Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193895 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akmalia Putri
"Dalam beberapa tahun terakhir, layanan Online Food Delivery (OFD) telah mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia, dan menjadi tren khususnya di wilayah perkotaan seperti Jakarta dan Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi timbulan sampah dan jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas OFD, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data primer dari 30 responden selama 10 minggu, ser ta data sekunder dari literatur dan jurnal relevan. Data yang dikumpulkan mencakup frekuensi pemesanan, jenis dan berat sampah kemasan serta makanan, serta data jarak tempuh pengantaran untuk menghitung jejak karbon transportasi. Hasil menunjukkan bahwa jenis sampah paling dominan adalah karton/kertas (50%) diikuti oleh plastik (16%), dan bahwa puncak timbulan terjadi pada awal bulan dan waktu gajian. Estimasi emisi karbon dari transportasi dan kemasan menunjukkan kontribusi signifikan terhadap jejak karbon individu. Hasil perhitungan menunjukkan total Jejak karbon dari layanan order food online adalah sebesar 17783,91776 g CO2-eq dari keseluruhan aktivitas narasumber. Faktor yang paling memengaruhi besarnya total orderan adalah variabel pengeluaran bulanan. Faktor dengan korelasi tinggi dan sangat signifikan adalah variabel jumlah anggota keluarga yang dapat memengaruhi jumlah total sampah yang dihasilkan. Penelitian ini menyoroti pentingnya pengelolaan sampah dan strategi pengurangan jejak karbon pada sektor layanan makanan daring.

In recent years, Online Food Delivery (OFD) services have experienced rapid growth in Indonesia and have become a prominent trend, especially in urban areas such as Jakarta and Depok. This study aims to estimate the amount of waste and carbon footprint generated from OFD activities, while also analyzing the key contributing factors. A quantitative research approach was used, combining primary data collected from 30 respondents over a period of 10 weeks with relevant secondary data from literature and journals. The collected data includes order frequency, types and weights of packaging and food waste, as well as delivery distances used to calculate transportation-related carbon emissions. The findings reveal that the most common type of waste is paper/cardboard (50%), followed by plastic (16%). Waste generation peaks typically occurred at the beginning of the month and around payday. Carbon emission estimates from both transportation and packaging show a significant contribution to individual carbon footprints. The total calculated carbon footprint from online food ordering activities amounted to 17,783.92 g CO2-eq. Among the influencing factors, monthly expenditure had the strongest effect on total orders, while the number of household members showed a highly significant correlation with the amount of waste produced. This study highlights the importance of effective waste management and the development of strategies to reduce the carbon footprint within the online food service sector."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Kirana Anjani
"Penelitian Facebook & Bain Company menyatakan bahwa Pandemi Covid-19 mengeskalasi kondisi digitalisasi lima kali lebih cepat dalam pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga pembelian makanan online popular untuk dipilih (Facebook Inc. and Bain & Company, 2020). Meningkatnya layanan pesan antar online menjadi penyebab meningkatnya permasalahan terkait emisi karbon di lingkungan, melalui gas buang yang dihasilkan oleh proses transportasi makanan dan proses penggunaan kemasan makanan hingga menjadi sampah kemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan timbulan sampah kemasan, menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari layanan pesan antar online menggunakan faktor emisi yang telah ditetapkan dari penelitian terdahulu, dan memberikan rekomendasi pengelolaan sampah kemasan yang ideal bagi Kota Tangerang Selatan, sebagai objek studi. Melalui penelitian 535 pesanan dan 28 narasumber, diperoleh rata-rata timbulan per pesanan adalah sebesar 126,22 gram/pesanan dan rata-rata timbulan sampah untuk satu rumah tangga adalah sebesar 11,54 gram/rumah tangga/hari. Total jejak karbon yang dihasilkan dari proses transportasi adalah sebesar 2.492.603,529 g CO2-eq atau 155.468,265 g CO2-eq/rumah tangga/tahun, sementara jejak karbon dari sampah kemasan sebesar −124.611,456 g CO2-eq atau −7.772,246 g CO2-eq/rumah tangga/tahun. Proses recycling sampah kemasan sangat mengurangi jumlah jejak karbon yang ada dari layanan pesan antar online.

