Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199000 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aufa Rahma Asyifa
"Penelitian ini menganalisis potensi pengembangan klaster industri ship recycling di lima wilayah utama, yaitu Cilegon, Batam, Lampung, Madura, dan Cilincing, sebagai dasar penerapan prinsip circular economy yang terintegrasi dan berkelanjutan. Latar belakang penelitian ini didasari oleh kebutuhan pengelolaan kapal tua secara lebih efisien dan ramah lingkungan, seiring meningkatnya jumlah kapal yang tidak lagi ekonomis. Studi dilakukan melalui kajian literatur dari jurnal ilmiah dan publikasi kredibel untuk mengevaluasi kondisi infrastruktur, kebijakan, teknologi, dan sumber daya manusia di setiap wilayah. Dua metode digunakan dalam analisis: Gap Analysis untuk mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi aktual dan kondisi ideal pada aspek pemasok, metode dan peralatan, serta regulasi; serta Porter’s Diamond Model untuk menilai daya saing melalui faktor produksi, permintaan, industri pendukung, strategi perusahaan, dan peran pemerintah. Hasil menunjukkan bahwa Cilegon merupakan lokasi dengan kesiapan tertinggi, ditunjang oleh fasilitas semi-modern dan koneksi dengan industri baja. Batam dan Madura berada di posisi berikutnya dengan karakteristik berbeda, sementara Lampung masih memerlukan pembangunan menyeluruh meskipun memiliki posisi strategis. Cilincing menjadi lokasi dengan kesiapan terendah karena masih didominasi praktik konvensional dan kurangnya dukungan sistemik. Penelitian ini merekomendasikan penguatan kebijakan, peningkatan infrastruktur, dan sinergi antar pemangku kepentingan sebagai langkah awal untuk mengembangkan klaster industri ship recycling yang mendukung transisi menuju circular economy nasional.

This study analyzes the potential for developing ship recycling industry clusters in five key regions, namely Cilegon, Batam, Lampung, Madura, and Cilincing, as a foundation for implementing an integrated and sustainable circular economy. The research is based on the increasing need to manage aging vessels more efficiently and in an environmentally responsible manner, in response to the growing number of uneconomical ships. A literature review of academic journals and credible publications was conducted to assess the infrastructure, policy framework, technology, and human resources in each location. Two analytical approaches were employed: Gap Analysis to evaluate the gap between actual and ideal conditions across aspects such as suppliers, methods and equipment, and regulatory support, and Porter’s Diamond Model to assess competitiveness through factor conditions, demand conditions, related and supporting industries, firm strategy and rivalry, and the role of government. The analysis reveals that Cilegon has the highest level of readiness, supported by semi-modern facilities and strong links to the steel industry. Batam and Madura follow, each representing different categories of development. Lampung ranks third, with strategic geographic positioning but limited on-site implementation. Cilincing shows the lowest readiness due to underdeveloped facilities, inadequate waste management, and a lack of safety standards. The study recommends strengthening policy support, investing in infrastructure, and fostering cross-sector collaboration to facilitate the transition toward a sustainable ship recycling industry in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farsyah Novalino Hermadi
"Indonesia sebagai negara maritim menghadapi tantangan besar dalam mengelola kapal- kapal yang telah mencapai akhir masa pakainya. Salah satu solusi strategis yang selaras dengan prinsip circular economy adalah pengembangan industri ship recycling, yaitu proses pembongkaran kapal untuk pemanfaatan kembali material dan komponen bernilai ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pengembangan klaster industri ship recycling di Kota Cilegon, Banten, sebagai pusat kegiatan yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif dengan pendekatan studi literatur, yang dianalisis menggunakan kerangka Porter’s Diamond untuk mengidentifikasi faktor-faktor daya saing, serta Value Chain Analysis untuk memetakan aktivitas utama dan pendukung dalam rantai nilai ship recycling. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kota Cilegon memiliki keunggulan dari sisi lokasi strategis, infrastruktur industri berat, keberadaan pelabuhan, serta dukungan dari pemerintah daerah dan potensi industri logistik dan pengolahan limbah yang terintegrasi.
