Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sant, Tom
"The sales techniques that work best...have always worked best. An incisive look at four legendary sales pros, and how their strategies still apply today."
New York: American Management Association, 2006
e20441538
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Schilling, John W.
"When John Schilling, an unassuming mid-level accountant, went to work for the Columbia Hospital Corporation, he never expected to become the catalyst for the series of 'whistleblower' cases that ripped through the healthcare industry in the late 1990s. But when he unwittingly discovered that the company was siphoning billions of dollars away from Medicare and stealing from American taxpayers, he was faced with a choice: speak up for what he believed to be right, or remain silent. "Whistleblower" tells the story of Schilling's incredible, harrowing journey from ordinary citizen to federal informant, as he bravely stands up for the truth, treading a dangerous path against corrupt executives, and putting himself in serious personal jeopardy. The book recounts how Schilling, unable to confide in friends or family, allied himself with the FBI and the Justice Department and journeyed into an undercover world in which he learned to wear a wire, and mapped out offices for secret government raids. Suspenseful and provocative, "Whistleblower" chronicles the series of steps that eventually led to the resignation of high-level executives and forced Columbia to return 1.7 billion dollars to the federal government. A compelling account of one man's decision to risk everything for the greater good, this book reveals the personal side of a thankless role that resulted, ultimately, in justice."
New York: American Management Association, 2008
e20448607
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Suprayitno
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji pengetahuan pengunjung mahasiswa sebanyak 63 orang tentang konsep ldquo;Sejarah Nasional Indonesia rdquo; lewat diorama yang divisualisasikan di Museum Sejarah Nasional MSN di Tugu Monumen Nasional. Pengukuran meaning making pengunjung dengan menggunakan metodologi Personal Meaning Mapping PMM yang dikembangkan oleh John H. Falk ini terdiri atas 4 dimensi, yaitu extent, breadth, depth, dan mastery. Rata-rata pada setiap dimensi terjadi perubahan kenaikan, dari tahap sebelum sampai sesudah melihat diorama MSN. Pada dimensi extent, perubahan jumlah kosakata sebelum dan sesudah melihat diorama mengalami kenaikan dari 339 kosakata menjadi 554 kosakata . Pada dimensi breadth, persentase pengunjung yang menyebutkan 3 fase sejarah juga terjadi peningkatan sesudah pengunjung melihat diorama. Pada dimensi depth, kedalaman pengetahuan pengunjung MSN mengalami kenaikan, dari sekadar pengetahuan minimal menjadi pengetahuan yang lebih luas. Pada dimensi mastery, penguasaan pemahaman pengunjung baik sebelum maupun sesudah melihat diorama tergolong kategori B pemahaman akurat, bisa menyebutkan satu sampai dua konsep yang sesuai . Secara akademik, penggunaan metodologi PMM ini memperkaya ragam kajian pengunjung dengan pendekatan konstruktivis, sementara secara praktis berguna bagi pihak museum sebagai bahan evaluasi pameran museum agar lebih kontekstual sesuai harapan pengunjung.

ABSTRACT
This research measured the depth of knowledge of 63 college university 39 s students about a concept of National History of Indonesia visualised by dioramas in Museum Sejarah Nasional MSN . This research used a Personal Meaning Mapping PMM methodology developed by John H. Falk which rsquo s derived from a constructivist approach. PMM measured the 4 dimensions of knowledge score extent, breadth, depth, and mastery. Most of the results of PMM changed significantly. In extent dimension, the quantity of vocabularies raised from 339 on entry to 554 vocabularies on exit. In breadth dimension, the percentage of visitors mentioning 3 phases of history increased from entry to exit phase. In depth dimension, the visitor rsquo s depth of knowledge increased from minimal response to extensive response. In mastery dimension, most of the score of visitor rsquo s understanding mastery on National History of Indonesia were B accurate understanding, mentioning one or two concepts accurately . Academically, this PMM methodology enriches the variant of visitors study, especially in constructivist learning on museum. Practically, this PMM methodology has advantages to museum to make an evaluation of the exhibition to be contextual as visitors expect."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T48449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jason Zhao
"ABSTRAK
Sebagai dua teolog raksasa di dalam sejarah gereja, baik John Calvin dan Karl Bath telah mengenal peran yang penting akan kesatuan dengan Kristus dan mempresentasikannya di dalam karya mereka masing-masing. Akan tetapi, belum ada studi yang dikhususkan untuk memperbandingkan kedua pemikiran teolog ini mengenai tema yang kritikal ini. Artikel ini memulai dengan menjelajahi doktrin pemilihan Calvin dan Barth, akar dari teologi mereka mengenai kesatuan dengan Kristus. Karl Barth sevara jujur mengakui bahwa dia telah berpisah dengan Calvin di dalam doktrin pemilihan secara radikal. Dengan menyetujui yang Barth ungkapkan, artikel ini berargumen lebih lagi bahwa pengertian Calvin dan Barth yang bercabang mengenai akar dari kesatuan dengan Kristus karena disebabkan oleh presuposisi ontologis mereka yang kontras. Pencerahan akan akar perbedaan ini akan melapangkan jalan untuk studi kita selanjutnya mengenai pemahaman Calvin dan Barth yang unik dalam mengkarakterkan Kesatuan dengan kristus."
Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional (STTRII), 2017
230 JTRI 4:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adinegoro Natsir
"Tesis ini membahas bagaimana film sebagai salah satu cabang budaya pop mampu memberikan propaganda bersenjata pada masyarakat Amerika. Kultur bersenjata yang dimiliki Amerika selama ratusan tahun kini diperkuat dengan besarnya dampak perfilman dan bagaimana film dengan mudahnya diakses dan diinternalisasi oleh para penontonnya. John Wick: Chapter 2 (2017) akan menjadi fokus penelitian dalam konteks product placement dan bagaimana dampaknya dalam masyarakat Amerika dan global. Death Wish (2018) akan menjadi fokus penelitian bagaimana narasi politik rasa takut di Amerika dilanggengkan dengan narasi kerentanan masyarakat menjadi korban apabila tidak bersenjata. Penelitian ini juga menemukan bagaimana kelindan NRA dan Hollywood serta bagaimana NRA mendapatkan keuntungan materiil serta hegemonik dengan banyaknya film bertema senjata api di Amerika.

This thesis discusses how film as a branch of pop culture is able to provide armed propaganda to American society. The armed culture that America has had for hundreds of years is now strengthened by the magnitude of the impact of cinema and how films areeasily accessible and internalized by its audience. John Wick: Chapter 2 (2017) will be the focus of research in the context of product placement and how it impacts American and global society. Death Wish (2018) will be the focus of research on how the political narrative of fear in America is perpetuated by the narrative of the vulnerability of society to becoming victims if they are unarmed. This research also finds out howthe NRAandHollywood are intertwined and how the NRA gains material and hegemonic benefits from the many guns-themed films in America."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya M. Maheswara
"Video game merupakan salah satu bentuk seni digital yang sering dijadikan hiburan alternatif oleh banyak orang. Inovasi dan ide-ide kreatif menjadi elemen penting dalam penciptaan produk video game hingga saat ini. Assassin’s Creed yang merupakan waralaba unggulan dari sebuah pengembang video game asal Prancis, Ubisoft, dianggap sebagai video game yang memiliki konsep yang sangat baik dalam merepresentasikan identitas nasional sejumlah negara Eropa. Melalui penggambaran arsitektur, tokoh bersejarah, hingga kebudayaan Eropa, Assassin’s Creed mampu menarik minat masyarakat untuk mempelajari lebih dalam lagi peristiwa sejarah yang disajikan di dalam seri Assassin’s Creed. Berlandaskan teori Simulakra dari Jean Baudrillard dan teori Ekonomi Kreatif dari John Howkins, penelitian ini menganalisis mengapa dunia virtual Eropa yang dihadirkan di dalam Assassin’s Creed sangat menarik bagi para pemainnya dan mengapa seri Asssassin’s Creed sejauh ini masuk ke dalam komponen-komponen ekonomi kreatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa seri Assassin’s Creed, meskipun berupa video game, memiliki nilai edukasi yang tinggi berupa representasi sejarah Eropa yang dikemas dengan sangat menarik. Hiperrealitas dunia virtual yang diciptakan di dalamnya juga memiliki nilai interaktivitas tinggi, sehingga membuat pemain senang berlama-lama mengeksplorasi dunia virtual tersebut. Selanjutnya, terbukti juga bahwa Assassin’s Creed mampu menciptakan multiplier effect terhadap beberapa industri, seperti industri media, digital, dan pariwisata.