Research by Facebook & Bain Company claims that the Covid-19 Pandemic has escalated digitalization five times faster to fulfill the needs of life and online food delivery become so popular (Facebook Inc. and Bain & Company, 2020). The increase of online food delivery causes a significant impact on the environment, related to carbon emission from the food transportation process and solid waste generation from the production of food packaging. This study aims to determine the composition and generation of packaging waste, calculate the carbon footprint generated from online food delivery services using the emission factor from previous research, and provide an ideal recommendation of solid waste management for South Tangerang City as a study object area. Through 535 orders and 28 sources, the average generation per order was 126.22 grams/order and the average waste generation for one household was 11.54 grams/household/day. The total carbon footprint generated from the transportation process is 2,492,603,529 g CO2-eq or 155,468,265 g CO2-eq/household/year, while the carbon footprint from packaging waste is -124,611,456 g CO2-eq or -7,772, 246 g CO2-eq/household/year. The recycling process of packaging waste greatly reduces the carbon footprint of online food delivery services."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riberu, Benedicta Vanesa Vanda
"FAO memperkirakan bahwa sepertiga dari makanan yang diproduksi terbuang atau hilang begitu saja setiap tahunnya dan jelas berdampak pada lingkungan khususnya emisi karbon yang dihasilkan. Tidak dapat dipungkiri, permasalahan terkait emisi karbon sudah seharusnya menjadi perhatian namun hingga saat ini belum banyak penelitian yang mengangkat tema tentang jejak karbon di Indonesia. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dari limbah makanan yang dihasilkan dan menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari limbah makanan di wilayah Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode literatur sebagai pertimbangan, serta perhitungan jejak karbon menggunakan faktor emisi yang sudah ditetapkan berdasarkan Life Cycle Assessment dari penelitian terdahulu. Dalam perhitungannya, penelitian ini menggunakan berat sampah makanan edible hasil sampling sampah yang dilakukan di kantin kantin di Universitas Indonesia dengan total sampel sebanyak 2214 piring. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa komposisi limbah makanan yang ada di Universitas Indonesia didominasi oleh makanan pokok seperti nasi (33%), sayuran terutama sayuran hijau (31%) dan daging (15%) dengan hasil rata-rata limbah makanan secara keseluruhan adalah 28,18 gram/orang/hari. Jejak karbon yang dihasilkan akibat limbah makanan ini rata rata sebesar 25,90 kg CO2.eq/orang/tahun dan sekitar 55% dari total jejak karbon di diakibatkan karena limbah makanan kategori daging.

FAO predicts that one third of food become wasted and lost every year. Food that has been wasted will have an impact to environment, especially the emitted carbon. It is undeniable that problem about emitted carbon should have been discussed more frequently. But apparently, there is still few researches about it in Indonesia. This undergraduate thesis aims to study the composition of food waste produced and calculate the carbon footprint produced from food waste in the University of Indonesia. This research uses the literature method as a consideration, as well as the calculation of carbon footprints using emission factors that have been determined based on the Life Cycle Assessment of published research. In its calculations, this study used edible food waste samples, samples carried out in the cafeteria canteen at the University of Indonesia with a total sample of 2214 plates. From this research, it is found that the composition of food waste in Universitas Indonesia is dominated by staple food, such as rice (33%), vegetables, especially green vegetables (31%), and meat (15%) with the overall average of food waste yield 28,18 grams/person/day. The average carbon footprint resulted from this food waste is 25,90 kg CO2.eq/person/year and about 55% of the total carbon footprint is caused by meat food waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Ardhelia Putri
