Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fachrian Hafizh
"ABSTRACT
Industri pegolahan bijih pertambangan merupakan salah satu industry yang paling tidak ramah lingkungan, hal tersebut dikarenakan penggunaan reagen-reagen berbahaya dalam prosesnya seperti sianida dan merkuri. Seiring dengan berjalannya waktu, dilakukan berbagai penelitian untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah penggunaan larutan Chloride-Hypochlorite. Larutan tersebut dapat digunakan dalam proses pengolahan bijih karena mampu melarutkan emas sampai kondisi ekonomis, tetapi tetap ramah terhadap lingungan. Pada penelitian kali ini, dilakukan pengujian untuk mendapatkan titik ndash; titik optimum dari beberapa aspek yang mempengaruhi proses pelindiannya,yaitu temperature, dan rasio solid/liquid. Penelitian ini menggunakan bijih hasil pertambangan dari daerah Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang sudah dikarakterisasi menggunakan XRF dan ICP-OES dengan kadar emas sebesar 0.27 ppm sebagai sampel. Bijih emas diproses dengan metode pelindian emas menggunakan temperature dan agitasi dalam skala lab. Sehingga, didapatkan kadar emas yang ada pada larutan tersebut dari hasil karakterisasi menggunakan ICP-OES. Kemudian diperolehlah persentase emas yang terlarut pada setiap variabelnya. Hasil yang didapat menunjukan bahwa peningkatan temperatur, akan meningkatkan tren dari persentase emas terlarut. Sedangkan peningkatan solid liquid ratio akan menurunkan tren persentase emas terlarut.

ABSTRACT
Gold ore processing industry is one of the least environmentally friendly industry, due to the use of hazardous reagents in the process, such as cyanide and mercury. As the time goes, various studies have been conducted to overcome the problem. One of the study being developed is the use of Chloride Hypochlorite for gold leaching. The solution can be used in ore processing because its capability of dissolving gold economically, but still environmentally friendly. In this research, experiments are performed to obtain optimum points from several aspects that affect the leaching process which is temperature and solid liquid ratio. This research uses ores from mining site at Boolang Mongondow, North Sulawesi, which have been characterized using XRF and ICP OES with initial gold content equal to 0.27 ppm. Gold ore is processed by agitation leaching method with temperature on a lab scale. The gold content of the solution from leaching process is obtained using ICP OES. Thus, the percentage of gold leached in each variables are obtained. The result shows that the increase of temperature will increase the trend of dissolved gold percentage. However, increasing solid liquid ratio in leaching process will decrease the trend of dissolved gold. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Phakathi, Timothy Thulisizwe
"The book highlights the day-to-day lived experience of miners' work and organisational practices that shape the day-to-day running of the production process in a deep-level mining workplace"
United Kingdom: Emerald, 2018
e20469538
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Chairil Zaman
"ABSTRAK
Program PJPT II di Indonesia telah memasuki era industri. Pemaparan sebagian uap logam merkuri anorganik di udara lingkungan kerja merupakan masalah pokok kesehatan kerja di industri pertambangan. Akan diteliti berapa tinggi tingkat pemaparan merkuri anorganik pada pekerja tambang emas dan bagaimana hubungan konsentrasi merkuri anorganik dalam urine dengan faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian ini dibatasi pada hubungan indeks pemaparan, tempat kerja dan lama kerja dengan konsentrasi merkuri anorganik dalam urine pekerja tambang emas di Kampung Lerokis Kabupaten Maluku Selatan. Pemantauan biologik di gunakan untuk melakukan analisa urine pekerja terhadap konsentrasi logam merkuri anorganik. Kegiatan pemantauan biologik dilakukan pada penelitian ini sebanyak empat kali.
Penelitian ini menggunakan data sekunder pada PT Prima Lirang Mining secara cross sectional retrospektif dani tahun 1991-1993. Unit analisis adalah 76 orang pekerja tambang emas dan 6 orang penduduk lokal. Metode analisis secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi, bivariat dengan uji beda mean dan Chi-Square dan analisis multivariat dengan regresi logistik. Variabel bebas yang diteliti adalah indeks pemaparan, tempat kerja dan lama kerja. Variabel terikat konsentrasi merkuri anorganik dalam urine. Hasil penelitian dari 81 responden, konsentrasi merkuri anorganik masih berada dibawah Indeks Pemaparan Biologik.