Aktivitas ship recycling diidentifikasi meliputi persiapan dokumen, pemotongan kapal, pemisahan komponen, hingga distribusi material bekas seperti baja dan peralatan kapal. Seluruh aktivitas ini berpotensi menciptakan nilai tambah tinggi apabila didukung dengan sistem klaster industri yang efisien dan kolaboratif. Penelitian ini juga mengungkap bahwa penerapan circular economy dalam klaster industri ship recycling dapat diwujudkan melalui strategi reduce, reuse, dan recycle, yang mampu meningkatkan efisiensi sumber daya, mengurangi limbah berbahaya, serta menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan perekonomian daerah.
Berdasarkan temuan tersebut, penelitian ini merekomendasikan pembentukan sistem klaster industri ship recycling di Cilegon sebagai langkah awal transformasi industri maritim Indonesia menuju model ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing global.

As a maritime nation, Indonesia faces major challenges in managing end-of-life vessels. One strategic solution that aligns with circular economy principles is the development of a ship recycling industry, which involves dismantling decommissioned ships to reuse valuable materials and components. This study aims to analyze the potential development of a ship recycling industrial cluster in Cilegon, Banten, as an integrated and sustainable hub for maritime waste processing.
A descriptive-qualitative approach was adopted using literature studies analyzed through Porter’s Diamond framework to assess competitive factors, along with Value Chain Analysis to map primary and supporting activities within the ship recycling process. The findings indicate that Cilegon possesses strong potential based on its strategic geographic location, heavy industrial infrastructure, port facilities, and support from local government and related industries such as logistics and waste management.
The ship recycling activities identified in this study include documentation, dismantling, component separation, and the distribution of recycled materials such as steel and marine equipment. These activities offer significant value-creation potential when managed within a collaborative and efficient industrial cluster. The research also demonstrates how the principles of circular economy—reduce, reuse, and recycle—can be integrated into the ship recycling cluster to enhance resource efficiency, minimize hazardous waste, and generate positive impacts on the environment and local economy.
Based on these findings, this study recommends the establishment of a ship recycling industrial cluster in Cilegon as a starting point for transforming Indonesia's maritime industry toward a more sustainable and globally competitive economic model.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yose Satyanegara
"Galangan Penutuhan Kapal di Indonesia merupakan industri yang dapat berpotensi menutupi kekurangan scrap baja di dalam negeri serta mengurangi kapal-kapal yang sudah berusia tua dan mulai tidak ekonomis lagi. Namun secara aktual, kondisi galangan penutuhan di Indonesia belum sesuai dengan standar penerapan Green Ship Recycling yang menjadi standar internasional untuk suatu fasilitas penutuhan. Minimnya penerapan pedoman Green Ship Recycling pada Galangan Penutuhan Kapal di Indonesia, mendorong penulis untuk melakukan peninjauan karena belum adanya galangan penutuhan kapal yang berhasil mendapatkan Green Ship Recycling Certification yang artinya belum maksimal dalam menerapkan standar-standar peraturan Internasional khususnya Hong Kong Convention dan International Labor Organization. Penerapan Green Ship Recycling pada galangan penutuhan di Indonesia juga akan membuka potensi penutuhan untuk kapal asing. Dari hasil tinjauan yang akan dilakukan penulis, maka akan dirancang suatu pedoman Standard Operational Procedure (SOP) yang diharapkan akan diterapkan galangan penutuhan kapal di Indonesia. Maka dari itu, penulis memilih topik tersebut untuk dijadikan penelitian skripsi “Perancangan Standard Operational Procedure (SOP) dalam Penerapan Green Ship Recycling pada Fasilitas dan Pelaksanaan K3 Industri Penutuhan Kapal di Indonesia”. Metode yang digunakan untuk melakukan peninjauan antara lain metode studi literatur pada pedoman Green Ship Recycling dan Kualitatif pada kondisi aktual kelengkapan fasilitas dan pelaksanaan K3 galangan penutuhan di Indonesia dalam merancang suatu Standard Operational Procedure (SOP). Metode yang digunakan untuk merancang SOP antara lain yaitu analisis kesenjangan (Gap Analysis)
