Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggi Lewis Reso Putro
"Pendahuluan Menopause merupakan tahapan penuaan reproduksi yang akan dialami setiap wanita, Hendaya Kognitif Nir Demensia atau HKND memiliki prevalensi cukup tinggi pada wanita menopause, rentangnya hingga mencapai 27-40%, awalnya kadar estradiol ditenggarai menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian HKND, namun dalam penelitian terkini ditemukan tidak ada hubungan bermakna antara kadar estradiol dengan kejadian HKND, dalam berapa hipotesa dikatakan justru faktor-faktor lain seperti metabolik, aktivitas sosial, dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi kejadian tersebut. Sehingga peneliti ingin mencari faktor – faktor yang dapat berpengaruh terhadap kejadian HKND pada wanita menopause
Bahan dan Metode Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Indonesian Medical Education and Research Institute Fakultas Kedokteran Univeristas Indonesia (IMERI FKUI), Majelis Taklim Nurul Huda dan Majelis Taklim As Syifa, Jakarta Pusat sejak Januari 2022 hingga Mei 2024. Penelitian ini menggunakan instrumen kuosioner tervalidasi HKND model 2 yang diciptakan Martina Wiwie dkk,(2007), dengan menambahkan kuesioner faktor – faktor aktivitas, kognitif, fisik dan riwayat penyakit metabolik
Hasil Pada penelitian ini terdapat 165 subjek pasien perempuan pasca menopause dengan rentang usia 54 (47—65 rahun) dengan di antaranya sebanyak 78 subjek mengalami HKND. Lama menopause (<5 tahun / >5 tahun) didapatkan tidak bermakna secara statistik, demikian juga dengan tingkat pendidikan, IMT, aktivitas fisik, riwayat hipertensi dan DM. Aktivitas sosial, aktivitas kognitif, status pekerjaan dan riwayat merokok, memiliki hubungan bermakna secara statistik dengan p-value (0.024, 0.011, 0.032, dan 0.020)
Kesimpulan Semua wanita akan mengalami menopause pada waktunya, pencegahan kejadian HKND pada wanita menopause akan meningkatkan kualitas hidup pada wanita menopause, faktor – faktor protektif yang diteliti pada penelitian ini dapat menjadi dasar untuk wanita menopause tetap produktif dengan meningkatkan aktivitas sosial, kognitif dan bekerja. Dan menghidari rokok yang didapatkan sebagai faktor risiko kejadian HKND pada wanita menopause

Background Menopause is a stage of reproductive aging that every woman will experience. Cognitive Impairment Without Dementia (CIND) has a relatively high prevalence among menopausal women, ranging from 27% to 40%. Initially, estradiol levels were suspected to be one of the factors influencing the occurrence of CIND. However, recent studies have found no significant relationship between estradiol levels and the occurrence of CIND. Several hypotheses suggest that other factors, such as metabolic conditions, social activities, and physical activities, may influence its occurrence. Therefore, the researchers aim to identify the factors that can affect the incidence of CIND in menopausal women.
Methods Study was conducted at the Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), Indonesian Medical Education and Research Institute of the Faculty of Medicine, University of Indonesia (IMERI FKUI), Majelis Taklim Nurul Huda, and Majelis Taklim As Syifa, Central Jakarta, from January 2022 to May 2024. This study used the validated CIND model 2 questionnaire instrument created by Martina Wiwie et al. (2007), with additional questions on factors such as activity, cognition, physical condition, and history of metabolic diseases
Results There were 165 postmenopausal female patients aged between 54 years (47–65 years), of which 78 subjects experienced CIND. The duration of menopause (<5 years / >5 years) was found to be statistically insignificant, as were education level, BMI, physical activity, history of hypertension, and diabetes mellitus. However, social activity, cognitive activity, employment status, and smoking history showed a statistically significant relationship with p-values of 0.024, 0.011, 0.032, and 0.020, respectively.
