Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raihan
"Latar belakang. Penelitian sebelumnya menjumpai kasus campak sebelum usia imunisasi yang semestinya masih terlindungi karena memiliki maternal antibodi campak yang diperoleh selama dalam kandungan. Besarnya titer yang diterima bayi dipengaruhi faktor ibu dan janin yang nantinya memengaruhi lamanya perlindungan.
Tujuan. Mengetahui kadar maternal antibodi campak bayi baru lahir dan menganalisis faktor yang memengaruhinya.
Metode. Penelitian potong lintang dilakukan sejak Maret – April 2015 pada bayi baru lahir di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Bayi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih secara consecutive nonprobabality sampling. Dilakukan wawancara terhadap orangtua, pemeriksaan New Ballard Score, dan pengambilan darah tali pusat bayi baru lahir. Uji t digunakan untuk mengetahui rerata titer berdasarkan jenis kelamin, berat badan lahir, usia gestasi, usia ibu, paritas, dan penyakit ibu. Analisis regresi logistik dipakai untuk mencari faktor yang memengaruhi kadar titer antibodi campak.
Hasil. Dari 68 bayi dijumpai 64 diantaranya memiliki maternal antibodi campak positif. Rerata titer total adalah (2277,7 ± 1830,7) IU/l, bayi kurang bulan (2061,94 ± 1554,44) IU/l dan (3006,83 ± 1613,79) IU/l untuk bayi cukup bulan. Bayi laki-laki, lahir kurang bulan, berat badan lahir tidak sesuai masa kehamilan, dan ibu dengan penyakit penyerta mempunyai titer lebih rendah namun tidak bermakna secara statistik.
Simpulan. Mayoritas bayi memiliki maternal antibodi campak positif dengan rerata titer keseluruhan adalah (2277,7 ± 1830,7) IU/l. Tidak dijumpai variabel yang bermakna memengaruhi titer maternal antibodi campak pada bayi baru lahir.

Background. Prior field studies showed cases of measles before the age of immunization when newborn should still be protected by their maternal measles antibody acquired during pregnancy. The amount of titre received by newborn is influenced by maternal and fetal factors which will affect the length of protection.
Objective. To know the level of maternal measles antibody in newborn and to analyze the influencing factors.
Method. A cross sectional study was conducted from March to April 2015 at RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Newborns who met the inclusion and exclusion criteria were selected through consecutive nonprobability sampling. The parents were interviewed, the New Ballard Score were examined, and the umbilical cord blood was retrieved. T-test was performed to determine the mean titre by sex, birth weight for gestational age, gestational age, maternal age, parity, and mother with comorbidity. Logistic regression analysis was used to find the factors influenced measles antibody titer.
Results. Sixty four of 68 newborns were found to have positive maternal measles antibodies. The mean total titre was 2277.7 ± 1830.7 IU/l, 2061.94 ± 1554.44 IU/l for preterm and 3006.83 ± 1613.79 IU/l for term babies. Baby boys, preterm, birth weight inappropriate for gestational age, babies whose mother had comorbidity had lower titre, however these findings were not statistically significant.
Conclusion. The majority of newborns had positive maternal measles antibodies with the mean total titre of 2277,7 ± 1830,7 IU/l. There were no significant variables that influenced maternal measles antibody titre in newborns.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kusharisupeni Djokosujono
"Pertumbuhan optimal merupakan hak dasar manusia (Rohde, 1988); pertumbuhan tidak saja memantau status gizi dan penyakit infeksi, tetapi juga kualitas lingkungan, peluang-peluang ekonomi, distnbusi pendapatan, dan keseluruhan pendidikan dalam masyarakat (Rohde dan Lucas, 1988).
Menurut Villar et al (1988), pertumbuhan bayi berhubungan dengan karakteristik fisik saat lahir, yang tergantung pada berat lahir dan masa kehamilan. Neonatus cukup bulan dengan berat badan kurang masa kehamilan mempunyai lebih banyak masalah di kemudian hari jika dibandingkan dengan neonatus cukup bulan dengan berat badan sesuai dengan masa kehamilan (Davied, et al 1988). Kelompok neonatus cukup bulan dengan berat badan kurang masa kehamilan ini lambat dalam pertumbuhannya dengan insiden kecacatan mental meningkat dan mempunyai masalah dalam sikap (Villar et al. 1984; Davied et al, 1988; Suse, Reily, dan Walde, 1994).
