Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahroh Shaluhiyah
"Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten dengan peningkatan kasus HIV/AIDS cukup tajam dibandingkan kabupaten lain di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stigma masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan faktor yang memengaruhinya. Penelitian explanatory ini dilakukan melalui pendekatan studi potong lintang dengan sampel berjumlah 300 kepala keluarga yang dipilih menggunakan sampel acak proporsional pada tiga kelurahan dengan kasus HIV tertinggi selama Agustus - September 2014. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur. Sedangkan analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan kai kuadrat, dan multivariat menggunakan regresi logistik. Sebagian besar responden adalah laki-laki dengan tingkat pendidikan terbanyak sekolah menengah atas ke bawah. Separuh responden masih memberikan stigma terhadap ODHA. Responden dengan keluarga yang memberikan stigma memiliki kemungkinan memberikan stigma terhadap ODHA empat kali lebih besar dibandingkan responden yang keluarganya tidak memberikan stigma. Demikian juga responden yang berpersepsi negatif terhadap ODHA memiliki kemungkinan memberikan stigma dua kali lebih besar dibandingkan yang berpersepsi positif. Faktor sikap tetangga dan tokoh masyarakat terhadap ODHA juga berhubungan signifikan dengan stigma responden terhadap ODHA. Kesimpulannya adalah sikap keluarga dan persepsi responden terhadap ODHA merupakan faktor yang berpengaruh pada munculnya stigma terhadap ODHA sehingga disarankan adanya pemberian informasi tentang HIV/AIDS yang lengkap kepada keluarga dan masyarakat untuk menurunkan atau menghilangkan stigma.

Grobogan District is a district with a sharp increasing of HIV/AIDS case compared to other districts over Central Java. This study aimed to identify public stigma to people living with HIV/AIDS (PLWHA) and influencing factors. This explanatory study was conducted using cross sectional design worth 300 family head samples selected by using proportional random sampling on three subdistricts with highest HIV case within August - September 2014. Data collecting was conducted through face-to-face interview using structured questionnaire. Meanwhile, data analysis was conducted in univariate, bivariate using chi square and multivariate using logistic regression. Most respondents were men whose education level was mostly high school to the bottom level. Half of respondents were still stigmatizing PLWHA. Respondents whose families stigmatized had possibility of stigmatizing four times bigger than respondents whose families did not. Similarly, respondents holding negative perceptions toward PLWHA had possibility of stigmatizing twice bigger than those holding positive perceptions. Attitude ofneighbors and public figures toward PLWHAalso significantly related to respondent's stigma to PLWHA. To sum up, family attitude and respondent's perception to PLWHA were influencing factors of emerging stigma toward PLWHA. Therefore, it suggested that providing families and public any complete information about HIV/AIDS may decrease or remove the stigma."
Universitas Diponegoro, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Magister Promosi Kesehatan, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sariffuddin
"Hakikat pembangunan berkelanjutan merupakan peningkatan kualitas hidup manusia dan menjamin keberlanjutannya.
Dewasa ini, pembangunan kota hanya menitikberatkan perubahan lingkungan dan tidak membangun manusia yang
menempatinya. Bahkan, perkembangan kota-kota Indonesia cenderung mengikuti mekanisme pasar, seperti
permukiman di Kelurahan Terboyo Wetan Kecamatan Genuk, Semarang. Permukiman ini berkembang sejak
beroperasinya zona industri Genuk pada tahun 1980-an. Awalnya, permukiman ini merupakan perkampungan nelayan
yang masyarakatnya menggantungkan hidupnya pada laut. Industrialisasi besar-besaran telah mengubah kondisi
kehidupan masyarakat. Untuk menelusuri lebih mendalam, penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu (1) memahami
kesejahteraan masyarakat, (2) memahami preferensi masyarakat terhadap kesejahteraan, dan (3) memahami seberapa
besar kemampuan kesejahteraan masyarakat untuk mendukung permukiman yang berkelanjutan. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dan membuktikan hipotesis dengan realitas di lapangan. Temuan studi menunjukkan
permukiman Terboyo Wetan rawan tidak berlanjut. Menurut penilaian objektif, dari 5 aspek kualitas hidup menurut
pemahaman human settlement hanya satu aspek yang mendukung, yaitu society. Keempat aspek lainnya (man, nature,
shells, dan network) tidak mendukungnya. Begitupula cara pandang warga yang bersifat antroposentris berdampak pada
perilaku kurang ramah lingkungan. Ini tercermin dari makna kesejahteraan menurut warga, yaitu pemenuhan kebutuhan
dasar dalam lingkup ekonomi dan belum memikirkan aspek lingkungan hidup. Bahkan, beberapa warga menganggap
kondisi lingkungan yang terpuruk merupakan konsekuensi permukiman pesisir.
