Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37026 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evin Novianti
"Anak usia sekolah yang belum mampu mengolah masalahnya dengan tepat, rentan berperilaku emosional. Tujuan penelitian memperoleh gambaran pengaruh terapi kelompok Assertiveness Training (AT) terhadap kemampuan komunikasi ibu mengelola emosi anak usia sekolah. Sampel pada kelompok intervensi dan kontrol masing-masing 32 orang. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi asertif ibu pada kelompok yang mendapat AT meningkat secara bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Pada kelompook ibu yang tidak mendapat AT, kemampuan komunikasi ibu menurun secara bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Kemampuan anak mengelola emosi meningkat bermakna (p< 0,05; α= 0,05) yang ibunya mengikuti AT, sedangkan pada kelompok yang ibunya tidak mendapat AT menurun bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Terapi ini direkomendasikan pada pelayanan kesehatan di masyarakat khususnya anak usia sekolah.

At school age, children may not be able to treat the problem appropriately, behave emotionally vulnerable. The research objective picture of the influence of group therapy get assertiveness training (AT) on the communication skills to manage emotions mothers of school-age children. Samples in the intervention group and the control of each 32 people. The results showed an increase in assertive communication skills mothers in the group receiving AT increased significantly (p<0.05; α=0.05). In kelompook mothers who did not receive AT, communication skills mothers were significantly decreased (p<0.05; α=0.05). Child’s ability to manage emotions increased significantly (p< 0.05; α= 0.05) whose mothers followed the AT, whereas in the group whose mothers did not receive AT decreased significantly (p< 0.05; α= 0.05). This therapy is recommended for health care in the community, especially school-age children."
Depok: Universitas Diponegoro. Fakultas Kedokteran ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 UI-JKI 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Vera Linda
"Setiap orangtua memiliki harapan agar anaknya dapat menjadi manusia dewasa yang mandiri, sehingga sejak kecil anak dilatih untuk mandiri. Terbentuknya kemandirian anak bergantung pada pengasuhan orangtua terhadap anak dalam menghadapi tuntutan kemandirian dari lingkungannya. Ada tiga teknik asuhan yang dikemukakan Hoffman, yaitu power assertion, love withdrawal dan induction. Selain teknik asuhan, sejumlah faktor demograiis terkait dengan teknik asuhan anak, seperti status pekerjaan ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, urutan anak, ukuran kcluarga, adanya anggota keluarga lainnya serta jenis kelamin anak diperkirakan berpengaruh terhadap kemandirian anak.
Penulis melakukan penelitian untuk menguji pemikiran di atas, mengingat sepanjang yang diketahui penulis, di Indonesia belum banyak penelitian yang secara khusus menitik beratkan pada topik ini Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, melibatkan sejumlah anak pcrempuan dan anak laki-laki di kelas 5 - 6 SD. Untuk memperoleh data mengenai kemandirian anak, teknik asuhan dan data demogratis digunakan kuesioner. Seluruh data di olah menggunakan program SPSS ver.11.01.
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa teknik asuhan memberikan sumbangan yang signiiikan terhadap kemandirian. Ibu yang menerapkan teknik asuhan induction cenderung memiliki anak dengan tingkat kemandirian tinggi. Sebaliknya ibu yang menggunakan teknik asuhan power assertion memiliki anak dengan tingkat kemandirian rendah. Ibu yang menerapkan teknik asuhan love withdrawal memiliki anak dengan tingkat kemandirian menengah. Dari faktor deinografis hanya tingkat pendiclikan ibu yang berperan signilikan terhadap kemandirian anak.
