Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208136 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sekar Embun Jempina
"Latar Belakang: Peningkatan stres yang lebih tinggi di kalangan pelajar kedokteran gigi dibandingkan populasi umum telah ditunjukkan pada penelitian terdahulu. Studi lain juga mengungkapkan adanya perbedaan tingkat stres antara mahasiswa jenjang sarjana dengan profesi kedokteran gigi. Hingga saat ini, masih sedikit penelitian mengenai keterkaitan antara tingkat stres dengan konsentrasi kortisol pada jenjang pendidikan yang berbeda, terutama pada bidang kedokteran gigi. Tujuan: Menganalisis keterkaitan antara tingkat stres dengan konsentrasi kortisol pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI. Metode: Empat puluh sampel yang terdiri dari dua puluh sampel saliva tidak terstimulasi dan dua puluh sampel terstimulasi saliva mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI dikumpulkan. Uji bradford dilakukan untuk memeriksa konsentrasi protein total pada seluruh sampel. Uji konsentrasi kortisol saliva dilakukan dengan menggunakan FineTest® Human COR (Cortisol) ELISA Kit. Hasil: Terdapat keterkaitan signifikan antara tingkat stres dengan konsentrasi kortisol saliva terstimulasi pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI (r = -473; p = 0.035). Sementara itu, tidak terdapat keterkaitan yang signifikan secara statistik antara tingkat stres dengan konsentrasi kortisol saliva tidak terstimulasi (r = -123; p = 0.607). Kesimpulan: Korelasi negatif sedang antara antara tingkat stres dengan konsentrasi kortisol saliva terstimulasi pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI menunjukkan bahwa peningkatan stres cenderung diikuti dengan penurunan konsentrasi kortisol.

Background: Prior research has indicated that dentistry students experience higher stress level than the general population. Other research also demonstrates a gap in stress levels between undergraduate and professional students. Research on the connection between stress levels and cortisol concentrations at varying educational levels is still lacking, particularly in dentistry. Objective: To analyze the relationship between stress levels and cortisol concentrations in undergraduate and professional students at FKG UI. Method: 40 samples consisting of 20 unstimulated saliva samples and 20 stimulated saliva samples from FKG UI undergraduate and professional students were collected. The Bradford test was carried out to check the total protein concentration in all samples. The salivary cortisol concentration test was used by using the FineTest® Human COR (Cortisol) ELISA Kit. Results: There is a significant relationship between stress levels and stimulated salivary cortisol concentrations in FKG UI undergraduate and professional students (r = -473; p = 0.035). There was no statistically significant link between stress levels and unstimulated salivary cortisol concentrations (r = -123; p = 0.607). Conclusion: In FKG UI undergraduate and professional students, there is a somewhat negative connection between stress levels and stimulated salivary cortisol concentrations, indicating that a rise in stress is typically followed by a fall in cortisol levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nurhaliza Putri Suci Indasari
"Latar belakang: Mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Indonesia seringkali menghadapi stres tinggi akibat beban akademik yang berat, baik di jenjang sarjana maupun profesi. Stres yang berlebihan dapat memengaruhi fungsi fisiologis, termasuk perubahan karakteristik saliva seperti volume, laju alir, pH, dan viskositas. Saliva berperan sebagai biomarker non-invasif untuk mengukur stres melalui perubahan yang dipengaruhi oleh aktivitas sistem saraf simpatik. tetapi penelitian mengenai hubungan tingkat stres dengan perubahan karakteristik saliva pada mahasiswa kedokteran gigi masih terbatas, terutama dalam membandingkan jenjang sarjana dan profesi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sebanyak 43 mahasiswa jenjang sarjana dan profesi yang dilibatkan sebagai subjek penelitian. Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner DASS-21 dan sampel saliva diambil melalui dua kondisi, yaitu tanpa stimulasi dan terstimulasi. Karakterisitik saliva yang diuji adalah volume, laju alir, pH, dan viskositas. Analisis data yang digunakan dalam menguji perbedaan rata rata yaitu Uji Independent T-Test dan Uji Mann Whitney U, sedangkan pada Uji Korelasi menggunakan Uji Korelasi Pearson dan Spearmen. Hasil: Berdasarkan analisis menggunakan kuesioner DASS-21,secara deskriptif tidak terdapat perbedaan signifikan pada tingkat stres antara mahasiswa sarjana dan profesi. Pada analisis perbedaan rata rata, terdapat perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, dan viskositas saliva tidak terstimulasi, sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi. Pada Uji Korelasi mahasiswa jenjang sarjana tidak memiliki hubungan yang signifikan antara volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi, serta pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi, akan tetapi pada volume dan laju alir saliva tidak terstimulasi memiliki hubungan yang signifikan. Pada jenjang profesi, tidak memilik hubungan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva tidak terstimulasi maupun terstimulasi. Kesimpulan: Mahasiswa pada jenjang profesi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada jenjang sarjana. Selain itu, tidak ditemukan hubungan antara tingkat stres dan karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana maupun profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Background: Dental students at the University of Indonesia often face high stress due to a heavy academic load, both at the preclinical and clinical students. Excessive stress can affect physiological functions, including changes in salivary characteristics such as volume, flow rate, pH and viscosity. Saliva acts as a non-invasive biomarker to measure stress through changes influenced by sympathetic nervous system activity. However, research on the relationship between stress levels and changes in salivary characteristics in dental students is still limited, especially in comparing preclinical and clinical students. Objective: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in pre-clinic students and clinic student of FKG UI. Methods: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in preclinical and clinical students of FKG UI. Methods: This study used a cross-sectional design. A total of 43 preclinical and clinical students were involved as research subjects. Stress levels were measured using the DASS-21 questionnaire and saliva samples were taken through two conditions, namely without stimulation and stimulation. Salivary characteristics tested were volume, flow rate, pH, and viscosity. Data analysis used in testing the average difference is the Independent T-Test and Mann Whitney U Test, while in the Correlation Test using the Pearson and Spearmen Correlation Test. Results: Based on analysis using the DASS-21 questionnaire, descriptively there was no significant difference in stress levels between preclinical and clinical students. In the mean difference analysis, there were significant differences in the volume, flow rate, and viscosity of unstimulated saliva, while there were no significant differences in the volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva in preclinical and clinical students. In the Correlation Test, preclinical students did not have a significant relationship between volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva, and pH and viscosity of unstimulated saliva, but the volume and flow rate of unstimulated saliva had a significant relationship. At the clinical student, there was no significant relationship in volume, flow rate, pH, and viscosity of unstimulated and stimulated saliva. Conclusion: there is no relationship between stress level and salivary characteristics in preclinical and professional students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nurhaliza Putri Suci Indasari
"Latar belakang: Mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Indonesia seringkali menghadapi stres tinggi akibat beban akademik yang berat, baik di jenjang sarjana maupun profesi. Stres yang berlebihan dapat memengaruhi fungsi fisiologis, termasuk perubahan karakteristik saliva seperti volume, laju alir, pH, dan viskositas. Saliva berperan sebagai biomarker non-invasif untuk mengukur stres melalui perubahan yang dipengaruhi oleh aktivitas sistem saraf simpatik. tetapi penelitian mengenai hubungan tingkat stres dengan perubahan karakteristik saliva pada mahasiswa kedokteran gigi masih terbatas, terutama dalam membandingkan jenjang sarjana dan profesi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sebanyak 43 mahasiswa jenjang sarjana dan profesi yang dilibatkan sebagai subjek penelitian. Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner DASS-21 dan sampel saliva diambil melalui dua kondisi, yaitu tanpa stimulasi dan terstimulasi. Karakterisitik saliva yang diuji adalah volume, laju alir, pH, dan viskositas. Analisis data yang digunakan dalam menguji perbedaan rata rata yaitu Uji Independent T-Test dan Uji Mann Whitney U, sedangkan pada Uji Korelasi menggunakan Uji Korelasi Pearson dan Spearmen. Hasil: Berdasarkan analisis menggunakan kuesioner DASS-21,secara deskriptif tidak terdapat perbedaan signifikan pada tingkat stres antara mahasiswa sarjana dan profesi. Pada analisis perbedaan rata rata, terdapat perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, dan viskositas saliva tidak terstimulasi, sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi. Pada Uji Korelasi mahasiswa jenjang sarjana tidak memiliki hubungan yang signifikan antara volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi, serta pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi, akan tetapi pada volume dan laju alir saliva tidak terstimulasi memiliki hubungan yang signifikan. Pada jenjang profesi, tidak memilik hubungan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva tidak terstimulasi maupun terstimulasi. Kesimpulan: Mahasiswa pada jenjang profesi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada jenjang sarjana. Selain itu, tidak ditemukan hubungan antara tingkat stres dan karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana maupun profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Background: Dental students at the University of Indonesia often face high stress due to a heavy academic load, both at the preclinical and clinical students. Excessive stress can affect physiological functions, including changes in salivary characteristics such as volume, flow rate, pH and viscosity. Saliva acts as a non-invasive biomarker to measure stress through changes influenced by sympathetic nervous system activity. However, research on the relationship between stress levels and changes in salivary characteristics in dental students is still limited, especially in comparing preclinical and clinical students. Objective: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in pre-clinic students and clinic student of FKG UI. Methods: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in preclinical and clinical students of FKG UI. Methods: This study used a cross-sectional design. A total of 43 preclinical and clinical students were involved as research subjects. Stress levels were measured using the DASS-21 questionnaire and saliva samples were taken through two conditions, namely without stimulation and stimulation. Salivary characteristics tested were volume, flow rate, pH, and viscosity. Data analysis used in testing the average difference is the Independent T-Test and Mann Whitney U Test, while in the Correlation Test using the Pearson and Spearmen Correlation Test. Results: Based on analysis using the DASS-21 questionnaire, descriptively there was no significant difference in stress levels between preclinical and clinical students. In the mean difference analysis, there were significant differences in the volume, flow rate, and viscosity of unstimulated saliva, while there were no significant differences in the volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva in preclinical and clinical students. In the Correlation Test, preclinical students did not have a significant relationship between volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva, and pH and viscosity of unstimulated saliva, but the volume and flow rate of unstimulated saliva had a significant relationship. At the clinical student, there was no significant relationship in volume, flow rate, pH, and viscosity of unstimulated and stimulated saliva. Conclusion: there is no relationship between stress level and salivary characteristics in preclinical and professional students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nurhaliza Putri Suci Indasari
"Latar belakang: Mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Indonesia seringkali menghadapi stres tinggi akibat beban akademik yang berat, baik di jenjang sarjana maupun profesi. Stres yang berlebihan dapat memengaruhi fungsi fisiologis, termasuk perubahan karakteristik saliva seperti volume, laju alir, pH, dan viskositas. Saliva berperan sebagai biomarker non-invasif untuk mengukur stres melalui perubahan yang dipengaruhi oleh aktivitas sistem saraf simpatik. tetapi penelitian mengenai hubungan tingkat stres dengan perubahan karakteristik saliva pada mahasiswa kedokteran gigi masih terbatas, terutama dalam membandingkan jenjang sarjana dan profesi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sebanyak 43 mahasiswa jenjang sarjana dan profesi yang dilibatkan sebagai subjek penelitian. Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner DASS-21 dan sampel saliva diambil melalui dua kondisi, yaitu tanpa stimulasi dan terstimulasi. Karakterisitik saliva yang diuji adalah volume, laju alir, pH, dan viskositas. Analisis data yang digunakan dalam menguji perbedaan rata rata yaitu Uji Independent T-Test dan Uji Mann Whitney U, sedangkan pada Uji Korelasi menggunakan Uji Korelasi Pearson dan Spearmen. Hasil: Berdasarkan analisis menggunakan kuesioner DASS-21,secara deskriptif tidak terdapat perbedaan signifikan pada tingkat stres antara mahasiswa sarjana dan profesi. Pada analisis perbedaan rata rata, terdapat perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, dan viskositas saliva tidak terstimulasi, sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi. Pada Uji Korelasi mahasiswa jenjang sarjana tidak memiliki hubungan yang signifikan antara volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi, serta pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi, akan tetapi pada volume dan laju alir saliva tidak terstimulasi memiliki hubungan yang signifikan. Pada jenjang profesi, tidak memilik hubungan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva tidak terstimulasi maupun terstimulasi. Kesimpulan: Mahasiswa pada jenjang profesi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada jenjang sarjana. Selain itu, tidak ditemukan hubungan antara tingkat stres dan karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana maupun profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Background: Dental students at the University of Indonesia often face high stress due to a heavy academic load, both at the preclinical and clinical students. Excessive stress can affect physiological functions, including changes in salivary characteristics such as volume, flow rate, pH and viscosity. Saliva acts as a non-invasive biomarker to measure stress through changes influenced by sympathetic nervous system activity. However, research on the relationship between stress levels and changes in salivary characteristics in dental students is still limited, especially in comparing preclinical and clinical students. Objective: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in pre-clinic students and clinic student of FKG UI. Methods: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in preclinical and clinical students of FKG UI. Methods: This study used a cross-sectional design. A total of 43 preclinical and clinical students were involved as research subjects. Stress levels were measured using the DASS-21 questionnaire and saliva samples were taken through two conditions, namely without stimulation and stimulation. Salivary characteristics tested were volume, flow rate, pH, and viscosity. Data analysis used in testing the average difference is the Independent T-Test and Mann Whitney U Test, while in the Correlation Test using the Pearson and Spearmen Correlation Test. Results: Based on analysis using the DASS-21 questionnaire, descriptively there was no significant difference in stress levels between preclinical and clinical students. In the mean difference analysis, there were significant differences in the volume, flow rate, and viscosity of unstimulated saliva, while there were no significant differences in the volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva in preclinical and clinical students. In the Correlation Test, preclinical students did not have a significant relationship between volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva, and pH and viscosity of unstimulated saliva, but the volume and flow rate of unstimulated saliva had a significant relationship. At the clinical student, there was no significant relationship in volume, flow rate, pH, and viscosity of unstimulated and stimulated saliva. Conclusion: there is no relationship between stress level and salivary characteristics in preclinical and professional students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Fitri
"Wabah COVID-19 menyebabkan perubahan pada berbagai kondisi kehidupan, pemerintah mengharuskan masyarakat tetap berada di rumah agar penyebaran virus COVID-19 tidak meningkat. Namun dampak dari hal ini membuat tingginya tingkat stres dan intensitas bermain online game karena pembelajaran dilakukan secara daring. Penelitian ini bertujuan menganalisa hubungan antara tingkat stres dengan intensita bermain online game pada masa pandemi COVID-19. Desain penelitian yang digunakan menggunakan cross sectional dengan jumlah responden 168 mahasiswa dengan teknik Convenience sampling. Instrumen yang digunakan yaitu Perceived Stressed Scale dan Intensitas Bermain Online game. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara kedua variabel (p>0.005). Mahasiswa dengan tingkat stres tinggi sampai sedang maka intensitas bermain online game tinggi. Peneliti merekomendasikan pentingnya edukasi yang dilakukan perawat maupun tenaga pendidik agar tingkat stres pada mahasiswa tidak terus meningkat dan mencegah kecanduan bermain online game akibat intensitas bermain online game yang tinggi.

