Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fikri Errydian Syahidi
"Penelitian mengenai peranan direktorat jenderal pajak dalam pencapaian target kebijakan 10 juta nomor pokok wajib pajak, melakukan evaluasi implementasi kebijakan langkah-langkah yang ditempuh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak sudah tepat untuk mencapai target kebijakan 10 juta Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan dalam upaya pencapaian target kebijakan 10 juta Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Penelitian ini dilakukan pada Direktorat Jenderal Pajak Pusat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivist social science dan metode penelitian kualitatif deskriptif, yang berarti tidak sampai menganalisis hubungan kasualitas antara berbagai aspek yang diteliti dan juga menggunakan teknik pengumpulan data sebagai dasar analisis antara lain Studi Kepustakaan, Observasi / lapangan dan wawancara terhadap nara sumber yang berkompeten. Penelitian juga dilakukakan untuk menganalisis efektifitas implementasi kebijakan tersebut. Analisis tersebut didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan seperti yang dikemukakan oleh Edwar III (1980:9). Faktor-faktor tersebut adalah communication, resources, dispositions or attitudes and bureaucratic structure.
Terkait dengan hal tersebut di atas, penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pengaruh komunikasi terhadap efektifitas implementasi kebijakan 10 juta nomor pokok wajib pajak, menguraikan pengaruh sumbersumber yang dimiliki oleh Direktorat jenderal Pajak terhadap efektifitas implementasi kebijakan 10 juta nomor pokok wajib pajak, menguraikan pengaruh disposisi di Direktorat Jenderal Pajak terhadap efektifitas implementasi kebijakan 10 juta nomor pokok wajib pajak serta menguraikan pengaruh struktur birokrasi terhadap efektifitas implementasi kebijakan 10 juta nomor pokok wajib pajak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan direktorat jenderal pajak dalam pencapaian target kebijakan 10 juta nomor pokok wajib pajak yang paling berat adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pajak. Faktor-faktor seperti sumber-sumber, disposisi, struktur birokrasi tidak terlalu bebengaruh secara signifikan terhadap efektifitas implementasi kebijakan 10 juta nomor pokok wajib pajak, kecuali faktor komunikasi yang dianggap kurang effektif sehingga tidak sampai terhadap sasaran yang diharapkan. Walaupun dari sisi jumlah, 10 juta NPWP sebenarnya telah tercapai, namun tingkat akurasinya banyak menimbulkan banyak pertanyaan. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak perlu melakukan sosialisasi secara berkelanjutan baik bagi masyarakat yang belum terdaftar maupun yang sudah terdaftar untuk menambah pengetahuan wajib pajak tentang hak dan kewajibannya, perlu disusun suatu sistem informasi tentang data base wajib pajak, sehingga tercipta suatu sistem kebersinambungan atas data-data yang dimiliki dan pemberian previlege khusus bagi Wajib Pajak yang terdaftar.

This research was talked about policy of directorate-general of taxation on target achievement of 10 million identification of taxpayer number. The research was evaluating of policy implementation, includes the policy that had made by directorate-general of taxation to achieve the goals, and also what were factors impluance on target achievement of 10 million identification of taxpayer number policy. The research object was directorate-general of taxation.
Using positivist social science approach and kualitatif deiscription method, which means not to analyze the causality between researched aspect and also doing library research, field observation and interviews with a very competent source to collect the data. The research objective was to analyze the effectiveness of policy implementation of achievement of 10 million identification of taxpayer number policy. This analyze based on four main factors have influenced the effectiveness of policy implementation according Edward III (1980:9). These four main factors are communication, resources, dispositions or attitudes and bureaucratic structure.
Related with these factors or variables, the goal of this research, as follows: describing policy implementation of achievement of 10 million identification of taxpayer number policy, describing the influence of the factorupon the effectiveness of policy implementation of achievement of 10 million identification of taxpayer number policy.