Conclusion All women will experience menopause in due time; preventing the occurrence of HKND in menopausal women will improve their quality of life. The protective factors examined in this study can serve as a foundation for menopausal women to remain productive by increasing social and cognitive activities as well as working, while avoiding smoking, which has been identified as a risk factor for HKND in menopausal women.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andon Hestiantoro
"ABSTRAK
Pada perempuan pascamenopause diperlukan marka biokimiawi dan klinis pada masa jendela terapeutik yang diharapkan dapat digunakan untuk menapis HKND yang berperan sangat penting dalam menghindari dampak demensia tipe alzheimer setelah terapi hormon. Penapisan HKND dapat dimanfaatkan juga untuk upaya terapeutik HKND pada perempuan pascamenopause dan mencegah perburukan ke dalam kondisi demensia tipe alzheimer. Dilakukan studi potong lintang pada 282 perempuan pascamenopause di Jakarta yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok positif dengan HKND dan kelompok tanpa HKND. Pemeriksaan dilakukan pada sejumlah variabel seperti usia, lama menopause, keluhan vasomotor, IMT, kadar FSH, kadar LH, kadar leptin, kadar estradiol, dan status kognitif, kemudian dianalisis secara statistik. Diperoleh nilai FSH yang berhubungan bermakna dengan kejadian HKND p = 0,018 , serta variabel lain seperti nisbah FSH/estradiol p = 0,029 dan nisbah FSH/sOB-R p = 0,011 , sementara variabel lain tidak bermakna. Analisis multivariat menunjukkan nisbah FSH/estradiol adalah variabel yang paling berperan terhadap kejadian HKND, dengan nilai OR 1,15. Berdasarkan kurva ROC didapat nilai titik potong nisbah FSH/estradiol dalam memprediksi HKND adalah 1,94 dengan sensitivitas 66,5 dan spesifisitas 46,8 . Nisbah FSH/estradiol pada perempuan pascamenopause yang menderita HKND yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok tanpa HKND dikaitkan dengan peran neuron KNDy terhadap peningkatan sekresi GnRH dan rendahnya neurosteroid estradiol di otak perempuan pascamenopause yang berisiko menderita HKND. Nilai nisbah FSH/estradiol > 1,94 dapat digunakan untuk penapis diagnostik HKND pada perempuan pascamenopause.

ABSTRACT
Biochemical and clinically important markers are needed in the window therapeutic period for postmenopausal women which are expected to be used as a screening methods for CIND as it is very important in avoiding the effect of dementia associated Alzheimer disease after hormone therapy. CIND screening was also useful for CIND treatment strategies in postmenopausal women and preventing postmenopausal women from impaired cognitive function due to dementia. A cross sectional study included 282 postmenopausal women in Jakarta was done, and subjects were further classified into two groups, with CIND and without CIND. Several related variables such as age, duration of menopause, vasomotor symptoms, BMI, FSH level, LH level, leptin level, estradiol level, and cognitive status, were assessed and analyzed statistically. The prevalence of CIND was significantly correlated with FSH level p 0.018 , along with ratio of FSH levels estradiol p 0.029 and ratio of FSH sOB R p 0.011 , while other variables were not. By multivariate analysis, FSH estradiol ratio of 1.15 was found as the most significant factor with probability of having CIND in postmenopausal women. Using the ROC curve, the ratio threshold of FSH estradiol to predict CIND was 1.94, with sensitivity 66.5 and specificity 46.8 . Level of FSH estradiol ratio in postmenopausal women with CIND was significantly higher than women without CIND, and is related to the role of KNDy neurons that induce the secretion of GnRH, and low level of neurosteroid estradiol in postmenopausal women rsquo s brain with risk of CIND. Ratio of FSH estradiol levels 1.94 could be used for screening methods of CIND in postmenopausal women."
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Fernando
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wastuti
"Transisi demografi di Indonesia mengubah struktur umur penduduk yang menua. Meningkatnya jumlah penduduk lansia di Indonesia berpotensi besar terhadap permasalahan kesehatan mental, salah satunya Penyakit Demensia. Demensia merupakan stadium akhir dari kemunduran fungsi kognitif, yang sebelumnya diawali dari mudah lupa dan gangguan kognitif ringan MCI . Penelitian sebelumnya di negara lain menunjukkan bahwa salah satu faktor risiko penurunan fungsi kognitif yang dapat dimodifikasi adalah keterlibatan sosial. Namun, penelitian mengenai pengaruh keterlibatan sosial pada konteks negara berkembang khususnya di Indonesia masih terbatas.
Penelitian ini mengukur pengaruh keterlibatan sosial terhadap fungsi kognitif dari 228.216 orang lansia di Indonesia berdasarkan data SUPAS 2015. Keterlibatan sosial lansia diukur melalui kegiatan sosial kemasyarakatan, mengasuh cucu, dan pasangan hidup. Penelitian ini menggunakan metode regresi multinomial logit. Umur, jenis kelamin, pendidikan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, aktivitas fisik, dan aktivitas kognitif digunakan sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keterlibatan sosial lansia berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia di Indonesia. Partisipasi lansia dalam aktivitas sosial kemasyarakatan, mengasuh cucu dan keberadaan pasangan hidup dapat mengurangi risiko gangguan fungsi kognitif MCI dan Demensia pada lansia di Indonesia.