"Limbah elektronik merupakan salah satu jenis limbah yang termasuk ke dalam kategori limbah B3. Jumlah limbah elektronik diseluruh dunia diperkirakan sebanyak 53,6 juta ton tetapi hanya 17,4% yang tercatat telah di daur ulang. Di Indonesia, terdapat 1634 kilo ton limbah elektronik. Besarnya jumlah timbulan limbah elektronik akan berpengaruh terhadap jumlah emisi yang dihasilkan dari proses transportasi yang dilakukan untuk mengangkut limbah elektronik tersebut. Di DKI Jakarta, terdapat program berupa penjemputan limbah elektronik dari rumah warga dan penjemputan limbah elektronik di dropbox. Selain itu, limbah elektronik ini dapat bersumber dari TPS B3 yang akan dikirimkan ke gudang Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi limbah elektronik, jumlah timbulan limbah elektronik, dan emisi yang dihasilkan dari proses transportasi limbah elektronik di DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi limbah elektronik terbesar berasal dari peralatan elektronik kecil sebesar 41% dan komposisi limbah elektronik terkecil berasal dari lampu sebesar 2%. Rata-rata timbulan limbah elektronik pada tahun 2021-2023 sebesar 10.08 ton/tahun. Hasil penelitian lainnya menunjukkan nilai emisi CO2 terbesar dihasilkan dari program penjemputan e-waste di rumah warga pada tahun 2022 sebesar 997.1 kg CO2. Rata-rata emisi yang dihasilkan dari setiap kilogram e-waste yang diangkut selama tahun 2021-2023 sebesar 4.18 kg CO2/kg e-waste. Nilai tersebut masih cukup besar jika dibandingkan dengan proses transportasi limbah domestik yang berada di angka 0.62 kg CO2/kg limbah domestik. Emisi yang dihasilkan akan semakin besar seiring bertambahnya jarak transportasi dan frekuensi pengangkutan yang dilakukan.

Electronic waste is one type of waste that falls into the category of hazardous waste (B3). The global amount of electronic waste is estimated to be 53.6 million tons, but only 17.4% is recorded as having been recycled. In Indonesia, there are 1634 kilotons of electronic waste. The large amount of electronic waste generated will affect the emissions produced from the transportation process used to transport this electronic waste. In DKI Jakarta, there is a program for collecting electronic waste from residents' homes and collecting electronic waste at drop boxes. Additionally, this electronic waste can come from B3 waste collection points and will be sent to the DKI Jakarta Environmental Agency warehouse. This study was conducted to determine the composition of electronic waste, the amount of electronic waste generated, and the emissions produced from the electronic waste transportation process in DKI Jakarta. The results of the study showed that the largest composition of electronic waste comes from small electronic devices at 41%, and the smallest composition comes from lamps at 2%. The average electronic waste generated in 2021-2023 was 10.08 tons per year. Other research results showed that the highest CO2 emissions were produced from the home e-waste collection program in 2022, amounting to 997.1 kg CO2. The average emissions produced from each kilogram of e-waste transported during 2021-2023 was 4.18 kg CO2 per kilogram of e-waste. This value is still quite high compared to the domestic waste transportation process, which is 0.62 kg CO2 per kilogram of domestic waste. Emissions will increase as the transportation distance and frequency of transport increase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aizka Fatimatuzahra
"Pandemi COVID-19 yang ada di Indonesia sejak awal tahun 2020 sedikit banyak telah mempengaruhi kehidupan masyarakat, salah satunya dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan, dimana masyarakat saat ini cenderung memilih untuk memenuhi kebutuhannya secara online melalui kegiatan belanja online. Namun belanja online menimbulkan dampak negatif karena mengakibatkan timbulan sampah—terutama sampah kemasan—yang berdampak pada lingkungan. Tujuan dari penelitian ini ialah menghitung dan menganalisis timbulan sampah kemasan serta jejak karbon yang dihasilkan dari kegiatan belanja online masyarakat Kota Tangerang Selatan selama Pandemi COVID-19 (Bulan Februari-Mei 2021). Metode penelitian yang digunakan meliputi analisis statistik deskriptif, perhitungan emisi transportasi dan sampah kemasan serta analisis korelasi variabel (melalui regresi dan matriks korelasi). Selama 107 hari penelitian dari 28 Kartu Keluarga, dihasilkan sebanyak 395 pesanan dengan enam jenis komposisi sampah kemasan dimana kardus—dengan persentase sebesar 57%—merupakan jenis sampah kemasan yang paling banyak dihasilkan. Kegiatan transportasi barang—sejak dari penjual hingga ke TPA—berkontribusi paling besar dalam menghasilkan jejak karbon jika dibandingkan dengan dua sumber lain dengan jejak karbon yang dihasilkan ialah sebanyak 17376,256 kgCO2eq. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa Pandemi COVID-19 berpengaruh terhadap kegiatan belanja online masyarakat, timbulan sampah kemasan, dan jejak karbon di Kota Tangerang Selatan