Dari 3 variabel yang terbukti ada hubungan secara statistik dengan konsentrasi merkuri anorganik dalam urine adalah tempat kerja. Pekerja yang bekerja di tempat yang terpapar uap logam merkuri anorganik lebih besar risiko terpapar dibanding pekerja di tempat yang tidak terpapar. Tidak terbukti ada beda proporsi indeks pemaparan dan lama kerja dengan konsentrasi merkuri anorganik dalam urine pekerja tambang emas. Pemantauan biologik telah berhasil memperlihatkan adanya pemaparan yang meningkat pada pekerja. Kegiatan ini dapat digunakan pada industri yang terdapat pemaparan uap logam merkuri anorganik di Indonesia. Disarankan agar pihak perusahaan lebih memperhatikan upaya menurunkan konsentrasi pemaparan di udara dan optimalisasi pemantauan biologik. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Dani Sudaryono
"

Olimpiade merupakan pesta olahraga terbesar di dunia. Indonesia sudah mengikuti ajang ini sejak tahun 1952. Dari tahun 1952-1988, Indonesia belum pernah mendapatkan medali emas. Olimpiade tahun 1992 menjadi sejarah olahraga terbaik bagi Indonesia. Indonesia berhasil meraih medali emas pertamanya melalui cabang olahraga bulutangkis. Peraihan medali emas ini berhasil dipertahankan sepanjang Olimpiade 1996-2008. Sejak saat itu, bulutangkis menjadi cabang yang selalu mendapatkan medali emas. Namun, tahun 2012 Indonesia gagal meraih medali emas. Peristiwa ini menjadikan peraihan terburuk bulutangkis Indonesia selama mengikuti Olimpiade. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor naik turunnya prestasi bulutangkis Indonesia dan upaya untuk meraih medali emas di ajang Olimpiade tahun 1992-2012. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat langkah (1) Heuristik; (2) verifikasi; (3) interpretasi; dan (4) historiografi. Sumber-sumber penelitian ini didapatkan dari surat kabar, jurnal online, buku, dan website. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang menyebabkan naik turunnya prestasi Indonesia di ajang Olimpiade yaitu regenerasi atlet, mental bertanding, undian pertandingan, dana pembinaan, dan konflik internal. Upaya yang dilakukan PBSI dalam meraih medali emas yaitu pengadaan pelatih, pembinaan atlet, dan pengiriman atlet ke turnamen internasional. Semua upaya untuk menghadapi hambatan dalam meraih medali emas telah dilakukan. Namun, satu faktor yang membuat atlet bulutangkis Indonesia mau berjuang adalah rasa nasionalisme. Rasa nasionalisme ini yang membuat para atlet termotovasi untuk terus berlatih dan berjuang untuk menang ketika bertanding. Inilah yang membuat mereka berhasil meraih pencapaian prestasi tertinggi yaitu medali emas Olimpiade.


Olympic is the biggest event sport in the world. Indonesia has joined in the competition since 1952. From 1952-1988, Indonesia never got gold medal. Olympic 1992 made the best sport history for Indonesia. Indonesia got gold medal for the the first time with badminton. The gold medal can maintained in Olympic from 1996 until 2008. Since then, badminton always can got gold medal. But, in 2012 Indonesia didn’t get gold medal. This is the worst happen for badminton Indonesia since joined in Olympic. This research purpose to analyze the factors of up and down badminton Indonesia achevement and effort for getting gold medal in Olympic. The methods which used in this research is history methods, which consist of four steps. They are: (1) Heuristic; (2) verification; (3) interpretation; and (4) historiography. The resources of this research got from newspapers, magazines, online jurnal and article, and website. The research result show that the cause factors badminton achievement up and down in Olympic are regeneration of athletes, mentally compete, draw of match, training fund, and internal conflicts. The effort of PBSI for got gold medal are procurement of coaches, athlete training centre, and shipping athletes to international tournament. All of the effort for obstacles has done. However, one factor make Indonesia badminton athletes want to fight is nationalism. Nationalism make athlete have motivation for exercise continiously and fighting to be a winner when they competing. This is they make success got the highest achievement is gold medal.