The COVID-19 pandemic has caused changes in various living conditions, the government requires people to stay at home to prevent of the COVID-19 virus does not increase. However, the impact of this makes high levels of stress and intensity of playing online games because online learning. This study aims to analyze the relationship between stress levels and the intensity of playing online games during the COVID-19 pandemic. The research design used was cross sectional with the number of respondents being 168 students with convenience sampling technique. The instruments used are the Perceived Stressed Scale and the Intensity of Playing Online games. The results showed that there was no relationship between the two variables (p>0.005). Students with high to moderate stress levels have a high intensity of playing online games. Researchers recommend the importance of education carried out by nurses and educators so that stress levels in students do not continue to increase and prevent addiction to playing online games due to the high intensity of playing online games.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Khairunnisa
"Latar Belakang: Pada tahun 2022, studi menemukan 87% mahasiswa mengalami stres. Peningkatan stres ini sering kali dipengaruhi oleh beban akademik yang semakin berat seiring dengan kenaikan tahun akademik. Hal yang serupa dialami oleh mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Mahasiswa semester awal kedokteran gigi mengalami stres karena adanya tekanan yang besar untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar kedokteran gigi. Sementara, mahasiswa semester akhir cenderung mengalami stres karena adanya kekhawatiran terkait kelulusan dan transisi menuju jenjang profesi. Stres negatif (distres) yang dialami mahasiswa dapat mengganggu kesimbangan homeostasis. Keadaan stres memicu respons fisiologis di dalam tubuh melalui mekanisme GAS (General Adaptation Syndrome). Aktivasi aksis HPA dan SAM membuat perubahan pada sekresi saliva dan mempengaruhi karakteristik saliva. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keterkaitan antara karakteristik saliva dengan tingkat stres pada mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Metode: Desain penelitian ini merupakan penelitian observasional, yaitu potong lintang. Sampel yang diteliti merupakan saliva tanpa terstimulasi dan terstimulasi pada 11 mahasiswa semester awal (angkatan 2023) dan 11 mahasiswa semester akhir (angkatan 2021). Pengambilan sampel dilakukan pukul 08.00-11.00 WIB di Rumpun Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia, Depok. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat. Karakteristik saliva yang diteliti adalah volume, laju alir, pH, dan viskositas. Uji karakteristik saliva dilakukan di laboratorium. Tingkat stres diukur melalui skor stres pada kuesioner DASS-21. Analisis penelitian dilakukan dengan uji statistik beda mean, yaitu: Independent T-test, Mann-whitney U dan uji statistik korelasi yaitu: Pearson dan Spearman. Hasil: Uji beda mean menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat stres signifikan antara mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Tidak ditemukan perbedaan karakteristik saliva (volume, laju alir, pH, dan viskositas) signifikan antara mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Akan tetapi, ditemukan perbedaan signifikan pada volume dan laju alir terstimulasi antara mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Uji korelasi menunjukkan tidak terdapat keterkaitan yang signifikan antara karakteristik saliva (volume, laju alir, pH, dan viskositas) dengan tingkat stres pada mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI. Kesimpulan: Karakteristik saliva tidak memiliki keterkaitan dengan tingkat stres pada mahasiswa semester awal dan semester akhir jenjang sarjana FKG UI.

Background: In 2022, a study found that 87% of students experienced stress. As the academic year progresses, the increasingly heavy academic workload often influences the increase in stress. Early-semester and late-semester undergraduate students at the Faculty of Dentistry UI share a similar experience. Early-semester dental students experience stress due to the significant pressure to excel in the basic knowledge and skills of dentistry. Meanwhile, late-semester students tend to experience stress due to concerns related to completing undergraduate studies and transitioning to the professional phase in dentistry. Students' experiences of negative stress can disrupt the balance of homeostasis. The state of stress triggers a physiological response in the body through the GAS mechanism. (General Adaptation Syndrome). Activation of the HPA and SAM axis pathways causes changes in saliva secretion and affects saliva's characteristics. Objective: The study was conducted to determine the relationship between salivary characteristics and stress levels in early and late semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI. Method: The design of this study is an observational study, specifically a cross-sectional study. The samples studied were unstimulated and stimulated saliva from 11 early-semester students (class of 2023) and 11 late-semester students (class of 2021). Samples were collected from 08:00 to 11:00 WIB at the Health Sciences Cluster, University of Indonesia, Depok. Saliva sample testing was executed at the Oral Biology Laboratory, Faculty of Dentistry, University of Indonesia, Salemba, Central Jakarta. The characteristics of saliva being studied are volume, flow rate, pH, and viscosity. Salivary characteristic tests were conducted in the laboratory. Stress levels were measured through the stress score on the DASS-21 questionnaire. Analysis was carried out using statistical tests for mean difference, specifically the Independent T-test and Mann-Whitney U test, as well as correlation tests, notably Pearson and Spearman. Results: The mean difference test showed no significant difference in stress levels between early-semester and late- semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI. There were no significant differences in salivary characteristics (volume, flow rate, pH, and viscosity) between early semester and late semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI. However, significant differences were found in stimulated volume and flow rate between early-semester and late-semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI. Correlation tests showed no significant relationship between salivary characteristics (volume, flow rate, pH, and viscosity) and stress levels in early-semester and late- semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI. Conclusion: Salivary characteristics (volume, flow rate, pH, and viscosity) are not related to stress levels in early-semester and late-semester undergraduate students of the Faculty of Dentistry UI.