The result from this research shows that role of directorate-general of taxation on target achievement of 10 million identification of taxpayer number policy, the hardest job was to increase the citizen awareness to the state taxation. Factors such as resources, dispositions or attitudes and bureaucratic structure was not significantly influence to policy implementation of achievement of 10 million identification of taxpayer number policy, except communication aspect was not totally effective to achieve the goals. Even from the number of identification of taxpayer number have been achieved, but there are a lot of question about data accuracy. In accordance with the result of research, directorate-general of taxation, continuity has to socialite to all the citizen of the importance of tax for the country, make the information system abaut data base of taxepayer which should be up date in certain times,and also give privileges for the registered taxpayer."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24573
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Virginia D.A. Ekaputri
"Bertentangan dengan kualitas secara umum yang dimiliki anak berbakat yang membuatnya diharapkan untuk menampilkan produktivitas dan pemenuhan diri, penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya justru menemukan setidaknya 15-50 persen jumlah siswa berbakat dalam suatu kelas mengalami fenomena underachievement. Fenomena ini dijelaskan sebagai adanya ketidaksesuaian antara potensi yang dimiliki dengan prestasi yang ditunjukkan dimana prestasi berada lebih rendah daripada potensi yang dimiliki. Underachievement biasanya dimulai pada pertengahan Sekolah Dasar, akan tetapi baru pada Sekolah Menengah Pertama atau kala anak berbakat menginjak usia remaja gejalanya menetap dan lebih terlihat. Penyebab underachievement sendiri lebih mengarah pada kurangnya motivasi berprestasi yang menyebabkan perilaku-perilaku yang tidak mendukung pencapaian prestasi yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Tuckman (1999) mengajukan tripartite model of motivation for achievement yang terdiri dari 3 komponen attitude, drive, dan strategy. Model ini dinilai sesuai untuk menjelaskan mengenai gambaran motivasi berprestasi pada anak berbakat berprestasi kurang karena Tuckman lebih memfokuskan pada "will", daripada "skill" yang tentunya telah dimiliki oleh anak-anak berbakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi gambaran motivasi berprestasi berdasarkan tripartite model of motivation for achievement, antara attitude, drive, dan strategi yang dimiliki remaja berbakat berprestasi kurang. Attitude dioperasionalisasikan ke dalam konsep self efficacy, drive dioperasionalisasikan ke dalam konsep incentive value, dan strategy dioperasionalisasikan ke dalam konsep self regulation. Hasil yang didapatkan dari penelitian yang menggunakan metode kualitatif melalui wawancara langsung kepada 5 orang subyek cukup menarik. Keunikan tiap subyek terlihat dimana 2 dari 5 orang subyek menunjukkan karakteristik orang dengan self efficacy tinggi, dua lainnya menunjukkan self efficacy yang rendah, sedangkan satu orang subyek menunjukkan self efficacy menengah. Hasil pada komponen selanjutnya adalah kelima subyek memiliki incentive value berupa motivasi ekstrinsik dan intrinsik yang mendorong usahanya mencapai prestasi yang baik. Terakhir, pada gilirannya kelima subyek mengaplikasikan strategi-strategi efektif yang dapat membantunya dalam mencapai prestasi yang baik. Akan tetapi, peneliti menemukan masalah pada strategi dimana walaupun subyek melakukan strategi-strategi pembelajaran yang dianggap efektif, namun usaha mereka seringkali terganggu oleh hal-hal lain di luar pembelajaran sehingga prestasi yang diharapkan pun belum dapat terwujud.

Gifted children are known to have certain qualities that would help them fulfil stereotypic expectations of productivity and self-fulfilment. Unfortunately, some research has found that 10-50 percents of gifted children are facing underachievement syndrome. This phenomenon of underachievement is defined as discrepancy between actual and expected levels of attainment. While signs of underachievement often begin by third or fourth grade, middle school or junior high usually marks the highest point of consistent underachievement. It may simply become more visible when children reach adolescence. The causes of underachievement lead to lack of achievement motivation. The problem in achievement motivation can make children behave in unconstructive ways in order to gain achievement that is relevant to the potential they possess. Tuckman (1999) presented tripartite model of motivation for achievement that includes three generic motivational factors that influence outcome attainment: attitude, drive, and strategy. This model is appropriate to describe gifted underachievers achievement motivation because its focus is on will, or the motivation to achieve the outcome that is considered separately from level of skill, that is controlled for in sampling of gifted children. The purpose of this research is to explore achievement motivation of gifted underachievers based on Tuckman`s