Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pristya Ramadhani
Abstrak :
ABSTRACT
Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML) is a rare but fatal disease leading to severe neurological impairments. PML is a clinical manifestation, which is usually associated with John Cunningham virus (JCV) infection. It is also correlated to malignancies that mainly include hematologic malignancies such as chronic lymphocytic leukemia (CLL). Until now, no specific treatment has been established for JCV-induced PML; therefore, the prognosis of this disease is poor.

We present a case of a 67-year-old woman who suffered from CLL with a chief complaint of seizure. Her clinical symptoms, results of brain MRI and biopsy were suggestive for the JCV-induced PML. The patient had received treatment using mefloquine at dose of 250 mg/day with no clinical improvement.
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2018
610 UI-IJIM 50: 2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jason Zhao
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai dua teolog raksasa di dalam sejarah gereja, baik John Calvin dan Karl Bath telah mengenal peran yang penting akan kesatuan dengan Kristus dan mempresentasikannya di dalam karya mereka masing-masing. Akan tetapi, belum ada studi yang dikhususkan untuk memperbandingkan kedua pemikiran teolog ini mengenai tema yang kritikal ini. Artikel ini memulai dengan menjelajahi doktrin pemilihan Calvin dan Barth, akar dari teologi mereka mengenai kesatuan dengan Kristus. Karl Barth sevara jujur mengakui bahwa dia telah berpisah dengan Calvin di dalam doktrin pemilihan secara radikal. Dengan menyetujui yang Barth ungkapkan, artikel ini berargumen lebih lagi bahwa pengertian Calvin dan Barth yang bercabang mengenai akar dari kesatuan dengan Kristus karena disebabkan oleh presuposisi ontologis mereka yang kontras. Pencerahan akan akar perbedaan ini akan melapangkan jalan untuk studi kita selanjutnya mengenai pemahaman Calvin dan Barth yang unik dalam mengkarakterkan Kesatuan dengan kristus.
Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional (STTRII), 2017
230 JTRI 4:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Emila Ayu Nisa
Abstrak :
Kendali yang dimiliki manusia dalam menentukan keputusannya membuat Fischer dan Ravizza percaya bahwa tanggung jawab moral seseorang dinilai berdasarkan jenis kontrol yang dimiliki oleh pelaku moral. Mereka percaya bahwa manusia membutuhkan guidance control dalam menentukan tindakannya, yaitu kendali seseorang untuk dapat dengan bebas melakukan tindakannya, tanpa menghiraukan persoalan mengenai apakah ia mampu untuk melakukan tindakan yang sebaliknya atau tidak. Pemikiran ini menjadi titik berangkat gagasan teori moderate reasons-responsiveness Fischer dan Ravizza, yang mereka klaim dapat memberikan penjelasan atas alasan intuitif manusia, sehingga cukup untuk menjadi landasan penilaian tanggung jawab moral. Teori ini menjadikan mekanisme atau seperangkat sistem pada manusia untuk melakukan pertimbangan keputusannya sebagai objek penilaian tanggung jawab moral. Teori ini dikritisi dan memperoleh berbagai tanggapan dan tantangan dari berbagai perspektif sehingga membuat teori ini dinilai cukup berpengaruh dalam perkembangan diskusi tanggung jawab moral. Di sisi lain, klaim Fischer dan Ravizza tersebut terbukti keliru karena masih ditemukan kekurangan dalam teori moderate reasons- responsiveness. Melalui metode penelitian analisis deskriptif, tulisan ini bertujuan untuk memberikan pemaparan mengenai teori moderate reasons-responsiveness pada pembaca agar kemudian teori ini dapat dikritisi lebih lanjut sebagai perkembangan dalam diskusi ranah tanggung jawab moral. ......Fischer and Ravizza believe that a person's moral responsibility is judged based on the type of control possessed by moral actors. Humans need guidance control in determining their actions, namely the control of a person to be able to freely carry out his actions, regardless of the question of whether he is able to take the opposite action or not. This thought became the starting point for moderate reasons-responsiveness theory, which they claim can provide an explanation for human intuitive reasoning, so that it is sufficient to form the basis for an assessment of moral responsibility. This theory makes a mechanism or a set of systems in humans to consider their decisions as objects of moral responsibility assessment, then criticized and received various responses and challenges from various perspectives so as to make this theory considered quite influential in the development of moral responsibility discussions. On the other hand, Fischer and Ravizza's claim is proven wrong because there are still deficiencies in the moderate reasons-responsiveness theory. Through descriptive analysis research methods, this paper aims to provide readers with an explanation of the theory of moderate reasons-responsiveness so that later this theory can be further criticized as a development in the discussion of the realm of moral responsibility.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The purpose of this paper is to make sense of Yl Gyu-bo's (1168-1241) seemingly religous and apolitical text, "Munjomul" (Questions to the creator), as (918-1392)-Josean (1392-1910) transition....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Andrasyah Isa