"
Depok: Rajawali Press, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Septiana
"Mahasiswa keperawatan sering menghadapi beban akademik tinggi yang dapat memicu stres, mengganggu keseimbangan antara tuntutan akademik dan kehidupan pribadi. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional, teknik sampel menggunakan Stratified Random Sampling dengan melibatkan 189 mahasiswa keperawatan. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat (uji chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan manajemen mahasiswa pada kategori baik yaitu 55,6% dan mahasiswa yang mengalami stres akademik berjumlah 50,8%. Hasil uji korelasi yaitu tidak ada hubungan antara kemampuan manajemen waktu dan stres akademik pada mahasiswa keperawatan UMJ (p=>0,407; OR=0,752; α=0,05). Kualitas manajemen waktu baik atau tidak baik, tidak memengaruhi tingkat risiko stres akademik. Hal ini mengindikasikan perlunya analisis lebih lanjut atau sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan.

Nursing students often face high academic loads that can trigger stress, disrupting the balance between academic demands and personal life. The design of this study was Cross Sectional, the sample technique used Stratified Random Sampling involving 189 nursing students. Data analysis using univariate and bivariate analysis (chi-square test). The results showed that student management skills in the good category were 55.6% and students who experienced academic stress were 50.8%. The results of the correlation test are that there is no relationship between time management skills and academic stress in UMJ nursing students (p => 0.407; OR = 0.752; α = 0.05). The quality of time management is good or not good, does not affect the level of risk of academic stress. This indicates the need for further analysis or a larger sample to obtain more convincing results."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satryansyah Putra Sadikin
"Latar Belakang Dalam menjalankan pendidikan, stres merupakan hal yang seringkali dialami oleh mahasiswa. Stres sendiri dapat berdampak pada performa akademis mahasiswa. Terdapat berbagai penyebebab dari stres, salah satunya adalah penyesuaian diri. Refleksi diri merupakan suatu hal yang dapat dilakukan untuk menyesuaikan diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antar refleksi diri dengan tingkat stres pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Metode Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara daring dengan membagikan dua kuesioner yaitu Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) dan Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ) kepada 106 responeden. Hasil Berdasarkan hasil penelitian pada 108 responden mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terdapat 51,9% mahasiswa memiliki kemampuan refleksi tinggi, sedangkan 48,1% mahasiswa memiliki kemampuan refleksi rendah. Penelitian ini menunjukkan 54,6% mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia alami stres berat, diikuti 7,41% stres ringan, 26,85% mahasiswa dengan stres sedang dan 11,11% mahasiswa alami stres sangat berat. Pada penelitian tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan refleksi diri dengan tingkat stres. Kesimpulan Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan refleksi diri dengan tingkat stres pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tidak terdapatnya hubungan dapat disebabkan berbedanya mekanisme koping masing-masing individu. Disarankan penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel yang lebih luas.

