Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53388 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junaidi
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T58286
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahar Salim Saleh Alatas
"Pasca operasi glaukoma dapat ditemukan TIO pasien yang belum terkontrol. Micropulse Laser Trabeculoplasty (MLT) merupakan salah satu jenis laser trabeculoplasty terbaru yang memiliki efikasi hampir serupa dengan laser trabeculoplasty terdahulu, dengan efek samping minimal, dan dapat menjadi terapi alternatif lini pertama pengganti obat anti glaukoma dalam menurunkan TIO. Penelitian ini bertujuan untuk menilai penurunan jumlah obat anti glaukoma dan TIO pasca MLT pada pasien dengan riwayat operasi glaukoma. Penelitian prepost tanpa pembanding (Pre-post study design without control) dilakukan pada 30 mata pasien dengan riwayat operasi glaukoma. Pengukuran TIO dan jumlah obat anti glaukoma dilakukan pada pra MLT, satu jam, satu hari, 2 minggu, 4 minggu, dan 6 minggu pasca MLT. Peningkatan TIO lebih dari sama dengan 5 mmHg pada 1 jam pasca MLT dibandingkan pra MLT hanya didapatkan pada 1 subjek penelitian. Tidak terdapat peningkatan rerata TIO yang bermakna pasca MLT. Jumlah obat anti glaukoma yang digunakan mengalami penurunan pada minggu kedua (p=0,008), minggu keempat (p=0,008), dan minggu keenam (p=0,099) pasca MLT dibandingkan pra MLT. Sebanyak 43,3% subjek mengalami penurunan satu jenis obat anti glaukoma pada 6 minggu pasca MLT dibandingkan pra MLT, dan sebanyak 20% subjek sisanya memiliki jumlah obat anti glaukoma tetap namun TIO berkurang dibandingkan pra MLT.

After glaucoma surgery, patients may still experience uncontrolled Intraocular Pressure (IOP). Micropulse Laser Trabeculoplasty (MLT) is an advanced laser trabeculoplasty technique with efficacy comparable to its predecessors, minimal side effects, and can be used as a primary alternative therapy, replacing anti-glaucoma drugs, for IOP reduction. This study aims to evaluate the decrease in both anti-glaucoma drug usage and IOP after MLT in patients with a history of glaucoma surgery. Conducted as a pre-post study without a control group, the research involved 30 eyes of patients with a glaucoma surgery history. IOP and the number of anti-glaucoma drugs were assessed pre-MLT, one hour, one day, two weeks, four weeks, and six weeks post-MLT. An IOP increase of 5 mmHg or more at 1 hour post-MLT compared to pre-MLT was observed in only one subject. On average, there was no significant IOP increase after MLT. The use of anti-glaucoma drugs decreased in the second week (p=0.008), fourth week (p=0.008), and sixth week (p=0.099) post-MLT compared to pre-MLT. At 6 weeks post-MLT, 43.3% of subjects experienced a reduction in one type of anti-glaucoma drug compared to pre-MLT, while the remaining 20% had a constant number of anti-glaucoma drugs but reduced IOP compared to pre-MLT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Stephanus
"Glaukoma primer merupakan glaukoma yang paling sering muncul, dan trabekulektomi merupakan tatalaksana operatif lini pertamanya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan bagaimana trabekulektomi menurunkan tekanan intraokular pada kedua bentuk glaukoma primer dalam jangka waktu antara 1-6 bulan. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang, yaitu dengan mengambil data sekunder dari rekam medik pasien berupa data pra-intervensi dan pasca intervensi dalam waktu yang sama. Intervensi adalah trabekulektomi. Waktu antara pasca trabekulektomi dengan trabekulektomi dilaksanakan minimal 1 bulan dan maksimal 6 bulan. Peneliti mengambil 90 pasien sebagai sampel, 38 di antaranya adalah pasien POAG dan 52 lainnya pasien PACG. Melalui trabekulektomi, penurunan tekanan intraokular pada PACG lebih besar dibandingkan pada POAG. Namun penurunan tekanan intraokular hasil trabekulektomi pada pasien POAG dibandingkan dengan pasien PACG tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Penelitian selanjutnya membutuhkan tekanan intraokular pra-operasi yang cenderung sama untuk mengetahui hasil yang lebih objektif.