The essence on sustainable development is to have human life quality improvement and assure their sustainability.
Today, the development of city is only focused in environmental changes without deeply developing the human who
dwells it. Even, such cities in Indonesia tends to follow market mechanism as also like the settlement on Terboyo Wetan
sub district, district of Genuk, Semarang City. The settlement has been developed since its opening as an industrial zone
of Genuk in 1980s. The settlement, initially was fishermen settlement, where the society has enlivens their life from the
sea. The enormously industrialization has changed the society living condition. To explore intensively, this observation
has three aims, as follows: (1) the understanding residents welfare of the society, (2) understanding residents preference
toward residents welfare, and (3) understanding on capability of the society to support sustainability of the settlement.
This research was using qualitative method and improving hypothesis by reality on the field. Study finding revealed that
the settlement of fragile Terboyo Wetan is not in continuous form. Based on objective assessment, from 5 quality of life
aspect according to human settlement understanding, there is only 1 aspect supported, which is society while the other
four aspects (man, nature, shells and network) are not properly supporting. Indeed, the, which anthropocentris, created
unfriendly behaviors toward their environment. It is reflected by the meaning of residents welfare according to the
society as such basic need fulfillments in economics scopes instead of as vastly for environmental living aspect. Hence
some of them assumed that the condition of environmental degradation is a normal consequence for terrestrial settlement."
Universitas Diponegoro. Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hardi Warsono
"Abstract. Cooperation among neighbouring region is commonly termed regional cooperation. Inter-region cooperation in the study of public administration is categorized as public management especially intergovernmental management. Inter-region cooperation in Indonesia has been for a long time trying to find its form. However, in the middle of its process, the implementer is trapped in doubt. The paper aims to trace the institutional form and its problem in the neighbouring region cooperation. The research is done through literature study, observation on inter-region cooperation especially in the central Java and some facilitation done by the writer in the several regions in Indonesia. There are two forms of referred institution which is developed on the basis of this networking pattern; they are intergovernmental relation (IGR) and intergovernmental management (IGM). In the mean time, the governmental support on inter-region cooperation which is supposed to form collaboration is hampered by the inconsistency of regulation which is issued by several parties (ministries) in the central government.
Abstrak. Kerjasama antar daerah yang berdekatan biasa disebut kerjasama regional. Kerjasama antar daerah dalam kajian administrasi publik masuk dalam kategori manajemen publik, khususnya intergovernmental management. Kerjasama antar daerah di Indonesia, telah lama mencari bentuk, namun dalam perjalanannya terjebak pada keraguan para pelaksananya. Tulisan ini bertujuan merunut bentuk kelembagaan dan permasalahannya dalam kerjasama antar daerah yang berdekatan. Tulisan ini dikembangkan dari kajian literature, pengamatan pada praktek kerjasama antar daerah khususnya di Jawa tengah dan fasilitasi yang dilakukan oleh penulis di beberapa daerah di Indonesia. Terdapat dua bentuk kelembagaan rujukan yang dikembangkan atas dasar pola networking ini, adalah Intergovermental relation (IGR) dan intergovernmental management (IGM). Sementara itu, dorongan pemerintah untuk kerjasama antar daerah yang mestinya membentuk kolaborasi terhambat sendiri oleh inkonsistensi kebijakan yang dikeluarkan oleh berbagai pihak (kementerian) di pemerintah pusat."
Departement of Public Administration, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Diponegoro, 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Handayani
"Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bertujuan memahami berbagai pengalaman Injecting Drug User Living with HIV/AIDS (ILWHA) dalam menjalani terapi antiretroviral (ARV) saat terapi rumatan metadon. Partisipan berjumlah 6 orang yang dipilih dengan purposive sampling. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan analisis menggunakan metode "Colaizzi's".
Penelitian menyimpulkan setiap ILWHA mengalami kebugaran dan lebih fungsional dalam hidup. Terdapat berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan yaitu pelayanan yang terintegrasi antara ARV dan metadon, informasi penanggulangan efek ARV dan gizi serta informasi HIV, ARV dan metadon bagi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, perawat konselor ARV perlu memahami beban fisik, psikologis, dan sosial serta kedinamisan ILWHA dalam terapi ARV saat terapi rumatan metadon selain itu juga perlu mengidentifikasi dan mengembangkan lebih lanjut kebutuhan pelayanan kesehatan pada ILWHA.

