Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Pujo Pangesti
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana kesesuaian tingkat pendidikan dan pekerjaan sebagai faktor penarik yang dapat menjelaskan kecenderungan melakukan mobilitas nonpermanen pada tahun 2017 dan 2023. Pada periode tersebut, pola mobilitas nonpermanen telah mengalami pergeseran yang cukup berarti. Dengan menggunakan data Sakernas 2017 dan 2023, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa arah kecenderungan kesesuaian tingkat pendidikan dan pekerjaan dalam menjelaskan keputusan mobilitas nonpermanen pada tahun 2017 dan 2023 relatif sama. Pekerja yang undereducation cenderung lebih rendah untuk melakukan mobilitas nonpermanen. Sebaliknya, pekerja yang overeducation cenderung lebih tinggi melakukan mobilitas nonpermanen. Hasil ini memberikan temuan bahwa keputusan melakukan mobilitas berbeda pada tingkat pendidikan pekerja yang relatif terhadap kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan. Hasil analisis dekomposisi oaxaca blinder menunjukkan bahwa perbedaan karakteristik pendapatan menunjukkan kontribusi yang paling dominan dalam menjelaskan perbedaan kecenderungan mobilitas nonpermanen pada kategori match dan undereducation. Sedangkan, perbedaan karakteristik pendapatan antara kategori match dan overeducation tidak signifikan berkontribusi menjelaskan perbedaan kecenderungan melakukan mobilitas nonpermanen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan karakteristik pendapatan tidak selalu dapat menjelaskan perbedaan perilaku mobilitas nonpermanen antar kategori kesesuaian tingkat pendidikan dan pekerjaan. Penyediaan informasi pasar kerja secara komprehensif diperlukan dalam rangka mendukung mobilitas nonpermanen.

This study aims to investigate the relationships between job-education match and non- permanent mobility decisions at the period 2017 and 2023, during which the non- permanent mobility behaviour has been significantly shifted. Using data from the Indonesian National Labor Force Survey (Sakernas) 2017 and 2023, regression analysis shows that undereducation is negatively associated with the probability of non-permanent mobility. In contrast, overeducation is positively associated with the probability of non- permanent mobility. These findings suggest that the nonpermanent mobility decision making depends on individual’s level of education relative to job qualification required. Further analysis using oaxaca blinder decomposition method shows that income characteristics explain the most dominant contribution in explaining disparity in the probability of non-permanent mobility between match and undereducation. Conversely, income characteristics do not successfully explain the disparity in non-permanent mobility behaviour between match and overeducation categories. These findings indicate that income characteristics do not always explain the different behaviors in non- permanent mobility among categories. Better access to comprehensive labor market information is needed to promote non-permanent mobility."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Harry Akhmadi
"Penelitian ini bertujuan menguji tingkat determinasi pendidikan terhadap mobilitas pekerja di Indonesia. Pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam mengatasi kerentanan ini. Menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional, penelitian ini menganalisis pengaruh pendidikan terhadap mobilitas pekerjaan antar sektor formal dan informal. Metode regresi logistik multinomial diterapkan untuk memahami pengaruh pendidikan terhadap mobilitas pekerjaan, dengan mempertimbangkan variabel kontrol seperti demografi, lama bekerja, dan wilayah. Hasil menunjukkan bahwa pendidikan yang lebih tinggi signifikan meningkatkan kemungkinan pekerja berpindah ke sektor formal, diperlihatkan bahwa pekerja lulusan diploma akan 1.7 kali lebih cenderung berpindah ke sektor formal dibanding pekerja yang tidak mengenyam pendidikan.

This research aims to examine the impact of educational determination on worker mobility in Indonesia. Education is considered to have an important role in overcoming this vulnerability. Using National Labor Force Survey data, this research analyzes the influence of education on job mobility between the formal and informal sectors. The multinomial logistic regression method is applied to understand the effect of education on job mobility, taking into account control variables such as demographics, length of work, and region. The results show that higher education significantly increases the possibility of workers moving to the formal sector. It is proven that workers with a diploma are 1.7 times more likely to move to the formal sector than workers who have no education."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weni Lidya Sukma
"Saat ini pasar kerja didominasi oleh pekerjaan informal sedangkan kondisi pekerjaan mereka cenderung tidak layak, sehingga diperlukan upaya untuk menyediakan pekerjaan layak. ILO melalui  Recommendation 204 menyampaikan tentang pentingnya formalisasi pekerjaan informal sebagai salah satu upaya menciptakan pekerjaan yang layak untuk semua. Namun memasuki pekerjaan formal dari pekerjaan informal tidak dapat terjadi dengan mudah. Mereka harus menghadapi beberapa halangan berupa regulasi yang kaku, pajak, dan pelayanan sektor publik yang tidak baik. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan kesempatan bagi pekerja informal untuk mengakses keuangan, barang modal, maupun akses infrastruktur yang menunjang. Melalui kerangka pilihan pekerjaan, penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari pekerjaan orang tua terhadap pekerjaan anak. Dalam hal ini, yang akan dianalisis adalah pengaruh mobilitas status pekerjaan dari pekerjaan informal ke pekerjaan formal dan sebaliknya. Dengan menggunakan data dari Indonesian Family Life Survey (IFLS), gambaran tenaga kerja Indonesia menunjukkan sebagian besar pekerja adalah orang yang tidak mengalami mobilitas pekerjaan. Hasil marginal effects dari regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa hanya pengalaman mobilitas status pekerjaan ayah yang dapat memengaruhi mobilitas status pekerjaan anak. Ayah yang menjadi stayer dan mengalami upward mobility akan memberikan  peluang lebih besar bagi anak untuk menjadi stayer dan peluang lebih kecil untuk melakukan downward mobility. Selain itu juga ditemukan bahwa karakteristik perkawinan dan keberadaan anak dalam rumah tangga akan memengaruhi mobilitas status pekerjaan anak yang tinggal bersama ibunya dan tidak memberikan pengaruh pada mobilitas status pekerjaan anak yang tinggal bersama ayahnya. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa tantangan struktural masih tetap terjadi untuk melakukan transisi ke pekerjaan formal. Dari generasi orang tua sampai dengan generasi anaknya, masalah akses ke pekerjaan formal masih tetap bertahan.

