Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Happy Hayati
"Pemberian ASI pada bayi terpajan HIV merupakan keputusan yang masih menjadi perdebatan karena berisiko menimbulkan penularan HIV dari ibu ke anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses pengambilan keputusan ibu tentang pemberian ASI pada bayi terpajan HIV, menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Sebanyak 23 partisipan terdiri dari 13 partisipan ibu, 10 partisipan pendamping ibu direkrut menggunakan teknik purposive sampling, snowball sampling dan theoretical sampling. Domisili partisipan meliputi wilayah Jakarta, Jawa Barat, Banten, Yogyakarta dan Lombok. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam secara online. Data hasil wawancara, studi dokumen dan literatur, dianalisis melalui tahap open coding, axial coding, selective coding, hingga pengembangan kerangka teori menggunakan pendekatan Strauss dan Corbin. Hasil penelitian mendapatkan proses pengambilan keputusan pemberian ASI meliputi penghadapan dilema, penempuhan jalan menuju hasil terbaik, perolehan dampak dan penyelesaian program. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan yaitu faktor internal meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku dan sosial ibu; dan faktor eksternal meliputi dukungan menyusui, kebijakan kesehatan dan kondisi sosial. Penelitian ini mengungkapkan tahapan dalam pengambilan keputusan pemberian ASI pada bayi terpajan HIV, yang dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pendampingan kepada ibu pengidap HIV untuk memutuskan pemberian makan bagi bayinya.

Breastfeeding HIV-exposed babies is a controversial decision because it risks transmitting HIV from mother to child. This study aims to explore the process of maternal decision-making about breastfeeding in HIV-exposed babies, using a qualitative method with a grounded theory approach. A total of 23 participants, comprising 13 maternal participants and 10 maternal companion participants, were recruited using purposive sampling, snowball sampling, and theoretical sampling techniques. The domicile of the participants covers the areas of Jakarta, West Java, Banten, Yogyakarta and Lombok. Data collection was conducted through in-depth online interviews. Data from interviews, document studies, and literature were analysed through the stages of open coding, axial coding, and selective coding to develop a theoretical framework using the Strauss and Corbin approach. The research results revealed the decision-making process of breastfeeding, including encountering dilemmas, treading the way to the best results, acquiring the impact, and completing the program. Several factors influence decision-making, including internal factors such as physical, psychological, behavioural, and social aspects of the mother, as well as external factors like breastfeeding support, health policies, and social conditions. This study reveals the stages in making decisions about breastfeeding in HIV-exposed babies, which can be an input for health care providers in assisting mothers with HIV to decide on feeding for their babies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonang, Gerardus
"ABSTRAK
Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu dikelilingi berjuta-juta kuman dan mikroorganisme lainnya. Hal ini sudah di mulai sejak manusia itu dilahirkan, ketika ia melalui jalan kelahiran pertama kali keluar dari kandungan ibunya.
Kuman-kuman dan mikroorganisme lainnya itu terdiri atas mikroorganisme endogen, tidak patogen maupun mikroorganisme potensial patogen dan penyebab aneka penyakit. Demikian pula secara khusus saluran pencernaan manusia, setiap hari kemasukan berjuta-juta aneka kuman tetapi umumnya kita sehat-sehat saja.
Ketika manusia berada dalam kandungan ibu, badan manusia itu belum mengenal kuman atau mikroorganisme lainnya. Perkenalan pertama dengan mikroorganisme adalah ketika dilahirkan. Pada hari pertama setelah dilahirkan, mikroorganisme sudah mulai bersarang dalam tubuh, juga pada dinding saluran pencernaan.
Pada kenyataannya kebanyakan orang tidak inenderita sakit atau gangguan apapun dengan bersarangnya mikroorganisme dalam saluran pencernaannya itu.