Demographic transition in Indonesia changes the age structure of ageing population. Increasing number of elderly population in Indonesia has big potential to mental health problem, one of them is Dementia Disease. Dementia is the final stage of cognitive decline, preceded by forgetfulness and mild cognitive impairment MCI . Evidence from previous studies in other countries suggests that one potential modifiable risk factor for cognitive decline may be social engagement. However, research that identifies the modifiable risk factors in the context of developing countries, especially in Indonesia is still scarce.
This study analyses the influence of social engagement on cognitive function of 228.216 elderly people in Indonesia from SUPAS 2015. Social engagement is measured through social activities, looking after grandchildren, and the presence of a spouse. This study uses the multinomial logistic regression method. Age, sex, education, visual impairment, hearing loss, physical and cognitive activity are used as covariates. The results suggest that social engagement influences cognitive function of elderly in Indonesia. Participation in social activities, looking after grandchildren and the presence of spouses can reduce the risk of cognitive decline, both MCI and dementia, in the elderly in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T48859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditya Prawasti
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara gejala-gejala menopause dan kepuasan perkawinan pada wanita. Terdapat 60 wanita menopause yang berpartisipasi sebagai subyek di dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan terjemahan dan adaptasi dari Dyadic Adjustment Scale untuk mengukur kepuasan perkawinan, dan terjemahan dari Menopause Rating Scale untuk mengukur gejala-gejala menopause. Data diolah dengan menggunakan analisis Pearson's Correlation.
Hasil analisa mengungkapkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara gejala-gejala menopause dan kepuasan perkawinan pada wanita. Selain itu, terdapat pula hubungan negatif yang signifikan antara gejala-gejala menopause dan ketiga aspek yang terdapat dalam kepuasan perkawinan, yaitu persetujuan bersama, kepuasan hati, dan persamaan serta kebersamaan. Hasil penelitian menyarankan bahwa sebaiknya para wanita dapat lebih memahami tentang gejala-gejala menopause agar dapat mengantisipasi segala keluhannya dan wanita juga diharapkan dapat lebih terbuka dengan suami akan proses menopause yang dialami.

The aim of this study is to observe whether there is a relationship between menopausal symptoms and marital satisfaction. There were 60 menopause women who participated in this study. The current study used the translation and the adaptation from the Dyadic Adjustment Scale to measure marital satisfaction and the translation from Menopause Rating Scale to assess menopausal symptoms. The Data was analysed by using Pearson's correlation analysis.
The results revealed that there was a significant negative relationship between menopausal symptoms and marital satisfaction. Moreover, there were also significant negative relationships between menopausal symptoms and three aspects in marital satisfaction, which are consensus, satisfaction, and cohesion. Furthermore, the study suggested that women should be completely aware of menopausal symptoms to deal with the problems. Besides that, women should be more approachable to their husbands about the menopausal symptoms and problems."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ariestyanti Kusuma
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas produk (product quality), design, nama merek (brand name), lingkungan toko (store environment), kualitas pelayanan (service quality), promosi (promotion) dan harga (price) pada loyalitas merek. Penelitian ini dilakukan melalui survey kepada 100 responden yang sedang menggunakan produk kosmetik perawatan kulit. Pengolahan data ini menggunakan SPSS dengan uji regresi linier berganda (Multiple Linear Regression). Dari penelitian yang dilakukan didapat hasil bahwa variabel kualitas produk, desain, nama merek, promosi dan harga mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap loyalitas merek. Sedangkan variabel lingkungan toko dan kualitas pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas merek. Melalui pengujian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara empiris berkaitan dengan upaya-upaya untuk meningkatkan loyalitas merek.

The purpose of this research is to examine the effect of product quality, design, brand name, store environment, service quality, promotion, and price upon the brand loyalty. This research was conducted through a survey of 100 respondents who currently using skin care cosmetic products. Data was analyzed by using SPSS multiple linear regression. From the research, that product quality, design, brand name, promotion and price variables were affecting significantly on brand loyalty. Meanwhile store environment and service quality were not affecting significantly on brand loyalty. Through this research, it is expected that the research can provide an understanding of empirically associated with efforts to increase brand loyalty."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Novi Handayaning
"Latar belakang: Program Keluarga Berencana (KB) merupakan metode dalam menekan angka pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar masih memiliki angka penggunaan kontrasepsi yang rendah. Pengetahuan mengenai kontrasepsi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan penggunaan kontrasepsi.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan kontrasepsi dan unmet need pada wanita usia subur di Indonesia.