"
2019
T52238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Xiang, Zhongua
Beijing: Foreign languages Press, 2007
SIN 739.22028 51 XIA s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tilaar, Martha
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015
615.88 MAR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Filza Camellia Hafsyari
"Kadar dopamin yang tidak seimbang dalam tubuh mengindikasikan berbagai macam kelainan neurologis seperti Parkinson disease (PD), skizofrenia, alzheimer, dan depresi. Salah satu metode pendeteksian dopamin adalah dengan sensor elektrokimia. Sensor elektrokimia merupakan metode pendeteksian yang murah dan dapat digunakan secara on-site. Contoh sensor elektrokimia adalah Screen-printed Carbon Electrode (SPCE). Modifikasi Screen-printed Carbon Electrode (SPCE) dengan nanopartikel merupakan pengembangan yang menarik dan terbukti meningkatkan selektivitas dan sensitivitas.Nanopartikel emas memilikikonduktivitas yang baik, area permukaan yang besar, dan biokompatibilitas yang tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan memodifikasi SPCE dengan nanopartikel emas secara elektrokimia. Hasil yang didapatkan adalah pendeteksian dopamin secara optimum terjadi pada SPCE yang dideposisi (AuNPs-SPCE) selama 200 detik dan pada pH 6,5. Kemudian AuNPs-SPCE diujikarakterisasi melalui SEM dan UV-DRS. Uji analisis pada deteksi dopamin pada AuNPs-SPCE meliputi Limit of Detection (LOD), Limit of Quantification (LOQ), uji keberulangan, dan uji interferensi. Hasil uji linearitas adalah persamaan y = 0,420x + 0,2260 dengan R2= 0,9829 untuk SPCE dan sedangkan AuNPs-SPCE memiliki persamaan garis y = 2,817x + 1,456 dengan R2 =0,991 dengan slope yang mengindikasikan sensitivitas sensor. Hasil LOD dan LOQ untuk SPCE adalah 3,13 ?M dan 10,45 ?M. Sedangkan untuk AuNPs -SPCE LOD & LOQ-nya adalah 2,26 ?M dan 7,561 ?M.

Unbalanced dopamine levels in the body indicate various kinds of neurological disorders such as Parkinson's disease (PD), schizophrenia, Alzheimer's, and depression. One method of detecting dopamine is by electrochemical sensors. Electrochemical sensors are inexpensive detection methods and can be used on-site. An example of an electrochemical sensor is the Screen-printed Carbon Electrode (SPCE). Modification of Screen-printed Carbon Electrode (SPCE) with nanoparticles is an interesting development and is proven to increase selectivity and sensitivity. Gold nanoparticles have good conductivity, large surface area, and high biocompatibility. This research was carried out by electrochemically modifying SPCE with gold nanoparticles. The results obtained were that the optimal detection of dopamine occurred in deposited SPCE (AuNPs-SPCE) for 200 seconds and at a pH of 6.5. Then the characterization of AuNPs-SPCE was tested by SEM and UV-DRS. Dopamine detection analysis tests on AuNPs-SPCE include Limit of Detection (LOD), Limit of Quantification (LOQ), repeatability test, and interference test. The results of the linearity test are the equation y = 0.420x + 0.2260 with R2 = 0.9829 for SPCE and while AuNPs-SPCE has the equation of the line y = 2.817x + 1.456 with R2 = 0.991 with the slope indicating the sensitivity of the sensor. The LOD and LOQ results for SPCE were 3.13 ?M and 10.45 ?M, respectively. Whereas for AuNPs -SPCE the LOD & LOQ were 2.26 ?M and 7,561 ?M."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cucu Cakrawati
"Berkembangnya sektor industri di negara kita, selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif terutama terhadap lingkungan berupa pencemaran air karena merkuri. Salah satu kota yang berpotensi mengalami pencemaran air adalah Kota Pontianak. Hal ini disebabkan antara lain karena Kota Pontianak merupakan salah satu lokasi penambangan emas.