Mikroorganisme yang bersarang pada saluran pencernaan dan tidak menyebabkan penyakit itu dinamakan mikroorganisme endogen. Mikroorganisme endogen ini seolah-olah menjadi pelindung atau tameng terhadap berjuta mikroorganisme lainnya yang setiap hari melewati saluran pencernaan manusia. Makin kuat tameng pelindung ini makin sehat tuan rumahnya. Ketahanan tuan rumah terhadap serangan berjuta-juta mikroorganisme yang masuk tiap hari melalui saluran pencernaannya dinamakan ketahanan kolonialisasi. Ketahanan terhadap kolonisasi oleh mikroorganisme pendatang dalam saluran pencernaan dipelopori oleh kuman-kuman endogen yang telah menetap sejak awal di dinding saluran pencernaan. Kuman-kuman endogen inilah yang mencegah mikroorganisme pendatang untuk menetap dan menyebabkan penyakit.
Sebaliknya orang yang harus diisolasi karena memerlukan hidup babas dari mikroorganisme sebab sedang menjalani suatu terapi tertentu, apabila secara tidak sengaja berkontak dengan mikroorganisme potensial patogen, akan segera menjadi sakit. Pada orang demikian, kuman-kuman endogennya telah ikut dibersihkan sama sekali sehingga fungsi pelindung kuman-kuman tersebut ikut hilang, dan 5 yang bersangkutan mudah jatuh sakit.
Melalui penelitian ini hendak ditentukan KETAHANAN KOLONISASI bayi normal yang dilahirkan di Rumah Sakit Atma Jaya dan pengaruh minum air susu ibu terhadap KETAHANAN KOLONISASI itu. Diteliti pula KETAHANAN
KOLONISASI pada ibu-ibu (wanita dewasa), dan ada tidaknya persamaan biotipe Enterobacteriaceae yang diisolasi dari tinja pasangan ibu dan bayinya. Diteliti pula suatu cara lain untuk menentukan KETAHANAN KOLONISASI, yaitu dengan cara mengukur konsentrasi Enterococcus dalam tinja."
1992
D47
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Ristriyani
"ABSTRAK
Perempuan akan berduka karena terinfeksi HIV namun belum diketahui bagaimana gambaran respon berduka dan hal yang dapat memengaruhi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran respon berduka dan faktor (karakteristik, kondisi biopsikososial-
spiritual dan stigma) yang dapat memengaruhi berduka pada perempuan HIV positif.
Rancangan penelitian ini dilaksanakan dengan potong lintang dengan metode pengambilan sampel secara consecutive sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 235 responden. Hasil penelitian didapatkan gambaran berduka dengan nilai tengah denial yaitu 2,25 (SD
0,75) pada rentang 2,18-2,38 , resistance yaitu 1,67 (SD 0,89) dengan rentang 1,84-2,07,
sorrow yaitu 2,67 (SD 0,93) dengan rentang 2,26-2,52, dan acceptance yaitu 3 (SD 0,72) dengan rentang 2,79-2,98 pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menemukan keterbukaan status memengaruhi denial (p < 0,05), resistance (p < 0,05), dan acceptance
pada perempuan HIV positif (p < 0,05). Rekomendasi dari penelitian ini adalah respon
berduka dapat menjadi bahan pertimbangan konseling kepada penderita HIV AIDS

ABSTRACT
Women will be grief because are infected by HIV, but there has not been studied about the
description of the grieving response and factors that can influence it. Therefore, this study aims to describe the response of grieving and factors (characteristics, biopsychosocial-
spiritual condition and the stigma) that could affect the process. The study design was cross sectional with sampling methods is consecutive sampling. Number of samples are 235 respondents. The result showed a description of grieving response with the median score for each response is denial 2.25 (SD 0.75) in the range of 2.18 to 2.38, resistance 1.67 (SD 0.89) with a range of 1.84 to 2.07, sorrow 2.67 (SD 0.93) with a range of 2.26 to 2.52, and acceptance 3 (SD 0.72) with a range of 2.79 to 2.98 at the 95% confidence level. The study found that disclosure significantly affects denial (p <0.05), resistance (p <0.05), and
acceptance of HIV-positive women (p <0.05). Recommendations from this study is the grieving response could be considered for counseling for people living with HIV AIDS"
2016
T45950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, In Siska
"Besarnya manfaat ASI ternyata tidak menjadi faktor pendukung berhasilnya program pemberian ASI eksklusif di Indonesia. Ini terjadi karena ada faktor biologi berupa keluhan selama menyusui dan faktor psikososial berupa breastfeeding self-efficacy yang memengaruhinya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan keluhan ibu menyusui dengan tingkat breastfeeding self-efficacy. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan sampel ibu multigravida di Puskesmas Beji dan Sukmajaya Depok dengan 96 responden, dipilih dengan teknik kuota sampling dan menggunakan Breastfeeding Self-efficacy Scale - Short Form (BSES-SF) versi bahasa Indonesia untuk mengukur tingkat keyakinan diri ibu dalam menyusui. Hasil yang didapat adalah terdapat hubungan yang bermakna antara keluhan menyusui dengan tingkat self-efficacy ibu. Edukasi dan konseling mengenai breastfeeding self-efficacy dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan program ASI eksklusif.

