Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177512 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifky Syach Abidin
"Stunting merupakan masalah gizi kronis yang menghambat pertumbuhan anak dan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Pemerintah Indonesia menginisiasi kebijakan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) dengan target penurunan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah (public trust), terutama di wilayah perkotaan seperti Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepercayaan masyarakat DKI Jakarta terhadap implementasi RAN PASTI melalui tiga dimensi utama: perceived competence, perceived benevolence, dan perceived integrity. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei kepada masyarakat Jakarta. Instrumen diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat cukup percaya pada kompetensi dan niat baik pemerintah dalam menangani stunting. Namun, masih terdapat keraguan terhadap integritas, terutama terkait transparansi kebijakan dan distribusi bantuan di wilayah padat penduduk. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan transparansi, pemerataan akses layanan, dan komunikasi publik yang lebih inklusif guna memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah.

Stunting is a chronic nutritional problem that hinders child growth and affects the quality of human resources. The Indonesian government launched the National Action Plan for the Acceleration of Stunting Reduction (RAN PASTI), aiming to reduce stunting prevalence to 14% by 2024. The success of this kebijakan heavily depends on public trust in the government, especially in urban areas such as Jakarta.This study aims to analyze the level of public trust in the implementation of RAN PASTI in Jakarta by examining three main dimensions: perceived competence, perceived benevolence, and perceived integrity. The research used a quantitative approach with survey methods targeting Jakarta residents. The instruments were tested for validity and reliability before being analyzed descriptively. The findings show that the public has a moderate level of trust in the government's competence and goodwill in addressing stunting. However, concerns remain regarding the integrity of the kebijakan, particularly in terms of transparency and the equitable distribution of assistance in densely populated areas.This study recommends enhancing transparency, ensuring equal access to health services, and improving public communication to strengthen trust in government-led stunting reduction kebijakans."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Syach Abidin
"Stunting merupakan masalah gizi kronis yang menghambat pertumbuhan anak dan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Pemerintah Indonesia menginisiasi kebijakan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) dengan target penurunan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah (public trust), terutama di wilayah perkotaan seperti Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepercayaan masyarakat DKI Jakarta terhadap implementasi RAN PASTI melalui tiga dimensi utama: perceived competence, perceived benevolence, dan perceived integrity. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei kepada masyarakat Jakarta. Instrumen diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat cukup percaya pada kompetensi dan niat baik pemerintah dalam menangani stunting. Namun, masih terdapat keraguan terhadap integritas, terutama terkait transparansi kebijakan dan distribusi bantuan di wilayah padat penduduk. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan transparansi, pemerataan akses layanan, dan komunikasi publik yang lebih inklusif guna memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah.

Stunting is a chronic nutritional problem that hinders child growth and affects the quality of human resources. The Indonesian government launched the National Action Plan for the Acceleration of Stunting Reduction (RAN PASTI), aiming to reduce stunting prevalence to 14% by 2024. The success of this kebijakan heavily depends on public trust in the government, especially in urban areas such as Jakarta.This study aims to analyze the level of public trust in the implementation of RAN PASTI in Jakarta by examining three main dimensions: perceived competence, perceived benevolence, and perceived integrity. The research used a quantitative approach with survey methods targeting Jakarta residents. The instruments were tested for validity and reliability before being analyzed descriptively. The findings show that the public has a moderate level of trust in the government's competence and goodwill in addressing stunting. However, concerns remain regarding the integrity of the kebijakan, particularly in terms of transparency and the equitable distribution of assistance in densely populated areas.This study recommends enhancing transparency, ensuring equal access to health services, and improving public communication to strengthen trust in government-led stunting reduction kebijakans."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Astriana Marta
"Kader dapat berkontribusi dalam mengurangi prevalensi stunting dengan melakukan skrining berbasis komunitas, memberikan pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi layanan rujukan. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran kader dalam menemukan kasus stunting. Studi ini bersifat kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologis yang dilakukan di Kabupaten Sumedang. Ada lima belas kader yang terlibat sebagai informan dan dua belas informan kunci. Wawancara mendalam dilakukan dengan kader dan informan kunci. Observasi selama hari pembukaan Posyandu digunakan untuk triangulasi metode pengumpulan data. Analisis data dilakukan baik di lapangan maupun di meja menggunakan aplikasi Nvivo. Dua tema yang muncul dari analisis data adalah peran kader dalam menemukan kasus stunting dan faktor-faktor yang membentuk peran kader dalam menemukan kasus stunting. Dalam menemukan kasus stunting, kader melakukan pengelolaan Posyandu, menangani tugas-tugas administratif, melakukan pengukuran antropometri baik di Posyandu maupun kunjungan rumah, memberikan edukasi dan penyuluhan gizi, serta tindak lanjut terhadap balita yang mengalami stunting. Peran-peran ini dibentuk oleh beberapa faktor seperti masalah terkait keterampilan, beban kerja yang tinggi karena tanggung jawab ganda dan dorongan emosional. Disarankan kepada pemerintah Sumedang untuk memberdayakan kader dalam menemukan kasus stunting dengan memberikan pelatihan dan pengawasan secara rutin terhadap perannya.

