Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nicodemus Dwi Hendratno
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses mobilitas sosial vertikal intragenerasi atlet pro futsal league Indonesia dari klub-klub asal Jakarta. Kajian-kajian sebelumnya mengenai bagaimana seseorang dapat mencapai status sebagai atlet profesional, cenderung menitikberatkan dimensi struktural dari proses mobilitas sosial yang dialami atlet. Aspek-aspek struktural layaknya bias gender dan ras, status sosial-ekonomi individu, dan kondisi politik negara sebagai aspek yang mendasar, dianggap sebagai fokus utama dengan kemampuan determinan dalam memanipulasi jalur karier untuk menjadi atlet profesional. Sementara dimensi individual yang melihat kapabilitas dan tindakan independen seseorang untuk mencapai mobilitas sosial dengan menjadi seorang atlet, cenderung terpisahkan dan belum tereksplorasi dengan sama dalamnya. Peneliti berpandangan bahwa dimensi individual dan struktural bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan berdampingan dan berelasi dalam menentukan dinamika proses mobilitas sosial vertikal intragenerasi atlet pro futsal league Indonesia di Jakarta. Dalam penelitian ini, pandangan tersebut akan beralaskan pada konsep habitus, field, dan capital oleh Pierre Bourdieu untuk melihat pemanfaatan kapital melalui strategi yang dibentuk lewat habitus yang dimiliki seseorang di dalam lingkup field sebagai sebuah arena yang menghadirkan peluang untuk menjadi seorang atlet Indonesia Pro Futsal League di klub-klub asal Jakarta dan melakukan mobilitas sosial vertikal intragenerasi. Dengan pendekatan kualitatif, wawancara mendalam sebagai metode utama pengumpulan data.

This study aims to look at the intragenerational vertical social mobility process of Indonesian pro futsal league athletes from clubs from Jakarta. Previous studies on how individuals attain professional athlete status have tended to emphasize the structural dimensions of social mobility. Structural aspects such as gender and racial bias, socioeconomic status, and national political conditions are often considered primary determinants shaping the career pathways toward becoming a professional athlete. In contrast, the individual dimension, which examines a person’s capacity and agency in achieving social mobility through sport, has often been overlooked or insufficiently explored.This study argues that structural and individual dimensions are not separate but rather interrelated and mutually influential in shaping the dynamics of intragenerational upward mobility among Pro Futsal League athletes in Jakarta. This research draws on Pierre Bourdieu’s theoretical framework, habitus, field, and capital to analyze how individuals utilize various forms of capital through strategies shaped by their habitus within the field, viewed as an arena that provides opportunities to become a professional futsal player in Jakarta-based clubs. Using a qualitative approach, this study relies primarily on in-depth interviews as the main method of data collection. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mery Yalestri Sari
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada proses mobilitas sosial vertikal intragenerasi penduduk migran di Kramat Jati, Jakarta Timur. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa terdapat aspek-aspek yang menentukan dalam proses mobilitas sosial vertikal intra generasi yang dialami pendatang, yaitu pekerjaan, pendidikan, keahlian, modal sosial, dan kebijakan pemerintah. Selanjutnya, mobilitas sosial vertikal intra-generasi dialami oleh para pendatang. Peneliti berpendapat bahwa dalam proses mobilitas sosial intra generasi pendatang tidak hanya terdapat aspek-aspek tersebut, tetapi juga aspek tambahan yaitu teknologi dan modal material. Kedua aspek tersebut terjadi karena perkembangan zaman telah melahirkan berbagai jenis pekerjaan baru dan modal baru sehingga membuka lapangan kerja baru. Mobilitas sosial vertikal antargenerasi meningkat, tetap, atau menurun pada migran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses mobilitas sosial vertikal intra generasi yang dialami pendatang berbeda. Dalam proses ini terdapat aspek pendefinisian yaitu pekerjaan, pendidikan, keahlian, modal sosial, kebijakan pemerintah, teknologi, modal material, semangat dan ketekunan dalam bekerja, keberanian mengambil resiko, kreativitas, disiplin, serta kinerja, prestasi dan masa kerja. . Mobilitas sosial vertikal antargenerasi meningkat, tetap, dan jatuh pada para migran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu wawancara mendalam dan observasi. Informan utama dalam penelitian ini adalah pendatang, sedangkan informan pendukung adalah petugas lingkungan. Penelitian ini dilakukan di Kramat Jati.