Pada kenyataannya beberapa karakteristik saat lahir sangat penting, yaitu:
1. Bayi lahir dengan masa kehamilan 37 minggu atau lebih, dengan berat lahir sama atau lebih dari 2500 gram (kelompok lahir normal= neonatus cukup bulan dengan berat lahir sesuai dengan masa kehamilan)
2. Bayi lahir dengan masa kehamilan < 37 minggu atau > 37 minggu dengan berat lahir < 2500 gram (kelompok bayi berat lahir rendah). Kelompok bayi ini terdiri atas tiga kelompok dengan karakteristik lahir yang berbeda.
2,1 Bayi lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (kelompok lahir prematur = neonates kurang bulan).
2.2 Bayi lahir dengan masa kehamilan 37 minggu atau lebih dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan indeks ponderal cukup (=kelompok IUGR API / simetris).
2.3 Bayi lahir dengan masa kehamilan. 37 minggu atau lebih dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan indeks ponderal rendah (=kelompok IUGR LPI / asimetris)
Holmes et al (1977), Georgief (1986), Lockwood dan Weiner (1986) merekomendasikan penggunaan indeks ponderal dari Rohrer untuk mengklasifikasikan bayi IUGR ke dalam IUGR API dan IUGR LPI yang di sebut di atas.
Perbedaan pola pertumbuhan antara IUGR-API dan IUGR LPI terletak pada minggu keberapa dalam kandungan janin tersebut mengalami hal-hal yang berdampak buruk terhadap pertumbuhannya (misalnya akibat ibu merokok, ibu mengalami defisiensi gizi, dan infeksi). Jika janin mengalami hal yang berdampak buruk terhadap pertumbuhannya sejak trimester pertama umur kandungan dan masih tetap bertahan hingga kelahiran, panjang ataupun berat tubuh bayi saat lahir akan lebih pendek dan ringan dari pada bayi genap bulan normal. Bayi itu tergolong ke dalam bayi yang mengalami retardasi pertumbuhan dalam uterus yang kronis atau simetrik. Apabila hal-hal yang berdampak buruk tersebut terjadi pada trimester ke-3 (umur kandungan 27-30 minggu) dan tetap bertahan hingga kelahiran, berat badan bayi akan lebih terpengaruh daripada panjang badan. Bayi itu termasuk ke dalam golongan bayi yang mengalami retardasi pertumbuhan dalam uterus yang akut atau asimetrik. Apabila hal di atas terjadi pada umur kandungan sekitar 35-36 minggu, dan kecepatan pertumbuhan janin telah melambat, cadangan lemak janin akan terpakai dan pada saat lahir hanya berat badan yang akan terpengaruh. (Villar dan Beffizan, 1982)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
D180
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Sulistiawati
"ABSTRAK
Bayi baru lahir rentan mengalami perubahan fungsi fisiologis karena bayi berada pada tahap transisi dan adaptasi. Teori Konservasi Levine mampu menjaga integritas struktur bayi selama proses adaptasi. Perubahan integritas struktur atau perubahan pada nilai fisiologis bayi namun tidak mendapatkan tindakan yang dibutuhkan menyebabkan terjadinya perburukan klinis yang signifikan dan berujung pada kematian. Newborn Early Warning System adalah suatu instrumen yang diperlukan untuk memungkinkan perawat mengetahui penurunan kondisi dan memanggil bantuan pada waktu dan bila diperlukan. Penerapan intervensi keperawatan berbasis bukti yaitu Newborn Early Warning System pada lima kasus terpilih terbukti dapat membantu dalam mengobservasi dan menjaga fungsi fisiologisselama proses adaptasi. Oleh karena itu penerapan Teori Konservasi Levine dengan menggunakan Newborn Early Warning System dirasa sangat tepat untuk mencapai keutuhan sistem tubuh bayi yang kompleks. Pendekatan ini mampu mempertahankan keutuhan bayi selama proses adaptasi. Kata kunci: Bayi baru lahir, Newborn Early Warning System, Teori Konservasi Levine. ABSTRACT
Newborns are susceptible to changes in physiological function during the transition and adaptation stage. Levine Conservation Theory is able to maintain the integrity of infant structure during the adaptation process. Structural integrity changes or changes in the infant 39;s physiological value without an appropriate action may cause significant clinical deterioration and lead to death. The Newborn Early Warning System is an instrument to assist nurses to identification the deterioration of the condition and call for help on time and when it needed. The application of evidence-based nursing using Newborn Early Warning System in five selected cases has been shown it nessecary in observing and maintaining the physiological function of adaptation processes. Therefore, the application of Levine Conservation Theory by using Newborn Early Warning System is very appropriate to achieve the integrity of complex baby system, this approach is able to maintain the baby wholeness during the adaptation process. Keyword: Newborn, Newborn Early Warning System, Levine Conservation Theory."