Cadre can contribute to stunting reduction prevalence by conducting community-based screenings, providing health education, and facilitating referral services. Integrated Health Service/ Posyandu is expected to fulfill the basic service needs for the target group throughout the entire life cycle This study was aimed to explore cadres’ roles in finding stunting cases. The study was qualitative using phenomenological approach which conducted in Sumedang District. There were fifteen cadres involved as informants and some key informants such as mother with stunted children, nutritionist, District Health Office and Village Apparatus. In-depth interviews were conducted with cadres and key informant. Observation during Posyandu day was used to triangulate the method of data collection. Data analysis was done both in the field and at the desk using Nvivo software. In finding stunting cases, cadres manage the Posyandu, dealt with administrative task, conducted health assessment, nutrition education and family assistance of stunted children. These roles were shaped by issue related skills, high workload and emotional encouragement.  It is recommended for the Sumedang government to empower cadre in finding stunting cases by provide regular training and supervision for their roles."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Perdana Sofyan
"Pemerintah Indonesia menargetkan prevalensi stunting mencapai angka 14% pada periode akhir RPJMN di tahun 2024. Sejalan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Bogor dalam RPJMD 2018-2023 menargetkan pencapaian prevalensi stunting pada tahun 2023 mencapai 19,6%. Pemerintah Kota Bogor dalam RPJMD tahun 2019-2024 menetapkan target prevalensi stunting mencapai 9,9% pada tahun 2024. Dalam rangka pencapaian target penurunan stunting, kebijakan yang disusun perlu didukung dengan analisa data berbasis wilayah dengan metode analisis yang memperhitungkan konteks wilayah atau dikenal dengan analisis spasial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola persebaran stunting pada balita di tingkat kecamatan di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor selama periode 2020-2023, menyusun peta wilayah yang menjadi hotspot prevalensi stunting pada rentang tahun 2020-2023 serta faktor penyebabnya dan mengevaluasi apakah prioritas penanganan stunting di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor sudah sesuai dengan kondisi sebaran stunting. Penelitian ini merupakan studi ekologi dengan unit analisis tingkat kecamatan menggunakan data sekunder profil kesehatan Kabupaten dan Kota Bogor tahun 2020-2023. Uji Indeks Moran’s I digunakan untuk mengidentifikasi autokorelasi spasial antar wilayah kecamatan. Analisis GTWR dilakukan untuk mengetahui model faktor risiko prevalensi stunting berdasrkan karakteristik wilayah. Pemetaan wilayah berisiko stunting dapat memberikan gambaran tingkat risiko prevalensi stunting dan faktor risikonya pada tingkat kecamatan. Terdapat tren penurunan signifikan dalam prevalensi stunting di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor dari tahun 2020 hingga 2023. Terdapat autokorelasi spasial yang signifikan secara global pada tahun 2022 dan 2023 (p-value < 0,05) dengan Kecamatan Dramaga konsisten sebagai hotspot. Model faktor determinan stunting melalui uji GTWR menghasilkan variabel yang berpengaruh adalah diare balita, BBLR, ANC K4, imunisasi lengkap balita, akses air bersih dan ketinggian wilayah dengan nilai AIC sebesar 85,182 dan nilai R 2 sebesar 0,7105. Pemetaan yang dibuat dapat menyajikan gambaran sebaran risiko stunting dikaitkan dengan variabel utama asupan nutrisi, status kesehatan, layanan kesehatan dan lingkungan pemukiman dengan menampilkan tingkatan risiko pada setiap wilayah kecamatan. Data berbasis spasial yang dikemukakan dalam penelitian ini bisa dijadikan dasar pemerintah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor untuk mengidentifikasi wilayahwilayah dengan tingkat stunting yang tinggi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran stunting di wilayahnya.