Primary glaucoma is the most common form of glaucoma, and trabeculectomy is the first line for operative management for it. This research is intended to find out the comparison between how trabeculectomy lower intraocular pressure in both kinds of primary glaucoma patients within a short period 1 6 months . This research uses cross sectional design by taking secondary data from glaucoma patients rsquo medical record and seeing the intraocular pressure before and after trabeculectomy at the same time. The time between the post operation data and the operation is a month at minimum and six months at most. Researcher took 90 patients as samples, 38 are POAG patients and the other 52 are PACG patients. The result shows that the intraocular pressure lowering effect trabeculectomy in PACG patients is bigger than in POAG patients. The difference of intraocular pressure lowering effect by trabeculectomy among PACG patients is not significant compared to POAG patients. The upcoming research will need the same pra operation intraocular pressure patients to objectify the results more.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewinta Retno Kurniawardhani
"Perkembangan terapi adjuvan pada glaukoma untuk memperlambat progresi glaukoma saat ini terus dieksplorasi. Penelitian ini mengevaluasi efek Mirtogenol, pada perubahan perfusi okular (perfusi kapiler dan flux index), ketebalan lapisan serabut saraf retina (LSSR), dan tekanan intraokular (TIO) pada pasien glaukoma primer sudut terbuka (GPSTa) yang menerima terapi timolol maleat 0,5% tetes mata. Penelitian ini merupakan uji klinis acak terkontrol tersamar ganda. Terdapat 36 subjek (37 mata) dengan GPSTa dan TIO < 21 mmHg yang diacak untuk mendapatkan Mirtogenol atau plasebo selama 8 minggu. Kedua grup dibandingkan, pada kelompok Mirtogenol, rata-rata peningkatan perfusi kapiler dan flux index lebih baik, dan pada kuadran superior terdapat hasil yang signifikan secara statistik setelah 4 minggu (p=0.018). Rerata perbedaan ketebalan LSSR di seluruh kuadran terdapat penurunan dengan nilai yang lebih sedikit pada kelompok Mirtogenol (p>0.05). Penurunan TIO yang konsisten pada kelompok Mirtogenol setelah 8 minggu (p>0.05). Ditemukan efek samping pada 1 subjek yaitu gangguan lambung. Suplementasi Mirtogenol, sebagai terapi adjuvan pada pengobatan glaukoma dapat meningkatkan perfusi okular, mempertahankan ketebalan LSSR, dan menurunkan TIO.

The development of adjuvant therapies in glaucoma to slow its progression is currently being explored. This study evaluates the effects of Mirtogenol on changes in ocular perfusion (capillary perfusion and flux index), retinal nerve fiber layer (RNFL) thickness, and intraocular pressure (IOP) in primary open-angle glaucoma (POAG) patients receiving 0.5% timolol maleate eye drops. This study is a double-blind, randomized controlled clinical trial. There were 36 subjects (37 eyes) with POAG and IOP < 21 mmHg randomized to receive Mirtogenol or placebo for 8 weeks. Compared between the two groups, the Mirtogenol group showed a better average improvement in capillary perfusion and flux index, with statistically significant results in the superior quadrant after 4 weeks (p=0.018). The mean difference in RNFL thickness across all quadrants showed a smaller reduction in the Mirtogenol group (p>0.05). There was a consistent decrease in IOP in the Mirtogenol group after 8 weeks (p>0.05). One subject experienced side effects, specifically stomach disturbances. Mirtogenol supplementation, as an adjuvant therapy in glaucoma treatment, can improve ocular perfusion, maintain RNFL thickness, and reduce IOP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christofel Dwi Putra Kawinda
"Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua di dunia. Jenis glaukoma yang paling sering terjadi adalah glaukoma primer sudut terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penurunan tekanan intraokular antara operasi trabekulektomi dibandingkan implan. Desain studi dalam penelitian adalah cross-sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Sampel pada penelitian diambil dari data rekam medis pasien glaukoma primer sudut terbuka dengan total 62 sampel, yang mana 31 diantaranya adalah pasien yang telah menjalani operasi trabekulektomi dan 31 lainnya adalah pasien yang telah menjalani operasi implan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna penurunan tekanan intraokular antara operasi trabekulektomi dan implan p = 0,730 . Hal ini mengindikasikan bahwa baik trabekulektomi maupun implan memilki keefektifan yang sama dalam menurunkan tekanan intraokular dalam jangka waktu 2-4 bulan.