Semakin tinggi pendidikan ibu cenderung mempunyai anak dengan tingkat kemandirian tinggi. Sebaliknya semakin rendah pendidikan ibu akan memiliki anak dengan tingkat kemandirian rendah. Sejumlah faktor lain tampak mempengaruhi hasil yang diperoleh. Untuk penelitian selanjutnya, beberapa saran diberikan berkaitan dengan hal itu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Khairunnisa
"Peningkatan atensi terhadap penggunaan Screen Time orang tua maupun anak sudah menjadi bagian integral dalam kehidupan. Sayangnya, anak usia sekolah saat ini lebih sering beraktivitas dengan hanya menatap layar selama waktu yang lama. Hal itu, membuat anak terpapar layar dengan durasi yang melebihi rekomendasi sehingga menimbulkan efek negatif terhadap tumbuh kembang anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran Screen Time dan mengidentifikasi hubungan lama Screen Time dengan perkembangan sosial. Penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional pada 285 responden orang tua yang sesuai dengan kriteria inklusi melalui metode stratified sampling. Instrumen SCREENS-Q untuk mengukur Screen Time dan Strength and difficulties Questionnaire (SDQ) mengukur perkembangan sosial. Hasil penelitian menunjukkan 74,4% anak mengalami Screen Time berlebihan dan terdapat hubungan antara lama Screen Time dengan setiap sub-skala perkembangan sosial (p value <0,05). Peneliti merekomendasikan adanya sosialisasi dan kerjasama pihak tenaga kesehatan dengan orang tua untuk mencari solusi bersama mengatasi permasalahan ini.

Increasing attention to the use of Screen Time for parents and children has become an integral part of life. Unfortunately, today's school-age children are more active by just staring at the screen for a long time. This causes children to be exposed to screens for a duration that exceeds the recommendations, which has a negative effect on children's development. This study aims to look at the description of Screen Time and identify the relationship between long Screen Time and social development. The study used a cross-sectional approach to 285 parents who fit the inclusion criteria through a stratified sampling method. The SCREENS-Q instrument to measure Screen Time and the Strength and Difficulty Questionnaire (SDQ) to measure social development. The results showed that 74.4% of children experienced excessive Screen Time and there was a relationship between the length of Screen Time and each social development sub-scale (p value <0.05). Researchers recommend socialization and collaboration between health workers and parents to find solutions together to overcome this problem."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Anak usia sekolah yang belum mampu mengolah masalahnya dengan tepat, rentan berperilaku emosional. Tujuan penelitian
memperoleh gambaran pengaruh terapi kelompok Assertiveness Training (AT) terhadap kemampuan komunikasi ibu mengelola
emosi anak usia sekolah. Sampel pada kelompok intervensi dan kontrol masing-masing 32 orang. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi asertif ibu pada kelompok yang mendapat AT meningkat secara
bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Pada kelompook ibu yang tidak mendapat AT, kemampuan komunikasi ibu menurun secara
bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Kemampuan anak mengelola emosi meningkat bermakna (p< 0,05; α= 0,05) yang ibunya mengikuti
AT, sedangkan pada kelompok yang ibunya tidak mendapat AT menurun bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Terapi ini
direkomendasikan pada pelayanan kesehatan di masyarakat khususnya anak usia sekolah."
2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tiveni Elisabhet
"Anak usia sekolah merupakan tahapan perkembangan psikososial yang berada pada tahap Industry vs Inferiority. Analisa yang dilakukan sesuai dengan pendekatan teori Eric Ericson yaitu berkaitan dengan aspek perkembangan dan tugas perkembangan psikososial di tahapan Industry. Hasil dari pemberian terapi pada karya ilmiah ini adalah adnya perubahan aspek perkembangan, tugas perkembangan dan kecerdasan emosional pada anak usia sekolah. Rekomendasi untuk karya ilmiah berikutnya adalah melakukan analisa dengan kombinasi pendekatan teori psikoanalisa Sigmun Freud dan menganalisa peran kader dalam pendidikan kesehatan di kelompok sehat serta faktor-faktor yang memicu tumbuh kembang anak usia sekolah.