Ship Recycling Yards are an industry that can potentially cover the shortage of steel scrap in Indonesia and reduce an old-aged ships that starting to become uneconomical. However, in actual fact, the condition of the fulfillment shipyards in Indonesia is not in accordance with the standards for implementing Green Ship Recycling which is the international standard for a filling facility. The lack of implementation of Green Ship Recycling guidelines in Shipyard Shipyards in Indonesia, encourages the author to conduct a review because there are no shipyards that have succeeded in obtaining Green Ship Recycling Certification, which means that they have not been optimal in applying international regulatory standards, especially the Hong Kong Convention and the International Labor Organization. . The implementation of Green Ship Recycling in Indonesian Shipyards will also open the potential for loading for foreign ships. From the results of the review that will be carried out by the author, a Standard Operational Procedure (SOP) guide will be designed which is expected to be applied to shipyards in Indonesia. Therefore, the authors chose this topic to be used as a thesis research "Designing Standard Operational Procedures (SOP) in the Implementation of Green Ship Recycling in Facilities and Implementation of K3 Shipbuilding Industry in Indonesia". The methods used to conduct the review include the literature study method on the Green Ship Recycling and Qualitative guidelines on the actual condition of the completeness of facilities and the implementation of K3 shipyards in Indonesia in designing a Standard Operational Procedure (SOP). The method used to design SOPs includes gap analysis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky syahputra
"Permasalahan sampah menjadi masalah serius di negara berkembang karena keterbatasan infrastruktur, salah satunya Kota Pekanbaru. Pemerintah daerah masih mengandalkan metode pembuangan ke tempat pembuangan akhir (TPA). Keberadaan TPA memicu munculnya pemulung untuk mengumpulkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomis sebagai bahan produk daur ulang. Mayoritas pemulung hidup dibawah garis kemiskinan dan tidak memiliki jaminan sosial, padahal pemulung memiliki peran untuk menahan laju timbulan sampah di TPA. Konsep ekonomi sirkular memberi peluang terciptanya pengelolaan sampah terintegrasi. Konsep ini memberi manfaat menahan laju timbulan sampah dan meningkatkan kesejahteraan pemulung. Penelitian dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner dengan responden 110 orang pemulung dan 5 pengepul di kawasan TPA Muara Fajar, Kota Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukan Recycling rate (RR) kawasan TPA sebesar 1,1%. Konsep pengelolaan sampah terintegrasi diberi nama “Gerakan Pekanbaru Bersih” dan akan melibatkan pemulung sebagai pekerja di kawasan TPA dan industri daur ulang. Konsep ini juga akan bertindak sebagai pelaku industri daur ulang. Hasil observasi menunjukan 85% dari responden setuju mengikuti program integrasi dengan tujuan peningkatan kesehjahteraan. Konsep integrasi memiliki tantangan seperti biaya investasi tinggi, memerlukan waktu yang panjang untuk merasakan manfaat, diperlukan riset secara berkala, dan berpotensi mematikan usaha pengepul eksisting. Kesimpulan dari penelitian ini adalah potensi timbulan sampah sebagai bahan daur ulang masih sangat besar dan potensi integrasi sangat mungkin dilakukan di TPA Muara Fajar, Pekanbaru.