The COVID-19 pandemic that has existed in Indonesia since the beginning of 2020 has more or less affected people's lives, one of which is in fulfilling the needs, where people today tend to choose to fulfill their needs online through online shopping activities. However online shopping has negative impact because it generates waste—especially packaging waste—which affect the environment. The purpose of this study is to calculate and analyze the generation of packaging waste and the carbon footprint resulting from online shopping activities of the people of South Tangerang City during the COVID-19 Pandemic (February-May 2021). The research method used includes descriptive statistical analysis, calculation of transportation and packaging waste emissions as well as variable correlation analysis (through regression and correlation matrix). During 107 days of research from 28 Family, 395 orders produced with six types of packaging waste composition where cardboard—with a percentage of 57%—was the type of packaging waste that produced the most. The transportation of goods—from the seller to the landfill—contributes the most to generating a carbon footprint when compared to the other two sources with a carbon footprint of 17376.256 kgCO2eq. Based on these results, it can be said that the COVID-19 pandemic has affected people's online shopping activities, packaging waste generation, and carbon footprint in South Tangerang City"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Anggita Eunike
"

Populasi Indonesia terus mengalami peningkatan yang berdampak terhadap peningkatan kebutuhan pangan. Namun, upaya peningkatan ketersediaan pangan hanya berkonsentrasi pada bagaimana menghasilkan produksi pertanian tanpa diimbangi dengan inisiatif untuk mengurangi food loss and waste (FLW). Selain itu, FLW berdampak terhadap sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sebagai respon terhadap pentingnya FLW untuk menurunkan kerawanan pangan akibat perubahan iklim, peneliti ingin mengkaji timbulan FLW cabai rawit sebagai komoditas unggulan di sepanjang rantai pasok dan dampaknya terhadap emisi karbon yang dihasilkan dari input produksi maupun penanganan FLW. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Dinamis, yang memungkinkan simulasi berbagai strategi untuk menurunkan FLW dengan intervensi sustainable agriculture dan circular economy. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data dari berbagai tahapan rantai pasok cabai rawit, termasuk produksi, distribusi, dan penanganan sampah. Data-data ini kemudian digunakan untuk membangun model Sistem Dinamis yang menggambarkan hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi FLW dan emisi karbon. Hasil simulasi strategi menunjukkan bahwa penerapan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP) sebagai langkah reduce atau preventif menjadi strategi yang paling signifikan. Strategi ini mampu menurunkan FLW dan emisi karbon sebesar 88%. Selain itu, strategi ini juga menghasilkan profit yang lebih besar bagi petani, collector, dan retail dibandingkan dengan alternatif strategi lain yang merupakan langkah reuse dengan menjadikan FLW sebagai byproduct. Penelitian ini memiliki implikasi penting dalam pengelolaan FLW cabai rawit, di mana penerapan GAP dan GHP dapat menjadi alternatif strategi yang efektif dalam menurunkan FLW dan emisi karbon sekaligus meningkatkan keuntungan bagi pelaku bisnis dalam rantai pasok. Rekomendasi untuk penelitian lanjutan adalah melibatkan lebih banyak aktor dalam rantai pasok dan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti regulasi dan kebijakan yang dapat mempengaruhi implementasi strategi ini, termasuk adopsi teknologi dan awareness setiap aktor yang terlibat lebih luas terhadap FLW.


