Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191776 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jasmine Anindita Humaira
"Kurangnya hubungan sosial di dunia nyata dapat mendorong perempuan dewasa muda untuk membangun kedekatan dengan sosok idola, yang dikenal sebagai hubungan parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kesepian dapat memprediksi hubungan parasosial secara positif pada perempuan dewasa muda penggemar K-Pop di Indonesia. Partisipan berjumlah 389 orang perempuan berusia 18–25 tahun yang mengidentifikasi diri sebagai penggemar K-Pop. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan teknik analisis regresi linear sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah UCLA Loneliness Scale Version 3 untuk mengukur kesepian dan Multidimensional Parasocial Relationship Measure untuk mengukur hubungan parasosial, yang mencakup dimensi para-friendships dan para-romantic love. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesepian secara signifikan memprediksi para-friendships (R2 = 0.044, F(1, 387) = 17.68, p < .001) dan para-romantic love (R2 = 0.015, F(1, 387) = 5.89, p = .016), dengan effect size yang kecil. Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kesepian, semakin besar kecenderungan individu membentuk hubungan parasosial dengan idola K-Pop. Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai kontribusi literatur untuk memperluas pemahaman mengenai kesepian dan hubungan parasosial, serta menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya dalam konteks psikologi dan budaya popular.

The lack of real-life social relationships may lead young adult women to form emotional bonds with public figures, known as parasocial relationships. This study aims to examine whether loneliness can positively predict parasocial relationships among young adult women who are K-Pop fans in Indonesia. A total of 389 female participants aged 18–25 who identified themselves as K-Pop fans took part in this study. A correlational quantitative approach was used with simple linear regression analysis. The instruments employed were the UCLA Loneliness Scale Version 3 to measure loneliness and the Multidimensional Parasocial Relationship Measure to assess parasocial relationships, covering two dimensions: para-friendships and para-romantic love. The results showed that loneliness significantly predicted para- friendships (R2 = 0.044, F(1, 387) = 17.68, p < .001) and para-romantic love (R2 = 0.015, F(1, 387) = 5.89, p = .016), with small effect sizes. These findings indicate that the higher the level of loneliness experienced by individuals, the greater their tendency to form parasocial relationships with K-Pop idols. The implications of this study contribute to the literature by enhancing understanding of the link between loneliness and parasocial relationships, and serve as a foundation for future research in psychological and popular culture contexts."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Syukriya Maharani
"Penelitian ini bertujuan melihat kontribusi relasi parasosial terhadap tingkat well-being remaja penggemar idola K-Pop di Indonesia. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat kontribusi yang signifikan dari relasi parasosial terhadap well-being. Penelitian dilakukan menggunakan metode korelasional regresi dengan teknik analisis simple regression pada 566 partisipan WNI berusia 15–19 tahun yang merupakan penggemar K-Pop. Alat ukur yang digunakan adalah Parasocial Interaction Scale Short Version untuk relasi parasosial dan EPOCH (Engagement, Perseverance, Optimism, Connectedness, dan Happiness) untuk well-being. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring menggunakan Google Form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi parasosial (M =2.90, SD = 0.39) berkontribusi secara positif dan signifikan sebesar 3.4% terhadap well-being (M = 3.04, SD = 0.47), F(1, 566) = 20.09, p < 0.001, R2 = 0.034. Kesimpulannya, hasil penelitian mendukung hipotesis, yaitu relasi parasosial berkontribusi terhadap tingkat well-being remaja penggemar idola K-Pop di Indonesia. Implikasi penelitian ini adalah penambahan pengetahuan terkait kontribusi yang dapat diberikan oleh relasi parasosial terhadap well-being.