Polutan merkuri di Pulau Kalimantan diperkirakan sebesar 61 ton setiap tahunnya untuk kegiatan penambangan emas skala kecil dan berdasarkan hasil penelitian dari Universitas Tanjungpura pada Bulan Agustus 2000 diketahui bahwa kandungan merkuri di sepanjang Sungai Kapuas dan anak-anak sungainya, serta pada biota sungai (beberapa jenis ikan), dan pada contoh air PDAM telah melebihi ambang batas. Pencemaran tersebut perlu ditangani serius karena Sungai Kapuas sampai saat ini berfungsi sebagai bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pontianak.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai besarnya pajanan merkuri dalam rambut masyarakat Kota Pontianak. Disamping itu untuk mempelajari hubungan karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lama tinggal) serta kebiasaan makan ikan dengan kadar merkuri dalam rambut.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari hasil studi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dan Direktorat Penyehatan Air Ditjen P2M & PL tahun 2000, dengan rancangan Cross Sectional, populasi adalah masyarakat Kota Pontianak pelanggan PDAM. Sampel adalah kepala keluarga / anggota keluarga; umur minimal 15 tahun; tinggal minimal 1 tahun: bersedia diambil sampel rambut dan urin yang diambil dengan metode klaster sebanvak 240 responden.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata kadar merkuri dalam rambut responden 0,9512 µg,/g (95% CI: 0,4534-1,4490), median 0,2900 µg/g, modus 0,00: µg/g, kadar merkuri terendah 0,00 µg/g dan tertinggi 52,57 µg/g. Sebaran kadar merkuri dalam rambut vaitu sebanvak 79 orang mempunyai kadar merkuri antara 0,00-0,09 µg/g 26 orang > 1,47 µg/g, dan sisanya adalah 0,10-1,30 µg/g.
Pada kelompok usia 25 - 34 tahun mempunyai proporsi masyarakat yang rambutnya mengandung merkuri lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Responden yang frekuensi makan ikan setiap hari memiliki proporsi masyarakat yang rambutuva mengandung merkuri lebih besar dibandingkan dengan kelompok frekuensi makan ikan lainnva. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, pekerjaan, dan lama tinggal di Pontianak dengan kadar merkuri dalam rambut.
Melihat kecenderungan peningkatan pencemaran air karena merkuri, maka perlu ditingkatkan kerjasama Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dengan sektor terkait, melakukan sosialisi / penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya akibat pencemaran merkuri, pemeriksaan kadar merkuri secara berkala baik pada air sungai dan ikannya maupun hasil laut, perlu teknologi altematif yang lebih tepat.
Perlu dilakukan penelitian yang serupa pada ?kelompok risiko tinggi? yang dilengkapi dengan mengetahui banvaknya ikan yang dikonsumsi setiap hari (beral) serta pemeriksaan kadar merkuri yang terkandung didalamnva. Metoda lain adalah dengan cara melakukan pemeriksaan kadar merkuri dalam rambut responden sentimeter per sentimeter karena setiap sentimeter helai rambut dapat disamakan dengan kira-kira 1 bulan pemajanan.

The development of industrial sector in Indonesia, beside its positive impacts, also generates negative impacts on environment such as mercury pollution in water. Pontianak City is one potential area to be polluted by mercury because, among others, Pontianak City is gold mining location.
Mercury as pollutant in Kalimantan Island was predicted to be present as many as 61 tones each year for small-scale gold mining activity. Study by Tanjungpura University in August 2000 indicated that mercury level along the Kapuas River and its small canals, and in river biotic (several types of fish), as well as in PDAM (Local Office of Drinking Water) water supply had exceeded the accepted limit. This pollution needs to be seriously handled because Kapuas River is main water provider for PDAM of Pontianak City.
This study aims to obtain information on the magnitude of mercury exposure measured in hair mercury level among community of Pontianak City and to understand the relationship between respondent's characteristics (age, sex, working status/job, and length of stay) and fish eating habit with hair mercury level. This study was secondary data analysis from the primary study by Health Office of West Kalimantan and Directorate of Water Hygiene year 2000, employed a cross-sectional design, with community members subscribed to PDAM as population. 240 sample was chosen using cluster method, head/member of a family, minimum age of 15 years old, stay at least 1 year, and willing to participate in hair and urine tests.
The results showed that the average mercury level in hair was 0.9512 µg/g (95 % Cl: 0,4534-1,4490), median 0.2900 µg/g, the lowest mercury level was 0.00 µg/g and the highest was 52.57µg/g. The distribution of hair mercury level was 79 respondents had 0,00-0,09 µg/g, 26 respondents had > 1,47 µg/g and the rest had 0,10-1,30 µg/g mercury level.