Metode: Penelitian analitik komparatif tidak berpasangan dengan metode potong lintang dilakukan pada data sekunder yang didapatkan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dan 2017. Subjek pada penelitian ini adalah semua wanita usia subur usia 15-49 tahun. Subjek dengan data tidak lengkap dieksklusi dari penelitian. Pengetahuan tentang kontrasepsi dinilai baik apabila subjek mengetahui minimal salah satu metode kontrasepsi modern. Unmet need didefinisikan sebagai wanita usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi tapi tidak menginginkan anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilan. Dilakukan analisis chi-square pada data kategorik dan analisis Mann-Whitney U untuk data numerik. Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dengan nomor surat lolos kaji etik KET-1252/UN2.F1/ETIK/PPM.00.02/2020.
Hasil: Sebanyak 45.607 WUS pada data SDKI 2012 dan 29.627 WUS pada data SDKI 2017 diikutsertakan dalam penelitian. pada data SDKI 2012, faktor yang menjadi risiko kurangnya pengetahuan mengenai kontrasepsi adalah daerah tempat tinggal pedesaan (p = 0,004), pendidikan rendah (p < 0,0001), pendidikan suami rendah (p < 0,0001), tidak adanya kepemilikan listrik (p < 0,0001), dan ketidakmauan diskusi pubertas dengan anak perempuan (p = 0,001). Pada data SDKI 2017, faktor yang menjadi risiko kurangnya pengetahuan mengenai kontrasepsi adalah usia muda (p < 0,0001), daerah tempat tinggal pedesaan (p = 0,011), pendidikan rendah (p < 0,0001), pendidikan suami rendah (p < 0,0001), tidak memiliki pekerjaan (p < 0,0001), dan tidak memiliki radio, televisi, internet, handphone (p < 0,0001), dan internet (p = 0,002). Pada data SDKI 2012, faktor yang berpengaruh terhadap unmet need adalah usia (p = 0,023) dan paritas (p < 0,0001). Pada data SDKI 2017, faktor yang berpengaruh terhadap unmet need adalah daerah tempat tinggal (p = 0,003), pendidikan (p = 0,008), pendidikan suami (p < 0,0001), status pekerjaan (p = 0,03), kepemilikan listrik (p = 0,001), dan kepemilikan televisi (p = 0,01)
Kesimpulan: Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai kontrasepsi adalah usia, daerah tempat tinggal, pendidikan, pendidikan suami, dan kepemilikan berbagai fasilitas. Faktor yang berpengaruh terhadap unmet need adalah usia, paritas, daerah tempat tinggal, pendidikan, pendidikan suami, status pekerjaan, kepemilikan televisi, dan kepemilikan listrik.

ackground: The Family Planning Program is a method of controlling in population growth rates and also improving maternal and child health. Indonesia as one of the largest countries has abysmally low contraceptive coverage. Knowledge about contraception is an important factor in determining the use of contraception. This study aims to determine the factors that influence contraception and the unmet need of women of childbearing age in Indonesia.
Method: An unpaired comparative analytic study with a cross-sectional method was conducted on secondary data obtained from 2012 and 2017 Indonesian Demographic and Health Surveys (IDHS). The subjects in this study were all women of childbearing age (15-49 years). Subjects with incomplete data were excluded from the study. Knowledge of contraception was defined as knowing at least one method of modern contraception. Unmet need was defined as childbearing age woman who did not use contraception but did not want any more children or wanted to space pregnancies. Chi-square analysis was performed on categorical data and Mann-Whitney U analysis on numerical data.
