Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayatrohadi
Jakarta: Balai Pustaka, 1985
499.221 7 AYA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Riadi Darwis
Malang: Selaksa Media , 2019
641.013 RIA k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1980
808.83 CER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irianto
"Transliteration and translation of a classic Cirebon literature on the history of Cirebon Sultanate, Indonesia from the 15th century until its disintegration in the 19th century."
Cirebon: Rumah Budaya Nusantara Pesambangan Jati Cirebon ; Yogyakarta : Deepublish, 2013
959.8 BAM s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Isman Pratama
"Kehadiran dan keberadaan bentuk-bentuk penggambaran makhluk hidup pada sejumlah kepurbakalaan Islam di berbagai kota di pesisir pantai utara Jawa dan Madura, seperti Cirebon, Demak, Jepara, Lamongan, Gresik dan Sumenep, cukup menarik sebagai bahan kajian. Didalam Islam, terdapat sejumlah larangan mengenai penggambaran dan perwujudan dari makhluk yang sifatnya hidup atau bernyawa. Kenyataannya justru sebaliknya, pada sejumlah kepurbakalaan di dunia Islam, khususnya di Cirebon, terdapat banyak sekali penggambaran makhluk hidup dalam berbagai bentuk.
Masalah penelitiannya adalah seberapa jauh bentuk-bentuk penggambaran makhluk hidup tersebut dapat dideteksi dan diidentifikasi melalui penelitian kepustakaan dan lapangan. Makhluk apa saja yang digambarkan dan bagaimana cara atau tehnik penggambarannya. Selain itu, seberapa jauh faktor non-muslim dan budaya pra-Islam ikut berperan dalam penggambaran makhluk bernyawa tersebut. Tujuan penelitian ini, adalah mengidentifikasikan dan menginventarisir karya seni rupa Islam Cirebon yang menggambarkan makhluk hidup, bentuk, tehnik dan fungsi dari penggambaran tersebut. Lokasi penelitiannya di kota Cirebon yaitu di keraton Kasepuhan, keraton Kanoman, mesjid Panjunan dan Taman Gua Sunyaragi. Media penggambaran pada monumental yang diteliti di keraton Kasepuhan adalah bangunan Siti Inggil, bangunan Pringgandani, bangunan Prabayaksa, bangunan Kaputren, bangunan Pamburatan, atap bangunan, pintu buk, pintu Gedung Dalem Panembahan Pakungwati, patung Macan All, area nandi di Taman Bunderan; di keraton Kanoman adalah di tembok keliling keraton, bangunan Siti Inggil, pintu masuk bangunan Pendopo, patung Macan Ali; dinding mesjid Panjunan, dan Taman Gua Sunya Ragi. Media artefak yang diamati adalah kereta Singa Barong, kereta Paksi Naga Liman, kereta Jempana, tandu Garuda Mina, hiasan dinding, tempat lampu, vas bunga, tempat surat, tempat keris, peralatan gamelan, patung, topeng, hiasan lengan, tameng, kaki meja, kaki kursi, kaki meja singgasana, meriam, wayang, keramik, tegel porselen, panil gunungan, dan artefak pintu.
Hasil penelitian menunjukkan ada tiga jenis makhluk hidup yang digambarkan yaitu makhluk hewan, makhluk hibrid, dan manusia. Jenis hewannya adalah banteng, lembu, macan, gajah, burung, rasa, ikan, naga, singa, ayam, srigala, katak, kerbau, anjing, kuda, garuda, dan burung phonik. Jenis makhluk hibridnya adalah ganesha, singa barong, naga, garuda mina, putri duyung, dan paksi naga liman. Sedangkan manusia digambarkan dalam bentuk utuh, dan berupa wajah atau mukanya saja. Selain itu, terdapat juga penggambaran makhluk malaikat. Dari segi tehnik penggambarannya, ada empat tehnik yaitu 1) naturalistis, 2) stilistik/denaturalistis, 3) hibridasi, dan 4) wayang. Dari segi fungsinya, ada enam yaitu: 1) mengingatkan kepada Tawhid; 2) tranfigurasi bahan, 3) transfigurasi struktur, 4) pengindahan, 5) titiwangsa, dan 6) simbolis. Dari penggambaran makhluk hidup dapat ditelusuri kehadiran pengaruh dari budaya luar, baik dari yang non muslim seperti India, Cina, dan Eropa, maupun muslim seperti Mesir. Selain itu, tentunya pengaruh budaya dari pra-Islam atau Hindu Buddha. Hal ini memperlihatkan kearifan penguasa maupun seniman yang membuat karya seni rupa Islam di Cirebon.