The benefit of breastfeeding were not a supporting factor to success exclusive breastfeeding’s program in Indonesia. These were because biological factors such as difficulties breastfeeding and psychosocial factors such as breastfeeding self-efficacy that influence it. This study wanted to examine the correlation between difficulties breastfeeding with breastfeeding self-efficacy levels. The design study was descriptive correlative with cross-sectional. The sample were the multigravida mothers in Sukmajaya and Beji Depok Health Center with 96 respondents that was selected by quota sampling technique. This study instrument used The Breastfeeding Self-efficacy Scale - Short Form (BSES-SF) in Indonesian version to measure the level of breastfeeding self-efficacy. Result showed a significant correlation between difficulties breastfeeding with breastfeeding self-efficacy levels. Education and counseling in breastfeeding self-efficacy are needed to improve the success of exclusive breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Hidayat
"The study was a double-blind, controlled, randomized by episode in two sub-district rural areas ± 200 km from Jakarta, in which 1,185 children under three years of age were assigned to receive 4-5 mg element zinc/kg bw/day as a daily dose in two divided doses for the consecutive days during diarrhea Children were visited at their home every week for 12 months and they also underwent oral rehydration therapy. After 12 months observation there were 2, 410 episodes, 131 were excluded due to lack of information.
Among children of zinc supplementation group there was 11% reduction (95% confidence interval, 3 to 18%) in the risk of continued diarrhea. In children with watery diarrhea there was a decreased of 12% (95% confidence interval, 3 to 21%) in the number of days in the zinc supplementation group. The reduction in the likelihood of diarrheal duration was 18% (95% confidence interval, 4 to 43%) in children who were given antibiotics before enrollment. Among children who had 3 episodes during 12 months observations there was a greater reduction in diarrheal duration (RR. in the zinc supplementation group = 0.79; 95% confidence interval, 0.64 - 0.97). Zinc supplementation in children with stunted growth was associated with 8% reduction of the risk of continued diarrhea, but statistically not significant (95% confidence interval, -9 to 21%). Children in zinc group had a lower proportion of persistent diarrhea (z 14 days) than control group zinc supplementation resulted in a 44% (95% confidence interval, 2 - 70%) reduction in the incidence of persistent diarrhea.
These findings suggest that zinc supplementation in children with acute diarrhea significantly reduced the duration of diarrhea and the risk of persistent diarrhea. Zinc supplementation may have a significant effect on childhood diarrhea-related mortality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
D151
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suraiyah
"[ABSTRAK
Latar belakang: Ventilasi mekanik (VM) adalah prosedur yang dipilih untuk
menyelamatkan bayi dalam kondisi kritis, tetapi merupakan tindakan invasif dan
perlu pemantauan ketat untuk menghindari barotrauma dan volutrauma.
Ekstubasi merupakan upaya untuk penyapihan VM.
Tujuan: Mengetahui berapa prevalens keberhasilan ekstubasi dan prediktor apa
yang berperan dalam keberhasilan ekstubasi pada bayi di NICU RSCM.