The age group of 25-34 years old had greater proportion of respondents with higher level of hair mercury compared to other age ranges. Respondents who eat fish daily had higher proportion of high hair mercury level compared to other frequency of fish eating.
There is no relationship between sex, working status / job, and length of stay in Pontianak with hair mercury level.
Observing the increasing trend of water mercury pollution, the collaboration between Health Office of West Kalimantan and other related sectors needs to be improved, as to provide socialization / education to the community members on the dangers of mercury pollution, routine mercury level check both in the river and fish:, and needs more appropriate alternative technology.
There is a need to conduct similar research among "the high risk group" including the documentation on how many fish eaten daily (in weight) as well as checking its mercury content. Other method is by examining mercury level in hair centimeter by centimeter because each centimeter of hair shaft equals to a month exposure.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainuddin
"Konflik yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia mengundang perhatian untuk diteliti penyebab dari konflik itu. Berbagai usaha yang dilakukan untuk menghentikan konflik, salah satu diantara usaha menghentikan atau menyelesaikan konflik adalah penelitian masalah konflik.
Penelitian yang membahas mengenai Resolusi Konflik di Pertambangan Emas Kab. Bout menemukan penyebab terjadinya konflik yaitu tidak ada aturan yang legal dalam pertambangan tradisional sehingga warga pendatang maupun penduduk asli bebas melakukan pertambangan, dan tentang partisipasi masyarakat dalam pertambangan tradisional belum diharapkan.
Keberpihakan tokoh-tokoh masyarakat dan aparat pada salah satu kelompok membuat masyarakat yang lain merasa tidak mendapatkan perlindungan hukum yang akhimya mengarah pada penyelesaian persoalan secara fisik.
Usaha-usaha pengendalian konflik yang diharapkan dalam pertambangan ini yaitu dengan mengadakan dialog musyawarah antara tokoh-tokoh yang berkonflik. Mediator dalam hal ini adalah aparat keamanan, Pemda, Ormas Masyarakat. Di daerah ini terjadi berulang-ulang pada persoalan yang sama pada obyek yang berbeda. Hal ini terjadi karena kurang tegasnya aparat keamanan dalam menindak para pengacau dalam masyarakat pertambangan.
Untuk lancarnya dan amannya pertambangan tradisional maka penulis menyarankan agar pada masyarakat setempat segera membuat aturan tentang pertambangan tradisional dengan penerapan konsep pertambangan skala kecil (PSK)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Widiantoro
"ABSTRAK
Dengan makin terpuruknya kurs rupiah terhadap dollar Amerika, sementara harga emas relatif cukup baik dan stabil di pasar dunia, maka ini merupakan peluang bagi PT Aneka Tambang (pesero) Tbk yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh negara (65 %) untuk meningkatkan kapasitas produksinya, baik dalam upaya membantu devisa negara maupun dalam rangka pengembangan usaha perusahaan.
Tentunya upaya peningkatan kapasitas produksi harus didukung oleh efisiensi yang tinggi ditubuh perusahaan, yaitu berupa investasi yang betul-betul layak agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih investasi. Untuk itu sebelum pengembangan ini dilaksanakan perlu ada analisa dan evaluasi yang menyangkut rencana investasi, yang berupa sebuah studi kelayakan untuk menjawab pertanyaan : "Apakah Investasi ini layak atau tidak".
Evaluasi atas rencana investasi dilakukan melalui lima aspek, yaitu aspek teknik, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen, aspek sosial/eksternalitas dan aspek finansial/ekonomi.
Pada penilaian investasi digunakan metode utama yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR) serta Modification Internal Rate of Return (MIRR), yang dilengkapi dengan dua metode. tambahan menggunakan Profitability Index (I)I) dan Payback Period. Penilaian ini dilengkapi dengan analis sensitivitas untuk melihat bagaimana NPV terpengaruh oleh perubahan variabel penjualan, biaya operasi dan investasi.
Dari evaluasi terhadap kelima aspek tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesemua aspek, yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek eksternalitas dan aspek financial/ekonomi menunjukan bahwa rencana investasi ini layak untuk diteruskan, sehingga selanjutnya akan menjadi tugas pihak manajemen untuk menindak lanjuti rencana investasi ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>