Glaucoma is the second leading cause of blindness worldwide. The most common type of glaucoma is primary open angle glaucoma POAG . The objective of this study is to compare the reduction of intraocular pressure between trabeculectomy and ocular implant prosedure. A cross sectional study was performed with study samples was taken using simple random sampling method from medical records of POAG patient. From a total of 62 patient, 31 individual had a trabeculectomy procedure and the other had implant surgery. The study found that there is no significance difference between the reductions of intraocular pressure of both groups p 0.730 . This indicate that either trabeculectomy and implant have same effectivity in decreasing intraocular pressure within 2-4 months.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Gracia Patricia
"ABSTRAK
Tujuan
Mengetahui efek jangka pendek pemberian anti-VEGF intravitreal bevacizumab (IVB) sebagai terapi ajuvan pada perubahan regresi neovaskularisasi iris dan perubahan tekanan intra okular (TIO) serta menilai hubungan antara kadar VEGF cairan akuos dengan perubahan TIO pada glaukoma neovaskular (NVG).
Desain
Peneitian ini merupakan uji klinis tunggal
Metode
Sebanyak 20 mata pada 18 subyek NVG dengan TIO tidak terkontrol dan neovaskularisasi iris dilakukan injeksi intravitreal bevacizumab 0.05mL(1.25mg) setelah dilakukan parasentesis sebelumnya
Hasil
Injeksi intravitreal bevacizumab secara klinis menyebabkan regresi neovaskularisasi iris pada seluruh pasien dengan NVG dan terjadi penurunan tekanan intra okular yang bermakna pada 1 minggu pasca injeksi (P=0.003). Kadar VEGF pre-injeksi yang tinggi berbanding lurus dengan TIO namun tidak bermakna secara statistik (r = 0.191, p=0.420)
Kesimpulan
Injeksi intravitreal bevacizumab terbukti efektif dalam regresi neovaskularisasi iris dan menurunkan TIO pada pasien glaukoma neovaskular

ABSTRACT
Purpose
To determine short term efficacy of intravitreal bevacizumab (IVB) against neovascularization regression and intraocular pressure (IOP) changes and its
correlation with vascular endothelial growth factor.
Design
Single arm study clinical trial
Method
Twenty eyes from 18 subjects of NVG patients with iris neovascularization and uncontrolled IOP received 0.05mL/1.25mg of IVB. Aqueous humor samples were
obtained through paracentesis just before IVB
Results
Intravitreal bevacizumab injection can remarkably reduce iris neovascularization in NVG patients. There is significant IOP reduction a week after injection
(p=0,003). High VEGF level before injection related linearly with IOP, but no statistically significance is found (r=0,191, p=0,420)
Conclusion
Intravitreal bevacizumab injection is proven effective to regress iris neovascularization and reduce IOP in NVG patients"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R. Jusuf Susanto
"Pada setiap kerja otot akan terjadi kenaikan tekanan darah, baik itu kerja isotonik ataupun kerja isometrik. Kenaikan tekanan darah sewaktu kerja isometrik lebih tinggi daripada sewaktu kerja isotonik. Yang dimaksud dengan kerja isotonik atau kerja dinamis adalah kerja dimana terjadi pemendekan otot yang sedang berkontraksi. Sedangkan pada kerja isometrik atau statis tidak terjadi pemendekan otot.
Gerak otot-otot tubuh kita dalam kehidupan sehari-hari tidak ada yang bersifat murni isotonik atau isometrik. Pergerakan tubuh biasanya merupakan gabungan dari keduanya. Tergantung kerja yang dilakukan maka dapat lebih bersifat isotonik atau isometrik. Olahraga lari dan renang mempunyai lebih banyak komponen isotonik, sedangkan angkat besi dan push-up lebih banyak komponen isometrik.
Penyelidikan mengenai respons kardiovaskuler sewaktu kerja dinamis telah banyak dilakukan, tetapi penyelidikan mengenai respons tersebut sewaktu kerja statis belum cukup banyak. Dalam kehidupan kita sehari-hari kadang-kadang kita melakukan berbagai kerja isometrik yang bervariasi beratnya seperti mengangkat atau membawa barang yang berat, mendorong perabotan rumah tangga atau membuka pintu atau jendela yang sulit dibuka. Semuanya itu kita lakukan tanpa menyadari bahwa kerja itu dapat merupakan beban yang berat bagi jantung dan pembuluh darah terutama pada orang tua atau mereka yang berpenyakit jantung.
Di negara-negara yang mengalami musim salju seringkali dilaporkan adanya orang yang meninggal dunia segera sesudah membersihkan jalan atau halaman dari salju dengan sekop. Mereka tidak mengira bahwa bila mereka menyekop salju basah dengan kecepatan 10 x semenit selama 1 menit, energi yang dibutuhkan sama dengan naik tangga sampai lantai ke tujuh selama 1 menit. Membawa koper seberat 20 kg selama 2 menit dapat menaikkan tekanan sistolik sampai 45 mmHg dan tekanan diastolik sampai 30 mmHg.
Penggunaan alat-alat olah raga yang banyak memerlukan kerja isometrik seperti barbel dan dumbel juga mengandung resiko bagi mereka yang kesanggupan kardiovaskulernya terbatas. Apa lagi memang kegunaan alat-alat tersebut untuk meningkatkan efisiensi kardiovaskuler atau kemampuan aerobik serta kesegaran jasmani sangat terbatas. Kerja isotonik seperti berjalan atau berlari merupakan kegiatan yang rutin dikerjakan sehari-hari. Orang dengan kemampuan kardiovaskuler yang terbatas dapat segera menghentikan kegiatan itu jika merasa lelah tanpa melampaui batas kesanggupannya?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahirul Mursid
"Pembentukan bodi kendaraan (mobil) dengan proses press tentunya banyak terjadi bengkokan-bengkokan dengan jari-jari tertentu sesuai desain dari perusahaan masingmasing. Dari bengkokan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro dan tegangan sisa, dimana pada akhirnya terpengaruh terhadap sifat mekanis dan kecepatan korosi.
Dilakukan penelitian tentang pengaruh proses press fanel roof ( salah satu bagian bodi kijang) di Toyota Astra Motor, yaitu melakukan pengepresan lembaran plat SPCD dengan merubah arah roll 00; 25°;90 dan jari-jari bengkokan yang terbentuk adalah 0 mm ;15,6 mm ; 22mm ; 27.8 mm ; 38mm.
Didapatkan hasil bahwa pada arah roll 25°kekuatan tarik kekuatan luluh dan kekerasannya paling tinggi juga diikuti dengan meningkatnya laju korosi. Untuk jari - jari kelengkungan 27,8 mm ; 38 mm di dapatkan kekerasan dan kekuatan tarik yang tinggi dan laju korosinya rendah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Priambodo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan dan kecepatan pada fluida laminer yang terdapat dalam Persamaan Bernoulli serta mendesain dan membuat rancang bangun pengukuran debit fluida menggunakan metode alat tabung venturi dan orifice plate. Penelitian menggunakan data kuantitatif dengan mengambil data berupa pengukuran tekanan yang terjadi pada alat tabung venturi dan orifice plate. Sensor MPXV7002DP digunakan dalam penelitian sebagai alat ukur perbedaan tekanan yang mengeluarkan data analog sehingga harus diolah terlebih dahulu menjadi data tekanan dengan menanamkan fungsi transfer ke dalam Mikrokontroler ATmega8 sebagai media akuisisi data yang diberikan oleh Sensor MPXV7002DP. Data kuantitatif terdiri dari tekanan, debit, dan kecepatan fluida yang berbentuk grafik. Pengolahan dari data tersebut menghasilkan hubungan antara tekanan dan kecepatan yang berupa akar dari ΔP dan nilai massa jenis fluida cair (air) yang digunakan sebesar 1.000,208 kg/m3.