Metode: Rancangan penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan desain potong lintang. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif
dengan menggunakan data RM yang lengkap untuk melihat prediktor keberhasilan
ekstubasi.
Hasil: Dari 60 RM yang dikumpukan, diperoleh data bayi yang berhasil
diekstubasi dan data dicatat tanda vital 72 jam kemudian didapatkan 55 (91,7%)
bayi yang berhasil diekstubasi dan 5 (8,3%) bayi tidak berhasil. Karakteristik
subyek penelitian adalah semua bayi yang dirawat di NICU, dengan UG antara 22
- 41 minggu dan BL berkisar antara 820 g sd 4100 g. Pada bayi yang diekstubasi
dengan merujuk pada hasil AGD, tidak berbeda bermakna antara keberhasilan
ekstubasi dengan normal tidaknya nilai AGD. Lama pemakaian VM berkisar
antara 1- 30 hari. Prediktor ekstubasi yang diteliti adalah setting VM meliputi
FiO2, PIP, flow trigger, IT, napas spontan, dan hasil AGD. Pengolahan data
dengan regresi logistik terbukti diantara semua prediktor ekstubasi, hanya FiO2
saja yang bermakna dengan p value 0.057 dan OR 0.76.
Simpulan: Prevalens keberhasilan ekstubasi adalah 91.7%. Hasil penelitian
menunjukkaan bahwa hanya rendahnya setting FiO2 yang terbukti secara statistik
sebagai prediktor keberhasilan ekstubasi.

ABSTRACT
Background: Mechanical ventilation (VM) is a procedure which is chosen to
save the baby in critical condition, bu it is an invasive procedure and need close
monitoring to avoid barotrauma and volutrauma. Extubation was an attempt to
weaning VM.
Objective: To determine prevalence and predictors of successful extubation in
infants in the NICU RSCM.
Methods: The study was design observational analytic research with cross
sectional design. Data collected by retrospectively using complete medical record
(MR) data to decided prevalence and predictors of successful extubation.
Results: Of the 60 MR was collected, the data obtained were successfully
extubated infants and data recorded vital signs 72 hours later obtained 55 (91.7%)
infants were successfully extubated and 5 (8.3%) infants did not succees.
Characteristics of the study subjects were all babies admitted to the NICU,
with GA between 22-41 weeks and BW ranged from 820 g up to 4100 g. Refer
to the results of blood gas analysis (BGA) normal or not was not significantly
different between succesful extubated. Long of used MV ranging between 1 to
30 days. Predictors of extubation were studied were MV settings include FiO2,
PIP, flow trigger, IT, spontaneous breath, and the results of BGA. Processing of
data by logistic regresion among all predictors extubation, only setting FiO2 are
significant with p value 0.057 and OR 0.76.
Conclusion: Prevalence successful extubation is 91.7%. Research results that
only the low setting FiO2 statistically proven as a predictor of extubation, Background: Mechanical ventilation (VM) is a procedure which is chosen to
save the baby in critical condition, bu it is an invasive procedure and need close
monitoring to avoid barotrauma and volutrauma. Extubation was an attempt to
weaning VM.
Objective: To determine prevalence and predictors of successful extubation in
infants in the NICU RSCM.
Methods: The study was design observational analytic research with cross
sectional design. Data collected by retrospectively using complete medical record
(MR) data to decided prevalence and predictors of successful extubation.
Results: Of the 60 MR was collected, the data obtained were successfully
extubated infants and data recorded vital signs 72 hours later obtained 55 (91.7%)
infants were successfully extubated and 5 (8.3%) infants did not succees.
Characteristics of the study subjects were all babies admitted to the NICU,
with GA between 22-41 weeks and BW ranged from 820 g up to 4100 g. Refer
to the results of blood gas analysis (BGA) normal or not was not significantly
different between succesful extubated. Long of used MV ranging between 1 to
30 days. Predictors of extubation were studied were MV settings include FiO2,
PIP, flow trigger, IT, spontaneous breath, and the results of BGA. Processing of
data by logistic regresion among all predictors extubation, only setting FiO2 are
significant with p value 0.057 and OR 0.76.