Dari penelitian ini, dapat terlihat bahwa penggambaran makhluk hidup pada sejumlah media kepurbakalaan di Cirebon menunjukkan kehadiran maksud-maksud tertentu dari si pembuatnya, dan tanpa meninggalkan pesan-pesan Islami yang ingin disampaikan kepada pemirsa karya seni Islam kuna tersebut. Di samping itu, pada karya-karya artefak masa kini, memperlihatkan adanya kontinuitas penggambaran makhluk hidup yang secara tradisi dilanjutkan dan menjadi ciri khas dari karya seni Cirebon seperti motif macan ali."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tan Soey Beng
"Gang Sim Cong dikenal masyarakat daerah Citepus begitu juga SR/SDN Sim Cong. Asal-usul leluhurnya,
Tan Sim Tjong dapat ditelusuri sampai ke Kampung Nan Jing di Provinsi Fu Jian. Leluhurnya berpindah ke
Asia Tenggara. Tan Hwie Tjeng adalah salah satu leluhur yang tercatat menetap di Batang, pesisir utara Jawa
Tengah untuk beberapa generasi lalu berpindah ke Cirebon dan Jamblang. Di sana mereka berkembang
menjadi pedagang dan pemimpin masyarakat Tionghoa Cirebon. Tan Sim Tjong dan Tan Sim Sioe pindah
ke Bandung dengan dibangunnya ?Groote Postweg? dan sukses sebagai pengusaha. Keturunan mereka
berpindah ke arah timur d a n bermukim di Kota Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis juga Cimahi, Bandung,
Cirebon, Tegal, Pekalongan, dan Jakarta. Sebuah novel yang ditulis pada tahun 1917 menggambarkan
situasi masyarakat Tionghoa Bandung saat itu. Depresi ekonomi global tahun 1929 disusul Perang Dunia
Kedua dan Perang Kemerdekaan menghancurkan sebagian besar kekayaannya sedangkan kerusuhan masa
republik mendorong terjadinya diaspora di antara keturunan mereka."
FSRD-ITB, 2015
303 JSIOTEK 14:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2004
915.98 IND c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Sudiarti
"ABSTRAK
Bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan berfungsi sebagai alat komunikasi di antara anggota masyarakat yang memakai bahasa itu. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, kita pikirkan, dan kita ketahui kepada orang lain. Dengan bahasa pula kita dapat memper_satukan anggota-anggota dalam suatu masyarakat (Keraf, 1980:4).
Salah satu akibat pemakaian bahasa yang berbagai macam itu adalah timbulnya bahasa campuran. Hal ini pula_lah yang menimbulkan kecemasan pada para ahli bahasa dan tampak jelas di mana-mana (Fishman, 1977:_61).
Studi tentang variabel-variabel dalam bahasa sebagai cermin struktur sosial adalah bidang sosiolinguistik. Pengetahuan tentang beberapa fakta yang diungkapkan oleh sosiolinguistik sangat membantu memahami masalah-masalah bahasa dan, membuka jalan guna memandang bahasa sebagai fenomena sosial secara lebih jelas dan cermat (Krida_laksana, 1978:12).

