Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1768 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjondro Sulistiorini
"ABSTRAK
Pemberian MP-ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sampai saat ini belum diperoleh informasi mengenai pemberian MP-ASI dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kecamatan Pulogadung, Kotamadya Jakarta Timur.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang pemberian MP-ASI pada bayi yang berusia 4-12 bulan serta faktor dominan dari karakteristik ibu yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang dipergunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu dari bayi usia 4-12 bulan, yang pada saat pengumpulan data berdomisili di Kecamatan Pulogadung, Kotamadya Jakarta Timur. Jumlah sampel 248 orang dengan metode pengambilan sampel random sampling secara bertingkat.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat praktek pemberian MP-ASI yang terlalu dini. Praktek pemberian NIPASI tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan gizi dan pekerjaan ibu. Pengetahuan gizi merupakan variabel antara yang menghubungkan beberapa variabel babas dengan praktek pemberian MP-ASI.
Tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi yang berasal dari MP-ASI masih kurang mencukupi. Secara umum pengetahuan gizi muncul sebagai fakfor penentu dari tingkat konsumsi zat gizi tersebut, kecuali energi. Tetapi pada saat terjadi infeksi, pengaruh pengetahuan gizi terhadap tingkat konsumsi berkurang.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan gizi memiliki peranan panting dalam mempengaruhi praktek pemberian MP-ASI. Serdasarkan kesimpulan tersebut disarankan untuk meningkatkan pengetahuan gizi ibu, yang meliputi jenis dan lumlah bahan pangan yang tepat untuk diberikan sebagai MP-ASI serta usia yang tepat bagi pengenalan jenis-jenis MP-ASI."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysia N. Ismanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melihat perbedaan perkembangan kemampuan bahasa dan kemampuan sosial dari anak-anak usia prasekolah yang selama ibunya bekerja dititipkan di Tempat Penitipan Anak atau tidak dititipkan di Tempat Penitipan Anak tetapi dimasukkan ke Kelompok Bermain yang pada saat penelitian ini dilakukan baru belajar selama dua bulan. Pemilihan pokok permasalahan dengan memilih anak dari ibu yang bekerja, dilandasi dari adanya pemikiran bahwa pada saat ini jumlah ibu bekerja di Indonesia semakin meningkat, sedangkan pada sisi yang lain, kualitas tumbuh kembang anak usia prasekolah (balita) sangat menentukan kualitas anak tersebut di masa mendatang. Dapat dikatakan bahwa masa balita (usia prasekolah) adalah masa terpenting dalam perkembangan hidup seorang anak.
Penelitian dilakukan di Jakarta, tahun 1992 dengan melibatkan 76 anak usia prasekolah yang berusia 3 - 4 tahun dengan perincian: 38 orang anak dititipkan di Tempat Penitipan Anak Bina Balita Mitra, Sasana Balita Mekar, Taman Harapan Ibu dan 38 orang lainnya yang tidak dititipkan di Tempat Penitipan Anak. Ibu bekerja dari anak-anak tersebut yang berjumlah 76 orang juga menjadi subyek penelitian.
Disain penelitian yang dipilih adalah Ex Post Facto, dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Random Sampling.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa/ komunikasi anak usia prasekolah adalah modifikasi dari Primary Progressive Assessment Chart (P-PAC) dan Pro gressive Assessment Chart I (PAC I). Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan sosial anak berupa rating scale yang diadaptasi dari Primary Progressive Assessment Chart (P-PAC) dan Progressive Assessment Chart I (PAC I). Sedangkan untuk menilai sikap ibu terhadap pekerjaan, digunakan alat ukur dalam bentuk "semantic scale" dan disusun berdasarkan aspek-aspek yang dihadapi dalam pekerjaan sesuai dengan pendapat Baruch, Barnett dan Rivers. Untuk menilai persepsi ibu terhadap perannya sebagai pendidik anak, digunakan instrumen yang berbentuk "semantic scale" dan merupakan adaptasi dari teori yang dikemukakan Duvall dan Clarke-Stewart.
Teknik analisis data menggunakan teknik ANOVA untuk melihat perbedaan kemampuan Bahasa anak yang dititipkan di Tempat Penitipan Anak dengan yang tidak dititipkan, serta untuk melihat perbedaan kemampuan sosialnya.