Conclusion: Prevalence successful extubation is 91.7%. Research results that
only the low setting FiO2 statistically proven as a predictor of extubation]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Budi Widodo
"ABSTRAK
1000 Hari Pertama Kehidupan HPK adalah rentang periode kehidupan dari konsepsi hingga anak berusia 2 tahun. Periode ini adalah periode emas karena masalah kesehatan yang terjadi pada periode ini akan sangat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak di masa mendatang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu terhadap 1000 HPK. Desain studi penelitian ini adalah cross sectional dengan 110 responden. Sampel pada penelitian ini adalah ibu dengan bayi berusia kurang dari 2 tahun dan ibu hamil pada saat pengambilan data yang berdomisili di Kampung Lio RW19, Kota Depok. Pengambilan data menggunakan kuesioner mengenai faktor determinan perilaku. Semua data kemudian diolah dengan SPSS ver. 20, dilanjutkan dengan uji statistik yang sesuai untuk mengetahui hubungan faktor determinan dengan perilaku ibu mengenai 1000 HPK. Hasil penelitian didapatkan tingkat perilaku terdiri dari perilaku cukup 38,2 dan perilaku baik 61,8 . Penghasilan keluarga p=0,018 dan pengetahuan p le;0,001 berhubungan dengan perilaku ibu terhadapa 1000 HPK. Variabel lain seperti tingkat pendidikan, usia, bentuk keluarga, jumlah anak, pekerjaan,suku, aktivitas sosial, jarak fasilitas kesehatan, asuransi, dan sikap tidak berhubungan dengan perilaku ibu terhadap 1000 hari pertama kehidupan. Hasil penelitian akan digunakan untuk menyusun rekomendasi tindak lanjut untuk dinas kesehatan di Kampung Lio.

ABSTRACT
The First 1000 Days of Life is a life period which started from conception to 2 year olds. This period is a golden period because the health problems that occured in this period will greatly affect the growth and development of children in the future. The purpose of this study is to determine the relationship of factors and mother 39 s behavior towards first 1000 days of life. This study used cross sectional design with 110 respondents. The sample of this study is mothers with child under 2 years old and pregnant mothers who domiciled in Kampung Lio RW19, Depok City. We used questionnare to collect data of factors and mother 39 s behavior. All collected data is then processed with SPSS 20th version, then analysed statistically to determine the relationship between determinant factors and mother 39 s behavior. The results showed that behavior level consisted of fair 38,2 and good behavior 61,8 . Family income 39 s p 0.018 and level of knowledge p le 0,001 have relationship with mother 39 s behavior towards first 1000 days of life. Other factors such as education level, age, family form, number of children, occupation, ethnicity, social activity, distance of health facility, insurance, and attitudes do not have relation to mother 39 s behavior towards first 1000 days of life. The results of this research will be used to arrange recommendations action plan for the health service in Kampung Lio.
"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Rochima Puspita
"Beberapa penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh memandikan bayi baru lahir terhadap kejadian hipotermia dan faktor risiko hipotermia telah banyak dilakukan, namun data tentang angka kejadiannya masih kurang terutama di Indonesia. Penelitian tentang hipotermia pada bayi akibat dimandikan setelah lahir umumnya dilakukan di rumah sakit dengan penanganan bayi baru lahir secara khusus yaitu dengan membuat lingkungan sekitar bayi secara optimal. Penanganan bayi baru lahir di rumah sakit yang dimandikan segera setelah iahir dilakukan secara khusus yang terdiri dari penggunaan radiant warmer setelah lahir maupun setelah mandi, penggunaan air mandi yang hangat (35-38°C) dan suhu ruangan mandi yang hangat (lebih dari 28°C). WHO menyarankan bayi baru iahir cukup bulan dimandikan dengan air hangat dan ruangan yang hangat, namun tidak menyatakan derajat suhu air hangat maupun ruang mandi yang aman untuk bayi. Pada prakteknya penanganan bayi setelah iahir maupun penanganan bayi setelah mandi di beberapa puskesmas dan rumah bersaiin swasta di Jakarta tidak dilakukan di bawah radiant warmer, melainkan hanya di bawah lampu pijar. Selain itu pada saat mandi, petugas kesehatan tidak melakukan pengukuran suhu air mandi maupun suhu ruangan.