The Indonesian government targets stunting prevalence to reach 14% in the final period of the RPJMN in 2024. In line with this, the Bogor Regency Government in the 2018-2023 RPJMD targets achieving stunting prevalence in 2023 to reach 19.6%. The Bogor City Government in the 2019-2024 RPJMD has set a target for stunting prevalence to reach 9.9% by 2024. In order to achieve the stunting reduction target, the policies that have been prepared need to be supported by regional-based data analysis with analytical methods that take into account regional context or known as spatial analysis. . This study aims to analyze the distribution pattern of stunting among children under five at the subdistrict level in Bogor Regency and Bogor City during the 2020-2023 period, compile a map of areas that are hotspots for stunting prevalence in the 2020-2023 period and the factors causing them and evaluate whether the priority for handling stunting in the Regency is Bogor and Bogor City are in accordance with the conditions for the distribution of stunting. This research is an ecological study with a sub-district level analysis unit using secondary data on the health profile of Bogor Regency and City for 2020-2023. The Moran's I Index test is used to identify spatial autocorrelation between sub-district areas. GTWR analysis was carried out to determine the risk factor model for stunting prevalence based on regional characteristics. Mapping areas at risk of stunting can provide an overview of the risk level of stunting prevalence and risk factors at the sub-district level. There is a significant decreasing trend in the prevalence of stunting in Bogor Regency and Bogor City from 2020 to 2023. There is significant spatial autocorrelation globally in 2022 and 2023 (p-value < 0.05) with Dramaga District consistently as a hotspot. The stunting determinant factor model using the GTWR test produces variables that influence toddler diarrhea, LBW, ANC K4, complete immunization for toddlers, access to clean water and regional altitude with an AIC value of 85.182 and an R2 value of 0.7105. The mapping created can provide an overview of the distribution of stunting risk associated with the main variables of nutritional intake, health status, health services and residential environment by displaying the level of risk in each sub-district area. The spatial-based data presented in this research can be used as a basis for the Bogor Regency and Bogor City governments to identify areas with high levels of stunting and identify factors that influence the spread of stunting in their areas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariani Tri Rahmi
"Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita yang diakibatkan karena kekurangan gizi kronis dan terjadi dalam jangka waktu panjang ditandai dengan tinggi/panjang badan anak terhadap usia <-2 SD kurva pertumbuhan WHO. Prevalensi Stunting di Indonesia pada tahun 2022 adalah 21,6%. Provinsi NTB merupakan salah satu provinsi yang mengalami kenaikan prevalensi stunting dari dari 31,4% pada tahun 2021 menjadi 32,7% pada tahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu faktor risiko penyebab stunting pada anak usia 24-59 bulan di Provinsi NTB. Desain dalam penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data SSGI 2022. Sampel dalam penelitian ini anak anak usia 24-59 bulan di Provinsi NTB yang terpilih menjadi responden SSGI 2022. Analisis data dilakukan menggunakan chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah balita dalam keluarga, sumber air minum, dan kepemilikan jamban berhubungan dengan kejadian stunting (p<0,05). Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di Provinsi NTB adalah sumber air minum setelah dipengaruhi oleh variabel jenis kelamin anak dan pendidikan ibu (OR : 1,399 ; 95% CI : 1,168-1,675).

Stunting is a condition of failure to grow in toddlers due to malnutrition over a long period of time characterized by the height/length of the child's body for age <-2 SD on the WHO growth curve. The prevalence of stunting in Indonesia in 2022 is 21.6%. NTB Province is one of the provinces that has experienced an increase in the prevalence of stunting from 31,4% in 2021 to 32,7% in 2022. This research aims to determine the risk factors that cause stunting in children aged 24-59 months in NTB Province. The design of this study was cross-sectional using SSGI 2022 data. The sample in this study was children aged 24-59 months in NTB Province who were selected as respondents to the SSGI 2022. Data analysis was carried out using chi-square and multiple logistic regression. The results of the study showed that gender, maternal education, maternal occupation, the number of children under five in the family, drinking water sources, and ownership of toilet were related to the incidence of stunting (p<0.05). The dominant factor associated with the incidence of stunting in children aged 24-59 months in NTB Province is drinking water sources which is influences by the sex of the child and maternal education (OR : 1,399 ; 95% CI : 1,168-1,675)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silviani J. Prissa
"Stunting juga dikenal sebagai "pendek", adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah 5 tahun akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Berdasarkan hasil SSGI tahun 2022, Provinsi Sulawesi Tengah menduduki peringkat ke 6 dengan prevalensi stunting mencapai 28,2%, turun 1,5% dari tahun 2021 yaitu 29,7% (peringkat 8). Namun, angka ini masih lebih tinggi dari rata–rata nasional sebesar 21,6 persen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang faktor determinan stunting pada anak usia 6–23 bulan di Provinsi Sulawesi Tengah. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi faktor anak, faktor ibu dan faktor rumah tangga. Analisis data menggunakan uji kai kuadrat dan regresi logistik berganda model determinan. Hasil penelitian menunjukkan, faktor anak (jenis kelamin, berat badan lahir, ISPA dan riwayat imunisasi), faktor ibu (pendidikan ibu), faktor rumah tangga (ketahanan pangan rumah tangga, sanitasi jamban, jumlah balita dalam keluarga) berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6–23 bulan. Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6–23 bulan adalah BBLR (OR: 2,306) setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, ISPA, riwayat imunisasi, pendidikan ibu, sanitasi jamban, dan jumlah balita dalam keluarga.