ABSTRACT
This research focuses on the vertical social mobility process of intrageneration of migrant populations in Kramat Jati, East Jakarta. Previous research states that there are defining aspects in the intra-generational vertical social mobility process experienced by migrants, namely employment, education, expertise, social capital, and government policies. Furthermore, intra-generational vertical social mobility is experienced by migrants. Researchers argue that in the process of intra-generation social mobility of migrants, there are not only these aspects, but also additional aspects, namely technology and material capital. These two aspects occur because the times have given birth to various types of new jobs and new capital, thus opening up new jobs. Vertical social mobility between generations increases, remains, or decreases in migrants. The results showed that the intra-generational vertical social mobility process experienced by newcomers was different. In this process, there are defining aspects, namely work, education, expertise, social capital, government policies, technology, material capital, enthusiasm and persistence in work, courage to take risks, creativity, discipline, as well as performance, achievement and tenure. . Vertical social mobility between generations increases, remains, and falls on the migrants. This study used a qualitative approach, namely in-depth interviews and observations. The main informants in this study were newcomers, while the supporting informants were environmental officers. This research was conducted in Kramat Jati."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hafizh Fahlavi
"Penelitian bertujuan untuk mengkaji proses mobilitas sosial intragenerasi vertikal yang dialami oleh aparatur sipil negara (ASN) di Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Terdapat dua peta studi mengenai hal tersebut, pertama mengatakan bahwa proses mobilitas yang dialami oleh pekerja bertumpu kepada aspek personal dari masing – masing individu seperti pendidikan yang dimiliki, kemampuan pribadi dan jejaring sosial yang dimiliki. Sedangkan kelompok studi kedua mengatakan bahwa, proses mobilitas dapat terjadi karena ada faktor-faktor struktural seperti ketersedian posisi, besarnya perusahaan, dan kebijakan yang berlaku. Peneliti berargumen bahwa, baik faktor personal maupun struktural merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses mobilitas sosial intragenerasi vertikal yang dialami oleh ASN, mobilitas vertikal intragenerasi melihat perjalanan karir seseorang selama bekerja. Oleh karena itu, untuk menjelaskan fenomena tersebut, peneliti akan menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu yaitu habitus, field, dan capital. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan studi dokumen. Temuan penelitian dapat menyatakan bahwa bagi seorang ASN yang hendak melakukan proses mobilitas mereka sebagai agen harus berinteraksi dengan arena mereka dalam bentuk struktur formal yang mengatur jalannya karir pegawai. Selama berada di arena ini, pegawai memakai pola strategi yang dapat memperbesar kemungkinan mereka naik pangkat atau diangkat jabatan struktural.

The research aims to examine the process of vertical intragenerational social mobility experienced by state civil servants (ASN) in the Tangerang Regency Government. There are two study maps on this, the first says that the mobility process experienced by workers rests on the personal aspects of each individual such as their education, personal abilities, and social networks. Meanwhile, the second study group said that the mobility process can occur because of structural factors such as the availability of positions, the size of the company, and the applicable policies. The researcher argues that both personal and structural factors are an inseparable part of a vertical intragenerational social mobility process experienced by ASN, intragenerational vertical mobility looks at a person's career journey during work. Therefore, to explain this phenomenon, the researcher will use the concepts proposed by Pierre Bourdieu, namely habitus, field, and capital. They are using a qualitative approach with in-depth interview methods and document studies. The study's findings state that an ASN who wants to carry out the mobility process, as an agent must interact with their arena in the form of a formal structure that regulates the course of the employee's career. In this arena, employees use a strategy pattern that can increase their chances of being promoted or appointed to structural positions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Nurul Sa’idah
"Penelitian ini bertujuan menganalisis proses mobilitas sosial vertikal intragenerasi pada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam era digital di Taman Jajan BSD City, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan. Studi sebelumnya lebih berfokus pada peranan pendidikan, kesempatan, gender, dan kebijakan pemerintah sebagai aspek yang mendorong mobilitas sosial vertikal intragenerasi. Penelitian - penelitian tersebut belum banyak menelusuri peranan kemampuan literasi digital terhadap mobilitas vertikal. Maka, studi ini mengkaji kemampuan literasi digital pada pelaku UMKM. Peneliti berargumen bahwa kemampuan literasi digital berperan penting dalam terjadinya mobilitas sosial vertikal intragenerasi pada pelaku UMKM. Konsep yang digunakan adalah mobilitas vertikal intragenerasi dari Castellani, kategori kelas hasil pemikiran Goldthorpe, dan literasi digital dari Gilster. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan pengumpulan data berupa wawancara mendalam terhadap tujuh pelaku UMKM dan observasi di Taman Jajan BSD City, Tangerang Selatan. Hasil penelitian menunjukan adanya kesenjangan kemampuan literasi digital antar pelaku UMKM. Pelaku UMKM yang menguasai literasi digital mengalami mobilitas vertikal intragenerasi naik, sedangkan yang tidak memiliki kemampuan digital menghadapi mobilitas intragenerasi turun. Di era digital, pelaku UMKM dituntut untuk beradaptasi dengan penguasaan literasi digital untuk keberlanjutan usaha. Tuntutan ini semakin diperkuat oleh pandemi Covid-19. Pelaku UMKM yang usianya lebih muda bisa lebih adaptif dengan digital.