Result: A total of 45,607 childbearing age women in the 2012 IDHS data and 29,627 childbearing age women in the 2017 IDHS data were included in the study. In the 2012 IDHS data, the risk factors for poor knowledge about contraception were rural areas (p = 0.004), low education (p <0.0001), low partner education (p <0.0001), lack of electricity ownership ( p <0.0001), and unwillingness to discuss puberty with daughter (p = 0.001). In the 2017 IDHS data, the risk factors for poor knowledge about contraception were young age (p <0.0001), rural areas (p = 0.011), low education (p <0.0001), low partner education (p < 0.0001) , did not have a job (p <0.0001), did not have radio, television, internet, mobile phones (p <0.0001), and internet (p = 0.002). In the 2012 IDHS data, factors influencing unmet needs were age (p = 0.023) and parity (p <0.0001). In the 2017 IDHS data, factors influencing unmet needs were the area of residence (p = 0.003), education (p = 0.008), partner education (p <0.0001), employment status (p = 0.03), electricity ownership (p = 0.001), and television ownership (p = 0.01)
Conclusion: Factors affecting knowledge about contraception were age, area of residence, education, partner education, and ownership of various facilities. Factors that influence unmet needs are age, parity, area of residence, education, partner education, employment status, ownership of television, and ownership of electricity
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Azzahra
"Latar Belakang. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien artritis reumatoid (AR) berpotensi menurunkan kapasitas fungsional, kualitas hidup, dan kepatuhan berobat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gangguan kognitif pada pasien AR di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode. Penelitian dengan desain potong-lintang ini mengikutsertakan pasien AR berusia ≥18 tahun yang berobat di Poliklinik Reumatologi RSCM pada periode Oktober-Desember 2021. Data demografik, klinis, terapi, dan laboratorium dikumpulkan. Status fungsi kognitif dinilai dengan kuesioner MoCA-INA. Analisis bivariat dan multivariat regresi logistik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor prediktif terjadinya gangguan kognitif pada pasien AR: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, durasi penyakit, aktivitas penyakit, skor faktor risiko penyakit kardiovaskular, depresi, terapi kortikosteroid, dan methotrexate.
Hasil. Dari total 141 subjek yang dianalisis, 91,5% adalah perempuan, dengan rerata usia 49,89±11,73 tahun, sebagian besar tingkat pendidikan menengah (47,5%), median durasi penyakit 3 tahun (0,17-34 tahun), memiliki aktivitas penyakit ringan (median DAS-28 LED 3,16 (0,80-6,32)), dan skor faktor risiko penyakit kardiovaskular rendah (median 4,5% (0,2-30 %)). Sebanyak 50,4% subjek diklasifikasikan mengalami gangguan kognitif, dengan domain kognitif yang terganggu adalah visuospasial/eksekutif, atensi, memori, abstraksi, dan bahasa. Analisis regresi logistik menunjukkan usia tua (OR 1,032 [IK95% 1,001–1,064]; p=0,046) dan tingkat pendidikan rendah (pendidikan dasar) (OR 2,660 [IK95% 1,008–7,016]; p=0,048) berhubungan dengan gangguan kognitif pada pasien AR.
Kesimpulan. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien AR di RSCM sebesar 50,4%, dengan faktor prediktif terjadinya gangguan kognitif tersebut adalah usia tua dan tingkat pendidikan yang rendah.

Background. Cognitive impairment in rheumatoid arthritis (RA) patients could decrease functional capacity, quality of life, and medication adherence. The objective of this study was to explore the prevalence and possible predictors of cognitive impairment in RA patients in Dr. Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital, Jakarta.
Method. This cross-sectional study included Indonesian RA patients aged ≥18 years old, who visited rheumatology clinic at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, on October to December 2021. Demographic, clinical, therapeutic, and laboratory data were collected. Cognitive function was assessed using MoCA-INA questionnaire. Bivariate and multivariate logistic regression analysis were performed to identify predictive factors of cognitive impairment in RA patients: age, gender, education level, disease duration, disease activity, cardiovascular disease (CVD) risk factor scores, depression, corticosteroid, and methotrexate therapy.
Results. Of the total 141 subjects analysed, 91.5% were women, mean age 49.89±11.73 years old, mostly had intermediate education level (47.5%), median disease duration 3 (0.17-34) years. They had mild disease activity (median DAS-28 ESR 3.16 (0.80-6.32)), and low CVD risk factor score (median 4.5 (0.2-30) %). In this study, 50.4% of the subjects were classified as having cognitive impairment. The cognitive domains impaired were visuospatial/executive, attention, memory, abstraction, and language. In logistic regression analysis, old age (OR 1.032 [95%CI 1.001–1.064]; p=0.046) and low education level (OR 2.660 [95%CI 1.008–7.016]; p=0.048) were associated with cognitive impairment.