Stunting, also known as “shortness”, is a condition of failure to thrive in children under 5 years of age due to chronic malnutrition and recurrent infections especially in the period of the First 1,000 Days of Life (HPK), which is from the fetus until the child is 23 months old. Based on the results of the SSGI in 2022, Central Sulawesi Province is ranked 6th with a stunting prevalence of 28.2%, down 1.5% from 2021 which was 29.7% (rank 8). However, this figure is still higher than the national average of 21.6 percent. This study is a quantitative study with a cross-sectional design that determines stunting in children aged 6–23 months in Central Sulawesi Province. Independent variables in this study include child factors, maternal factors and household factors. Data analysis used the chi-square test and multiple logistic regression of the determinant model. The results showed that child factors (gender, birth weight, ARI and immunization history), maternal factors (mother's education), household factors (household food security, latrine sanitation, number of toddlers in the family) were associated with the incidence of stunting in children aged 6–23 months. The dominant factor associated with the incidence of stunting in children aged 6–23 months is LBW (OR: 2.306) after being controlled by variables of gender, ARI, immunization history, maternal education, latrine sanitation, and number of toddlers in the family."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Safitri
"Gagal tumbuh selama ini menggunakan pengukuran antropometri menurut indeks konvensional yang diukur terpisah, sementara kekurangan gizi tidak dapat berdiri sendiri. Pengukuran gagal tumbuh menggunakan CIAF diperlukan untuk melengkapi kegagalan antropometri yang lebih komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gagal tumbuh dengan perkembangan anak usia 24-59 bulan di desa lokus stunting wilayah kerja Puskesmas Sungai Limau. Menggunakan desain studi cross sectional dengan teknik simple random sampling, analisis chisquare dan regresi logistik model faktor risiko dengan sampel 105 anak usia 24-59 bulan. Anak mengalami perkembangan meragukan sebanyak 31,4%, perkembangan sesuai 68,6%, gagal tumbuh sebanyak 29,5% dan normal 70,5%. Hasil bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara gagal tumbuh dengan perkembangan anak(p=0,028), gagal tumbuh berhubungan dengan perkembangan motorik kasar (p=0,002) dan kemampuan bicara bahasa (p=0,050).Variabel lain yang berhubungan dengan perkembangan anak yaitu pendidikan ibu (p=0,002), pekerjaan ibu (p=0,003), pendapatan(p=0,003), ASI ekslusif (p=0,0034), dan stimulasi (p=0,0005). Analisis multivariat menunjukkan gagal tumbuh tetap konsisten berhubungan dengan perkembangan anak (p=0,002). Gagal tumbuh berhubungan dengan perkembangan meragukan setelah dikontrol beberapa variabel kovariat. Pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang anak memerlukan kerjasama dan komitmen lintas sektor kesehatan dan pendidikan yaitu mengintegrasikan kegiatan posyandu dan Pendidikan Anak Usia Dini.

