji coba dan validasi terhadap kemampuan deteksi dan respons pada sistem keamanan jaringan. Atomic Red Team menyediakan serangkaian skenario atau teknik serangan yang direplikasi secara terkontrol berdasarkan taktik dan teknik MITRE untuk menguji seberapa efektif sistem keamanan dalam mendeteksi dan merespons ancaman. Skenario serangan terdiri dari 10 teknik paling berdampak berdasarkan laporan Red Canary tahun 2023. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konfigurasi endpoint menggunakan Sysmon berhasil mendeteksi 60,89% serangan, menggunakan PowerShell logging berhasil mendeteksi 39,11% serangan, dan konfigurasi tanpa keduanya tidak dapat mendeteksi serangan sama sekali (0%). Selain itu, Sysmon dapat mendeteksi seluruh teknik emulasi serangan, sedangkan PowerShell hanya dapat mendeteksi 50% dari total teknik.

Security Information and Event Management (SIEM) has become a key element in managing information security in various organizations. Wazuh, as a Host Intrusion Detection System (HIDS), provides a solution for detecting security threats through log and event analysis. This study aims to analyze host-based attack detection through the implementation of Wazuh as SIEM and HIDS on a Windows 10 operating system customized with additional logging capabilities using Sysmon and PowerShell script block logging. The combination of these tools is evaluated through attack simulations using the Atomic Red Team framework. Atomic Red Team is a framework used to test and validate the detection and response capabilities of network security systems. Atomic Red Team provides a series of controlled replicated attack scenarios or techniques based on MITRE tactics and techniques to test the effectiveness of security systems in detecting and responding to threats. The attack scenarios consist of the 10 most impactful techniques based on the Red Canary report of 2023. The test results show that endpoint configuration using Sysmon successfully detected 60.89% of attacks, using PowerShell logging successfully detected 39.11% of attacks, and configurations without either did not detect any attacks at all (0%). Furthermore, Sysmon was able to detect all emulated attack techniques, while PowerShell was only able to detect 50% of the total techniques."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karin Marshanda
"Instrusion Detection System (IDS) merupakan sistem untuk mendeteksi serangan dalam jaringan, baik lokal maupun internet. Dalam melakukan deteksi penyalahgunaan atau deteksi anomali, beberapa peneliti telah menggunakan data mining untuk mengidentifikasi berbagai jenis intrusi, termasuk yang jarang terjadi. Namun, data mining rentan terhadap data imbalance (data tidak seimbang) yang dapat mengurangi efektivitas algoritma klasifikasi karena asumsi mayoritas classifier terhadap distribusi yang seimbang. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka akan dilakukan penelitian terkait penanganan data imbalance menggunakan metode Adaptive Synthetic Sampling (ADASYN) dengan cara menghasilkan data sintetis pada kelas minoritas agar algoritma klasifikasi dapat bekerja lebih baik. Metode ADASYN efektif bekerja pada variabel prediksi berjumlah 2 kelas (binary class), namun dikarenakan penelitian ini berurusan dengan masalah multiclass, makan akan digunakan pendekatan One-Vs-One (OVO) untuk menyeimbangkan kelas. Keefektifan ADASYN akan dievaluasi melalui implementasinya pada dataset Wi-Fi attacks, yaitu Aegean Wi-Fi Intrusion Dataset (AWID2). Data sebelum dan setelah rebalancing dievaluasi dengan menggunakan metode klasifikasi seperti regresi logistik dan Support Vector Machine (SVM), untuk dibandingkan nilai precision, recall, spesifisitas, serta F1-score dari kedua dataset tersebut. Meskipun ADASYN hanya meningkatkan nilai precision dalam dataset Wi-Fi attacks, dengan menggunakan metode klasifikasi SVM kernel polynomial terbukti efektif dalam mendeteksi kelas serangan, meskipun performa metrik lainnya tidak mencapai tingkat yang sama.