This study aims to analyze the process of intragenerational vertical social mobility among Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in the digital era in Taman Snack BSD City, Serpong District, South Tangerang City. Previous studies have focused more on the role of education, opportunity, gender, and government policies as aspects that encourage intragenerational vertical social mobility. Those studies have not explored the role of digital literacy skills on vertical mobility. Therefore, this study examines the digital literacy skills of MSME actors. This research argue that digital literacy skills play an important role in the occurrence of intragenerational vertical social mobility in MSME actors. The concepts used are intragenerational vertical mobility from Castellani, class categories created by Goldthorpe, and digital literacy from Gilster. This research approach is qualitative with data collection in the form of in-depth interviews with seven MSME actors and observations in Taman Snack BSD City, South Tangerang. The results of the study show that there is a gap in digital literacy skills between MSME actors. MSME actors who master digital literacy experience increased intragenerational vertical mobility, while those who do not have digital capabilities face decreased intragenerational mobility. In the digital era, MSME actors are required to adapt to mastering digital literacy for business sustainability. This demand is further strengthened by the Covid-19 pandemic. Younger MSME actors can be more adaptive to digital."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufan Favian Reyhan
"

Terdapat berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan jenis cedera pada pesepakbola usia muda. Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui insiden, karakteristik, dan faktor-faktor etiologi jenis cedera dalam satu musim kompetisi liga 1 kelompok usia U19. Dilakukan studi potong lintang dari data sekunder dokter klub berupa catatan medis dan catatan data pertandingan dan latihan mulai Juni 2017 hingga September 2017. Terdiri dari 28 pemain yang terdaftar di klub dan 69 kasus cedera. Terdapat total 69 cedera dalam 1 musim kompetisi, dimana mekanisme non kontak (58%), waktu pertandingan (65 per 1000 jam), dan cedera yang tidak sama dengan sebelumnya (88,7%) merupakan yang terbanyak terjadi cedera. Terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara mekanisme cedera, waktu cedera, dan cedera yang sama dengan sebelumnya dengan jenis cedera. Cedera pada pertandingan terjadi lebih banyak dibandingkan latihan. Cedera non kontak merupakan mekanisme cedera yang tertinggi terjadi. Program pencegahan cedera harus difokuskan demi mengurangi terjadinya cedera non kontak pada atlet.

 


There are various risk factors associated with the type of injury in young footballers. This study aims to determine the incidence, characteristics, and etiological factors of the type of injury in one season of competition league U19 age group. Cross-sectional study of club doctor secondary data in the form of medical records and match and training data records from June 2017 to September 2017. Consists of 28 players registered at the club and 69 injuries. There were a total of 69 injuries in one competition season, where the mechanism of non-contact (58%), match time (65 per 1000 hours), and injuries that were not the same as before (88.7%) were the most common injuries. There was a significant relationship (p <0.05) between the mechanism of injury, time of injury, and the same injury as before with the type of injury. There are more injuries to the match than training. Non-contact injuries are the highest mechanism of injury. Injury prevention programs must be focused on reducing the occurrence of non-contact injuries to athletes.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gagola, Sarah Nicolina
"Skripsi ini membahas mengenai persepsi tentang kohesi yang dimiliki oleh atlet profesional bolabasket yang terlibat dalam liga tertinggi di Indonesia, yaitu National Basketball League (NBL) Indonesia, dan hubungannya dengan performa individual yang ditampilkan selama setengah musim pertandingan reguler. Alat ukur yang digunakan adalah Group Environment Questionnaire (Carron, et al., 1985) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia, dan pengukuran analisis notasi statistik pertandingan individual untuk pengukuran performa individual. Partisipan dari penelitian ini berjumlah 131 atlet profesional dari kedua belas tim yang berpartisipasi dalam liga NBL Indonesia. Dari penghitungan korelasi yang dilakukan, tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi kohesi dan performa individual pada atlet profesional bolabasket yang bermain di NBL Indonesia, r = 0,066, n = 131, p>0,05, one tail. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kemungkinan terdapat faktor lain yang mempengaruhipersepsi kohesi dan performa individual.