This study aims to examine the contribution of parasocial relationship to Indonesian adolescence K-Pop idol fans’ well-being. The hypothesis stated that there is a significant contribution of parasocial relationship to well-being. This study was conducted using correlational regression method on 566 Indonesia citizens aged 15–19 years old who are K-Pop fans. The measuring instrument used is Parasocial Interaction Scale Short Version for parasocial relationship and EPOCH (Engagement, Perseverance, Optimism, Connectedness, and Happiness) for well-being. The questionnaire was distributed online using Google Form. Result showed that parasocial relationship (M = 2.90, SD = 0.39) positively contributed as significant as 3.4% to one’s well-being (M = 3.04, SD = 0.47), F(1, 566) = 20.09, p < 0.001, R2 = 0.034. In conclusion, the result of this study supports the hypothesis that parasocial relationship contributed to Indonesian adolescence K-Pop idol fans’ well-being. The implication of this study is to gain more knowledge related to the contribution of parasocial relationship to well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neyla Alyssa Putri
"Dewasa muda merupakan kelompok usia yang berada dalam krisis perkembangan intimacy versus isolation, sehingga rentan terlibat secara emosional dengan figur media melalui hubungan parasosial. Dalam konteks budaya K-Pop, hubungan ini diperkuat oleh intensitas interaksi satu arah antara penggemar dan idola, yang dapat memengaruhi cara individu menilai kehidupannya secara subjektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hubungan parasosial dan subjective well-being pada dewasa muda penggemar K-Pop. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif korelasional melalui desain non-eksperimental. Sebanyak 398 partisipan berusia 19–30 tahun yang merupakan penggemar K-Pop mengikuti penelitian ini. Alat ukur yang digunakan adalah Parasocial Relationships Scale (PSR), Satisfaction With Life Scale (SWLS), dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE). Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan parasosial berkorelasi positif secara signifikan dengan kepuasan hidup (r = 0,207, p < 0,001) dan afek positif (r = 0,224, p < 0,001), serta berkorelasi negatif dengan afek negatif (r = –0,117, p < 0,01). Temuan ini menunjukkan bahwa hubungan parasosial yang lebih tinggi berkorelasi dengan tingkat subjective well-being yang lebih tinggi pada dewasa muda penggemar K-Pop. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan parasosial dapat menjadi salah satu sumber dukungan emosional alternatif yang berkontribusi pada subjective well-being individu, khususnya pada dewasa muda penggemar K-Pop.

Young adulthood is a developmental stage marked by the psychosocial conflict of intimacy versus isolation, making individuals in this age group more susceptible to emotional attachment with media figures through parasocial relationships. In the context of K-Pop culture, this bond is intensified by the one-sided interactions between fans and idols, potentially shaping how individuals evaluate their lives subjectively. This study aims to examine the relationship between parasocial relationships and subjective well-being among young adult K-Pop fans. Using a correlational quantitative approach with a non-experimental design, data were collected from 398 participants aged 19–30 who identified as K-Pop fans. The instruments used included the Parasocial Relationships Scale (PSR), Satisfaction With Life Scale (SWLS), and the Scale of Positive and Negative Experience (SPANE). Results showed that parasocial relationships were significantly positively correlated with life satisfaction (r = .207, p < .001) and positive affect (r = .224, p < .001), and significantly negatively correlated with negative affect (r = –.117, p < .01). These findings suggest that stronger parasocial relationships are associated with higher levels of subjective well-being in young adults. The study implies that parasocial relationships may serve as an alternative source of emotional support contributing to young adults' well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandini Rizki Nurbaiti
"Remaja berada pada fase pencarian jati dirinya, sebagaimana tahap perkembangan psikososial remaja yaitu identity versus role confusion. Pencarian identitas diri remaja seringkali dikaitkan dengan tokoh idola yang rentan menimbulkan perilaku parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parasocial relationship dengan status identitas diri remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta. Penelitian dengan metode kuantitatif jenis analisis-korelasi dengan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 108 remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Instrumen Ego Identity Process Questionnaire digunakan untuk mengukur status identitas diri dan Celebrity Attitude Scale untuk mengukur hubungan parasosial. Hasil analisis univariat yaitu sebanyak 35,2% remaja berada pada fase identitas diri achievement dan 50% remaja memiliki hubungan parasosial dengan tokoh idolanya pada tingkat intense personal feeling. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Spearman rho menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan parasosial dengan status identitas diri remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta (p value: 0.005 r: -0.271). Kesimpulan penelitian ini adalah aktivitas pengidolaan membentuk hubungan parasosial dengan tokoh idola yang turut memengaruhi status identitas diri yang dicapai oleh remaja pada tahap perkembangannya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan variabel lain yang berkaitan dengan hubungan parasosial terhadap status identitas diri remaja.

