Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164747 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aloysia Karina Nourmalitasari
"Dalam relasi antara anak dan orang tua, self-disclosure dapat mencerminkan sejauh mana anak berupaya mempertahankan kedekatan emosional dengan orang tuanya. Salah satu pendekatan pengasuhan yang diyakini mampu mendorong keterbukaan anak terhadap orang tua adalah mindful parenting. Penelitian ini difokuskan untuk mengeksplorasi hubungan antara persepsi individu terhadap mindful parenting dan kecenderungan melakukan self-disclosure pada dewasa awal. Persepsi terhadap mindful parenting diukur melalui instrumen Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IM-P) yang telah dimodifikasi untuk merepresentasikan sudut pandang anak. Sementara itu, kecenderungan self-disclosure diukur dengan Revised Self- Disclosure Scale (RSDS) yang telah diadaptasi secara khusus dalam konteks relasi anak dan orang tua. Studi ini melibatkan sebanyak 245 partisipan berusia 18 hingga 25 tahun yang masih memiliki keterhubungan aktif dengan orang tua mereka. Temuan dari analisis data menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara persepsi terhadap mindful parenting dan perilaku self-disclosure pada kelompok dewasa awal (r = 0,556, p < 0,001). Implikasi dari temuan ini menunjukkan pentingnya penerapan mindful parenting oleh orang tua untuk mendorong self-disclosure anak yang sedang mengalami transisi menuju masa dewasa.

Within the parent-child relationship, self-disclosure may reflect the extent to which children strive to maintain emotional closeness with their parents. One parenting approach believed to foster greater openness from children is mindful parenting. This study aimed to examine the association between individuals’ perceptions of mindful parenting and their tendency to engage in self-disclosure during emerging adulthood. Perceived mindful parenting was assessed using a modified version of the Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IM-P), adapted to capture the child’s perspective. Meanwhile, self-disclosure tendencies were measured using the Revised Self-Disclosure Scale (RSDS), which was specifically tailored to the context of parent- child relationships. A total of 245 participants aged 18 to 25, who maintained active connections with their parents, took part in this study. The results revealed a significant positive correlation between perceived mindful parenting and self-disclosure behavior among emerging adults (r = 0.556, p < 0.001). These findings imply the importance of implementing mindful parenting by parents to encourage self-disclosure in children who are transitioning to adulthood."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakia Virgine Balqis
"Remaja merupakan masa dimana individu mulai mengalami emosi yang intens dan fluktuatif serta meningkatnya kebutuhan akan otonomi dan privasi. Hal ini membuat remaja cenderung memberikan sedikit informasi kepada orang tua atau lebih sedikit melakukan disclosure kepada orang tua. Padahal, proses disclosure tersebut dapat membantu orang tua untuk memonitor aktivitas anak remajanya. Oleh karena itu diperlukan peran orang tua untuk menciptakan lingkungan yang positif seperti melakukan penerimaan, regulasi emosi, dan menyadari kondisi emosi remaja sehingga proses komunikasi dengan remaja dapat tetap berjalan dengan baik. Perilaku orang tua tersebut terangkum dalam konsep mindfulness yang diterapkan dalam pengasuhan atau mindful parenting. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara perceived mindful parenting dengan self disclosure pada remaja. Instrumen yang digunakan untuk mengukur perceived mindful parenting adalah Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IMP-31) dari De Bruin (2014) sedangkan self disclosure diukur dengan Jourard Self Disclosure Questionnaire dari Jourard dan Lasakow (1958). Sampel penelitian berjumlah 241 remaja dengan rentang usia 15 hingga 18 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived mindful parenting dan self disclosure pada remaja (r=0.442, p< 0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheryllita Wedryanto
"Self-disclosure (pengungkapan diri) kepada orang tua penting bagi kesejahteraan psikologis emerging adults, tetapi cenderung berubah seiring meningkatnya otonomi. Komunikasi interpersonal yang efektif—meliputi keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan—diduga berperan penting dalam mendorong kecenderungan self-disclosure tersebut. Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan aspek-aspek komunikasi interpersonal dalam memprediksi kecenderungan self-disclosure pada emerging adults. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional dengan analisis regresi linear berganda. Partisipan penelitian terdiri dari 222 emerging adults (18–25 tahun, M = 21,2, SD = 1,87) yang masih berkomunikasi dengan orang tua. Alat ukur yang digunakan meliputi Skala Persepsi Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Remaja (yang telah disesuaikan dengan konteks emerging adults) dan Self-Disclosure Scale. Hasil menunjukkan bahwa persepsi terhadap komunikasi interpersonal dengan orang tua secara keseluruhan signifikan dalam memprediksi self-disclosure pada emerging adults. Dari lima aspek, keterbukaan, empati, dan sikap positif ditemukan sebagai prediktor yang signifikan, sedangkan sikap mendukung dan kesetaraan tidak signifikan. Temuan ini dapat menjadi dasar evaluasi bagi orang tua dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif untuk mendorong self-disclosure anak pada fase transisi menuju dewasa serta dalam pengembangan intervensi keluarga.

