Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95305 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rsi Bintang Dhanu Manik Mas
Jakarta: Yayasan Diah Tantri-Lembaga Babad Bali Agung, 2000
294.507 RSI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dharma K. Widya
Jakarta: Magabudhi, 2006
294.363 DHA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bhiksu Dutavira
Jakarta: Pustaka Suci Mahayana, 1985
294.392 DUT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mahathera, Narada
Jakarta: Yayasan Dhammadiepa Arama, 1995
294.3 MAH s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Klaten: Wisma Sambodhi, 2003
294.3 KAL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
A.A. Gede Oka Astawa
"Kehidupan keagamaan di Bali pada masa lalu menunjukkan
adanya dua agama yang berdiri sendiri, yaitu agama Çiwa (Hindu)
dan Buddha, dan sekte-sekte lainnya. Bukti-bukti yang menunjukkan
adanya agama Buddha di Bali dapat diketahui dari temuan meterai, arca
Buddha dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah a) menggambarkan
persebaran dan perkembangan agama Buddha di Bali khususnya., b).
memberikan interpretasi mengenai fungsi peninggalan-peninggalan
ke-buddha-an (buddhistis) yang ditemukan di Bali (Kabupaten Gianyar
dan Buleleng), c) mengungkapkan penggunaan artefak yang ditemukan
dengan mengadakan perbandingan terhadap tradisi-tradisi dalam
masyarakat Bali sekarang. Pendekatan penelitian ini adalah etno-arkeologi
Penulisan tesis ini dipergunakan sejumlah data yang ditemukan antara lain: stupika dan materai tanah liat di Pejeng, di situs Kalibukbuk Buleleng, dan meterai di Pura Pegulingan Tampaksiring, arca batu padas, pondasi bangunan, relief stupa, arca emas, perunggu dan alat-alat upacara. Selain arca digunakan juga se jumlah naskah yang berhubungan dengan Buddha."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noerhadi Magetsari
"Pernyataan P. J. Zoetmulder dalam karangannya yang berjudul "The significance of the study of culture and religion for Indonesian historiography", bermaksud menekankan peranan yang dimainkan oleh agama dalam kebudayaan. Masalah dinyatakannya, bahwa tidak ada satu pun kebudayaan di dunia ini yang lepas dari pengaruh agama. Kenyataan ini baginya berlaku juga bagi kebudayaan indonesia, terutama kebudayaan indonesia kuno. Dari data arkeologi, dapat diketahui bahwa sebagian besar data itu berhubungan erat dengan peninggalan keagamaan. Dengan lain perkataan, hasil kebudayaan yang dipersembahkan bagi tujuan-tujuan keagamaan dibuat dari bahan yang lebih tahan dari pada hasil kebudayaan yang ditujukkan untuk mempertahankan hidup. hal ini tiada lain hanya menuntun kita ke arah perkiraan, bahwa hasil kebudayaan yang mencerminkan agama lebih bertahan dari hasil kebudayaan yang mencerminkan kehidupan sehari-hari, seperti yang dinyatakan oleh Zoetmulder itu.
Namun demikian, peranan agama yang demikian besar pengaruhnya terhadap kebudayaan itu, dalam dunia penelitian atas kebudayaan Indonesia Kuno, kurang mendapat tempat yang sewajarnya. Lebih-lebih pada penelitian Indonesia Kuno, para peneliti memalingkan perhatian dari agama itu sendiri. Proses penganutan Agama Buddha dan agama-agama Hindu lebih dilihat dari segi perubahan kebudayaan, bahkan sebagai proses pembudayaan. Sebagai akibatnya, yang menjadi permasalahan ialah proses masuknya Kebudayaan India ke Indonesia, siapa pembawanya, dan baru kemudian dipermasalahkan peranan kebudayaan 'lokal' itu. Dari sudut metode, permasalahan ini juga selalu mengarahkan penelitian untuk melakukan pendekatannya dari sudut pandang India, atau sebagai proses 'Indianisasi'. Demikianlah masalah agama menjadi tenggelam dalam masalah kebudayaan, dalam arti sebagai permasalahan ilmiah penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
D202
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Gunawan
"Tanah perdikan atau tanah bebas pajak terdapat di Indonesia dan Thailand yang digunakanuntuk kepentingan agama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan statusbebas pajak di Indonesia dan Thailand, khususnya di Kerajaan Mataram Islam dan KerajaanSiam. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari pemilihan topik,pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan penulisan. Hasil peneliti menunjukkan bahwa eksistensi tanah bebas pajak di Indonesia dan Thailand telah berlangsunglama. Namun, tanah bebas pajak di Indonesia dicabut pascakemerdekaan lantaran dianggapmencerminkan ketidakadilan. Tanah bebas pajak di Thailand masih ada tetapi tidak lagimendapat bantuan tenaga kerja paksa dari raja dan diganti dengan tenaga kerja upahan lantaranpengaruh ekonomi uang yang dibawa para pedagang Cina dan dalam rangka penghapusan perbudakan. Dapat disimpulkan bahwa tanah perdikan di kedua negara memperoleh nasibyang berbeda lantaran perubahan sosial dan ekonomi.