Adolescents are in an identity-searching period, as is the stage of adolescent psychosocial development, specifically identity vs role confusion. The search for self-identity in adolescents is frequently related with idol figures who are prone to triggering parasocial conduct. The purpose of this study is to investigate the relationship between parasocial relationships and self-identity construction among K-Pop enthusiasts in DKI Jakarta. This study recruited 108 teenage K-Pop enthusiasts in DKI Jakarta who were chosen using a simple random samplingsimple strategy and a quantitative method of correlation-analysis. The Ego Identity Process Questionnaire was used to assess identity status, and the Celebrity Attitude Scale to measure parasocial relationships. The results of the univariate analysis showed that 35,2% of adolescents were in the achievement self-identity phase and 50% of adolescents had a parasocial relationship with their idol at the level of intense personal feeling. The results of bivariate analysis using the Spearman rho test showed that there was a significant relationship between parasocial relations and the self-identity status of young K-Pop fans in DKI Jakarta (p value: 0.005 r: -0.271). The conclusion of this study is that idolizing activities form parasocial relationships with idol figures which also influence the identity status achieved by adolescents at their developmental stage. Future research is expected to be able to relate other variables related to parasocial relationships to adolescent self-identity status."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farsya Khairani Permana Adi
"Fenomena boikot terhadap figur publik, seperti yang terjadi pada kolaborasi grup K-Pop NCT dengan Starbucks di tahun 2024, menyoroti kompleksitas perilaku penggemar sebagai konsumen di tengah isu moral dan sosial, terutama mengingat dinamika hubungan parasosial antara penggemar dan idola. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara hubungan parasosial dan intensi boikot, serta menguji peran mediasi persepsi transgresi moral dalam korelasi tersebut pada 370 penggemar grup K- Pop NCT di Indonesia yang berusia 18–25 tahun. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional dan uji mediasi sederhana (Model 4) oleh PROCESS Macro dari Andrew Hayes, hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan parasosial tidak memiliki korealasi secara langsung dengan intensi boikot penggemar dan persepsi transgresi memiliki peran penting sebagai mediator dalam memprediksi korelasi antara hubungan parasosial dan intensi boikot pada penggemar sebagai konsumen. Penelitian ini dapat berkontribusi terhadap pengembangan kajian literatur hubungan parasosial dan perilaku konsumen, khususnya dalam konteks perilaku boikot.

The phenomenon of boycotting public figures, as seen in the 2024 collaboration between the K-Pop group NCT and Starbucks, highlighted the complexity of fans as a consumer behavior amid moral and social issues, particularly considering the dynamics of parasocial relationships between fans and idols. This study aimed to analyze the correlation between parasocial relationships and boycott intention, as well as to examine the mediating role of perceived moral transgression in that correlation among 370 Indonesian fans of the K-Pop group NCT aged 18–25. Using a quantitative approach with a correlational method and simple mediation analysis (Model 4) from Andrew Hayes' PROCESS Macro, the findings showed that parasocial relationships did not have a direct correlation with fans’ boycott intention. Moreover, perceived moral transgression played a significant mediating role in predicting the correlation between parasocial relationships and boycott intention among fans as consumers. This study may contribute to the development of parasocial relationship and consumer behavior literature, particularly in the context of boycott behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Aliyah Rachman
"Penerapan 'Paid Partnership' sebagai disclosure language pada Instagram mengubah implementasi celebrity endorsement di media sosial. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki apakah keberadaan label 'Paid Partnership' sebagai disclosure language pada unggahan berbayar berpengaruh langsung terhadap intensi membeli dengan hubungan parasosial sebagai moderator. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental between-subject pada perempuan dewasa pengguna Instagram di Indonesia dalam rentang umur 18-34 tahun. Disclosure language dipilih sebagai variabel bebas (tanpa disclosure language dan dengan disclosure language), hubungan parasosial sebagai moderator, dan intensi membeli sebagai variabel terikat. Analisis Multiple Regression digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari disclosure language terhadap intensi membeli dan hubungan parasosial juga tidak secara signifikan memoderasi pengaruh disclosure language terhadap intensi membeli. Sementara, penelitian justru menemukan hubungan parasosial menunjukkan pengaruh langsung terhadap intensi membeli. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa hubungan parasosial dapat menjadi prediktor munculnya intensi membeli.