Self-disclosure to parents is important for emerging adults’ psychological well-being, but tends to change as autonomy increases. Effective interpersonal communication—including openness, empathy, supportiveness, positiveness, and equality—is believed to play an important role in encouraging this self-disclosure tendency. This study aims to examine the ability of interpersonal communication aspects in predicting self-disclosure tendencies in emerging adults. The research method used is quantitative correlational with multiple linear regression analysis. The participants consisted of 222 emerging adults (18-25 years old, M = 21.2, SD = 1.87) who are still in communication with their parents. The measurement tools used are Skala Persepsi Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Remaja (which has been adapted to the context of emerging adults) and Self-Disclosure Scale. The results show that perceptions of overall parental interpersonal communication significantly predict self-disclosure in emerging adults. Among the five aspects, openness, empathy, and positiveness were found to be significant predictors, while supportiveness and equality were not. These findings can be the basis of evaluation for parents in building effective interpersonal communication to encourage children's self-disclosure in the transition phase to adulthood and contribute to the development of family interventions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Hanif Maulida
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran disclosure sebagai mediator dalam hubungan antara status hubungan dan subjective well-being, dengan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan yang mengikuti penelitian ini terdiri dari 314 individu yang berusia 18- 25 tahun, menggunakan aplikasi kencan daring dalam enam bulan terakhir, atau bertemu dengan teman atau pasangan melalui aplikasi kencan daring atau jaringan sosial, dengan partisipan perempuan berjumlah 189 (60,2%). Pengukurun self-disclosure dilakukan dengan menggunakan Self-Disclosure Index (SDI), sementara subjective well-being diukur berdasarkan skor. The Satisfaction With Life Scale Positive and Negative Affect Schedule(PANAS) yang dijumlahkan menjadi satu skor subjective well-being yang sudah terstandarisasi. Hasil analisis dengan teknik regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat peran mediasi self-disclosure dalam hubungan antara status hubungan dan subjective well-being. Perbedaan tingkat subjective well-being yang ditemukan antara kelompok status lajang dan berkencan signifikan dimediasi dengan self-disclosure indirect effect  = [0,914, - 5,005]). Perbedaan tingkat subjective well-being yang ditemukan antara kelompok status lajang dan berpasangan juga signifikan demediasi dengan  self- disclosure  CI = [1,833, - 8,056]).