This research explains about the perception of cohesion on professional athletes who plays at the highest level of basketball league, the National Basketball League Indonesia, and its relationship with individual performance shown for the half of the reguler season. The instruments used in this research is the Group Environment Questionnaire (Carron, et al., 1985) which has been adapted into Bahasa Indonesia, and notational analysis of individual game statistics for the individual performance measurement. Total participant was 131 professional athletes who played for the twelve teams participating in NBL Indonesia. The result of this research shows no significance between perception of cohesion and individual performance in professional atheletes who play in NBL Indonesia, r = 0,066, n = 131, p>0,05, one tail. This result is due to the possibility of other factors influencing perception of cohesion and individual performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Nur Amalina
"Olahraga merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh, fisik, serta mental seorang individu. Olahraga dilakukan tanpa memandang gender seseorang, laki-laki maupun perempuan perlu untuk berolahraga. Selain laki-laki, olahraga futsal belakangan ini banyak diminati oleh kaum perempuan. Terdapat beberapa pandangan bahwa para atlet futsal putri merupakan perempuan yang maskulin, tomboi, bahkan lesbian, yang kemudian menjadi sebuah stereotip tersendiri bagi masyarakat. Skripsi ini menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam serta observasi partisipatoris. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara atlet putri yang hanya sekedar melakukan doing serta yang mengaku menjadi being lesbian.

Sport is an activity that people do to maintain their body endurance, physical endurance, and their mentality. Regardless of someone rsquo s gender, whether males or females need to do sport. Beside males, nowadays futsal is a sport that is increasingly enthused among female futsal athletes. In the society, there are some thoughts that say a female futsal athlete has a masculine personality, tomboy, and even lesbian. Those thoughts then become a stereotype among the society. The method used in this ethnography research is deep interview and participant observation. The result of this thesis shows that there is some significant difference between doing lesbian and being a lesbian in female futsal athletes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hario Tunggul Pratito
"ABSTRAK
Tim polo air D.K.I Jakarta merupakan salah satu tim yang memiliki prestasi yang cukup banyak baik itu dalam kejuaraan lingkup nasional maupun internasional dan interaksi yang terjadi di dalam tim tersebut. Di dalam tim terdiri dari beragam individu dengan kelebihan dan kekurangannya masing- masing. Di dalam olahraga beregu seperti polo air, teambuilding berguna untuk menyatukan kepribadian dari anggota tim agar teamwork yang dijalankan dapat memberikan hasil yang maksimal. Teamwork yang baik akan memberikan hasil yang optimal pada pencapaian tim. Kekompakan dan interaksi dari masing- masing anggota dalam tim tersebut amat penting karena walaupun tim tersebut terdiri dari individu yang memiliki kemampuan individual yang tinggi tim tersebut belum tentu dapat memenangkan sebuah kejuaraan atau bahkan pertandingan. Prestasi dari sebuah tim perlu didukung oleh kebersamaan dari anggota tim itu sendiri sehingga tim polo air Jakarta sangat menekankan 2 nilai yang dianut di tim tersebut yaitu nilai disiplin dan kekeluargaan.