The implementation of 'Paid Partnership' as a disclosure language on Instagram has changed the way of celebrity endorsements are presented on social media. This research was conducted to investigate whether the appearance of the 'Paid Partnership' as a disclosure language in paid post has a direct effect on purchase intention with parasocial relationship as a moderator. This research is a between-subject experimental study on adult female Instagram users in Indonesia within the age of 18-34 years old. Disclosure language was chosen as the independent variable (no disclosure language and with disclosure language), parasocial relationship as the moderator, and purchase intention as the dependent variable. Multiple Regression Analysis is used to test the hypothesis of this study. The results shown that there was no significant effect of disclosure language on purchase intentions and parasocial relationships also did not significantly moderate the effect of disclosure language towards purchase intentions. Meanwhile, this research discovered that parasocial relationship show a direct effect on purchase intention. This research implies that parasocial relationships can be a predictor of purchase intentions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfrida Dwiyanti
"Penelitian ini mengeksplorasi bentuk interaksi parasosial yang terjadi pada penggemar musik K-Pop yang berusia dewasa muda (26 – 39 tahun). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta wawancara mendalam terhadap 4 perempuan dewasa muda untuk pengambilan data. Data dianalisis melalui coding dan ditulis dengan teknik analisis naratif. Pada penelitian ini, interaksi parasosial dilihat dari aktivitas penggemar yang dilakukan dan memasukkan perspektif usia dewasa muda, sehingga dapat terlihat bagaimana interaksi parasosial berperan dalam kehidupan penggemar. Karakteristik individu dewasa muda turut melatarbelakangi bentuk interaksi parasosial yang dialami penggemar. Hasil analisis menemukan adanya keterbatasan sebagai individu dewasa muda yang berpotensi menghentikan interaksi parasosial pada diri penggemar. Namun, keterbatasan tersebut diatasi dengan penggunaan media digital dan fandom. Penelitian ini menemukan interaksi parasosial pada penggemar dewasa muda digunakan sebagai sarana media enjoyment.

This research explores forms of parasocial interactions that occur in K-Pop music fans who are young adults (26-39 years). This study uses a qualitative approach, phenomenological strategy, and in-depth interviews with 4 young adult women. The data were analyzed through coding process and written with narrative analysis techniques. Parasocial interaction in this study are seen from the fan activity and include the age perspective as young adults (life course perspectives), so the study can see how parasocial interactions have a role in the fans’ life. Characteristics of young adult individuals also contribute to the form of parasocial interactions experienced by the fans. The results of this research found that young adult fans have limitations that potentially stop parasocial interactions in fans. However, these limitations are overcome by the use of digital media and fandom. This study found interactions in young adult fans are used as media enjoyment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahadanti
"Kurangnya hubungan sosial di dunia nyata dapat mendorong remaja untuk membangun kedekatan dengan sosok idola atau biasa disebut relasi parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah kesepian berhubungan dengan kepemilikan relasi parasosial pada remaja penggemar K-pop. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan menyasar pada sampel remaja penggemar K-Pop (N=575) yang berkewarganegaraan Indonesia dan berusia 15-19 tahun. Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis Pearson Product Moment Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian tidak berhubungan dengan kepemilikan relasi parasosial pada remaja penggemar K-pop. Adapun implikasi dari penelitian ini adalah sebagai sumber pengetahuan dan sarana refleksi diri terkait kesepian dan kepemilikan relasi parasosial di usia remaja.