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asmijati
"Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi baru lahir, ibu harus segera menyusui bayinya karena ASI sangat berperan penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh karena itu, bayi yang berurnur 0-4 bulan dianjurkan hanya diberi ASI tanpa pengganti ASI ataupun makanan pendamping.
Berdasarkan laporan Profil Kesehatan di Tangerang target pemberian ASI eksklusif 47% pada tahun 2000. Mengingat pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka perlu adanya usaha yang keras melalui penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat luas.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tiga Raksa Dati II Tangerang pads tahun 2000.
Adapun rancangan penelitian ini menggunakan Cross Sectional dengan populasi ibu-ibu yang melahirkan bayi hidup dalam kurun waktu bulan Maret s/d Desember 2000 yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tiga Raksa Tangerang.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung, kemudian diolah secara statistik dengan teknik analisis Chi Square dan Multiple Regression Logistic. Dari analisis bivariat diketahui ada 2 variabel yang mempunyai hubungan yang bennakna dengan pemberian ASI eksklusif yaitu variabel dukungan petugas dan dukungan keluarga atau masyarakat. Variabel pengetahuan, pekerjaan pokok, sikap, kemampuan petugas, dukungan petugas, dan dukungan keluargalmasyarakat masuk dalam model karena p value < 0,25.
Analisis multivariat dengari Regresi Logistik diketahui bahwa pengetahuan dan dukungan keluargalmasyarakat merupakan variabel yang berhubungan dalam pemberian ASI eksklusif. Sedangkan pengetahuan merupakan vanabel paling berhubungan: pemberian ASI eksklusif dengan Odds Ratio terbesar yaitu 6,7941 (CI 95%1,2955--35,6309) yang berarti ibu berpengetahuan balk kemungkinan memberikan ASI eksklusif 6,7941 kali lebih besar daripada ibu dengan pengetahuan kurang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defi Efendi
"Neonates Intensive Care Units (NICU) merupakan tempat penting untuk bayi prematur yang sekaligus merupakan tempat berbahaya akibat karakteristik NICU. NICU dapat meningkatkan risiko gangguanperkembangan bayi. Gangguan ini dapat dicegah melalui penerapan asuhan perkembangan. Newborn Individualized Developmental Care and Assessment Program (NIDCAP) merupakan metode asuhan perkembangan yang dianggap sebagai salah satu pendekatan terbaik dalam pemberian asuhan perkembangan dengan pertimbangan NIDCAP mampu memberikan pelayanan secara individual berdasarkan isyarat bayi dengan pendekatan perawatan berfokus keluarga. Pengukuran efektifitas NIDCAP didasarkan pada respon neurobehavioral bayi prematur saat berada di NICU. NIDCAP terbukti dapat memperbaiki pola tidur bayi, dan respons fisiologis bayi seperti saturasi oksigen, pernafasan, dan nadi. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa asuhan perkembangan dengan menggunakan metode NIDCAP tidak berpengaruh terhadap hasil perkembangan bayi prematur jangka panjang. Studi dan pengkajian yang mendalam diperlukan untuk menemukan asuhan perkembangan dengan menggunakan metode yang lebih efektif dan efisien.