School-aged children are a stage of psychosocial development that is at the stage of industry and inferiority. The method used is the series of cases. The analysis was carried out in accordance with Eric Ericson’s theoretical approach, which is related to developmental aspects and psychosocial development tasks at the industrial stage. The results of therapy in this scientific work are changes in the aspects of development, developmental tasks and emotional intelligence in school-aged children. The recommendation for the next scientific work is to carry out an analysis using a combination of the psychoanalytic theory of Sigmund Freud and to analyze the role of executives in health education in healthy groups and the factors that trigger the growth and development of the school- age children
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Click, Phyllis
"Presents the information needed by those involved in after-school programs. This title also presents the research and information on school-age child care, and offers many practical applications and activities that can be put to use immediately in a child care setting. "
Singapore: Wadsworth/Clengage Learning , 2012
305.234 CLI c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Puspa Wijaya
"Penelitian ini bertujuan melihat kontribusi ekspresi emosi ibu dan respon ibu menghadapi emosi negatif anak secara bersama-sama terhadap pemahaman emosi anak usia 4-6 tahun. Pemahaman emosi anak diukur dengan Test Emotion Comprehension kepada 200 partisipan anak usia 4-6 tahun. Ekspresi emosi diukur dengan Self Expressiveness Within the Family Questionnaire dan respon ibu menghadapi emosi negatif anak dengan Children's Coping with Negative Emotion Scale kepada 200 partispan ibu. Penelitian ini menemukan bahwa respon supportive ibu menghadapi emosi negatif anak berkontribusi terhadap pemahaman emosi anak usia 4-6 tahun (β= 0,540, t = 8,504, p = 0,0001). Hal tersebut diduga berkaitan dengan usia anak 4-6 tahun yang masih terbatas dalam membedakan emosi.

This study examines the contribution of maternal emotional expression and maternal response to negative emotion toward emotional understanding of children aged 4-6 years. Children's emotional understanding is measured by the 200 participants who were children aged 4-6 years. The expression of emotion is measured by Self Expressiveness Within the Family Questionnaire and maternal response to children?s negative emotion is measured by Children's Coping with Negative Emotion Scale to 200 mother participant. This study found that maternal supportive response to negative emotion towards children is contributed the emotional understanding of children aged 4-6 years tahun (β= 0,540, t = 8,504, p = 0,0001). This may be related to the fact that children aged 4-6 years are still limited in differentiating emotion."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ila Wati
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh tinggal dengan ibu tunggal terhadap kecenderungan anak usia sekolah untuk bekerja dengan menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2014. Hasil dari penelitian ini adalah anak yang tinggal dengan ibu tunggal memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk bekerja dibandingkan dengan anak yang tinggal dengan orang tua lengkap. Apabila pendapatan keluarga diinteraksikan dengan ibu tunggal, pendapatan keluarga kelompok tertinggi pada anak yang tinggal dengan ibu tunggal memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk bekerja dibandingkan dengan pendapatan keluarga kelompok terendah dan kelompok menengah. Hal tersebut terjadi karena ada hubungan yang kuat antara ibu yang bekerja dengan anak bekerja.

The aim of this study is to see the impact of living with single mother on the likelihood of school-age children to work using IFLS (Indonesia Family Life Survey) 2014 data. The result of logistic regression show that children who living with single mother more likely to work than those living with complete parents. While family income as family resource is the mediating role of single mother, children in higher income bracket are more likely to work than those in lower and middle income bracket. Since there is a strong relation between both mothers and children who work.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paula Beatrix Rusly
"ABSTRAK
Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan manusia Iain untuk mengembangkan
dirinya secara optimal. Interaksi ini dimulai sejak ia berada dalam kandungan, dan terus
berlanjut sepanjang hidupnya.
Pada mula interaksi ini hanya antara individu dan kedua orang tuanya, tetapi lama
kelamaan semakin meIuas. Pada mass usia sekolah interaksinya tidak hanya dengan -orang
tua saja, melainkan juga dengan guru dan teman sebayanya. Pada masa ini hubungan
dengan teman sebaya memegang peranan yang penting dalam perkernbangan anak,
terutama dalam perkembangan sosialnya.
Bentuk hubungan dengan teman sebaya ini ada dua bentuk, yaitu persahabatan dan
penerimaan oleh teman sebaya. Kedua hal ini memiliki peranan yang berbeda dalam
perkembangan sosial anak. Melalui persahabatan seorang anak dapat mengembangkan rasa
percaya dan kesensitifan pada orang Iain, anak juga dapat belajar mengenai hubungan
timbal balik. Melalui penerimaan oleh teman sebaya anak dapat belajar mengenai kerja
sama., belajar mengkoordinir aktivitasnya, dan.belajar mematuhi aturan dan norma-norma
dalam suatu kelompok; [Parker dan Asher, 1993 dalam Sroufe et. al. 1996).