Perdikan land or tax-free land in Indonesia and Thailand is used for religious purposes. This study aims to determine the change in tax-exempt status in Indonesia and Thailand, especially in the Islamic Mataram Kingdom and Siam Kingdom. This research used historical methods consisting of topic selection, source collection, source criticism, interpretation, and writing. The result shows the existence of tax-free areas in Indonesia and Thailand has been going on for a long time. However, tax-free land in Indonesia was revoked after independence because it was considered injustice. Differently, tax-free land in Thailand still exists but no longer receives forced labor support from the king, replaced with wage labor because of the money economy influence that Chinese trader brought and for the abolition of slavery. In conclusion, tax-free lands in these two countries have different fates due to social and economic changes."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022
900 HAN 6:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kayato Hardani
"Penempatan prasasti merupakan suatu cara, proses dan perbuatan secara sadar maupun nirsadar dari sang penulis prasasti yang dapat berupa aktifitas meletakkan teks prasasti dalam suatu ruang (posisi dan lokasi) tertentu yang dilatarbelakangi oleh logika, ide, gagasan dan konsep tertentu. Peran penulis prasasti di dalam menulis/memahatkan prasasti di dalam batur candi perwara dan stupa perwara menjadikan informasi yang ia sampaikan menjadi suatu bekuan peristiwa di masa lampau. Ia mempunyai kewajiban menyampaikan ide gagasan kepada pembaca atau masyarakat pendukung budaya candi melalui media yang memuat tanda (aksara dan bahasa) yang bisa dipahami bersama-sama oleh suatu komunitas atau masyarakat pada abad ke-9 Masehi. Sang penulis prasasti yang diasumsikan adalah para bhiksu memiliki ciri personal sebagai cerminan kebahasaan masyarakat pada masanya, segala proses penulisan prasasti yang dibuat oleh bhiksu tersebut tidak mungkin menggambarkan realita masa itu secara keseluruhan, oleh karena itu pemahaman terhadap prasasti tidak hanya dibatas pada kata saja melainkan kata dalam konteks. Konteks tersebut adalah penempatan prasasti tersebut di dalam satu konteks keruangan yakni relasi-relasi yang terbentuk pada satu halaman kompleks percandian Buddha. Relasi-relasi tersebut dapat diungkapkan kembali maknanya menjadi narasi sejarah yang logis dengan menggunakan pendekatan strukturalisme yang terbingkai dalam perspektif agama Buddha Mahayana abad ke-9 Masehi. Pendekatan strukturalisme Levi-Strauss adalah untuk menemukan struktur dan memberi makna dengan tafsir di luar stuktur atas suatu fenomena budaya. Prasasti pendek yang ditempatkan di candi perwara dan stupa perwara dapat dipahami sebagai fenomena budaya yang mengandung logika, ide dan gagasan dari sang penulis prasasti ketika memulai memahatkan tulisan di batu andesit komponen candi sebagai media penyampaian informasi. Melalui pendekatan strukturalisme Levi-Strauss terlihat bahwa penempatan di dalam posisi yang sejajar dan seimbang memberi asumsi bahwa kesemua prasasti berada di dalam relasi sintagmatik untuk makna yang sama meskipun tidak dalam bentuk sinonim. Kedekatan jarak penempatan prasasti dapat dimaknai sebagai kedekatan di dalam struktur birokrasi maupun kekerabatan. Simpul penting formula dharmma di dalam satu baris candi perwara terlihat dengan pola yang berulang yakni kehadiran Çri Mahàràja yang senantiasa diapit oleh pejabat kerajaan dan pejabat daerah watak.

Inscription placement is a way, process and action consciously and unconsciously from the author of the inscription which can be in the form of activities putting the inscription text in a certain space (position and location) against the background of a certain logic, ideas, ideas, and concepts. The role of the writer of the inscription in writing / carving inscriptions in the batur (base) of perwara temples and ancillary stupas makes the information he presents becomes a record of events in the past. He should convey ideas to readers or the people who support the culture of the temple through media that contain signs (characters and languages) that can be understood together by a community or society in the 9th century AD. The writer of the inscription which is assumed is that monks have personal characteristics as a reflection of the language of society at the time, all the process of writing inscriptions made by the monk is not possible to describe the reality of the period as a whole, therefore understanding inscriptions is not limited to words but words in context. The context is the placement of these inscriptions in a spatial context, namely the relationships formed on a complex page of Buddhist temples. These relations can be re-revealed to be a logical historical narrative by using a structuralism approach framed in the perspective of 9th century Mahayana Buddhism. Levi-Strauss's structuralism approach is to find structure and give meaning to interpretations outside the structure of a cultural phenomenon. Short inscriptions placed in perwara temples and ancillary stupas can be understood as cultural phenomena that contain logic, ideas and ideas from the writers of inscriptions when they began sculpting writing on andesite stone components of the temple as a medium for delivering information. Through Levi- Strauss's structuralism approach, it is seen that placement in equal and balanced positions assumes that all inscriptions are in syntagmatic relations for the same meaning even though they are not synonymous. The proximity of the placement of the inscription can be interpreted as closeness in the bureaucratic structure and kinship. The important knot of the dharmma formula in a row of perwara temples is seen with a repetitive pattern, namely the presence of Çri Maharaja, which is always flanked by royal officials and regional officials."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T53613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Asyasuryacandra , 1995
294.3 CEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>