tripartite model of motivation for achievement, which includes attitude, drive, and strategy. The factors of the model are operationalized as self-efficacy for attitude, incentive value for drive, and self-regulation for strategy. The qualitative research was conducted by interviewing five subjects that represented the appropriate characteristics of adolescent gifted underachievers. It brings interesting and unique results of all five gifted underachiever subjects. Firstly, two out of five subjects have shown characteristics of people high in self-efficacy, while two others shown the other way around. The other subject tends to show middle level of self-efficacy. Secondly, all five subjects have shown incentive value from extrinsic and intrinsic motivation that drives them to work hard for good performance. In turn, all five subjects apply effective learning strategies that can help them realize high achievement. However, research have found problem in learning strategies done by subjects where subjects are prone to obstacles outside the realm of learning that makes them underachieve."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umie Retno Indriemayuni
"Fenomena dunia olahraga Indonesia saat ini antara lain telah melambungkan suatu iming-iming atau insentif pada para atlet yang akan berlaga dalam multi-event internasional. Insentif menurut Gage dan Berliner (1984) adalah janji atau harapan. Insentif yang diberikan diharapkan dapat memotivasi atlet untuk berprestasi dan mampu memperoleh gelar terbaik dalam persaingan dengan negara-negara lain. Bandura (1986) menyatakan terdapat insentif dalam bentuk tangible (nyata) dan sosial. Insentif dalam bentuk nyata meliputi trofi, medali atau uang, dan insentif sosial dapat berupa penghargaan atau penerimaan orang lain atas suatu keberhasilan. Dalam perkembangannya di tanah air, insentif merambah pada multi-event di tingkat nasional, baik dalam tingkat antar provinsi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON ), bahkan antar kabupaten dalam suatu Provinsi atau Pekan Olahraga Daerah (PORDA). Insentif mendorong atlet mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi suatu pertandingan untuk dapat berprestasi tinggi. Karena insentif diharapkan akan mampu membantu meningkatkan gaya hidup. Loudon dan Della Bitta (1993) menyatakan bahwa gaya hidup (lifestyle) diekspresikan melalui minat dan pendapat dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dengan insentif yang diperoleh, atlet dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan minat dan pendapatnya yang dianggap baik untuk dirinya Yang menarik dalam penelitian ini adalah tetap tampilnya atlet perempuan senior yang telah memasuki masa pasca golden-age (prestasi puncak) dalam kompetisi baik nasional maupun persaingan untuk menjadi duta Indonesia di arena Internasional. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa insentif telah mendorong atlet untuk terus berprestasi, karena dengan berprestasi akan memperoleh peningkatan hidup. Namun demikian prestasi harus ditingkatkan melalui catatan skor, mengingat cabang olahraga yang yang ditekuni subjek merupakan cabang olahraga terukur. Prestasi yang dicetak diharapkan juga dapat membuat atlet bersikap mawas diri karena dengan berprestasi, atlet menjadi panutan dalam lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada 4 (empat) atlet panahan perempuan berusia 25-45 tahun dan sampai kini tetap menjadi andalan Indonesia di arena internasional. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan menyeluruh tentang bagaimana insentif memotivasi subyek untuk mencapai prestasi.;-"
2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Khusumawati
"Pembinaan dan latihan melalui sekolah olahraga bertujuan untuk meningkatkan prestasi atlit. Peningkatan prestasi pada atlit SMAN Olahraga Jawa Timur yang belum optimal terdapat sejumlah faktor yang berkorelasi dengan peningkatan prestasi atlit. Kepemimpinan sebagai suatu proses berkomunikasi dan interaksi sosial yang saling mempengaruhi di antara unsur-unsur pimpinan dengan unsur staf atau guru maupun pelatih. Faktor kemampuan atlit yang relatif rendah, semakin menghambat dalam peningkatan prestasi. Sedangkan Motivasi merupakan suatu dorongan keinginan, kebutuhan atau harapan atlit dalam berprestasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan, kemampuan dan motivasi terhadap prestasi atlit di UPT SMAN Olahraga Jawa Timur.
Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods. Sampel penelitian berjumlah 100 atlit. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Pengolahan data menggunakan bantuan dari program SPSS versi 22. Pengaruh dari variabel Kepemimpinan, Kemampuan, dan Motivasi terhadap Prestasi adalah sebesar 56,1%. Adanya faktor kesehatan yang menghambat aktifitas atlit untuk berlatih karena tidak terpenuhinya kebutuhan atlit seperti suplemen untuk mendukung kondisi fisik atlit. Faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi atlit yaitu budaya organisasi. Harapan dari kepala sekolah tidak seimbang dengan kondisi yang ada di sekolah. Selain itu, Pihak dari pusat tidak pernah melakukan pengamatan langsung terhadap atlit.