The main purpose of this research is to observe the relation between pressure and velocity of a laminary fluid using Bernoulli?s formula and to design a prototype of flow measurement device using venturi tube and orifice plate. This research is conducted by gathering quantitative data such as pressure within the venturi tube and the orifice plate. The MPXV7002DP sensor which is used to measure the pressure difference has an analog output so it has to be converted into pressure data using a transfer function embedded in the ATmega8 microcontroller. The quantitative data measured are pressure, flow, fluid velocity, and are visualized using graphs. Data processing yields a relationship between pressure and velocity which is the square root of ΔP and the density of the fluid used (water) was 1.000,208 kg/m3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S62559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Yoneva
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal yang bertujuan
membandingkan TIO antara terapi timolol hydrogel 0,1% (®Cendo Timol hydrogel*)
satu kali sehari dengan timolol tetes 0,5% (®Cendo Timol ED*) dua kali sehari pada
pada glaukoma primer kronis terkontrol. Sebanyak 45 pasien dibagi secara acak
menjadi 2 kelompok. Dilakukan pemeriksaan TIO diurnal menggunakan applanasi
Goldmann pada minggu keempat (pk.07.00±2 jam) dan minggu kedelapan
(pk.12.00±2 jam dan pk.17.00±2 jam). Hasil penelitian ini mendapatkan timolol
hydrogel 0,1% satu kali sehari mempunyai kemampuan mempertahankan TIO setara
dengan timolol tetes 0,5% dua kali sehari.

ABSTRACT
This was a prospective, single blind randomized clinical trial. The purpose of this
study was to compare IOP between the use of timolol hydrogel 0,1% (®Cendo Timol
hydrogel*) once daily and timolol solution 0,5% (®Cendo Timol ED*) two times
daily on controlled chronic primary glaucoma. Forty five patients divided randomly
into two groups. Diurnal IOP measurement was followed using Goldmann
applanation at the fourth week (07.00 AM ± 2 hours) and the eighth week (12.00
noon ± 2 hours and 05.00 PM ± 2 hours). The result of this study was timolol
hydrogel 0,1% once daily have the ability to maintain IOP equal to timolol eyedrop
0,5% twice daily."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>