Sedangkan teknik korelasi Product Moment dari Pearson digunakan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara: sikap ibu terhadap pekerjaan dengan kemampuan bahasa anak usia prasekolah, sikap ibu terhadap pekerjaan dengan kemampuan sosial anak usia prasekolah, persepsi ibu terhadap perannya sebagai pendidik anak dengan kemampuan bahasa anak usia prasekolah, persepsi ibu terhadap perannya sebagai pendidik anak dengan kemampuan sosial anak usia prasekolah, sikap ibu terhadap pekerjaan dengan persepsi ibu terhadap perannya sebagai pendidik anak, kemampuan bahasa dengan kemampuan sosial anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbedaan yang bermakna dalam kemampuan bahasa anak yang dititipkan di Tempat Penitipan Anak dengan yang dimasukkan ke Kelompok Bermain, dengan kemampuan bahasa anak yang dititipkan di Tempat Penitipan Anak lebih tinggi dari kemampuan bahasa anak yang tidak dititipkan di Tempat Penitipan Anak. Begitu juga dengan kemampuan sosialnya. Kemampuan sosial anak yang dititipkan di Tempat Penitipan Anak lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak dititipkan di Tempat Penitipan Anak.
Hubungan antara sikap ibu terhadap pekerjaan dengan kemampuan bahasa dan kemampuan sosial anak tidak terbukti secara signifikan dalam penelitian. Demikian juga hubungan antara persepsi ibu terhadap perannya sebagai pendidik anak dengan kemampuan bahasa dan sosial anak, tidak terbukti secara signifikan.
Korelasi positif dan signifikan diperoleh pada hubungan antara sikap ibu terhadap pekerjaan dan persepsinya terhadap pendidikan anak.
Dari penelitian juga didapat hasil bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara kemampuan berbahasa anak usia prasekolah dengan kemampuan sosialnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa hal yang menarik untuk didiskusikan lebih lanjut, antara lain bahwa anak usia prasekolah yang dititipkan di Tempat Penitipan Anak memiliki kemampuan yang lebih baik daripada anak seusianya yang hanya diasuh di rumah dan dimasukkan ke Kelompok Bermain selama ibu bekerja. Ini disebabkan karena adanya program pendidikan yang terarah, teratur sesuai dengan kebutuhan anak yang telah disusun di Tempat Penitipan Anak.
Tidak ditemukannya signifikansi keterkaitan sikap ibu terhadap pekerjaannya dengan Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Prasekolah khususnya dengan kemampuan anak usia prasekolah baik kemampuan bahasa, maupun kemampuan sosial anak, ternyata lebih dipengaruhi oleh positif tidaknya sikap ibu terhadap pekerjaannya, dan berhubungan dengan kepuasan yang diperolehnya dalam pekerjaannya. Seorang ibu yang merasa puas dapat mempertahankan kualitas pengasuhannya.
Diskusi mengenai tidak didapatnya keterkaitan antara sikap ibu terhadap perannya sebagai pendidik/pengasuh anak dengan aspek-aspek perkembangan anak usia prasekolah adalah bahwa proses perkembangan anak usia prasekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di antaranya bahwa anak-anak tersebut mengikuti program-program prasekolah yaitu dititipkan di Tempat Penitipan Anak atau masuk ke Kelompok Bermain sebanyak tiga kali dalam seminggu selama ibu bekerja.
Keterkaitan antara sikap ibu terhadap pekerjaannya dengan sikap/ persepsi ibu terhadap perannya sebagai pendidik/ pengasuh anak memperkuat pemahaman akan kebenaran teori bahwa ibu yang mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya cenderung memiliki keadaan emosi yang stabil dan konsep diri yang lebih baik, sehingga dapat melakukan hubungan yang lebih hangat dengan anak-anaknya serta tanggapterhadap kebutuhan-kebutuhan anaknya.
Adanya hubungan yang bermakna antara kemampuan bahasa dan kemampuan sosial anak terlihat dalam penelitian ini. Dengan demikian makin diperkuatlah pemahaman teori Vygotsky yang dikutip Tough (1984) bahwa bahasa anak pada dasarnya bersifat sosial, karena bahasa berkembang dalam interaksi antara anak dengan orang lain.
Akhirnya dalam penelitian ini juga diberikan beberapa saran yang berguna bagi penelitian sejenis di masa mendatang. Saran antara lain adalah pada segi penyusunan instrumen yang baku mengenai Ibu bekerja dan berbagai aspek yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak balita (usia prasekolah). Perlu juga dilakukan penelitian sejenis dengan memperluas variabel penelitian. Untuk lebih menyempurnakan hasil dan kegunaan penelitian, khususnya dalam kaitannya dengan ibu pengganti, maka perlu dilakukan penelitian dengan melibatkan kelompok anak usia prasekolah yang hanya tinggal di rumah bersama ibu pengganti dan tidak dimasukkan ke salah satu institusi tertentu."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamosey, Welly E.
"Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi negara sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masalah kesehatan pada golongan anak bawah lima tahun (balita). Pada golongan anak balita ini angka kematian dan kesakitan masih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan masih rendah. Di negara-negara maju atau industri angka kematian bayi (0-1 tahun) rata-rata 5/1000/tahun, sedangkan di negara-negara sedang berkembang rata-rata 50/1000/tahun (Morley, 1879:1). Di Indonesia khususnya, pada tahun 1983 angka kematian bayi masih sekitar 90,3/1000/tahun (Depkes RI, 1987: 30), sedangkan angka kematian anak balita (1-5 tahun) masih sekitar 40/1000/tahun (Ditjen P2MPLP Depkes RI, 1984:20).
Pada tahun 2000 ditargetkan angka kematian bayi dapat ditekan menjadi 40/1000/tahun, dan angka kematian balita menjadi 20/1000/tahun (SKN Depkes RI, 1982:19). Jumlah angka kematian yang masih tinggi tersebut di atas tidak merata disetiap daerah di Indonesia. Di propinsi Jawa Barat pada tahun 1980 angka kematian bayi 129/1000/tahun, di propinsi Sulawesi Utara 83/1000/tahun. Daerah yang paling tinggi angka kematian bayi adalah propinsi NTB yaitu 187/1000/tahun, sedangkan yang paling rendah adalah Yogyakarta (Adhyatma, 1986 ; Munir, 1986:5).
Tingginya angka kematian bayi dan balita tersebut terutama disebabkan oleh tingginya prevalensi penyakit diare, infeksi saluran pernapasan (ISP), penyakit menular dan gangguan gizi (Munir, 1986:5 ; Morley, 1979:1). Dari jenis penyakit di atas, penyebab angka kematian paling tinggi adalah penyakit diare, kurang lebih 25 % (Morley, 1979:203). Khususnya angka kesakitan penyakit diare yaitu 200-400/1000/ tahun. Angka kesakitan penyakit diare tersebut bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia sekarang ini, maka rata-rata dalam setahun dapat ditemukan kurang lebih 40 juta kejadian penyakit diare/tahun. Dari 40 juta penderita diare ini, yang, meninggal kurang lebih 350.000/tahun jen P2MPLP Depkes RI, 1984:21). Untuk penyakit campak, diperkirakan 90 % dari semua anak pernah terserang. Angka kematian yang disebabkan penyakit campak ini kurang lebih 4,7 % dari jumlah bayi dan balita yang ada (Morley, 1979: 254), sedangkan penyakit malnutrisi menunjukkan bahwa kurang lebih 25 % dari semua kelahiran bayi, berat badannya di bawah 2,5 kg, sehingga menyebabkan tingginya angka kematian perinatal dan neonatal (Morley, 1979:190).
Untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut di atas beberapa program telah diterapkan seperti pembangunan sarana kesehatan (puskesmas, klinik, rumah sakit), penyediaan obat-obatan, tenaga medis (dokter, bidan, paramedik) dan lain-lain. Dari program-program tersebut masih banyak yang belum mencapai sasaran yang diharapkan karena adanya berbagai hambatan. Hambatan atau kegagalan tersebut sebagaimana yang dikemukakan Foster karena dalam perencanaan dan pelaksanaan program kurang memperhatikan dengan saksama karateristik-karateristik sosial, budaya dan psikologis dari kelompok yang menjadi sasaran atau recipient (Kalangie, 1987: 207). Hal ini menunjukkan bahwa faktor sosial budaya masyarakat perlu diperhatikan dalam penyusunan dan pelaksanaan program. Namun demikian bukan berarti bahwa bagi pelaksana program (provider) tidak terdapat masalah, seperti juga yang dikemukakan oleh Foster dalam kutipan tersebut di atas.
Dalam inovasi kesehatan banyak kesulitan yang dihadapi terutama pada masyarakat tradisional. Pada masyarakat ini, sistem medis tradisional telah lama tertanam dalam kognisi mereka sehingga sulit menerima sistem medis baru (modern). Penerimaan dan perubahan unsur-unsur sistem medis baru dapat terjadi secara perlahan-lahan dan memerlukan waktu yang relatif lama melalui program komunikasi terencana."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Irawati Ismail
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Liman
"Telah dilakukan penelitian tentang manfaat dari pemeriksaan Tomografi komputer untuk mendeteksi hidrosefalus anak pada stadium dini. Penelitian dilakukan di bagian Radiology RSCM periode 1 Januari 1988 sampai 31 Desember 1990, terdapat sejumlah 83 penderita yang dilakukan distribusi menurut umur 0-12 tahun, jenis kelamin, jenis hidrosefalus, letak sumbatan, penyebab sumbatan dan derajat hidrosefalus.