The population of Indonesia continues to increase, resulting in an increased demand for food. However, efforts to improve food availability have focused solely on agricultural production without sufficient initiatives to reduce food loss and waste (FLW). Additionally, FLW has social, economic, and environmental impacts. In response to the importance of FLW in reducing food insecurity due to climate change, researchers aim to examine the generation of FLW in chili peppers, a prominent commodity, along the supply chain and its impact on carbon emissions resulting from production inputs and FLW management. The System Dynamics method is employed to simulate various strategies for reducing FLW with interventions related to sustainable agriculture and circular economy. This study involves data collection from various stages of the bird's eye chili supply chain, including production, distribution, and waste handling. These data are then utilized to build a System Dynamics model that depicts the relationships between variables influencing FLW and carbon emissions. The simulation results demonstrate that the implementation of Good Agricultural Practices (GAP) and Good Handling Practices (GHP) as preventive measures is the most significant strategy. This strategy reduces FLW and carbon emissions by 88%. Furthermore, it yields higher profits for farmers, collectors, and retailers compared to the alternative strategy of reusing FLW as a byproduct. The findings of this research have important implications for managing FLW in the bird's eye chili supply chain, where the implementation of GAP and GHP can serve as effective alternative strategies for reducing FLW and carbon emissions while enhancing the profitability of businesses along the supply chain. Recommendations for further research include involving more stakeholders in the supply chain and considering external factors such as regulations and policies that may impact the implementation of these strategies, including the adoption of technology and broader awareness among all involved stakeholders regarding FLW."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anifah
"ABSTRAK
Tingginya emisi gas buang dan ancaman kelangkaan pangan akibat pertambahan penduduk dunia menjadi masalah serius pada dekade terakhir. Mikroalga Spirulina sp. berpotensi mengatasi kedua masalah tersebut karena kemampuan fiksasi dan ketahanan terhadap kondisi stress CO2 yang cukup baik disamping kandungan nutrisinya yang berpotensi sebagai sumber pangan non-konvensional. Namun, resistansi mikroalga terhadap kadar CO2 yang tinggi masih menjadi tantangan dalam penggunaan mikroalga sebagai agen fiksasi CO2. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk menginvestigasi bagaimana pengaruh peningkatan pengaliran konsentrasi karbon dioksida terhadap laju pertumbuhan, kemampuan fiksasi dan kandungan essensial dari Spirulina sp. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi CO2 masukan sebesar 10%, 20%, 30%, 35% dan 40%vol udara secara kontinu selama 164 jam masa kultivasi pada fotobioreaktor plat datar dan intensitas cahaya tetap sebesar 2450 lux di dalam medium zarrouck. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi CO2 sampai pada konsentrasi 30%vol udara meningkatkan laju pertumbuhan dan kemampuan fiksasi CO2 dari Spirulina sp. Pengaliran konsentrasi CO2 yang lebih pekat dari 30%vol udara menurunkan laju pertumbuhan dan kemampuan fiksasi CO2. Laju pertumbuhan terbaik terjadi pada konsentrasi CO2 masukan sebesar 30%vol udara. Produksi biomassa tertinggi sebesar 6,931 g/L terjadi pada pengaliran konsentrasi CO2 30%vol udara. Fraksi fiksasi CO2 terbesar mencapai 81,52% dengan fraksi fiksasi rata-rata sebesar 33,5% terjadi pada pemberian konsentrasi CO2 10%vol udara. Sementara itu, yield kandungan essensial semuanya meningkat dan lebih besar dari kontrol sampai pada pengaliran CO2 konsentrasi 40%vol udara pada yield protein, 30%vol udara pada yield klorofil dan 35%vol udara pada yield lipid. Yield lipid dan protein tertinggi berturut-turut sebesar 0,159 g/g dan 0,1237 g/g dan terjadi pada pengaliran konsentrasi CO2 masukan sebesar 30% dan 20%vol udara