ABSTRACT
This study aims to determine the role of self-disclosure as a mediator in the relationship between relationship status and subjective well-being, using quantitative methods. Participants who participated in the study consisted of 314 individuals aged 18-25 years, has used an online dating application in the last six months or had met a friend or partner through an online dating or social networking application, with a total of 189 (60.2%) female participants. Self-disclosure was measured by using the Self-Disclosure Index (SDI), while subjective well-being was measured based on the scores of The Satisfaction With Life Scale (SWLS) and Positive and Negative Affect Schedule (PANAS), which were then summed up to create standardized subjective well-being scores (t-score). Results using linear multiple regression statistical analysis indicated that there is a mediating role of self-disclosure in the relationship between relationship status and subjective well-being. Differences in the levels of subjective well-being found between single and mingle individuals were significantly mediated by self- disclosure (indirect effect = 2.68, SE = 1.041, CI = [0.914, - 5.005]). Differences in the levels of subjective well-being found between single and partnered individuals were also significantly mediated by self-disclosure (indirect effect = 4.75, SE = 1.598, CI = [1,833, - 8,056])."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Azzahra Assyahida
"Adult attachment merupakan kelekatan emosional yang dibentuk individu dengan orang lain dan berpengaruh dalam menjalin hubungan romantis. Menjalin hubungan romantis melalui kencan online banyak dipilih karena komunikasi self-disclosure lebih mudah terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adult attachment dan self-disclosure. Terdapat 117 partisipan yang terdiri dari perempuan (65%), laki-laki (29%), dan non-biner (6%) berusia 20-39 tahun. Adult attachment diukur dengan Experience in Close Relationship Revised, sedangkan self-disclosure diukur dengan Self-disclosure Scale. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara adult attachment dan self-disclosure (r = -0,409, p<0,01) dalam kencan online.

Adult attachment is an emotional closeness formed by individuals with others and influential in establishing romantic relationships. Seeking romantic relationships through online dating is popular because self-disclosure is easier to occur. This study aims to determine the relationship between adult attachment and self-disclosure. There were 117 participants consisting of women (65%), men (29%), and non-binary (6%) aged 20-39 years. Adult attachment is measured by Experience in Close Relationship Revised, while self-disclosure is measured by Self-disclosure Scale. The results showed a significant negative relationship between adult attachment and self-disclosure (r = -0.409, p<0.01) in online dating."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Syahvita Ananda Bustaman
"Akun pseudonim menjadi fenomena unik dalam penggunaan anonimitas di media sosial. Berdasarkan penelitian sebelumnya, anonimitas dapat diikuti dengan peningkatan self disclosure. Dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anonimitas dan self disclosure pada akun pseudonim di Twitter pada populasi kelompok usia generasi Z. Penelitian ini diikuti oleh 246 partisipan pengguna akun pseudonim di Twitter yang merupakan bagian dari generasi Z. Anonimitas diukur menggunakan Skala Anonimitas dan self disclosure diukur menggunakan Revised Self Disclosure Scale. Hasil teknik korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan negatif antara anonimitas dan self disclosure (r(246)=-0,233, p=0,001, r2=0,054).

Pseudonym accounts are a unique phenomenon in the use of anonymity on social media. Previous research shows anonymity can be followed by increased self-disclosure. This study aims to determine the relationship between anonymity and self-disclosure on pseudonym accounts on Twitter among generation Z. This study was followed by 246 user of pseudonym accounts on Twitter who are part of generation Z. Anonymity’s measured using the Anonymity Scale and self disclosure’s measured using the Revised Self Disclosure Scale. Spearman correlation technique result showed a significant and negative relationship between anonymity and self-disclosure (r(246) =-0,233, p = 0.001, r2= 0.054)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Mahardhika Pangestuti
"Menjalin hubungan romantis dengan orang lain merupakan salah satu pemenuhan tugas perkembangan psikososial pada tahap emerging adulthood. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara attachment styles dan self disclosure pada emerging adulthood yang menjalankan hubungan romantis jarak jauh. Partisipan penelitian (N=292) merupakan emerging adulthood yang sedang atau pernah menjalin hubungan romantis jarak jauh. Pada penelitian ini, attachment styles diukur menggunakan Experiences in Close Relationships-Revised (ECR-R) sedangkan self disclosure diukur menggunakan Self Disclosure Scale. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara attachment styles dan self disclosure.