Dari 62 penderita yang dapat diukur derajatnya, dilakukan penelitian statistik hubungan korelasi dan regresi dengan pengukuran kepala dari skanogram Tomografi komputer ( yang telah dilakukan konversi). Ternyata ukuran biparietal, anteroposterior, tinggi I dan tinggi II berhubungan bermakna dengan derajat hidrosefalus. Untuk umur di bawah 2 tahun, diameter anteroposterior paling baik untuk mendeteksi hidrosefalus dini dengan batas terbawah sebesar mean dari standar Schmid, sedangkan untuk umur 2 sampai 12 tahun diameter tinggi I merupakan yang terbaik dengan batas terbawah sebesar mean dikurangi satu standar deviasi.

The use of Computed tomography had been discussed for the detection of hydrocephalus in children in the department of Radiology, University of Indonesia, Cipto Mangunkusumo Hospital in the period of January 1988 till December 1990 recently.
There were 83 patients that had been distributed into age from 0 till twelve years old, sex distribution, type of hydrocephalus, site of obstruction, cause of obstruction and the grading of hydrocephalus.
Grading of hydrocephalus had been detected in 62 patients and correlated with statistical study with the head measurement from the tomographic scannogram that had been conversed primarily. It was showed that biparietal, anteroposterior, and cephalocaudal diameter had correlated with the grading.
For the age of under 2 years old, the anteroposterior diameter got very highly correlation to detect early stage of hydrocephalus with the limit above the normal Schmid standard, and for 2 years till twelve years old, the cephalocaudal diameter ( measure from tuberculum of cella to the point of junction between sagital and coronal suture ) was very dependable with the limit above the normal Schmid minus one standard deviation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boston: McGRaw-Hill, 2006
155.4 CHI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chodidjah
2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Herdianti
"Perkawinan campuran yang dilaksanakan di Indonesia akan sah apabila mengikuti aturan dalam Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan serta ketentuan-ketentuan dalam peraturan pelaksanaanya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Bagaimana status/kedudukan anak yang dilahirkan dalam perkawinan campuran berdasarkan Undang-Undang Perkawinan. Akibat hukum apa yang akan terjadi pada anak yang lahir dari perkawinan campuran apabila hubungan kedua orang tuanya berakhir dengan perceraian.
Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif. Jenis data yang digunakan data sekunder. Metode analisis penelitian adalah metode kualitatif sehingga menghasilkan data yang evaluatif analisis.
Sahnya suatu perkawinan akan mengakibatkan anak yang lahir dalam atau sebagai akibat dari perkawinan tersebut juga menjadi anak yang sah. Perceraian pada perkawinan campuran yang dilaksanakan menurut Undang-Undang Perkawinan, mengikuti ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Perkawinan serta ketentuan-ketentuan dalam peraturan pelaksanaannya. Akibat perceraian pada perkawinan campuran, selain menyangkut masalah hubungan terhadap istri/suami dan harta bersama, juga menyangkut masalah pengasuhan anak, di mana hukum anak yang dilahirkan dari atau dalam perkawinan campuran akan mengikuti hukum kewarganegaraan ayahnya.
Akibat hukum putusnya perkawinan karena perceraian pada kedua orang tua tidak mengakibatkan berakhirnya kekuasaan orang tua tapi menimbulkan pengasuhan terhadap anak. Pengaturan dan penerapan di bidang perkawinan khususnya masalah pengasuhan anak apabila terjadi perceraian pada perkawinan campuran harus dibuat lebih sempurna lagi yang tidak memberatkan pihak ibu apabila hak pengasuhannya berada di tangan ibu. Pengetahuan para penegak hukum di lembaga-lembaga peradilan khususnya peradilan agama harus lebih ditingkatkan lagi sehingga para hakim dapat menciptakan temuan hukum yang dalam penerapannya tidak akan mendapatkan kesulitan apabila terjadi perkawinan antara mereka yang berbeda kewarganegaraan."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
T16326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzi
"Di Indonesia fenomena anak yang dilacurkan yang berusia antara 14 tahun sampai dengan 18 tahun yang terlibat dalam kegiatan eksploitasi seksual komersil anak mencapai 30% dari total pekerja seks komersil. Artinya dari jumlah total anak di dunia yang berjumlah 1,7 juta jiwa, 70.000 jiwa adalah anak Indonesia yang terlibat dalam kegitan eksploitasi seksual komersil anak.
Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada masalah anak yang dilacurkan dari perspektif hukum perlindungan anak, hal ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap anak yang dilacurkan yang terlibat sebagai pekerja seks komersil anak, untuk mengetahui implementasi ketentuan hukum dalam melindungi anak yang dilacurkan, dan untuk mengetahui kendala dalam mengimplementasikan ketentuan hukum dalam melindungi anak yang dilacurkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah hukum normatif dimana analisa dilakukan dengan cara kualitatif, analisa kualitatif dilakukan dengan tehnik pengumpulan data yang mengharuskan si peneliti melibatkan diri dalmn kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara dan observasi terhadap 10 orang anak yang dilacurkan dan lembaga pemerintah dan non pemerintah yang bergerak di bidang perlindungan anak, sedangkan data sekunder diperoleh dari peraturan perundang-undangan dan konvensi internasional serta tulisan lainnya di bidang anak yang dilacurkan dalam perspektif hukum pelindungan anak yang diperoleh dari studi pustaka di berbagai perpustakaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlindungan hukum terhadap anak yang dilacurkan-ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Deklarasi Stockholm Tahun 1996, Deklarasi Yokohama Tahun 2001, Komitmen Regional dan Rencana Aksi Kawasan Wilayah Asia Timur dan Pasifik Menentang Eksploitasi Seksual Komersil Anak Tahun 2001, Konvesi Hak Anak, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Kovensi ILO 182. Adapun implementasi dari ketentuan hukum dalam melindungi anak yang dilacurkan ialah dengan menggunakan istrumen perlindungan hukum dengan rencana aksi nasional penghapusan eksploitasi seksual komersil anak (RAN PESKA), pembentukan gugus tugas rencana aksi nasional penghapusan eksploitasi seksual komersil anak (RAN PESKA), dan pembentukan ruang pemeriksaan khusus bagi korban kekerasan terhadap anak oleh POLDA Metropolitan Jakarta Raya.
Kesimpulan dari penelitian ini ialah (a) aturan hukum dalam melindungi anak yang dilacurkan tidak diimplementasikan dengan baik, sehingga fenomena anak yang dilacurkan terus meningkat jumlahnya terus meningkat. (b) Implementasi peraturan dilapangan tidak maksimal, karena implementasi perlindungan terhadap anak yang dilacurkan tidak berjalan dengan baik. (C) kendala dalam mengimplomentasikan ketentuan hukum bagi anak yang dilacurkan ialah kurangnnya kerjasama dan masalah keterbatasan dana membuat penanggulangan raasalah anak yang dilacurkan belum menjadi prioritas utama bagi pemerintah, akibatnya pemahaman konsep-konsep mengenai penaggulangan anak yang dilacurkan hanya dipahami oleh pemerintah pusat saja tidak sampai ke daerah-daerah."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soepardi Soedibyo
"Anak usia sekolah 6-12 tahun, di kota besar mempunyai aktivitas flsik yang kurang dan gaya hidup yang santai. Fast food dan soft drink yang dikonsumsi mengandung kalori dan protein tinggi berasal dari protein dan karbohidrat. Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak terutama aspek psikososial. Faktor yang turut berperan mendukung terjadinya obesitas pada anak adalah keadaan sosial ekonomi, perilaku dan gaya hidup serta pola makan. Dilakukan penelitian deskriptif analitik secara seksi silang pada murid sekolah dasar di Jakarta, utituk mengidentifikasi faktor yang berperan pada obesitas anak usia sekolah. (Med 3 Indones 2006; 15:43-54).

School-aged children of 6-12 year old in big cities have less physical activities and relax life style. Fast food and soft drink consumed contain high calorie and protein of protein and carbohydrate sources. Obesity has impact on children's growth and development especially on psychosocial aspect. The factors that play a role in supporting the obesity occurrence in children include socio-economic condition, behavior and life style and diet. A cross sectional descriptive -analytic study was conducted on elementary school students in Jakarta, to identify factors that play roles on obesity of school-aged children. (Med J Indones 2006; 15:43-54)."
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 15 (1) January-March 2006: 43-54, 2006
MJIN-15-1-JanMarch2006-43
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>