Waste is a serious problem in developing countries due to limited infrastructure, one of which is Pekanbaru City. The local government still relies on disposal methods to landfills (TPA). The existence of landfills triggers the emergence of scavengers to collect waste that still has economic value as material for recycled products. The majority of waste pickers live below the poverty line and have no social security, even though they have a role to play in curbing the rate of waste generation in landfills. The circular economy concept provides an opportunity for integrated waste management. This concept provides the benefits of restraining the rate of waste generation and improving the welfare of waste pickers. The research was conducted using observation, interview and questionnaire filling methods with 110 scavengers and 5 collectors in the Muara Fajar landfill area, Pekanbaru City. The results showed that the Recycling Rate (RR) of the landfill area was 1.1%. The integrated waste management concept is named “Clean Pekanbaru Movement” and will involve waste pickers as workers in the landfill area and the recycling industry. This concept will also act as an actor in the recycling industry. Observations showed that 85% of respondents agreed to participate in the integration program with the aim of improving their welfare. The integration concept has challenges such as high investment costs, requiring a long period of time to realize the benefits, requiring regular research, and potentially shutting down existing collectors' businesses."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Cecilya Surjadi
"Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki total keseluruhan kapal mencapai 63.000 kapal dengan 60 persen diantaranya berusia lebih dari 20 tahun, hal ini membuat besarnya potensi jumlah keberadaan kapal tua yang sudah tidak layak beroperasi dan harus di daur ulang. Selain itu, terlepas dari besarnya prospek pasar internasional green ship recycling yang terus meningkat khususnya berhubungan dengan European Union Ship Recycling Facility (EUSRF), Indonesia masih kalah bersaing di pasar internasional dalam industri green ship recycling, dibuktikan dengan adanya 23 kapal berbendera Indonesia dari 630 kapal komersial dan unit lepas pantai yang terjual untuk ditutuh di luar Indonesia menurut NGO Shipbreaking Platform 2020, serta ditambah masih terdapatnya kebutuhan baja dalam negeri yang terus meningkat. Hal tersebut terjadi karena kondisi industri green ship recycling Indonesia yang masih jauh dari kondisi ideal yang mendesak untuk diwujudkan menjelang akan berlakunya Hongkong Convention pada 26 Juni 2025. Kondisi Ship Recycling Facility di Indonesia masih banyak menggunakan metode beaching yang merusak lingkungan dan tidak memperhatikan aspek keselamatan, keamanan, dan kesehatan pekerja akibat dari minimnya pengaturan mengenai aspek teknis, prosedur, dan fasilitas. Maka dari itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan menghasilkan strategi pengembangan Green Ship Recycling Facility sesuai keadaan di Indonesia serta memenuhi ketentuan internasional dan mencapai kepentingan ekonomis. Dalam penelitian ini dihasilkan rekomendasi kombinasi alternatif sistem dan teknologi yang optimal untuk digunakan di ship recycling facility melalui metode Analytical Network Process (ANP) dan in-depth interview terhadap stakeholders (praktisi, regulator, dan pakar) di industri ship recycling Indonesia dengan hasil yaitu: LPG/oxy-acetylene sebagai cutting technology, sandblasting sebagai decoating technology, landing/wet-basin sebagai docking system, mobile crane sebagai material handling technology, dan randomized storage system sebagai storage system. Lalu dilakukan pula kajian untuk menghasilkan rancangan prosedur dan tata letak area beserta fasilitas, rancangan pemilahan limbah per ketegori material berbahaya (HAZMAT), rancangan prosedur identifikasi material selama proses ship recycling, rancangan ketentuan fasilitas penanganan dan penyimpanan material berbahaya (HAZMAT), serta studi kasus pengembangan fasilitas yang dilakukan terhadap salah satu ship recycling facility semi modern di Cilegon, Indonesia, mencangkup gap analysis, rekomendasi pengembangan, dan design layout berdasarkan kajian rancangan yang telah dilakukan.

As a maritime country, Indonesia has a total of 63,000 ships, with 60 percent of them being over 20 years old. This creates a significant potential for the existence of old ships that are no longer operational and need to be recycled. Additionally, despite the growing prospects of the international green ship recycling market, particularly in relation to the European Union Ship Recycling Facility (EUSRF), Indonesia still places behind in the international market in the green ship recycling industry. This is evidenced by 23 Indonesian-flagged ships out of 630 commercial ships and offshore units being sold for dismantling outside of Indonesia, according to the NGO Shipbreaking Platform 2020. Moreover, there is a continuous increase in domestic steel demand. This happened because the condition of the green ship recycling industry in Indonesia is still far from the