ABSTRACT
High carbon-dioxide emission and threat of food scarcity is become seious problem in last decade. Spirulina sp. microalgae is potential to deal with both of those problems because of its good adaptation in high carbon dioxide concentration while its good essential contents. Unfortunately, the resistance of microalga in high carbon dioxide concentration still being the threat of using microalgae as CO2 fixation agent. By that reason, this research is purposed to investigate the effect of CO2 concentration enhancement to growth rate, CO2 fixation ability and essential contents of Spirulina.sp. This research was done by flowing some variations input CO2 concentration (10%, 20%, 30%, 35% and 40%vol air) during 164 hours cultivation time to the flat plate photobioreactor with 2450 lux continue light intensity in Zarrouck medium. The result of this research showed that CO2 concentration enhancement until 30%vol air increased the growth rate and CO2 fixation ability of Spirulina sp. Meanwhile CO2 concentration enhancement bigger than 30%vol air decreased the growth rate and CO2 fixation ability. The highest biomass production is 6,931 g/L that was occurred in 30%vol air of CO2 concentration. The highest CO2 fixation fraction reached 81,52% with 33,5% average CO2 fixation fraction was occurred in 10%vol air of CO2 concentration. Meanwhile, all of essential contents (lipid, protein and chlorophyll) yield was increased and bigger than control (without flowing CO2 concentration) until on flowing 40%vol air of CO2 concentration on protein yield, 35%vol air of CO2 concentration on lipid yield and 30%vol air of CO2 concentration on chlorophyll yield. The highest lipid yield is 0,159 g/g that occurred on flowing 30%vol air of CO2 concentration. The highest protein yield is 0,1237 g/g that occurred on flowing 20%vol air of CO2 concentration.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Junaedi
"ABSTRAK
Limbah Tetra Butoksi Titanat (TBT) merupakan limbah B3 yang masih mengandung TiO2 (Titanium Oksida) cukup tinggi. Dengan sistem fotokatalisis, TiO2 dapat dimanfaatkan untuk mendegradasi senyawa 1.4-dioksan yang sulit didegradasi dalam lingkungan karena sifatnya yang stabil, daya adsorbsinya kecil serta toksik. Titanium dioksida disintesis dari Limbah TBT dengan menggunakan metode hidrotermal. Hasil sintesis, dilakukan kalsinasi pada 700C, 4000C, dan 7000C untuk mengetahui pengaruh kalsinasi terhadap TiO2. Karakterisasi dilakukan dengan TEM, DRS, FT-IR, XRD dan BET untuk mengetahui sifat dan karakter TiO2. Untuk meningkatkan daya degradasi TiO2 dalam sistem fotokatalisis, dilakukan pembentukan katalis komposit dengan carbon nanotube (CNT) yang divariasikan konsentrasinya (0%, 1%, 2%, 3%, 5%). Pengujian degradasi senyawa 1.4-dioksan dengan sistem fotokatalisis menggunakan katalis TiO2 dan katalis komposit TiO2/CNT dilakukan dalam reaktor dengan sumber cahaya UV 10 watt (λ = 254 nm). Hasil penelitian disimpulkan TiO2-nanosheet berhasil disintesis dari limbah TBT dengan karakteristik: ukuran kristal 17.73nm, %-kristaliniti 90.3%, energi pita celah 3.46 eV, luas permukaan spesifik BET 20.37 m2/g. Sistem fotokatalisis yang paling optimum yaitu sistem fotokatalisis komposit TiO2/CNT-1%, mampu mendegradasi senyawa 1.4-Dioksan dengan konversi %-degradasi mencapai 73.5% dengan waktu kontak 90 menit

ABSTRACT