Video games are digital art frequently used by many people as an alternative form of entertainment. As a matter of fact, innovation and creative ideas have been important elements in video games creation. Assassin's Creed, the most outstanding franchise of French developer, Ubisoft, has the best concept of representing national identity of a number of European countries. Through architectural portrayal, historical figures, and European culture representation in its series, Assassin's Creed succeeds in enhanching public interest eager to learn more about history of Europe. Using Simulacra theory from Jean Baudrillard and Creative Economy theory from John Howkins, this study analyzes the reasons behind the success of virtual Europe represented in Assassin's Creed in attracting the huge number of players and how far the series can cover the creative economic components. This study shows that Assassin's Creed series, even though it is only a video game, has a high educational value as it represents European history in a very attractive way. Hyperreality world created in the game also has a high interactive value, giving the players the enjoyment and even addiction spend hours exploring the virtual world. Furthermore, the study proves that Assassin's Creed is able to create a multiplier effect on several industries, such as the media, digital, and tourism industries."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of this paper is to make sense of Yl Gyu-bo's (1168-1241) seemingly religous and apolitical text, "Munjomul" (Questions to the creator), as (918-1392)-Josean (1392-1910) transition...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Emila Ayu Nisa
"Kendali yang dimiliki manusia dalam menentukan keputusannya membuat Fischer dan Ravizza percaya bahwa tanggung jawab moral seseorang dinilai berdasarkan jenis kontrol yang dimiliki oleh pelaku moral. Mereka percaya bahwa manusia membutuhkan guidance control dalam menentukan tindakannya, yaitu kendali seseorang untuk dapat dengan bebas melakukan tindakannya, tanpa menghiraukan persoalan mengenai apakah ia mampu untuk melakukan tindakan yang sebaliknya atau tidak. Pemikiran ini menjadi titik berangkat gagasan teori moderate reasons-responsiveness Fischer dan Ravizza, yang mereka klaim dapat memberikan penjelasan atas alasan intuitif manusia, sehingga cukup untuk menjadi landasan penilaian tanggung jawab moral. Teori ini menjadikan mekanisme atau seperangkat sistem pada manusia untuk melakukan pertimbangan keputusannya sebagai objek penilaian tanggung jawab moral. Teori ini dikritisi dan memperoleh berbagai tanggapan dan tantangan dari berbagai perspektif sehingga membuat teori ini dinilai cukup berpengaruh dalam perkembangan diskusi tanggung jawab moral. Di sisi lain, klaim Fischer dan Ravizza tersebut terbukti keliru karena masih ditemukan kekurangan dalam teori moderate reasons- responsiveness. Melalui metode penelitian analisis deskriptif, tulisan ini bertujuan untuk memberikan pemaparan mengenai teori moderate reasons-responsiveness pada pembaca agar kemudian teori ini dapat dikritisi lebih lanjut sebagai perkembangan dalam diskusi ranah tanggung jawab moral.

Fischer and Ravizza believe that a person's moral responsibility is judged based on the type of control possessed by moral actors. Humans need guidance control in determining their actions, namely the control of a person to be able to freely carry out his actions, regardless of the question of whether he is able to take the opposite action or not. This thought became the starting point for moderate reasons-responsiveness theory, which they claim can provide an explanation for human intuitive reasoning, so that it is sufficient to form the basis for an assessment of moral responsibility. This theory makes a mechanism or a set of systems in humans to consider their decisions as objects of moral responsibility assessment, then criticized and received various responses and challenges from various perspectives so as to make this theory considered quite influential in the development of moral responsibility discussions. On the other hand, Fischer and Ravizza's claim is proven wrong because there are still deficiencies in the moderate reasons-responsiveness theory. Through descriptive analysis research methods, this paper aims to provide readers with an explanation of the theory of moderate reasons-responsiveness so that later this theory can be further criticized as a development in the discussion of the realm of moral responsibility."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Andrasyah Isa
"Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan beberapa tilikan dari kajian sosiolinguistik yang hanya dibatasi pada penggunaan ungkapan vernakuler, ungkapan ekspletif, dan ungkapan vokatif (kata sapaan) yang digunakan untuk menilai hasil terjemahan karya sastra, yaitu novel. Penerjemahan novel memiliki masalah tersendiri yang menyangkut budaya, kesantunan, dan ciri sosial. Dalam pengalihan pesan penerjemah harus menggunakan kriteria peniiaian (evaluation) terjemahan yang ditawarkan oleh Larson (1984), yaitu ketepatan (accuracy), kejelasan (clarity), dan kewajaran (naturalness). Dalam penelitian ini digunakan sumber data novel asli A Time to Kill dan The Firm karya John Grisham dan Malice karya Danielle Steel beserta terjemahannya, yaitu Saat untuk Membunuh dan Biro Hukum karya Hidayat Saleh dan Jerat-Jerat Kedengkian karya Ny. Suwarni A.S. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah (a) menganalisis makna data, padanan, dan praktik pemakaiannya dalam masyarakat Amerika dengan cara menguraikan penggunaannya dalam budaya dan nuansa masyarakat Amerika dengan memanfaatkan pendapat para ahli dan penutur asli bahasa sumber dan (b) menganalisis ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dalam bahasa sasaran dalam esai-esai pendek menurut situasi dan konteksnya agar ciri sosialnya terlihat dalam bahasa sasaran. Dalam penelitian ini diperlihatkan bahwa tilikan sosiolinguistik yang hanya dibatasi pada ungkapan vemakuler, ungkapan ekspletif, dan ungkapan vokatif (kata sapaan) terbukti dapat digunakan sebagai medium analisis dalam menilai hasil terjemahan untuk memperoleh padanan yang tepat, jelas, dan wajar.