"
1984
S11041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Muchtar
"Daerah Cirebon termasuk wilayah Jawa Barat yang bila ditinjau dari segi ekonomi, sosial dan politik baik semenjak masa perjuangan mengusir penjajah maupun sampai Indonesia merdeka, daerah ini memiliki kondisi serta geo_grafis yang strategis. Daerah ini memakai dua bahasa daerah yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa Cirebon. Di masa pemerintahan kolonial Belanda juga di masa pendudukan Jepang, wi_layah Cirebon dibagi ke dalam empat kabupaten yaitu : Kabupaten Cirebon - Kanupaten Indramayu - Kabupaten Naj alengka- Kabupaten Kuningan Kabupaten Cirebon dan Indramayu merupakan wilayah yang terletak di bagian pesisir. Ketika tentara Jepang mengadakan penyerbuan ke pulau Jawa, mereka mempergunakan desa pantai Eretan di Indramayu sebagai salah satu tempat mendarat. Ke_jadian ini di luar dugaan pemerintahan Hindia Belanda. Di dalam kota Cirebon terdapat tiga wilayah ke_sultanan. Daerah kesultanan itu dapat disebutkan sebagai_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S12316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ficky Utomo
"Penelitian ini membahas mengenai Kegagalan Upaya Pemekaran Daerah di Indonesia (Studi Kasus Gerakan Presidium Pembentukan Provinsi Cirebon Dalam Upaya Pemekaran Provinsi Cirebon Periode Tahun 2000-2018). Penelitian ini menggunakan Teori Gerakan Sosial, Teori Political opportunity structure, Teori Resources mobilization theory, dan Teori Collective Action Frames di dalam membedah persoalan penelitian yang diajukan perihal apa penyebab gerakan pemekaran Provinsi Cirebon ini mengalami kegagalan. Dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan studi pustaka dan mengumpulkan data melalui wawancara mendalam. Peneliti beragumen bahwa gerakan pemekaran Provinsi Cirebon ini memenuhi semua prasyarat untuk diakui sebagai sebuah gerakan sosio-politik. Peneliti juga berargumen bahwa di dalam kesempatan struktur politik, organisasi Presidium Pembentukan Provinsi Cirebon (P3C) mengalami keadaan yang disebut sebagai kurvalinier dalam hubungannya dengan struktur politik dan kemunculan gerakan sosial. Peneliti juga berargumen bahwa terjadi instabilitas jejaring elit di dalam pengupayaan pemekaran Provinsi Cirebon ini. Karena disatu sisi gerakan ini disupport oleh beberapa pihak elit, namun di sisi yang lain beberapa elit dilain pihak menolak atau membiarkan gerakan ini dalam situasi yang tidak jelas, dan elit yang membantu pun tidak terlalu signifikan membantu. Dan di dalam pengupayaan pemekaran Provinsi Cirebon, peneliti berargumen bahwa para aktivis penggerak tidak mengalami represi dari negara. Sedangkan di dalam upaya memobilisasi sumberdaya, organisasi P3C dan para elit keraton Cirebon terhalang oleh kondisi finansial yang tidak cukup namun di dalam pengelolaan organisasinya berjalan dengan cukup baik dan tidak menjadi halangan. Dan terkahir, dari sisi framing, peneliti berargumen bahwa aktivitas agitasi dan framing di dalam organisasi ini dapat berjalan dengan baik, baik itu dengan media seminar, demonstrasi, maupun lewat berbagai terbitan tulisan di media.

This study discusses the Failure of Regional Expansion Efforts in Indonesia (Case Study of the Presidium Movement for the Establishment of the Province of Cirebon in the Efforts to Expand Cirebon Province for the Period of 2000-2018). This research uses Social Movement Theory, Political Opportunity Structure Theory, Resource Mobilization Theory Theory, and Collective Action Frames Theory in dissecting the research problems raised regarding what causes the Cirebon Province regional divergence movement to fail. By using a qualitative method that is by library research and collecting data through in-depth interviews. The researcher argues that the Cirebon Province regional divergence movement fulfills all the prerequisites to be recognized as a socio-political movement. The researcher also argues that on the occasion of political structure, the organization of the Presidium for the Establishment of the Province of Cirebon (P3C) experienced a condition called curvalinier in relation to political structure and the emergence of social movements. Researchers also argue that there is instability in elite networks in the efforts to expand the Cirebon Province. Because on the one hand this movement is supported by some elite parties, but on the other hand some elites on the other hand reject or leave this movement in unclear situations, and the elite who help is not too significant to help. And in seeking the expansion of the Cirebon Province, researchers argued that activist activists did not experience repression from the state. Whereas in the effort to mobilize resources, the P3C organization and the elite of the Cirebon palace were hindered by inadequate financial conditions but in managing their organizations well and did not become a hindrance. And finally, in terms of framing, researchers have argued that agitation and framing activities within this organization can run well, be it through media seminars, demonstrations, or through various writing publications in the media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T55233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>