A utilization of a chemical waste to reprocess other waste can be considered as an environmental conservation. In this study, we investigate the capability of a composite material consisting of carbon nanotubes (CNT) and titanium dioxide (TiO2) composites in degrading the 1,4-dioxane. It is widely known that 1,4-dioxane is both toxic and harmful for human and environment, thus degrading this compound is crucial. We used tetra butyl titanate (TBT) waste to synthesize titanium dioxide (TiO2) using hydrothermal method with a varied temperature of 70 0C, 400 0C, and 700 0C. The degradation level of composite material was further studied via varying the CNT concentration (0%, 1%, 2%, 3% and 5%) under UV photo sources (λ = 254 nm). TEM, DRS, FT-IR, XRD and BET were used in order to characterize the as-prepared materials. The results show that TiO2 nanosheet could be successfully obtained from the hydrothermal process of TBT with crystal lattice of 17.73 nm, crystallinity of 90.3%, band gap of 3.46 eV and surface area of 20.37 m2/g. We found that the optimum condition for photocatalitic performance was acheived at CNT concentration of 1%, resulting in a degradation level of 73.5% for 90 min
"
2016
T44755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Edy Pramono
"ABSTRAK
Rekayasa material komposit karbon-karbon dapat dibuat dari serbuk karbon limbah organik cangkang kelapa dan serbuk karbon limbah batubara, dengan matriks coal tar pitch sebagai bahan perekat yang adalah limbah residu dari proses gasifikasi batubara. Komposit karbon-karbon berbahan limbah belum banyak dikembangkan di Indonesia. Limbah organik tersedia sangat melimpah, oleh karena itu penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan nilai tambah limbah organik dari bahan tidak bernilai menjadi bahan yang berguna secara teknologi dan bernilai tinggi. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menentukan ?karakteristik mekanik: ketahanan aus dan konduktivitas elektrik komposit karbon-karbon berbasis limbah organik karena pengaruh rasio komposisi, ukuran serbuk karbon dan temperatur tekan panas?. Proses fabrikasi dalam penelitian ini dimulai dengan karbonisasi cangkang kelapa dan penggilingan menjadi serbuk karbon, pencampuran dengan serbuk karbon batubara dalam rasio komposisi: karbon batubara 60%, 70% dan 80% berat, dicampur karbon cangkang kelapa 40%, 30% dan 20% berat, dengan ukuran serbuk mesh 100, 150, 200, dan 250. Berat campuran serbuk sebagai penguat komposit dicampur dengan matriks coal tar pitch dalam rasio berat 70%:30%. Campuran serbuk karbon dan coal tar pitch dipadatkan dan dipanaskan dalam cetakan dengan tekanan 778,75 bar dan temperatur 100°C. Sampel pra bentuk tersebut diproses curing pirolisis pada temperatur 500°C. Hasil pengujian karakteristik laju aus, kekuatan impak dan konduktivitas elektrik menunjukkan bahwa persentase berat kandungan karbon cangkang kelapa meningkat, laju aus turun, komposit makin keras. Ukuran serbuk semakin kecil, laju aus cenderung turun. Nilai laju aus terbaik (paling rendah) adalah 0,056 mm3/Nm, hal ini dihasilkan oleh komposit karbon-karbon dengan rasio komposisi karbon batubara 60% dan karbon cangkang kelapa 40%, pada ukuran serbuk mesh 200. Persentase berat kandungan serbuk karbon cangkang kelapa meningkat, kekuatan impak Charpy meningkat, komposit semakin tangguh. Ukuran serbuk karbon semakin kecil, kekuatan impak Charpy meningkat. Nilai kekuatan impak Charpy tertinggi adalah 0,95 kJ/m2, ini dihasilkan oleh komposit karbon-karbon dengan rasio komposisi karbon batubara 60% dan karbon cangkang kelapa 40%, pada ukuran serbuk mesh 200. Konduktivitas elektrik tertinggi adalah 3,4 S/m, ini dihasilkan oleh komposit dengan rasio komposisi serbuk karbon batubara 80% dan serbuk karbon cangkang kelapa 20%, pada ukuran serbuk karbon mesh 150. Persentase berat kandungan serbuk karbon batubara meningkat, konduktivitas elektrik cenderung meningkat.