This research aims to show that some insights from sociolinguistic studies, which are limited to the use of vernacular, expletives and vocatives (terms of address), are employed to assess the translation results, in particular, literary works, i.e. novels. In rendering the original novels there are some particular problems related to cultures, politeness and social features. The translators must employ the requirements of accuracy, clarity and naturalness given by Larson (1984). The translation of some parts of John Grisham's A Time to Kill and The Firm into Saat untuk Membunuh and Biro Hukum by Hidayat Saleh and Danielle Steel's Malice into Jerat-Jerat Kedengkian by Ny. Suwarni A.S. are employed to illustrate problems. The analysis methods conducted in this research are (a) to analyze the sense of data, the equivalents, and the use of the source texts in the American society by describing that of source texts in American culture and society by using some insights from sociolinguistic experts and the native speaker of the source language and (b) to analyze accuracy, clarity and naturalness in the target language in short essays according to the situation and the context so that the social features shown in the target language. It is shown that some insights from sociolinguistics limited to the use of vernacular, expletives and vocatives are proved to be useful as media of analysis in the assessment of translation results in order to obtain the accurate, clear and natural equivalence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Putra Tawakal
"Penelitian ini berusaha memperbandingkan kekuatan argumentasi keadilan Ayn Rand dan John Rawls, dengan asumsi superioritas argumen Randian. Pembacaan Obyektivis terhadap teori Rawls akan mengungkap kesesatan-kesesatan yang ada dalam penalaran keadilan Rawisian, dalam kcrangka realistis dan dalam kerangka hipotetis Rawlsian sendiri. Selain berusaha mcnunjukkan kelemahan-kelemahan nalar Rawisian dalam sorotan Obyektivisme, penelitian ini juga berusaha menunjukkan bagaimana Obyektivisme merespon aspirasi etis Rawisian akan keadilan dalam hubungan antar manusia dengan segala kesenjangan yang ada diantara manusia. Penelitian ini berusaha menyuntikkan realita ke dalam konstruksi prinsip keadilan Rawlsian dalarn rangka menggugat prinsip-prinsip keadilan politik yang dicapai serta merevisi aspirasinya dengan koreksi dari etika Obyektivisme. Sasarannya adalah mencapai suatu pemahaman akan keadilan politis yang realistis namun juga dapat dipahami secara publik serta terbukti tidak dibiaskan oleh partikularitas manapun dalam cakrawala identitas manusia.

This research attempts to compare the soundness of Ayn Rand's and John Rawls's argumentations of justice, with the assumption of Randian argument's superiority. Objectivist reading on Rawls's theory will reveal the fallacies within Rawisian reasoning of justice, within realistic frame and Rawls's own hypothetical frame. Other than attempting to show the weaknesses of Rawlsian reason under Objectivist scrutiny, this research also tries to show how Objectivism responds Rawlsian ethical aspiration of justice in human relationships with all the inequalities in between. This research tries to inject reality into the construction of Rawlsian principle of justice in order to raise objection against the principles of political justice that were arrived at and to revise its aspiration with correction from the ethics of Objectivism. The aim is to reach an understanding of political justice which is realistic but can also be publicly understood and proven to be unbiased by any particularity in human identities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S16089
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9   >>