Data mengenai insidens hipotermia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipotermia yang disebabkan prosedur memandikan bayi baru iahir di puskesmas atau di rumah bersalin dengan keterbatasan alat sampai saat ini belum ada. Hasil pengamatan awal yang dilakukan di sebuah puskesmas di Jakarta Selatan dan rumah bersalin swasta di Jakarta Timur didapatkan sebesar 50% dari 20 bayi baru lahir mengalami hipotermia setelah dimandikan Iebih dari 6 jam sesudah iahir. Peneliti kemudian memberikan penyuluhan tentang hipotermia dan persiapan mandi yang lebih balk diantaranya meliputi suhu segera sebelum mandi, usia saat mandi, air mandi yang hangat, ruang mandi dan suhu lingkungan bayi yang hangat, serta penghangatan sebelum maupun sesudah mandi yang memadai. Insidens hipotermia pada bayi baru iahir yang dimandikan Iebih dari 6 jam sesudah iahir dengan persiapan yang Iebih balk setelah mendapatkan penyuluhan tentang hipotermia diharapkan Iebih rendah. OIeh karena itu dipandang perlu dilakukan penelitian tentang insidens dan faktor-faktor risiko hipotermia akibat memandikan bayi baru iahir cukup bulan setelah mendapatkan penyuluhan tentang hipotermia.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan risiko hipotermia pada kelompok yang telah melakukan persiapan mandi yang Iebih balk dengan yang tidak melakukan persiapan dengan balk setelah mendapatkan penyuluhan ?
2. Ingin mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya hipotermia pada bayi baru lahir cukup bulan yang dimandikan lebih dari 6 jam sesudah iahir."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Wahyuningsih
"Pengetahuan merupakan faktor penting untuk dipelajari guna mengetahui penyebab meningkatnya kejadian PMS dan HIV / AIDS pada kaum gay, transgender dan transgender dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kaum gay, waria dan waria di Jakarta dan sekitarnya tentang pencegahan PMS dan HIV / AIDS dengan angka kejadian pada kelompok tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan desain cross sectional dengan jumlah sampel 114 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner STI / HIV Prevention Knowledge dari Public Health Agency Kanada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan pencegahan PMS dan HIV / AIDS dengan kejadian PMS pada kelompok gay, waria dan waria di Jakarta dan sekitarnya (OR = 2.807; p value = 0.017). Sedangkan tingkat pengetahuan tentang PMS dan pencegahan HIV / AIDS tidak berhubungan dengan kejadian HIV / AIDS (OR = 467; p value = 0,144). Pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian PMS, tetapi tidak dengan kejadian HIV / AIDS. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian HIV di kalangan gay, transgender dan transgender.

Knowledge is an important factor to study in order to determine the causes of the increasing incidence of STDs and HIV / AIDS in gay, transgender and transgender people in recent years. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge of gays, waria and waria in Jakarta and its surroundings about the prevention of STDs and HIV / AIDS and the incidence rate in that group. This study used a cross sectional design approach with a sample size of 114 people. The research instrument used the STI / HIV Prevention Knowledge questionnaire from the Canadian Public Health Agency. The results showed that there was a relationship between the level of knowledge of STD prevention and HIV / AIDS with the incidence of STD in the gay, transgender and transgender group in Jakarta and its surroundings (OR = 2.807; p value = 0.017). Meanwhile, the level of knowledge about STDs and HIV / AIDS prevention was not related to the incidence of HIV / AIDS (OR = 467; p value = 0.144). Knowledge has a significant relationship with the incidence of STDs, but not with the incidence of HIV / AIDS. Therefore, further research is needed on the factors that influence HIV incidence among gay, transgender and transgender people."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Laelasari
"Timah hitam (Pb) adalah logam yang berbahaya, akan tetapi juga berguna sebagai bahan tambahan untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Bahaya yang ditimbulkan adalah keracunan darah, penurunan tingkat kepandaian anak (IQ) dan gangguan alat reproduksi.