Coaching and training through sports schools programs have the purpose or aims to improve the performance of the athletes. Improvement of achievement in high school athletes in East Java who have not been optimal there are a number of factors that correlate with an increase in the athletes achievement at the school. Leadership as a process of communication and social interaction that affect each other, along with other elements have the potential to become the factor which affect the students achievement. The skill factor of the athletes which are relatively low, inhibits the improvement in their achievement. While Motivation is form an encouragement towards their desire, needs or expectations of athletes in achievement. This study was conducted to determine the effect of leadership, ability and motivation on the achievements of athletes at the UPT of Public High School of Sport in East Java.
The method used is a mixture of several methods. The research samples are 100 athletes. The data was collected through questionnaires and interviews. The Data is the processed through the SPSS version 22 program. The effect of the Leadership, Skills, and Motivation on the students Achievement was 56.1%. The existence of health factors which might inhibit the activities of athletes to practice their exercise according to their needs such as nutrition or supplements to support the physical condition of athletes. Other factors that influence athlete achievement are organizational culture. The expectations from school principals are not in line with the conditions of the school. In addition, officials have never made direct observations towards the athletes.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Piseria Rulita
"ABSTRAK
This study aims to determine the relationship between mobility and orientation skills and achievement motivation in blind people in the Social Institution Bina Netra Yogyakarta. The hypothesis of this study is there is a positive relationship between mobility and orientation skills and achievement motivation in blind people. The subjects were 20 students in grade 3 were studied in Social Institution Bina Netra Yogyakarta. The research data were revealed by documentation of mobility and orientation skills and Achievement Motivavtion scale. From the data analysis using Pearson product moment correlation result a coefficient of 0.764 with p: 0.000 (p 0.01). Results of the data analysis means that hypotheses are accepted, which means that there is a positive relationship between mobility and orientation skills and achievement motivation in blind people. The higher the orientation and mobility skills, the higher the archievement motivation. Orientation and mobility skills contributes to achievement motivation amounted to 58.4 percent, which means that the remaining balance of 41.6 percent achievement motivation is determined by other factors."
Yogyakarta: Pusat Layanan Difabel (PLD), 2015
370 JDSI 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prasilia Oktika Sari
"Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) Provinsi DKI Jakarta memiliki strategi-strategi yang dilakukan untuk dapat melakukan pengembangan prestasi atlet sesuaii dengan manajemen talenta yang ada. Pengembangan prestasi atlet dilakukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga secara nasional dan Dinas Pemuda dan Olahraga secara regional sesuai dengan wilayah masing-masing, para pelajar akan mendapatkan pembinaan secara intensif untuk dapat menjadi atlet profesional dan diwaktu yang bersamaan mereka tetap menjalankan kewajibannya sebagai pelajar. Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu akademi elit di Indonesia yang membina para pelajar untuk bisa berprestasi dan menjadi atlet profesional, atlet pelajar tersebut akan mengikuti kejuaraan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS). Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) Provinsi DKI Jakarta dalam Pengembangan Prestasi Atlet melalui Manajemen Talenta menggunakan teori manajemen talenta The Talent Management Handbook oleh Berger&Berger. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-positivist, teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam sebagai data primer dan studi literatur sebagai data sekunder, serta analisis yang digunakan bersifat kualitatif. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa pelaksanaan strategi Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar Provinsi DKI Jakarta dalam pengembangan atlet sudah dapat dikatakan berjalan dengan baik, namun masih terdapat pula beberapa hal yang harus ditingkatkan dan ditinjau kembali agar mendapatkan hasil yang lebih optimal.