A Review: Newborn Individualized Developmental Care and Assessment Program (NIDCAP) to Development of Long-Term Results Premature Infants. Neonatal Intensive Care Unit (NICU) is both vital spot for preterm infant and also dangerous spot which caused by NICU?s characteristics. NICU increases the risk of infant developmental disturbance. Infant developmental disturbance can be prevented by implementing Developmental care in NICU setting. Newborn Individualized Developmental Care and Assessment Program (NIDCAP) is method who beingregarded as one of the best approach for delivering developmental care with those consideration NIDCAP is able to give an individual service base on the infant cues trough family-centered care approach. The measurement of NIDCAP effectiveness is shown by the infant?s neurobehavioral response in the NICU. NIDCAP can repair the baby?s sleep-awake pattern, and her physiological response such as oxygen saturation, respiration rater, and hearth rate. This study show that the implementation of developmental care using the NIDCAP method doesn?t affect to the long-term outcome for the preterm infants. The further research is needed to find out the other developmental care method which is more effective and efficient."
Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
610 UI-JKI 16:3 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Nurbaeti
"Fenomena depresi postpartum merupakan masalah kesehatan wanita dan cenderung terus meningkat. Di Amerika Serikat tahun 1960 prevalensi depresi postpartum tercatat hanya 3% - 6% kemudian meningkat menjadi 20% tahun 1980 dan tahun 1990 sekitar 26%. Penelitian Wratsangka (1996) di RS Hasan Sadikin Bandung mencatat 33% ibu postpartum mengalami depresi postpartum. Depresi postpartum dapat menimbulkan akibat negatif baik bagi ibu, pasangan maupun anaknya. Bila tidak segera diatasi depresi postpartum dapat mengakibatkan depresi berat, masalah perkawinan, bahkan bunuh diri. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya hubungan antara karakteristik ibu, kondisi bayi baru lahir, dukungan sosial dan kepuasan perkawinan dengan depresi postpartum.
Desain penelitian adalah deskriftif analitik bersifat cross-sectional. Pengunpulan data menggunakan kuesioner, jumlah data sampel daiam penelitian 128. Uji statistik menggunakan Chi-kuadrat dengan a 0,05. Hasil penelitian melaporkan karakteristik ibu yang berhubungan dengan depresi postpartum adalah jenis persalinan (p=0,028, OR 2,813), sedang variabel umur, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, metoda pemberian susu, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, dan komplikasi postpartum tidak terbukti berhubungan secara bermakna. Kondisi bayi baru lahir meliputi berat lahir, nilai Apgar menit pertama, nilai Apgar menit ketima, dan gestasi tidak berhubungan secara signifikan dengan depresi postpartum. Dukungan sosial berhubungan secara signifikan dengan depresi postpartum (p,0001), kepuasan perkawinan berhubungan secara bermakna dengan depresi postpartum (p=0,0001, OR=5,85). Faktor yang paling dominan terhadap depresi postpartum adalah kepuasan perkawinan (p= 0,001, Wald=10,543, OR=5,849).
Disarankan agar pihak rumah sakit menyelenggarakan, konseling perkawinan bagi calon pengantin dan pasangan baru, meningkatkan promosi edukasi antenatal, melakukan penyegaran edukasi antenatal, memberikan bimbingan antisipatif pada klien dan pasangan selama periode antenatal di poliklinik.
Bibliografi 65 (1982-2000)

The Relationship Analysis Between Mother Characteristics, Newborn, Social Support and Marital Satisfaction with Postpartum Depression in RSAB Harapan Kita Jakarta, August 2002Postpartum depression phenomenon was a women health problem and indicate an increased. In United State at 1960's postpartum depression prevalence about 3% to 6%, and then increased to 20% at 1980's, and 26% at 1990. Wratsangka studied in Hasan Sadikia Hospital found 33% mother experience postpartum depression. Postpartum depression was a negative effect upon mother, spouse and her child. Long time effect to postpartum depression is severe depression, marital problem or suicide if not cope immediately. The purpose of this study was to investigate relationship between mother characteristics, newborn, social support and marital satisfaction with postpartum depression.