Having a romantic relationships with others is one of the psychosocial developmental tasks in emerging adulthood. This study aims to invistigate a relationships between attachment styles and self disclosure in emerging adulthood whom in a long distance relationships. The participants of this research (N=292) were emerging adulthood who are currently or had previously involved in a long distance relationships. In this study, attachment styles were measured by Experiences in Close Relationships-Revised (ECR-R) meanwhile self disclosure was measured by Self Disclosure Scale. Result of this study showed a negative relationship that significant between attachment styles and self disclosure."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diajeng Tri Padya
"Angka perceraian di Indonesia cenderung meningkat tiap tahunnya. Salah satu alasan pasangan bercerai adalah perselingkuhan. Terdapat indikasi bahwa seiring perkembangan zaman, individu memiliki sikap yang cenderung permisif terhadap perselingkuhan sehingga menjadi lebih rentan melakukan perselingkuhan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh self-disclosure pada sikap terhadap perselingkuhan yang dimiliki individu dalam perkawinan. Penelitian ini juga melihat peran kepuasan perkawinan yang dimiliki individu dalam memediasi hubungan antara self-disclosure dan sikap terhadap perselingkuhan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Attitude toward Infidelity Scale (ATIS; Whatley, 2008), Marital Self-disclosure Questionnaire (MSDQ; Waring, et al., 1998), dan Couple Satisfaction index (CSI; Funk & Rogge, 2007). Teknik statistik deskriptif, korelasi, regresi sederhana dan analisis mediasi digunakan untuk menganalisis data. Penelitian ini dilakukan pada 461 partisipan yang berada dalam perkawinan (361 perempuan, 100 laki-laki). Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-disclosure memiliki pengaruh yang signifikan pada sikap terhadap perselingkuhan. Selain itu, dapat diketahui bahwa kepuasan perkawinan berperan memediasi secara penuh hubungan antara self-disclosure dan sikap terhadap perselingkuhan.

The divorce rate in Indonesia tends to increase every year. One of the reasons couples divorce is infidelity. There is an indication that individuals tend to have a permissive attitude towards infidelity along with the times so that they become more vulnerable to infidelity. This study aims to examine the effect of self-disclosure on attitudes towards infidelity that individuals have in marriage. This study also looks at the role of marital satisfaction in mediating the relationship between self-disclosure and attitudes towards infidelity. The Attitude toward Infidelity Scale (ATIS; Whatley, 2008), Marital Self-disclosure Questionnaire (MSDQ; Waring, et al., 1998), and Couple Satisfaction index (CSI; Funk & Rogge, 2007) were used in this study. Descriptive, correlation, regression, and mediation analysis techniques were used to to analyze the data. This study was conducted on 461 participants who were in marriage (361 women, 100 men). The results showed that self-disclosure had a significant effect on attitudes towards infidelity. In addition, the result found marital satisfaction fully mediate the relationship between self-disclosure and attitudes towards infidelity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prafitri Dimarmayasari
"Self-disclosure memiliki peran yang panting dalam suatu hubungan, namun juga memiliki rcsiko (Bird & Melville, 1994). Dalam suatu hubungan berpacaran, tahap dimana keputusan untuk menikah sudah dibuat dan pasangan sudah berorientasi pada pemikahan disebut periode engagemezzt (Duvall & Miller, 1985). Periode engagement memberikan kesempatan kepada pasangan untuk dapat lebih fokus dalam mengenal satu sama lain secara lebih baik, dimana seMdisclosure lebih dibutuhkan. Di sisi lain, komitmen yang Iebih tinggi pada tahap ini, membuat rcsil-to seyf-disclosure menjadi lebih tinggi dibandingkan tahap dimana keputusan menikah belum dibuat. Penelitian ini mencari tahu bagaimana se&discIosure pada pasangan berpacaran yang telah mcmutuskan untuk menikah jika dibandingkan dengan seMdL¢closure pada pasangan yang belum memutuskan untuk menikah, dengan bantuan alat ukur seb'-disclosure yang disusun olch Billeter (2002). Hasil penclitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pelbedaan yang signifikan antara sefdisclosure pada pasangan berpacaran yang telah mcmumskan untuk menil-:ah dengan pasangan berpacaran yang belum mcmuluskan untuk menikah.