Conclusion. The prevalence of cognitive impairment in RA patients in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital was 50.4%, with the its predictive factors were older age and lower education level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Ellenzy
"Kemajuan teknologi medis dan informasi mengenai terapi antiretroviral (ART) menyebabkan pasien HIV memiliki angka harapan hidup yang meningkat. Di sisi lain, angka harapan hidup yang meningkat ini juga perlu diselaraskan dengan kualitas hidup yang baik. Pada populasi pasien HIV terdapat risiko mengalami gangguan neurokognitif sehingga berdampak terhadap kualitas hidupnya. Penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi faktor yang memengaruhi penurunan fungsi kognitif yang terdapat pada pasien HIV/AIDS di Pokdisus RSCM. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dari Mei 2022 hingga Desember 2023. Sampel penelitian adalah pasien HIV/AIDS dewasa di Pokdisus RSCM. Sebanyak 121 subjek terpilih berdasarkan simple random sampling. Analisis regresi linear dilakukan untuk menilai faktor risiko gangguan fungsi kognitif. Dari 121 subjek, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, dengan rerata usia 40,25 (SD ± 8,42). Prevalensi gangguan kognitif pada pasien dewasa dengan HIV/AIDS di Pokdisus RSCM yakni sebesar 55,4% dengan faktor risiko yang berhubungan memengaruhi rerata skor MOCA-INA yakni faktor durasi inisiasi terapi, yakni satu tahun keterlambatan inisiasi pengobatan ART dapat menurunkan skor MOCA-INA sebesar -0,3 poin. Temuan lainnya yakni kondisi meningitis secara signifikan memengaruhi gangguan kognitif pada HIV. Dari hasil analisis multivariat, meningitis menurunkan skor MOCA-INA sebesar 2,629 poin. Program untuk penapisan gangguan kogntif dapat dilakukan pada pasien HIV secara berkala.

The advancement of medical technology and information regarding antiretroviral therapy (ART) have led to an increased life expectancy among HIV patients. This improved life expectancy needs to be aligned with a good quality of life. In the population of HIV patients, there is a risk of experiencing neurocognitive disorders that can impact the patients' quality of life. This research aims to identify factors influencing the decline in cognitive function in HIV/AIDS patients at the Pokdisus RSCM. The study was conducted with a cross-sectional design from May 2022 to December 2023. The research sample was adult HIV/AIDS patients at Pokdisus RSCM. Out of 121 subjects, the majority of respondents were male, with a mean age of 40.25 (SD ± 8.42). The prevalence of cognitive impairment in adult patients with HIV/AIDS at Pokdisus RSCM was 55.4%, associated risk factors affecting the mean MOCA-INA score, such as the duration of treatment initiation. A one-year delay in initiating ART treatment could decrease the MOCA-INA score by 0.3 points. Another finding is meningitis significantly influences the presence of cognitive impairment. From the multivariate analysis, meningitis can decrease the MOCA-INA score by 2.629 points. Screening programs for cognitive impairment can be periodically conducted in HIV patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Nulhakim
"Penurunan fungsi kognitif merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Hal tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, riwayat merokok, dan riwayat penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan desain cross sectional dengan jumlah sampel 87 responden. Instrumen yang digunakan adalah Mini Mental State Examination (MMSE).
Hasil penelitian menunjukkan 19,5% mengalami gangguan kognitif, dan 29,9% mengalami probable gangguan kognitif. Lansia yang mengalami penurunan kognitif sebagian besar didominasi oleh usia > 75 tahun, perempuan, berpendidikan rendah, dan berstatus tidak kawin. Berdasarkan hal tersebut pentingnya pengoptimalan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan adanya kebijakan panti yang dapat mendukung program dalam mengoptimalkan fungsi kognitif lansia.

Decline in cognitive function is a common health problem that may affect quality of life of elderly. It may be resulted from various factors, such as age, sex, education level, marital status, smoking history, and history of disease. This study aimed to identify description of factors affecting cognitive function in elderly in Institutional Care of Elderly Budi Mulia 01 of Eastern Jakarta. The study design was descriptive with cross sectional approach and total sample of 87 respondents. Mini Mental State Examination MMSE was employed as instrument of the study.
The result showed that 19.5 of elderly were affected by cognitive impairment and 29.9 was probably affected by cognitive impairment. Majority of elderly with cognitive impairment was aged 75 years old, female, with lower educational level, and single. The study suggested that nurses should optimize their roles in providing nursing care and the need for policy development concerning optimization of cognitive function of elderly in institutional care of elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>