Research design used analytic descriptive with cross-sectional. Data were collected through questionnaire, and sample size study was 128. Statistics test with Kai-kuadrat in level a 0,05_ The result of this study found type of childbirth associated with postpartum depression (p=0,028, ORr 2,813), and the other variable not associated, include age, education level, economic status, job, breast method, pregnant complication, labor complication. and postpartum complication. No relationship between newborn and postpartum depression, include weigh, first minute Apgar, fifth minute Apgar and gestation, there were relationship between social support and postpartum depression (p},0001), marital satisfaction and postpartum depression (p=0,4401, OR=5,85). Dominant factor to postpartum depression was marital satisfaction (p=0,401, OR=5,849).
Recommendation for Hospital to prepared marital counseling, induce antenatal education promoted, nursing staff skills in quality nursing care, mother-spouse anticipated guidance prenatal period. Educational institution than more give information that result studied to students, paper, module or publish postpartum depression nursing care book, and for future study use case control or cohort design.
Bibliography 65 (1982-2000)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T 5182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Setyorini
"Inisiasi menyusu dini merupakan suatu perilaku berdasarkan naluri alamiah dari bayi baru lahir. Salah satu manfaat inisiasi menyusu dini adalah mempertahankan suhu tubuh bayi. Untuk itu peneliti ingin mengetahui tentang pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu tubuh bayi baru lahir dan suhu tubuh ibu di PKD Pandes dan RBG Solo Peduli Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu tubuh bayi baru lahir dan ibu di PKD Pandes dan RBG Solo Peduli Surakarta. Desain penelitian adalah "quasi eksperimen" dengan rancangan "nonequivalent control group design". Sampel berjumlah 35 responden. Responden diberi tindakan IMD sampai bayi dapat menemukan puting dan menyusu sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan IMD (p value = 0.000). Terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh ibu sebelum dan sesudah dilakukan tindakan IMD (p value = 0.000). Terdapat perbedaan yang bermakna suhu tubuh bayi baru lahir antara yang dilakukan tindakan IMD dengan yang tidak dilakukan IMD (p value = 0.000). Terdapat perbedaan yang bermakna antara suhu tubuh ibu yang dilakukan tindakan IMD dengan yang tidak dilakukan IMD (p value = 0.005). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

Early breastfeeding initiation is the natural instinctive behaviour of the newborn. One of the benefit from early breastfeeding initiation is importance for newborn to maintenance the body temperature. So the researcher need to know the effect of early breastfeeding initiation toward the newborn temperature and the mother temperature at PKD Pandes and RBG Solo Peduli in Surakarta. The aim of this study was the effect of early initiation program to the newborn temperature and the mother temperature at PKD Pandes and RBG Solo Peduli in Surakarta. A Quasi eksperimental research design with nonequivalent control group design was used in this study. Thirty five responden were selected using acidental sampling technique as the sample of the study. Early initiation were given to the responden until the baby found the mothers putting and the baby can be breastfeeding.
The result of this study was indicated that any different of significant between pretest and postest of the newborn temperature after early breastfeeding initiation (p value = 0.000). There is different of significant between pretest and postest of the mother temperature after early breastfeeding initiation (p value = 0.000). There is different of significant from the newborn temperature between eksperimen group and control group. There is different of significant from the mother temperature between eksperimen group and control group. The finding of this study was different of significant between eksperimen group and control group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T24892
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryawati Sukmono
"Latar Belakang: Pajanan nyeri menimbulkan efek merugikan baik pada neonatus kurang bulan maupun neonatus cukup bulan. Efek analgesik sukrosa pada penyuntikan intramuskular masih kontroversial. Efektivitas sukrosa untuk mengatasi nyeris saat vaksinasi hepatitis B pada neonatus cukup bulan belum pernah diteliti di Indonesia.
Tujuan: untuk mengetahui efek analgesik pemberian sukrosa disertai empeng saat vaksinasi hepatitis B pada neonatus cukup bulan.