An Intrusion Detection System (IDS) is a system designed to detect attacks within networks, both local and internet-based. In the realm of misuse detection or anomaly detection, researchers have utilized data mining to identify various types of intrusions, including those that occur infrequently. However, data mining is susceptible to data imbalance, which can reduce the effectiveness of classification algorithms due to their assumption of balanced distribution. To address this issue, research will focus on handling data imbalance using the Adaptive Synthetic Sampling (ADASYN) method, which generates synthetic data for the minority class to enhance the performance of classification algorithms. ADASYN is effective for predictive variables with binary class scenarios, but since this study deals with multiclass problems, an One-Vs-One (OVO) approach will be employed to balance the classes. The effectiveness of ADASYN will be evaluated by implementing it on the Wi-Fi attacks dataset, specifically the Aegean Wi-Fi Intrusion Dataset (AWID2). Data before and after rebalancing will be evaluated using classification methods such as logistic regression and Support Vector Machine (SVM). Metrics including precision, recall, specificity, and F1-score will be compared between the two datasets. Although ADASYN only improves precision values in the Wi-Fi attacks dataset, using SVM with a polynomial kernel has proven effective in detecting attack classes, although other metric performances did not reach the same level."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
14-24-64198984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Haniftyaji
"Arsitektur 5G Core (5GC) menjawab permintaan akan koneksi berkecepatan tinggi dan aman dengan janji konektivitas yang lebih cepat dan keandalan jaringan yang lebih baik. Namun, tantangan keamanan siber terhadap serangan pada Session Management Function (SMF) melalui Packet Forwarding Control Protocol (PFCP) mendorong pengembangan Intrusion Detection System (IDS) menggunakan Machine Learning. Dataset yang digunakan dalam penelitian adalah 5G Core PFCP Intrusion Dataset milik George Amponis, dkk. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode fitur seleksi seperti filter dengan korelasi Pearson, embedded, dan wrapper dengan Recursive Feature Elimination (RFE). Model Machine Learning yang diujikan adalah Random Forest, Gradient Boost Machine (GBM), Light Gradient Boost Machine (LGBM), Extreme Gradient Boost (XGB), dan AdaBoost. Skenario penelitian dibuat menjadi dua berdasarkan data awal dari 5G Core PFCP Intrusion Dataset dengan lima kelas target dan skenario setelah dilakukan penggabungan pada serangan PFCP Session Modification Flood Attack menjadi empat kelas target. Penelitian mendapatkan bahwa kombinasi model GBM dengan metode seleksi fitur embedded pada skenario empat kelas target memiliki kinerja terbaik dalam mendeteksi serangan PFCP pada jaringan 5G Core dengan nilai akurasi sebesar 97,366%, presisi 97,383%, recall 97,366%, dan f1-score sebesar 97,375%.

The 5G Core (5GC) architecture addresses the demand for high-speed and secure connections with the promise of faster connectivity and better network reliability. However, cybersecurity challenges against attacks on the Session Management Function (SMF) through the Packet Forwarding Control Protocol (PFCP) drive the development of an Intrusion Detection System (IDS) using Machine Learning. The dataset used in the research is the 5G Core PFCP Intrusion Dataset by George Amponis, et al. Research was conducted using feature selection methods such as filters with Pearson correlation, embedded, and wrapper with Recursive Feature Elimination (RFE). The Machine Learning models tested were Random Forest, Gradient Boost Machine (GBM), Light Gradient Boost Machine (LGBM), Extreme Gradient Boost (XGB), and AdaBoost. The research scenarios were made into two based on the initial data from the 5G Core PFCP Intrusion Dataset with five target classes and the scenario after combining the PFCP Session Modification Flood Attack into four target classes. The research found that the combination of the GBM model with the embedded feature selection method in the four target classes scenario has the best performance in detecting PFCP attacks on the 5G Core network with an accuracy value of 97.366%, precision of 97.383%, recall of 97.366%, and f1-score of 97.375%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>