ABSTRACT
The engineering of carbon-carbon composite material can be made of carbon powder of coconut shell waste and carbon powder of coal waste, with coal tar pitch as an adhesive matrix material which is the residue waste from the coal gasification process. Carbon-carbon composites made of waste has not been developed in Indonesia. Organic wastes are very abundant, therefore, this research will focus to increase the added value of organic waste, from worthless materials into useful materials in technology and high value. In general, this study aims to determine "the mechanical characteristics: wear resistance and electrical conductivity of carbon-carbon composites based on organic waste due to the influence of composition ratio, the size of the carbon powder and the temperature of hot press". Fabrication process in this study was started with the carbonization of coconut shell carbon and grinding into powder, mixing it with coal carbon powder in the ratio of the composition of: coal carbon 60%, 70% and 80% by weight, mixed with coconut shell carbon 40%, 30% and 20% by weight, with a size of 100, 150, 200, and 250 mesh powder. Weight of the mixture as composite powder was mixed with a matrix of the coal tar pitch in a weight ratio 70%: 30%. The Mixture of carbon powder and coal tar pitch were compressed and heated in a mold with a pressure of 778.75 bars and a temperature of 100°C. Samples were processed in the curing temperature pyrolysis at 500°C. Test results of the characteristics of wear rate, impact strength and electrical conductivity showed that the percentage by weight of coconut shell carbon content increased, the rate of wear decreased, the harder the composite. The smaller the powder size, the wear rate tends to decreased. Value of wear rate of the best (lowest) was 0.056 mm3/Nm, it was produced by carbon-carbon composites with carbon composition ratio of 60% coal and coconut shell carbon 40%, on a 200 mesh size powder. The weight percentage content of coconut shell carbon powder increased, the Charpy impact strength increased, the composites were increasingly tough. The smaller the size of the carbon powder, Charpy impact strength increased. Charpy impact strength of the highest value was 0.95 kJ/m2, it was produced by carbon-carbon composites with carbon composition ratio of 60% coal and coconut shell carbon 40%, on a 200 mesh size powder. The highest electrical conductivity was 3.4 S/m, it was produced by the composite with the composition ratio of 80% coal carbon powder and coconut shell carbon powder 20%, the size of 150 mesh carbon powder. Weight percentage of carbon content of coal increased, the electrical conductivity tends to increased."
Depok: 2012
D1309
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alodia Millenia Isla
"Kondisi pandemi COVID-19 berakibat pada seluruh lini kehidupan, salah satunya adalah larangan makan di restoran dan menganjurkan untuk membungkus makanan dan makan di rumah. Fenomena ini berpengaruh pada layanan pesan antar makanan secara daring yang kian berkembang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut berdasarkan timbulan dan komposisi sampah kemasan serta jejak karbon dari proses pembelian makanan dengan layanan pesan antar secara daring selama masa pandemi COVID-19. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh pandemi COVID-19 terhadap dinamika pembelian makanan melalui layanan pesan antar secara daring. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama kurun waktu 208 hari pada bulan Juni 2020 – Januari 2021 dengan 30 narasumber berdomisili di Kabupaten Jepara, diperoleh hasil total timbulan sebesar 30.494,5 gram dengan sampah plastik yang mendominasi. Rata-rata timbulan per order sebesar 58,76 gram/order dan rata-rata timbulan setiap rumah tangga secara keseluruhan adalah sebesar 4,89 gram/hari. Sedangkan total keseluruhan emisi dari transportasi restoran hingga TPA dan emisi dari sampah kemasan adalah sebesar 1056,01 kgCO2eq dengan rata-rata sebesar 61,76 kgCO2eq/rumah tangga/tahun dan 3,57 kgCO2eq/order/tahun.

COVID-19 pandemic affected every aspect of life, one of them is a prohibition to dine-in at the restaurant and suggestion to do takeaway. This phenomenon influences the development of online food delivery services. Therefore, the study aimed to analyze the environmental impact caused by online food delivery activity based on the generation and composition of packaging waste and carbon footprint during the COVID-19 pandemic period. This study also intended to identify the effect of COVID-19 against buying dynamics through online food delivery services. Based on the study for 208 days during June 2020 – January 2021 with 30 respondents who lived in Jepara, the results show that total packaging waste generation reaches 30.494,5 gram dominated by plastic material. Waste generation average per order is 58,76 gram/order and waste generation average per household is 4,89 gram/day. While the total carbon footprint emission of transportation from restaurant to landfill and emission of packaging waste is 1056,01 kgCO2eq with an average 61,76 kgCO2eq/household/year and 3,57 kgCO2eq/order/year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>