ABSTRAK
Jakarta Waterpolo is one of the team that have a lot of achievement in national or international event. Team is consisted by some people that have a lot of difference between them wether it is positive of negative. On sport such as waterpolo, teambuilding is useful to combine athlete personality so their teamwork can give them achievement. Good teamwork will gave them an optimal achievement. Interaction from between the teammates is crucial bercause even if they have a good technical skill, it's still uncertain if they can win a league or even a match. A team needed a support from the athletes in that team so Jakarta waterpolo team push their athletes to apply 2 value that they have which is discipline and kinship."
2016
S64955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Matthew
"Burnout pada atlet merupakan salah satu fenomena psikologis yang dialami oleh semua atlet. Salah satu faktor psikologis berhubungan dengan burnout pada atlet adalah ketangguhan mental. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara ketangguhan mental dan burnout pada atlet pada sampel atlet di Indonesia yang berusia di atas 12 tahun dan aktif bertanding (N =154). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Athlete Burnout Questionnaire (ABQ) dan Mental Toughness Inventory (MTI). Hasilnya, ditemukan bahwa ketangguhan mental memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan burnout pada atlet (p <0,05). Ditemukan juga bahwa ketangguhan mental memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan dua dimensi burnout pada atlet, yaitu kelelahan fisik/emosional (p <0,05) dan berkurangnya kepuasan akan pencapaian (p <0,05), tetapi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan dimensi devaluasi olahraga (p > 0,05). Hasil menunjukkan bahwa ketika seseorang atlet memiliki ketangguhan mental yang tinggi, ia akan lebih terlindungi dari gejala burnout pada atlet. Penemuan lain yang ditemukan dalam penelitian adalah bahwa faktor demografis tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ketangguhan mental maupun burnout pada atlet.

Athlete burnout is one of the psychological phenomena experienced by all athletes. One psychological factor associated with athlete burnout is mental toughness. This study aims to examine the relationship between mental toughness and athlete burnout in a sample of athletes in Indonesia aged above 12 years who are actively competing (N = 154). The instruments used in this study were the Athlete Burnout Questionnaire (ABQ) and the Mental Toughness Inventory (MTI). The results showed that mental toughness has a significant negative relationship with athlete burnout (p < 0.05). It was also found that mental toughness has a significant negative relationship with two dimensions of athlete burnout, namely physical/emotional exhaustion (p < 0.05) and reduced sense of accomplishment (p < 0.05), but does not have a significant relationship with sport devaluation (p > 0.05). The findings indicate that athletes with higher mental toughness are more protected from symptoms of athlete burnout. Another finding of the study is that demographic factors do not have a significant relationship with either mental toughness or athlete burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Zulkarnain
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efek krioterapi dan pemulihan pasif terhadap rasa nyeri dan kreatin kinase (CK) serum setelah pertandingan futsal pada atlet futsal mahasiswa. Sembilan pemain futsal pada kelompok krioterapi dan sepuluh pemain futsal pada kelompok pasif (usia 18 - 21 tahun) berpartisipasi pada penelitian ini. Pada kelompok krioterapi dilakukan perendaman air dingin dengan suhu 10 -15 ºC selama 10 menit setelah melakukan pertandingan futsal 2 x 20 menit, sedangkan kelompok pasif melakukan istirahat dengan duduk santai selama 10 menit. Pengukuran rasa nyeri dan kreatin kinase serum dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu satu hari sebelum pertandingan futsal, segera setelah pertandingan futsal dan 24 jam setelah pemulihan. Perubahan hasil pengukuran diolah menggunakan uji t tidak berpasangan (p < 0,05).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik untuk rasa nyeri pada 24 jam setelah pemulihan, dimana rasa nyeri pada kelompok krioterapi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pasif (p = 0,037). Untuk kreatin kinase serum pada 24 jam setelah pemulihan didapatkan kreatin kinase serum pada kelompok krioterapi lebih rendah dibandingkan kelompok pasif, akan tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p = 0,365). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemulihan dengan krioterapi memberikan manfaat kepada atlet futsal mahasiswa dan dapat menjadi alternatif metode pemulihan bagi atlet setelah melakukan pertandingan futsal.

The aim of this study is to determine the differences cryotheraphy effects and passive recovery against pain and serum creatin kinase levels after futsal match in futsal college athletes. Nine futsal players in cryotherapy group and 10 passive subjects (age 18 - 21 years old) participated in this study. After futsal match 2 x 20 minutes, the cryotherapy subjects were immersed in ice (10 -15 ºC) for ten minutes, and the passive subject were sitted for ten minutes. Assesments of pain and CK levels conducted for three times: one day before futsal match, immediately after futsal match and 24 hours after recovery. Changes in numeric rating scale for pain and CK levels within cryotheraphy and passive group were analyzed with independent t-test (p < 0,05).
The results showed perceived pain in cryotheraphy subjects lower significantly compared passive subjects in 24 hours after recovery (p = 0,037). For the CK levels, the result showed lower CK concentration in cryotheraphy group compared passive group, but no statistic significantly (p = 0,365) These results suggest that cryotheraphy give some benefit for futsal college athletes and able to be alternative recovery methode for athletes after futsal match.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>