Adanya kesenjangan pengetahuan mengenai bagaimana hubungan antara kedua
konsep ini dalam perkembangan sosial anak mendorong penulis untuk melakukan
penelitian mengenai hal ini.
Penelitian ini dilakukan di suatu sekolah dasar di Jakarta pada anak usia 10-
11 tahun. Penelitian ini mecoba mencari ada tidaknya perbedaan kualitas persahabatan
antara anak yang memiliki tingkat penerimaan tinggi dan anak yang memiliki tingkat
penerimaan rendah. Hal ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan menggunakan alat
ukur sebagai berikut, Sosiometri Roster-dan Rating, Sosiometri Nominasi, dan Kuesioner
Kualitas Persahabatan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non probability
sampling dengan teknik cluster sampling untuk pengambilan sampel siswa usia sekolah.
Sampel yang diambil dipisahkan ke dalam dua kelompok yaitu, (1) Kelompok Tingkat
Penerimaan Tinggi (TPT), 30 orang, dan (2) Kelompok Tingkat Penerimaan Rendah
(TPR) 30 orang.
Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya .perbedaan kualitas persahabatan yang
signifikan antara kedua kelompok tersebut. Dari hasil analisa keenam aspek kualitas
persahabatan juga tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok tersebut, kecuali pada aspek yang terakhir yaitu aspek konflik dan
pengkhianatan.
Pada analisa lebih lanjut, yaitu dengan memisahkan kelompok TPR dan TPT
berdasarkan jenis kelaminnya, ternyata ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara
kelompok TPT dan TPR pada anak perempuan. Perbedaan ini muncul pada aspek
pertolongan dan bimbingan, dan aspek konflik dan pengkhianatan.
Hasil yang demikian diduga disebabkan oleh peranan faktor budaya, faktor jenis
kelamin, adanya social desirability. Diduga faktor-faktor ini bekerja secara simultan
sehingga menimbulkan hasilkan hasil yang demikian.
Saran peneliti, untuk masa yang akan datang dapat dilakukan penelitian mengenai
kualitas persahabatan pada laki-laki dan perempuan, mengenai hubungan kelekatan dengan
persahabatan dan penerimaan oleh teman sebaya. Juga dapat dilakukan penelitian
mengenai persahabatan dalam budaya Indonesia, untuk itu diperlukan pengembangan alat
ukur kualitas persahabatan yang lebih lanjut lagi dalam budaya Indonesia."
1997
S2545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyssa Quinta Salsabila
"Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi peran kualitas hubungan ibu dan anak terhadap regulasi emosi anak usia dini, serta melihat peran dari setiap dimensi kualitas hubungan ibu dan anak terhadap regulasi emosi anak usia dini. Dalam penelitian ini, alat ukur Parenting Interactions with Children: Checklist of Observations Linked to Outcomes (PICCOLO) dan Emotion Regulation Checklist (ERC) diadministrasikan pada 32 partisipan ibu dan anak yang berusia 24-47 bulan melalui metode observasi dan pengisian kuesioner. Hasil analisis utama dengan menggunakan regresi menunjukkan bahwa kualitas hubungan ibu dan anak tidak berperan secaraa signifikan terhadap regulasi emosi anak usia dini (F = 0,179, p < 0,05).

This study aims to find out about the role of the quality of the mother-child relationship on children’s emotion regulation in early childhood, and also to know how the role of each dimension of the quality of the mother-child relationship on the children’s emotion regulation in early childhood. In this study, measuring instruments such as Parenting Interactions with Children: Checklist of Observations Linked to Outcomes (PICCOLO) and Emotion Regulation Checklist (ERC) were administered to 32 participants, mothers and children aged 24-47 months through observation and filling out questionnaires. The results of the main analysis using regression showed that the quality of the mother-child relationship did not play a significant role in the children’s emotion regulation in early childhood (F = 0.179, p < 0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>