ideal conditions that are urgently needed to be realized, especially with the upcoming implementation of Hong Kong Convention on 26 June 2025. Ship Recycling Facilities in Indonesia still extensively use beaching methods that damage the environment and disregard safety, security, and workers' health aspects, primarily due to the lack of regulations concerning technical aspects, procedures, and facilities. Hence, this research aims to develop a strategy for Green Ship Recycling Facility based on the Indonesia’s condition, while complying with international regulations and achieving economic interests. The study resulted in recommendations for an optimal combination of alternative systems and technologies to be used in ship recycling facilities, using the Analytical Network Process (ANP) method and in-depth interviews with stakeholders (practitioners, regulators, and experts) in the Indonesian ship recycling industry. The recommendations include LPG/oxy-acetylene as cutting technology, sandblasting as decoating technology, landing/wet-basin as the docking system, mobile crane as material handling technology, and randomized storage system as the storage system. Furthermore, the study also conducted an assessment to generate designs for procedures, layout areas, and facilities, waste categorization procedures for hazardous materials (HAZMAT), material identification procedures during the ship recycling process, requirements for handling and storing hazardous materials (HAZMAT), and a case study on the development of a facility in one of the semi-modern ship recycling facilities in Cilegon, Indonesia. This case study covers gap analysis, development recommendations, and design layout based on the conducted design assessment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Pratama Rinaldi
"Berdasarkan Konvensi Hong Kong, kapal yang berusia lebih dari 25 tahun harus didaur ulang karena dapat merusak lingkungan dan dinilai tidak memiliki dampak ekonomis. Namun, industri ship recycling di Indonesia kurang diperhatikan. Skripsi ini bertujuan untuk mendesain galangan ship recycling yang ramah lingkungan dan mengikuti prosedur yang sesuai dengan IMO dan memiliki kapasitas maksimum 30.000 DWT. Skripsi ini dibuat berdasarkan studi literature dari regulasi yang ada seperti Konvensi Hong Kong, Regulasi Ship Recycling Uni Eropa, dan laporan inspeksi dari biro klasifikasi untuk mengidentifikasi kondisi ship recycling di Indonesia saat ini serta memberikan saran untuk melaksanakan prosedur yang baik dan benar. Dengan menggunakan gap analysis untuk mengidentifikasi kondisi ship recycling di Indonesia, dapat ditentukan fasilitas galangan yang dibutuhkan. Galangan ship recycling akan menggunakan marine airbag untuk menggerakan kapal ke slipway dan kapal akan dipotong di darat.

According to Hong Kong Convention, ships older than 25 years old must be recycled because it could bring harm to environment and cannot be operated economically. However, there is a lack of attention about ship recycling in Indonesia. This study aims to design a green ship recycling yard that follows IMO procedure and have a maximum capacity of 30.000 DWT. The study conducts literature on rules and regulations such as Hong Kong Convention, EU Ship Recycling Regulations, and inspection reports from classification societies to identify the current condition of ship recycling in Indonesia and suggest recommendation acts to conduct ship recycling process. By identifying the conditions of ship recycling in Indonesia with gap analysis, the yard’s facilities could be determined. The ship recycling yard will use marine airbag to move ships into slipway and ship will be cut on land."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiyah
"Konsep ekonomi sirkular dianggap sebagai paradigma alternatif yang bertujuan mengatasi tantangan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia. Pada tingkat mikro yaitu tingkat perusahaan, ekonomi sirkular sangat terkait dengan praktik manajerial dalam menerapkan model bisnis ekonomi sirkular. Dalam penelitian ini, studi kasus digunakan untuk menganalisis tiga perusahaan yang bergerak di sektor pangan di Indonesia yang telah mengadopsi prinsip ekonomi sirkular dalam bisnis mereka. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan wawancara semi-terstruktur untuk mendapatkan informasi yang mendalam dan rinci untuk mengidentifikasi praktik manajerial menggunakan pendekatan taksonomi dimensi model bisnis sirkular dalam penciptaan dan penangkapan nilai, dan menganalisis faktor eksternal yang mempengaruhi. Ketiga perusahaan menunjukkan variasi dalam praktik manajerial mereka bergantung pada produk dan limbah yang dihasilkan serta model bisnis yang dijalankan. Penelitian menemukan dan menganalisis tiga faktor yang mempengaruhi model bisnis sirkular yaitu peranan pemerintah, kolaborasi dengan pemangku kepentingan, dan kesiapan ekosistem pendukung. Temuan ini menjadi refleksi bersama penciptaan dan penangkapan nilai melalui model bisnis sirkular dapat tercipta atas kerja bersama seluruh aktor baik dipemerintahan, korporasi, komunitas masyarakat, akademisi, NGO, dengan didukung teknologi memadai.