Self-disclosure not only plays a major role in close relationship, but also have risks (Bird & Melville, 1994). In dating relationship, the period, when decision to get married has been made and the couple have oriented to marriage, is called engagement period (Duvall & Miller, 1985). The engagement period gives the couple chances to focus more on getting to know each other, this is where self-disclosure is needed. On the other hand, the commitment is stronger, that make the risks of self-disclosure become higher in this period. This reseach is going to find out about self-disclosure on dating couples who have decided to get married compared with self-disclosure on dating couples who have not decided to get married. The measurement used in this research is the Self-Disclosure Scale created by Billeter (2002). The results indicate that there is no significant difference in selfldisclosure between dating couples who have decided to get married and dating couples who have not decided to get married."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34158
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widiya Solihat Eka Riani
"Pacaran dan ta’aruf dikenal sebagai tren pemilihan pasangan di Indonesia (Madya, 2017). Dalam pacaran dan ta’aruf, terdapat beberapa perbedaan mekanisme dalam proses perkenalan menuju pernikahan dalam hal waktu perkenalan, ada atau tidaknya perantara dalam proses perkenalan, kontak fisik, dan pengalaman mengembangkan rasa cinta sejak sebelum pernikahan (Wuryandari, 2010; Sakinah & Kinanthi, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dan hubungan antara self-disclosure dengan kepuasan pernikahan yang signifikan pada dua kelompok individu yang menikah melalui proses pacaran dan ta’aruf. Sebanyak 133 partisipan yang terdiri dari 71 individu yang menikah melalui proses pacaran dan 62 individu yang menikah melalui proses ta’aruf, dengan rentang usia 19-40 tahun dalam masa 5 tahun pertama pernikahan berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan strategi penelitian komparasi dengan metode pengujian statistik independent sample t-test dan strategi penelitian korelasional dengan metode pengujian statistik pearson moment correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self-disclosure yang signifikan antara pernikahan yang melalui proses pacaran dan ta’aruf (t(131) = 3,087, p < 0,05, d = 0,517, two-tailed), namun tidak ditemukan adanya perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan antara pernikahan yang melalui proses pacaran dan ta’aruf. Self-disclosure berhubungan secara positif dan signifikan dengan kepuasan pernikahan, baik pada pernikahan yang melalui proses pacaran (r = 0,405, p < 0,01, r2 = 0,164) maupun pernikahan yang melalui proses ta’aruf (r = 0,457, p < 0,01, r2 = 0,209). Dengan demikian, semakin tinggi self-disclosure individu atau semakin terbuka individu dalam pengungkapan diri terhadap pasangannya, semakin tinggi kepuasan pernikahannya.

Dating and ta’aruf are known as the trend of partner selection in Indonesia (Madya, 2017). There are several different mechanisms in the process of introduction to marriage between dating and ta’aruf in terms of time, the presence or absence of intermediaries, physical contact, and the experience to develop love since before marriage (Wuryandari, 2010; Sakinah & Kinanthi, 2018). This study aimed to investigate whether there is a significant difference and relationship between self-disclosure and marital satisfaction in two groups. A total of 133 participants consisting of 71 individuals who married through the dating process and 62 individuals who married through the ta'aruf process, with an age range of 19-40 years in the first 5 years of marriage participated in this study. This study used a comparative research strategy with the independent sample t-test statistical testing method and a correlational research strategy with the Pearson’s moment correlation statistical testing method. The results show that there is significant difference in self-disclosure between marriages through the dating process and ta'aruf (t(131) = 2.974, p < 0.05, d = 0.517, two-tailed), but there is no significant difference in marital satisfaction between marriages through the dating process and ta'aruf. Self-disclosure has a positive and significant relationship with marital satisfaction, both in marriages through the dating process (r = 0.405, p < 0.01, r2 = 0.164) and marriages through the ta'aruf process (r = 0.457, p < 0,01, r2 = 0.209). Thus, the higher the self-disclosure towards the partner, the higher the satisfaction of the marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>