Failure to thrive so far using anthropometric measurements according to conventional indices measured separately, while malnutrition cannot stand alone. Measurement of failure to thrive using CIAF is needed to complement more comprehensive anthropometric failures. This study aims to determine the relationship between failure to thrive and the development of children aged 24-59 months in the stunting locus village of the Sungai Limau Health Center work area. Using a cross-sectional study design with simple random sampling techniques, chisquare analysis and logistic regression risk factor models with a sample of 105 children aged 24-59 months. Children experienced dubious development as much as 31.4%, corresponding development 68.6%, failure to grow as much as 29.5% and normal 70.5%. Bivariate results showed an association between failure to thrive with child development (p = 0.028), failure to thrive was associated with gross motor development (p = 0.002) and speech skills (p = 0.050). Other variables related to child development were maternal education (p = 0.002), maternal employment (p = 0.003), income (p = 0.003), exclusive breastfeeding (p = 0.0034), and stimulation (p = 0.0005). Multivariate analysis showed failure to thrive remained consistently associated with child development (p = 0.002). Failure to thrive was associated with dubious development after controlling for several covariate variables. The implementation of early detection programs for child growth and development requires cooperation and commitment across the health and education sectors, namely integrating posyandu and Early Childhood Education activities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yola Orsellya Ardhini
"Permasalahan stunting di Kabupaten Magetan saat ini menjadi program prioritas bagi Pemerintah Kabupaten Magetan. Hal tersebut didasari karena stunting berpengaruh langsung terhadap kondisi daya saing di tingkat lokal, nasional, bahkan dunia. Tingginya prevalensi stunting menempatkan Kabupaten Magetan sebagai salah satu Kabupaten/Kota Prioritas Penanganan Stunting di Indonesia. Ada tiga masalah utama penyebab tingginya angka stunting di Kabupaten Magetan, yaitu pertama, kondisi ekonomi atau tingkat kemiskinan, kedua, pola asuh balita yang tidak tepat dan dibarengi dengan kurangnya kesadaran masyarakat, serta yang ketiga masih terdapat beberapa desa lokus stunting dengan prevalensi tinggi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis strategi Pemerintah Kabupaten Magetan dalam mengatasi masalah stunting. Teori utama dalam penelitian ini adalah teori strategi dan manajemen strategi yang mencakup tipe-tipe strategi serta analisis SWOT. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Magetan telah melaksanakan strategi untuk mengatasi masalah stunting, meskipun pada pelaksanaan program di lapangan sempat mengalami beberapa hambatan, salah satunya pandemi Covid-19. Strategi penanganan stunting di Kabupaten Magetan juga telah didasarkan pada empat tipe strategi yaitu strategi organisasi, strategi program, strategi pendukung sumber daya, dan strategi kelembagaan. Berdasarkan tipe-tipe strategi tersebut, selanjutnya dapat diketahui analisis SWOT yang meliputi aspek kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dari strategi yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Magetan dalam mengatasi stunting.

The problem or issue of stunting in Magetan Regency is currently a priority program for the Magetan Regency Government. This is because stunting directly affects competitiveness at local, national, and even global levels. The high prevalence of stunting places Magetan Regency as one of the Priority Regencies/Cities for Stunting Management in Indonesia. There are three main issues causing the high rate of stunting in Magetan Regency: first, economic conditions or poverty levels, second, improper parenting of toddlers coupled with a lack of community awareness, and third, there are still several villages that are stunting loci with high prevalence. This research aims to analyze the Magetan Regency Government's strategy in addressing the stunting problem. The main theory in this research is strategy and strategic management theory, which includes types of strategies and SWOT analysis. This thesis uses a qualitative method with a descriptive research type. Data collection in this research was carried out through in-depth interviews and literature studies. The results of the research show that the Magetan Regency Government has implemented strategies to address the stunting issue, although there were some obstacles in the implementation of the program in the field, one of which was the Covid-19 pandemic. The stunting management strategy in Magetan Regency is also based on four types of strategies: organizational strategy, program strategy, resource support strategy, and institutional strategy. Based on these types of strategies, further SWOT analysis can be conducted, including aspects of strengths, weaknesses, opportunities, and threats of the strategies implemented by the Magetan Regency Government in addressing stunting."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Yuliana
"Stunting merupakan pertumbuhan tinggi badan anak yang tidak normal yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang terlihat sejak balita usia 24 bulan. Angka prevalensi kasus stunting di Provinsi Banten menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (2021) mencapai 294.862 balita dan masuk lima besar daerah dengan angka stunting tertinggi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi, hubungan, interaksi dan colinearitas ASI eksklusif dengan kejadian stunting dikontrol oleh factor determinan stunting. Disain studi penelitian yaitu cross sectional dengan mengambil data Riskesdas 2018 mengenai stunting dan faktor determinan stunting. Dari hasil penelitian diperoleh kasus stunting di Provinsi Banten pada baduta usia 6-23 bulan sebanyak 29,2%. Baduta yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif 1,2 kali lebih berisiko mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI secara eksklusif setelah dikontrol oleh BBLR, MP-ASI dan panjang badan lahir. Berdasarkan penelitian ini program pemeriksaan kesehatan pra-menikah bekerjasama dengan KUA dan fasilitas kesehatan setempat perlu dilakukan guna mencegah terjadinya BBLR dan panjang badan lahir tidak normal. Serta melakukan penyuluhan berupa praktik pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI pada calon orang tua bayi dan keluarga besar bayi (nenek, kakek, paman, bibi), supaya pengaruh budaya tidak mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif.