The concept of a circular economy is seen as an alternative paradigm to address the challenges of sustainable economic development in Indonesia. At the company level, it involves implementing circular business models. This study used case analysis of three Indonesian food sector companies adopting circular economy principles. Using a qualitative approach with semi-structured interviews, the study examined managerial practices and external factors influencing value creation and capture in circular business models. The companies showed variations in their managerial practices based on products, waste, and business models. The research identified three key factors affecting circular business models: government roles, stakeholder collaboration, and ecosystem readiness. These findings suggest that successful value creation and capture in circular business models require joint efforts from government, corporations, communities, academics, NGOs, and adequate technology.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Rizkytama Hanura
"Sejak Asas Cabotage diterapkan pada tahun 2005, jumlah kapal berbendera Indoneisa meningkat. Kebanyakan dari kapal tersebut berjenis kapal cargo, kapal tongkang, dan kapal tunda. Seiring bertambahnya jumlah armada, usia kapal di atas 20 tahun meningkat sehingga perlu diganti dengan armada baru. Berdasarkan Hong Kong Convention, umur operasi kapal dibatasi hingga 25 tahun karena kapal tersebut dinilai tidak ekonomis jika dioperasikan sehingga butuh ditutuh. Hal ini membuat usaha penutuhan kapal (ship recycling) di Indonesia memiliki peluang besar. Salah satu metode dalam bisnis green ship recycling adalah galangan khusus penyedia jasa. Bisnis ship recycling pada galangan khusus penyedia jasa penutuhan sudah berjalan di Indonesia, namun belum menggunakan prinsip Reduce, Reuse, and Recycle (3R). Untuk menjalankan prinsip 3R galangan penutuhan kapal memerlukan biaya lebih untuk menangani limbah dari kapal yang ditutuh sehingga mempengaruhi keuntungan perusahaan. Artikel ini berfokus pada studi kelayakan bisnis green ship recycling pada galangan khusus penyedia jasa penutuhan kapal ditinjau dari aspek finansial. Hasil dari penelitian ini adalah Payback Period selama 3 tahun, 8 bulan, dan 27 hard; Net Present Value sebesar Rp228.332.021.477,88; Internal Rate of Return sebesar 17%; Average Rate of Return sebesar 36%; dan Profitability Index sebesar 3,82.  Proyek ini dinyatakan layak karena telah memenuhi syarat kriteria investasinya.

Since the implementation of Cabotage Principal in 2005, the amount of Indonesian flagged ships have increased. Most of them are cargo vessel, barge, and tug. The number of over 20 years old ships are also rising but still being operated so they need to be replaced by the new fleet. According to the Hong Kong Convention, ships life cycle is limited to 25 years old due to its deteriorating of its effectiveness and uneconomical to be operated, so it needs to be recycled. This opens up the market for a ship recycling industry in Indonesia. One of business model in ship recycling is service provider ship recycling yard. This model is already exist in Indonesia, but they didnt obey Reduce, Reuse, Recycle (3R) principal. Collaboration between a ship recycling yard and waste treatment facility will need an extra cost, so it will affect the profit of a green ship recycling business. This paper will be focusing into the financial aspects of the feasibility study. The results of this study are: Payback Period of 3 years, 8 months, and 27 days; Net Present Value of Rp228.332.021.477,88; Internal Rate of Return of 17%;. Average Rate of Return of Return of 36%; and Profitability Index of 3.82. This project is approved feasible because it had fullfill the requirement of the investment criterias."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Arya Tjitrosoemarto
"Penutuhan kapal adalah proses penutuhan sebagian atau seluruh kapal yang telah berumur tua atau tidak layak pakai yang dilaksanakan di fasilitas penutuhan kapal yang ramah lingkungan dengan maksud untuk memperoleh kembali bagian-bagian dan material kapal yang dapat diproses dan digunakan kembali. Potensi industri penutuhan kapal di Indonesia sangat besar. Hal ini disebabkan karena kapal domestik di Indonesia banyak yang sudah berumur tua. Akan tetapi, industri penutuhan kapal di Indonesia banyak yang tidak sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku. Maka dari itu, diperlukan kawasan industri penutuhan kapal yang sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku serta manajemen rantai pasok yang tepat. Dengan tujuan untuk mengoptimalkan potensi yang dihasilkan dari industri penutuhan kapal di Indonesia. Penelitian ini akan mengembangkan sebuah konsep desain kawasan industri penutuhan kapal yang terintegrasi sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku. Dalam membuat rancangan kawasan industri penutuhan kapal akan menggunakan metode dari program BLOCPLAN. Program BLOCPLAN akan membantu dalam menentukan tata letak antara industri-industri pelaku yang memiliki nilai keterkaitan terbesar. Sehingga menghasilkan tata letak yang paling optimal. Hasil rancangan yang telah dibuat akan dianalisis dari aspek manajemen rantai pasok, prediksi hambatan implementasi, dan strategi untuk merealisasikan kawasan industri penutuhan kapal yang terintegrasi.