The research is qualitative research with phenomenology approach aimed at understanding the various experiences Injecting Drug Users Living with HIV/AIDS (ILWHA) in antiretroviral (ARV) therapy during methadone maintenance therapy. Participants to taled six people chosen by purposive sampling. Collecting data by in-depth interviews and analysis using the method“Colaizzi’s”. Research concluded were every ILWHA fitness experienced and more functional in life. There were a variety ofhealth care needs of an integrated service between ARVs and methadone, information handling and nutrition and ARV effects of HIV information, ARV and metadon for the community. Based on this, nurses need to understand the burden of ARV counselor physical, psychological, and social development and dynamism ILWHA in ARV therapy during methadone maintenance therapy but it also needs to identify and develop further the need for health services in ILWHA."
Depok: Universitas Diponegoro. Fakultas Kedokteran ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 UI-JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Evin Novianti
"Anak usia sekolah yang belum mampu mengolah masalahnya dengan tepat, rentan berperilaku emosional. Tujuan penelitian memperoleh gambaran pengaruh terapi kelompok Assertiveness Training (AT) terhadap kemampuan komunikasi ibu mengelola emosi anak usia sekolah. Sampel pada kelompok intervensi dan kontrol masing-masing 32 orang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi asertif ibu pada kelompok yang mendapat AT meningkat secara bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Pada kelompook ibu yang tidak mendapat AT, kemampuan komunikasi ibu menurun secara bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Kemampuan anak mengelola emosi meningkat bermakna (p< 0,05; α= 0,05) yang ibunya mengikuti AT, sedangkan pada kelompok yang ibunya tidak mendapat AT menurun bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Terapi ini direkomendasikan pada pelayanan kesehatan di masyarakat khususnya anak usia sekolah.

At school age, children may not be able to treat the problem appropriately, behave emotionally vulnerable. The research objective picture of the influence of group therapy get assertiveness training (AT) on the communication skills to manage emotions mothers of school-age children. Samples in the intervention group and the control of each 32 people. The results showed an increase in assertive communication skills mothers in the group receiving AT increased significantly (p<0.05; α=0.05). In kelompook mothers who did not receive AT, communication skills mothers were significantly decreased (p<0.05; α=0.05). Child’s ability to manage emotions increased significantly (p< 0.05; α= 0.05) whose mothers followed the AT, whereas in the group whose mothers did not receive AT decreased significantly (p< 0.05; α= 0.05). This therapy is recommended for health care in the community, especially school-age children."
Depok: Universitas Diponegoro. Fakultas Kedokteran ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 UI-JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rofi`i
"Perencanaan pulang dapat memberikan motivasi untuk mencapai kesembuhan pasien. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perencanaan pulang. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat dan dokumentasi asuhan keperawatan dengan jumlah masing-masing 147dengan purposive sampling dan proporsionate sampling. Analisis riset menggunakan uji Chi Square (signifikansi 5%) dan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor personil perencanaan pulang (p= 0,01; α= 0,05), keterlibatan dan partisipasi (p= 0,021; α= 0,05), komunikasi (p= 0,008; α= 0,05), perjanjian dan konsensus (p= 0,007; α= 0,05) dengan pelaksanaan perencanaan pulang. Faktor yang paling berpengaruh adalah perjanjian dan konsensus (OR= 2,361). Perawat harus mampu untuk menjalin hubungan, komunikasi, membuat kesepakatan dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain.

Discharge planning can provide motivation to achieve patient?s recovery. The research aimed to identify determinant factors of discharge planning implementation. The study design was descriptive correlation with cross-sectional approach. Research sample was nurses and nursing care documentation 147 each with purposive sampling and proportional sampling. Research analysis used Chi square (5% significant) and binary logistic regression test. The result indicated that there was relationship between personnel discharge planning (p= 0.01; α= 0.05), involvement and participation (p= 0.021; α= 0.05), communication (p= 0.008; α= 0.05), agreement and consensus (p= 0.007; α= 0.05) with the discharge planning implementation. The most determinant factor was the agreement and consensus. Nurses should be able to establish network; communicate; making consensus with the patient, family, and other health teams."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 UI-JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 >>