Stunting is an abnormal growth in children's height caused by chronic malnutrition and recurrent infections that have been seen since the age of 24 months. The prevalence rate of stunting cases in Banten Province according to the Indonesian Toddler Nutrition Status Survey (2021) reached 294,862 toddlers and is included in the top five regions with the highest stunting rate in Indonesia. The purpose of this study was to determine the frequency distribution, relationship, interaction and colinearity of exclusive breastfeeding with the incidence of stunting being controlled by the determinants of stunting. The research study design is cross sectional by taking the 2018 Riskesdas data regarding stunting and the determinants of stunting. From the results of the study, it was found that stunting cases in Banten Province in children aged 6-23 months were 29.2%. Under-fives who are not exclusively breastfed are 1.2 times more at risk of experiencing stunting compared to toddlers who are exclusively breastfed after being controlled by low birth weight, complementary foods, and birth length. Based on this research, a pre-marital health check-up program in collaboration with the Office of Religious Affairs and local health facilities needs to be carried out to prevent low birth weight and abnormal birth length. As well as conducting counseling in the form of the practice of exclusive breastfeeding and complementary foods for prospective baby parents and the baby's extended family (grandmothers, grandparents, uncles, aunts), so that cultural influences do not affect exclusive breastfeeding."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Mizan
"Stunting adalah kondisi ketidakmampuan pertumbuhan linier yang terjadi akibat masalah gizi, dan memiliki dampak negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Data SSGI menyebutkan prevalensi stunting pada balita di Provinsi Jawa Barat mencapai 24,5% (tahun 2021) dan 20,2% (tahun 2022). Masih jauh dari target RPJMN 2020-2024 yaitu 14% dan minimal standar WHO yaitu 20%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan akses pelayanan kesehatan balita dengan kejadian stunting di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain cross sectional. Data yang dianalisis bersumber dari SSGI (Studi Stasus Gizi Indonesia) tahun 2021 dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Populasinya sebanyak 4.530 rumah tangga balita, dan sampel sebanyak 4.526 balita di Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara usia balita, berat badan lahir, panjang badan lahir, keberagaman konsumsi, klasifikasi wilayah, fasilitas kesehatan jauh, pemberian vitamin A, status imunisasi, kepemilikan buku KIA, dan sumber air minum dengan kejadian stunting. Penelitian ini menyarankan perlunya peningkatan koalisi stunting lintas sektor di tiap tingkatan wilayah. Dan menempatkan tenaga Kesehatan Masyarakat (Kesmas) dalam program Integrasi Layanan Primer (ILP) untuk mendampingi perawat dan bidan di setiap desa/kelurahan.

Stunting is a condition of linear growth inability that occurs due to nutritional problems, and has negative impacts in both the short and long term. SSGI data states that the prevalence of stunting among toddlers in West Java Province reached 24.5% (in 2021) and 20.2% (in 2022). It is still far from the 2020-2024 RPJMN target of 14% and the minimum WHO standard of 20%. The aim of this research is to determine the relationship between access to health services for toddlers and the incidence of stunting in West Java Province. This research is quantitative with a cross sectional design. The data analyzed comes from the 2021 SSGI (Indonesian Nutritional Status Study) with univariate, bivariate and multivariate analysis. The population was 4,530 households under five, and the sample was 4,526 toddlers in West Java Province. The results of the research show that there is a relationship between toddler age, birth weight, birth length, diversity of consumption, regional classification, distant health facilities, vitamin A administration, immunization status, ownership of KIA books, and drinking water sources with the incidence of stunting. This research suggests the need to increase cross-sector stunting coalitions at each regional level. And placing Community Health (Kesmas) workers in the Primary Service Integration (ILP) program to accompany nurses and midwives in every village/sub-district."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>