Lack of social relations in the real world would encourage adolescence to build closeness with idol figures through parasocial relationships. This study aims to find out whether loneliness is related to having parasocial relationships in adolescent K-pop fans. This research was conducted using a quantitative method and targeted a sample of young K-Pop fans (N=575) who are Indonesian citizens aged 15-19. The Pearson Correlation analysis technique is used to do data analysis. This study shows that loneliness is not related to parasocial relationships in adolescent K-pop fans. However, this study could be used as a source of knowledge and self-reflection related to loneliness and ownership of parasocial relations in adolescence"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Yolanda Nabasa
"Saat ini, semakin banyak perusahaan yang menggunakan selebritas asal Korea Selatan untuk mempromosikan produknya. Hal ini dilakukan karena selebritas asal Korea Selatan dianggap dapat menciptakan kesan kedekatan personal dengan para penggemar mereka, atau yang secara ilmiah disebut sebagai hubungan parasosial. Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa hubungan parasosial berhubungan dengan perilaku konsumen, seperti intensi pembelian dan pembelian impulsif. Pembelian impulsif juga ditemukan berhubungan dengan materialisme seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hubungan parasosial dan pembelian impulsif pada penggemar selebritas asal Korea Selatan dan apakah materialisme berperan sebagai moderator pada hubungan tersebut. Sebanyak 359 penggemar selebritas asal Korea Selatan yang berusia 20 – 25 tahun mengikuti penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan parasosial memprediksi pembelian impulsif pada penggemar selebritas asal Korea Selatan (B= 0.33, SE= 0.04, p<0.01), akan tetapi materialisme ditemukan tidak memoderasi hubungan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam merancang strategi pemasaran produk untuk meningkatkan penjualan dan di sisi lain meningkatkan literasi konsumen, termasuk penggemar selebritas asal Korea Selatan, untuk lebih sadar dan berhati-hati ketika membeli produk yang dipromosikan oleh idolanya.

Currently, an increasing number of companies are using South Korean celebrities to promote their products. This is done because South Korean celebrities are believed to create a sense of personal closeness with their fans, known scientifically as parasocial relationships. Previous studies have found that parasocial relationships are related to consumer behavior, such as purchase intention and impulsive buying. Impulsive buying has also been found to be related to an individual's materialism. This study aims to investigate the relationship between parasocial relationships and impulsive buying among fans of South Korean celebrities, and whether materialism plays a moderating role in this relationship. A total of 359 fans of South Korean celebrities, aged 20-25, participated in this study. The research was conducted by distributing an online questionnaire. The results of the study indicate that parasocial relationships predict impulsive buying among fans of South Korean celebrities (B= 0.33, SE= 0.04, p<0.01). However, materialism was found to not moderate this relationship. The findings of this study are expected to provide insights for companies in designing marketing strategies to increase sales, while also enhancing consumer literacy, including among fans of South Korean celebrities, to be more aware and cautious when purchasing products promoted by their idols."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsaa Salsabila Syawal
"Penelitian ini mengeksplorasi hubungan parasosial antara K-pop Idol NCT dan penggemar NCTzen melalui aplikasi Lysn Bubble. Penelitian ini menggunakan teori hubungan parasosial milik Horton dan Wohl untuk melihat bagaimana ikatan sosial dan ikatan emosional yang dibentuk oleh NCTzen. Paradigma yang digunakan adalah paradigma post-positivistik dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam. Dengan pendekatan interaksi simbolik, penelitian ini mengungkap bahwa hubungan parasosial antara NCT dan NCTzen melalui Lysn Bubble telah berkembang menjadi interaksi dua arah yang lebih interaktif dan responsif. Penggunaan simbol dan pesan personal di aplikasi ini memperkuat keaslian hubungan, sementara pandemi mendorong keterlibatan online yang lebih dalam. Motivasi penggemar yang beragam menciptakan dimensi baru dalam hubungan parasosial, memenuhi kebutuhan psikologis dan membentuk realitas sosial baru. Penelitian ini menyoroti bagaimana teknologi dan komunikasi memfasilitasi hubungan parasosial yang dinamis dan interaktif di era digital.

This research explores the parasocial relationship between K-pop Idol NCT and fans NCTzen through the Lysn Bubble app. This research uses Horton and Wohl's parasocial relationship theory to see how social bonds and emotional bonds are formed by NCTzen. The paradigm used is the post-positivistic paradigm with data collection techniques in the form of in-depth interviews. Using a symbolic interaction approach, this study reveals that the parasocial relationship between NCT and NCTzen through Lysn Bubble has developed into a more interactive and responsive two-way interaction. The use of symbols and personalized messages on the app reinforces the authenticity of the relationship, while the pandemic encourages deeper online engagement. Fans' diverse motivations create new dimensions in parasocial relationships, fulfilling psychological needs and shaping new social realities. This research highlights how technology and communication facilitate dynamic and interactive parasocial relationships in the digital age."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>