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan beberapa tilikan dari kajian sosiolinguistik yang hanya dibatasi pada penggunaan ungkapan vernakuler, ungkapan ekspletif, dan ungkapan vokatif (kata sapaan) yang digunakan untuk menilai hasil terjemahan karya sastra, yaitu novel. Penerjemahan novel memiliki masalah tersendiri yang menyangkut budaya, kesantunan, dan ciri sosial. Dalam pengalihan pesan penerjemah harus menggunakan kriteria peniiaian (evaluation) terjemahan yang ditawarkan oleh Larson (1984), yaitu ketepatan (accuracy), kejelasan (clarity), dan kewajaran (naturalness). Dalam penelitian ini digunakan sumber data novel asli A Time to Kill dan The Firm karya John Grisham dan Malice karya Danielle Steel beserta terjemahannya, yaitu Saat untuk Membunuh dan Biro Hukum karya Hidayat Saleh dan Jerat-Jerat Kedengkian karya Ny. Suwarni A.S. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah (a) menganalisis makna data, padanan, dan praktik pemakaiannya dalam masyarakat Amerika dengan cara menguraikan penggunaannya dalam budaya dan nuansa masyarakat Amerika dengan memanfaatkan pendapat para ahli dan penutur asli bahasa sumber dan (b) menganalisis ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dalam bahasa sasaran dalam esai-esai pendek menurut situasi dan konteksnya agar ciri sosialnya terlihat dalam bahasa sasaran. Dalam penelitian ini diperlihatkan bahwa tilikan sosiolinguistik yang hanya dibatasi pada ungkapan vemakuler, ungkapan ekspletif, dan ungkapan vokatif (kata sapaan) terbukti dapat digunakan sebagai medium analisis dalam menilai hasil terjemahan untuk memperoleh padanan yang tepat, jelas, dan wajar.
This research aims to show that some insights from sociolinguistic studies, which are limited to the use of vernacular, expletives and vocatives (terms of address), are employed to assess the translation results, in particular, literary works, i.e. novels. In rendering the original novels there are some particular problems related to cultures, politeness and social features. The translators must employ the requirements of accuracy, clarity and naturalness given by Larson (1984). The translation of some parts of John Grisham's A Time to Kill and The Firm into Saat untuk Membunuh and Biro Hukum by Hidayat Saleh and Danielle Steel's Malice into Jerat-Jerat Kedengkian by Ny. Suwarni A.S. are employed to illustrate problems. The analysis methods conducted in this research are (a) to analyze the sense of data, the equivalents, and the use of the source texts in the American society by describing that of source texts in American culture and society by using some insights from sociolinguistic experts and the native speaker of the source language and (b) to analyze accuracy, clarity and naturalness in the target language in short essays according to the situation and the context so that the social features shown in the target language. It is shown that some insights from sociolinguistics limited to the use of vernacular, expletives and vocatives are proved to be useful as media of analysis in the assessment of translation results in order to obtain the accurate, clear and natural equivalence.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Putra Tawakal
Abstrak :
Penelitian ini berusaha memperbandingkan kekuatan argumentasi keadilan Ayn Rand dan John Rawls, dengan asumsi superioritas argumen Randian. Pembacaan Obyektivis terhadap teori Rawls akan mengungkap kesesatan-kesesatan yang ada dalam penalaran keadilan Rawisian, dalam kcrangka realistis dan dalam kerangka hipotetis Rawlsian sendiri. Selain berusaha mcnunjukkan kelemahan-kelemahan nalar Rawisian dalam sorotan Obyektivisme, penelitian ini juga berusaha menunjukkan bagaimana Obyektivisme merespon aspirasi etis Rawisian akan keadilan dalam hubungan antar manusia dengan segala kesenjangan yang ada diantara manusia. Penelitian ini berusaha menyuntikkan realita ke dalam konstruksi prinsip keadilan Rawlsian dalarn rangka menggugat prinsip-prinsip keadilan politik yang dicapai serta merevisi aspirasinya dengan koreksi dari etika Obyektivisme. Sasarannya adalah mencapai suatu pemahaman akan keadilan politis yang realistis namun juga dapat dipahami secara publik serta terbukti tidak dibiaskan oleh partikularitas manapun dalam cakrawala identitas manusia.
This research attempts to compare the soundness of Ayn Rand's and John Rawls's argumentations of justice, with the assumption of Randian argument's superiority. Objectivist reading on Rawls's theory will reveal the fallacies within Rawisian reasoning of justice, within realistic frame and Rawls's own hypothetical frame. Other than attempting to show the weaknesses of Rawlsian reason under Objectivist scrutiny, this research also tries to show how Objectivism responds Rawlsian ethical aspiration of justice in human relationships with all the inequalities in between. This research tries to inject reality into the construction of Rawlsian principle of justice in order to raise objection against the principles of political justice that were arrived at and to revise its aspiration with correction from the ethics of Objectivism. The aim is to reach an understanding of political justice which is realistic but can also be publicly understood and proven to be unbiased by any particularity in human identities.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S16089
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   3 4 5 6 7 8 >>