Introduction In education, stress is frequently experienced by students. Stress itself can impact a student's academic performance. There are various causes of stress, one of which is adaptation. Self-reflection is something that can be done to adapt. The purpose of this study is to ascertain the relationship between self-reflection and the level of stress among pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia. Method This research employed a cross-sectional approach. Data collection was conducted online by distributing two questionnaires, namely the Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) and the Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ), to 106 respondents. Results Based on the research results involving 108 respondents of pre-clinical students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia, it was found that 51,9% of students had high levels of self-reflection ability, while 48,1% had low levels of self-reflection ability. The study indicated that 54.6% of students at the Faculty of Medicine, University of Indonesia experienced severe stress, followed by 7.41% experiencing mild stress, 26.85% with moderate stress, and 11.11% experiencing very severe stress. The research did not find any significant correlation between self-reflection ability and the level of stress. Conclusion There is no significant relationship between self-reflection and stress levels among preclinical students at Faculty of Medicine, University of Indonesia. The absence of a relationship can be caused by differences in the coping mechanisms of each individual. It is recommended that further research consider broader variables."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agum Gumelar
"Resiliensi akademik menjadi hal yang sangat penting yang dimiliki oleh mahasiswa di tengah pandemi Covid-19. Dampak dari Covid-19 yang mengganggu segala aktivitas serta menghambat kegiatan mahasiswa yang dapat menyebabkan stres bagi mahasiswa. Resiliensi akademik dan optimisme menjadi hal yang membantu mahasiswa untuk bisa menjalani pendidikan di tengah pandemi saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan stres akibat pandemi dan optimisme dengan resiliensi akademik pada mahasiswa baru. Partisipan dari penelitian ini merupakan mahasiswa baru berjumlah 327 mahasiswa yang berasal dari Universitas Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, dimana hasil dari penelitian r(327) = -0,145, p < 0,001 menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara stres dengan resiliensi akademik pada mahasiswa baru. Hasil lainnya r(327) = 0,615, p < 0,001 membuktikan bahwa optimisme memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan resiliensi akademik pada mahasiswa baru.

Academic resilience is very important for students in the midst of the Covid-19 pandemic. The impact of Covid-19 which disrupts all activities and hinders student activities which can cause stress for students. Academic resilience and optimism are things that help students to be able to study in the midst of the current pandemic. The purpose of this study was to see the relationship between pandemic stress and optimism and academic resilience in freshmen. Participants of this study were 327 freshmen from the University of Indonesia. This study is a correlational study, where the results of the study r (327) = -0.145, p <0.001 indicate that there is a negative and significant relationship between stress and academic resilience in freshmen. Other results r (327) = 0.615, p <0.001 proved that optimism has a positive and significant relationship with academic resilience in freshmen."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bani Amalia Mardiah
"Stres akan menjadi penyakit dengan beban global kedua terbesar di dunia setelah penyakit jantung iskemik pada tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan perbedaan tingkat stres akademik berdasarkan jenis kelamin, indeks prestasi, dan fakultas pada mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia angkatan 2016. Penelitian ini memakai desain cross sectional dengan instrument kuesioner DASS-42. Hasil penelitian dengan CI 95 diperoleh mahasiswa RIK UI 2016 didominasi perempuan 76.2 dengan Indeks Prestasi Cukup 42.2 , dimana rata rata berasal dari FK 31.4 dengan tingkat stress Normal 39.4 . Ada perbedaan yang bermakna antara asal fakultas dengan tingkat stres akademik. Namun, tidak ada perbedaan tingkat stres akademik dengan jenis kelamin dan indeks prestasi.

Stress will become the second largest global burden in the world after ischemic heart disease in 2020. This study aims to determine the picture and the difference of academic stress level based on gender, achievement index, and faculty of students of Health Sciences University of Indonesia class of 2016. Research this uses a cross sectional design with the DASS 42 questionnaire instrument. The result of research with 95 CI obtained by RIK UI 2016 student was predominantly female 76.2 with Achievement Index 42.2 , where average came from FK 31.4 with Normal stress level 39.4 . There is a significant difference between the origin of the faculty and the level of academic stress. However, there is no difference in academic stress levels with gender and achievement index.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>