Jakarta menduduki peringkat ke-3 negara yang memiliki atmosfer terkotor di dunia, dan penyebab utamanya adalah emisi kendaraan bermotor. Kadar Pb rata-rata diatas standar WHO yaitu melebihi 1,8 ug/m3, sehingga dapat dibayangkan bahwa penduduk Jakarta telah terkontaminasi oleh Pb, .
Mengingat wanita hamil adalah segment terpenting dalam suatu peristiwa kelahiran generasi baru. Dampak Pb terhadap kesehatan dan reproduksi patut menjadi peringatan bagi sektor kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Penelitian ini bersifat Studi Kohort Historis Prospektif Pengaruh Timah Hitam (Pb) terhadap Kesehatan Ibu Hamil 8 bulan di dua lokasi yang berbeda, kemudian ditelusuri sampai kelahiran bayinya dan dipantau berat badan dari bayi yang dilahirkannya.
Penelitian ini memfokuskan kepada faktor-faktor dan lingkungan dan individu yang ditelusuri ke masa lampau atau bersifat historis untuk dapat menerangkan lebih lanjut mengenai riwayat keterpaparan Pb ke dalam darah ibu hamil. Selanjutnya pengaruh Pb yang ada di dalam darah ibu hamil dilihat dampak yang muncul melalui jalur perantara yaitu kejadian anemia dan pengaruh langsung terhadap kelahiran BBLR.
Data-data dalam penelitian ini adalah primer dan original, yang dikumpulkan dengan mengunakan analisa darah di laboratorium dan kuesioner. Pengambilan data dilaksanakan ketika kehamilan berusia 8 bulan, di dua lokasi yang berbeda dengan asumsi awal ibu hamil yang berasal dari lokasi yang diperkirakan memiliki kualitas udara yang bersih dan ibu hamil yang berasal dari lokasi yang memiliki kualitas udara yang kotor. Sedangkan pemantauan berat badan bayi yang lahir dilakukan secara susul menyusul menurut perkiraan part-as dari setiap ibu hamil.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan riwayat status pekerjaan, lama kerja serta jenis alat transportasi yang biasa digunakan ibu hamil dengan keberadaan Pb didalam darah ibu hamil. Di temukan hubungan antara anemia dengan kelahiran bayi BBLR, sedangkan hubungan antara kadar Pb darah ibu hamil dengan kejadian BBLR itu sendiri ternyata tidak dapat dibuktikan secara statistik.

Lead is a harmful chemical and also useful metal for gasoline addition in transportation sector. The harmful things as air pollution is able to cause systemic toxicity in blood, IQ descent and reproduction disorder. Jakarta is the 3rd grade culmination of unclean atmosphere in the world. One of the causes of air pollution is lead emission. The average lead pollution in Jakarta atmosphere is over 1,8 .µg/m3 whereas the standard of World Health Organization, and so people in Jakarta was already contaminated by lead in their blood. Remember of pregnant women is the crucial segment of birth of future have to give special warning in Public Health and Environmental sector specially to the government that making generation on all the long centuries. Impact of lead in their health and pregnancy adjustment of gasoline regulation in Indonesia.
There are a lot of studies of lead and impact of it that have been done in many countries in the worldwide. This research is a new study of lead impact on reproduction particularly in women reproduction that causes the low birth weight infant.
In this research, we've done a community base approach to kinetic agent or the way of some factors that contributed in contaminating process of lead as pollutant through human reproduction with a longitudinal historical-prospective cohort study.
71 pregnant women who had a blood analysis, we searching their historical background related with Pb contact and we follow trough to the future until they delivery their babies. We have founded in this research correlation between Pb in blood with occupational status, working period; kinds of daily transportation and a association between anemia and Low Birth Weight (LBW) infant, but we can not found association between Pb level in blood with anemia nor LBW."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>