The DKI Jakarta Province Student Sports Training Center (PPOP) has strategies that are carried out to be able to develop athlete achievements in accordance with existing talent management. The development of athletes' achievements is carried out by the Ministry of Youth and Sports nationally and the Youth and Sports Office regionally in accordance with their respective regions, students will get intensive coaching to be able to become professional athletes and at the same time they continue to carry out their obligations as students. The DKI Jakarta Province Student Sports Training Center (PPOP) is one of the elite academies in Indonesia that fosters students to excel and become professional athletes, these student athletes will take part in the National Student Sports Week (POPNAS) championship. Therefore, this study aims to determine how the DKI Jakarta Provincial Student Sports Training Center (PPOP) Strategy in Developing Athlete Achievement through Talent Management using the talent management theory The Talent Management Handbook by Berger&Berger. The method used in this research is post-positivist, data collection techniques with in-depth interviews as primary data and literature studies as secondary data, and the analysis used is qualitative. The results of this study found that the implementation of the DKI Jakarta Provincial Student Sports Training Center strategy in developing athletes can be said to be running well, but there are still some things that must be improved and reviewed in order to get more optimal results."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosy Retno Yulianti
"Ketercapain kompetensi preceptorship dalam pelayanan keperawatan, merupakan ketercapaian yang harus dipenuhi dalam rangka pendampingan perawat baru di Rumah sakit, Banyaknya kompetensi yang dicapai dapat berpotensi timbulnya beban kerja mental yang dialami oleh preceptor pada kegiatan Preseptorship. Metode penelitian ini, menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Cross-sectional. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel 167 responden Rumah sakit X Bogor. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dengan CI 95%, menunjukan hasil bahwa, terdapat hubungan signifikan antara effort and physical demand (p-value 0.048), temporal demand (p-value 0.005) dan peformance (p-value 0.033), ketercapaian kompetensi perceptorship. Pentingnya manajemen beban kerja mental pada program preceptorship, merupakan upaya dalam mencegah dan menurunkan terjadinya beban kerja mental yang dialami pada kegiatan preceptorship di Rumah sakit.

The achievement of preceptorship competence in nursing services is an achievement that must be met in the context of assisting new nurses in hospitals. The number of competencies achieved can potentially cause a mental workload experienced by preceptors in Preceptorship activities. This research method used usesa quantitative approach with a cross-sectional design. Sampling with totalsampling technique with a total sample of 167 respondents Hospital X Bogor. The results of the study using the chi-square test with 95% CI, showed that there was a significant relationship between effort and physical demand (p-value 0.003), temporal demand (p-value 0.031) and performance (p-value 0.011), competency achievement. perceptorship. The importance of mental workload management in the preceptorship program is an effort to prevent and reduce the mental workload experienced in preceptorship activities in hospitals"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indro Adinugroho
"Sebagai Presiden ke-6 dan elit partai, Susilo Bambang Yudhoyono, atau yang dikenal dengan nama SBY, memiliki cara yang unik untuk mengekspresikan perasaannya, yaitu dengan bermusik dan menulis lagu. Selama dua periode kepresidenan, empat album dan satu album instrumental telah lahir. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tiga aspek psikologis pada SBY melalui lirik lagunya. Aspek-aspek tersebut adalah emosi, prestasi dan harmoni. Sebanyak 23 lagu yang ditulis oleh SBY dikumpulkan untuk kepentingan analisis. Tiga studi telah dilakukan untuk menganalisis aspek psikologis dalam lirik lagu SBY. Pertama, analisis dengan AK untuk mengidentifikasi valensi dan arousal dalam setiap lagu dengan metode word count. Kedua, analisis ALK untuk mengidentifikasi valensi dan arousal di setiap lagu dengan penilaian manusia. Ketiga, dengan melibatkan expert untuk menilai kata yang paling sering muncul pada lagu SBY. Studi menunjukkan selama tahun 2006 hingga 2014, album lagu SBY memiliki muatan valensi positif yang konstan dan peningkatan level arousal. Selain itu, analisis EJ menunjukkan bahwa kata dominan menggambarkan aspek prestasi dan harmoni.

As the 6th Indonesian President and party's elite, Susilo Bambang Yudhoyono, also known SBY, has unique way to express his feeling, by playing music and writing songs lyrics. For over two presidency periods, four albums and one instrumental album has been produced. This study aims to identify three psychological aspects on SBY through his songs lyrics. Those aspects are emotion; achievement and harmony. For over 23 songs written by SBY has been collected for analyzing purposes. Three studies have conducted to analyze psychological aspects from SBY's lyrics. The first is AK (Algoritma Kata) to identify valence and arousal in every song using word count method. Second is ALK (Analisis Lirik Keseluruhan), to identify valence and arousal in every song using human evaluation. The third is by using expert judgment (EJ) to analyze dominant words that emerges in all lyrics. Current study shows that from 2006 to 2014 SBY's song albums contain constant positive valence and increase in the level of arousal. Beside that, EJ method shows that dominant words represent achievement and harmony.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T28165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>