Ship recycling is a process of recycle partial or all of old or broken ships that occurs in ship recycling facility in purpose for reuse or recycle part and material of the ship. Ship recycling industry has big potency for Indonesia in many aspects. It cause of there are a lot of old ships in Indonesia that need to be recycling. However, ship recycling industry in Indonesia do not comply with standards and regulations. Therefore, Indonesia needs industrial estate for ship recycling industry that comply with standards and regulations and the proper supply chain management, in purpose for optimize the potency of ship recycling industry in Indonesia. This research will develop a design concept for an integrated industrial estate for ship recycling industry according with applicable regulations and standards. In designing the ship recycling industry, BLOCPLAN program will be used. The BLOCPLAN program will help determine the layout between the industry players that have the greatest relationship value. Therefore, the result will produce the most optimal layout. The results of the design that have been made will be analyzed from the aspect of supply chain management, prediction of implementation barriers, and strategies to realize an integrated ship recycling estate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Diva Sugiarto
"Ship-recycling, merupakan salah satu metode efektif yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi permasalahan limbah kapal-kapal tua yang sudah tidak layak digunakan. Istilah ini merujuk pada proses daur ulang kapal secara modern yang masih belum marak dilakukan di Indonesia. Pada pelaksanaannya, masih banyak terdapat aspek-aspek keselamatan yang tidak dihiraukan. Salah satu aspek terbesar yang masih kurang diperhatikan yaitu aspek dari human factor. Penelitian ini dilakukan untuk meninjau lebih jauh terkait faktor-faktor di balik sumber bahaya bagi para pekerja yang terlibat dalam proses ship recycling. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode Formal Safety Assessment (FSA) untuk menemukan sumber-sumber bahaya selama proses ship-recycling dilakukan dan selanjutnya dilakukan penarikan akar masalah menggunakan Fault Tree Analysis (FTA). Dari penelitian ini, diketahui bahwa human factor dari sumber bahaya terjadi dikarenakan ketidakwaspadaan pekerja; kondisi kesehatan pekerja; pemakaian APD yang tidak sesuai; serta kurangnya kualitas SDM untuk beberapa proses pekerjaan seperti penggunaan alat berat, proses cutting, ataupun dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko kebakaran. Latar Belakang dari terjadinya kesalahan-kesalahan dari human factor di atas bisa berasal dari berbagai hal yaitu, tidak diadakannya pelatihan formal terkait penggunaan alat cutting, kondisi kesehatan pekerja, dan kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia.

Ship-recycling is one of the effective methods that can be carried out to help reduce waste problems from old unused ships. This term refers to the modern process of recycling ships, which is still not widely done in Indonesia. In its implementation, there are still many safety aspects that are overlooked. One of the biggest aspects that is still not given enough attention is the human factor. This research was conducted to further investigate the factors behind the sources of danger for workers involved in the ship-recycling process. In this study, the author used the Formal Safety Assessment (FSA) method to identify sources of danger during the ship-recycling process and then conducted root cause analysis using Fault Tree Analysis (FTA). From this research, it is known that the human factor of the sources of danger occurs due to worker inattention; worker health conditions; inappropriate use of personal protective equipment; and a lack of qualified personnel for some job processes such as heavy equipment use, cutting processes, or identifying fire hazards and risks. The background of the above human factor errors can come from various things such as the absence of formal training in the use of cutting tools, the health conditions of workers, and the shortage of available jobs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>