Metode: penelitian ini menggunakan metode uji klinis acak tersamar ganda. Subjek secara random dibagi menjadi kelompok intervensi yang mendapatkan 2 mL sukrosa 24% disertai empeng, serta kelompok kontrol yang mendapatkan 2 mL aquabidestilata disertai empeng. Rasa nyeri yang dirasakan subjek dievaluasi dengan skor nyeri premature infant pain profile (PIPP).
Hasil: median skor PIPP pada kelompok yang diberikan sukrosa lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (6 (2-15) vs 11 (2-15), p <0,0001). Lama tangis subjek pada kelompok yang mendapat sukrosa lebih singkat dibandingkan kelompok kontrol (11 (0-33) detik vs 19 (0-100) detik, p <0,0001). Pemberian empeng tidak memberikan efek sinergis dalam menurunkan skor nyeri maupun lama tangis subjek. Pada penelitian ini ditemukan satu subjek yang mengalami desaturasi hingga saturasi oksigen <88% saat pemberian sukrosa, namun efek samping ini tidak memerlukan terapi khusus.
Simpulan: sukrosa secara statistik menurunkan skor nyeri PIPP dan lama tangis saat vaksinasi hepatitis B pada neonatus cukup bulan.

Background: Pain causes adverse effect for preterm and also term newborn. Analgesic effect of sucrose during intramuscular injection is still a controversy. Sucrose effectivity in reducing pain in term newborn during hepatitis B vaccination has not been studied in Indonesia.
Objective: to examine analgesic effect of sucrose with pacifier during hepatitis B vaccination in term newborn.
Method: we used consecutive sampling to reach 70 subjects. Subject was randomised into intervension group receiving 2 mL of 24% sucrose solution with pacifier, and control group receiving 2 mL aquadest with pacifier. Pain was evaluated with the premature infant pain profile (PIPP) scoring system.
Result: median PIPP score in intervension group was significantly lower than control group (6 (2-15) vs 11 (2-15), p <0,0001). Cry duration in intervension group was significantly shorter than control group (11 (0-33) second vs 19 (0-100) second, p <0,0001). Pacifier had no synergistic effect in lowering PIPP score and cry duration. Decreased oxygen saturation below 88% was found in one subject receiving sucrose but additional therapy was not needed.
Conclusion: Sucrose was statistically significant in reducing pain score and cry duration during hepatitis B vaccination in term newborn.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meivita Dewi Purnamasari
"ABSTRAK
Bayi baru lahir berisiko mengalami hipotermia karena ketidakstabilan sistem
termoregulasi untuk menghadapi perubahan suhu lingkungan. Risiko hipotermia
semakin meningkat selama periode hospitalisasi. Edukasi merupakan cara untuk
meningkatkan pemahaman perawat terkait pencegahan hipotermia pada bayi baru
lahir di ruang perawatan. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh edukasi
berbasis pencegahan kehilangan panas terhadap pengetahuan dan perilaku perawat
dalam mencegah potensi hipotermia pada bayi baru lahir. Desain penelitian adalah
quasi eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test design, dengan
sampel 21 perawat neonatus yang diambil secara consecutive sampling. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan dan perilaku perawat
yang signifikan sebelum dan setelah pemberian edukasi berbasis pencegahan
kehilangan panas pada bayi baru lahir (p value < 0,001; α=0,05). Penelitian ini
merekomendasikan penyelenggaraan edukasi berbasis pencegahan kehilangan
panas sebagai langkah meningkatkan pengetahuan dan perilaku perawat dalam
pencegahan potensi hipotermia.

ABSTRACT
Newborns are at risk of developing hypothermia due to the instability of the
thermoregulation system to deal with changes in ambient temperature. It increases
as hospitalization. Education is a way to improve the nurse's understanding of the
prevention of hypothermia in newborns in ward. The purpose of the study was to
analyze the influence of heat loss prevention based education to the knowledge
and behaviour of the nurse in preventing hypothermia in the newborn. The design
was quasy experiment with one group pre-post test design, which sample 21
neonatal nurse taken by consecutive sampling. The result showed there was
significant differences in the knowledge and behaviour of the nurses pre and post
education treatment (p value < 0,001; α=0,05). This research recommended heat
loss prevention based education as a step to increase the knowledge and behavior
of nurses in the prevention of potential hypothermia."
2017
T48002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>