This time, the labor market is dominated by informal jobs while their jobs are decent. Required feasible to provide decent work, ILO through Recommendation 204 conveys the importance of formalizing informal work as one of the efforts to develop decent work for all. But moving formal jobs from informal jobs cannot be done easily. They have to deal with several obstacles consisting of rigid regulations, taxes, and bad public service. This can lead to an imbalance of opportunities for informal workers to access finance, capital goods, and also access supporting infrastructure. Through job choice, this study will analyze the work of parents on children's work. In this case, what will be used is work mobility status from informal jobs to formal employment and vice versa. Using data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS), the description of Indonesian workforce shows more than half of workers were stayers. The results of the marginal effects on multinomial logistic regression only indicate the father's mobility status which can affect the child's mobility status. Fathers who is stayer and experience in upward mobility will provide greater opportunities for children being stayer and less opportunities to downward mobility. In addition, it is also found that the marital status and children existence in the household will affect the mobility status of children living together with mother and not affect the mobility status of children living together with father. This study conclude about the structural challenges that are still being made to make the transition to formal work. From the generation of parents to generations of their children, the problem of access to formal employment still persists."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habibulloh Adi Negoro
"Internet dan teknologi telah membuat disrupsi besar arus informasi dan sifat transaksi ekonomi. Studi ini fokus pada bagaimana kejutan mempengaruhi dan membuat perubahan dalam pencarian pekerjaan. Baru-baru ini biaya pencarian pekerjaan telah berkurang dan sekarang lebih mudah bagi pekerja (bahkan pekerja yang menganggur) untuk mencari pekerjaan baru. Kemudahan ini telah membuat pencarian pekerjaan lebih mudah dari sebelumnya dan mudah untuk menemukan lowongan pekerjaan. Dalam studi ini, OLS pooled dan cross-sectional telah digunakan untuk memperkirakan jumlah pemindahan pekerjaan yang dilakukan oleh generasi milenial dan X untuk mendeteksi apakah perbedaan dari hopping pekerjaan signifikan antar generasi. Studi ini menemukan bahwa generasi milenial tidak berpengaruh signifikan terhadap pendahulunya. Namun, generasi milenial memiliki potensi dan kemampuan yang lebih tinggi untuk bergerak lebih dari generasi sebelumnya karena mereka memiliki tingkat pendidikan rata-rata yang lebih tinggi. Studi ini juga menemukan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat memberikan kemampuan dan daya tawar yang lebih tinggi kepada pekerja untuk pindah ke pekerjaan lain, di mana kemampuan yang lebih tinggi yang diperoleh dari tingkat pendidikan dimulai dari sarjana.

The internet and technology has made large shocks of information flows and the nature of economic transactions. This study focus on how the shock affects and made changes in the job search. Recently the searching cost of a job has been decreased and now it’s easier for workers (even unemployed labor) to seek for a new job. This easiness has made job seeking simpler than ever and it’s easy to find job vacancy. In this study, pooled and cross-sectional OLS has been used to estimate the number of job moves done by millennial and X generation to detect whether the difference of job-hopping is significant between generations. This study found that millennial generation does not significantly to their predecessors. Yet, millennial generation has higher potential and ability to move more than the previous generations since they have higher average of education level. This study also found that higher education level could give higher ability and bargaining power to the labor to move to another job, where higher ability gained from the education level starts from bachelor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Paramitasari
"Pendidikan adalah investasi penting dalam sumber daya manusia. Perluasan pendidikan tanpa penambahan kesempatan kerja akan berdampak buruk. Pendidikan harus selaras dengan kebutuhan pasar tenaga kerja untuk memaksimalkan sumber daya manusia. Jika hal ini tidak terjadi, maka akan timbul ketidaksesuaian antara pekerjaan dan pendidikan. Ketidaksesuaian antara pekerjaan dan pendidikan dapat menjelaskan fenomena pengangguran. Ketika tenaga kerja melebihi permintaan, tingkat pengangguran meningkat. Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencari pekerjaan yang cocok atau menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Studi ini berfokus pada ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan di kalangan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK), yang merupakan sumber pengangguran terbesar di Indonesia. Studi ini menggunakan data Sakernas tahun 2017–2019 untuk menyediakan analisis komprehensif tentang ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan di kalangan lulusan SMK, dimulai dari prevalensinya, selanjutnya menyelidiki faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, dan terakhir mengkaji dampaknya terhadap upah. Studi ini membahas tiga jenis ketidakcocokan pekerjaan-pendidikan: overeducation (ketika tingkat pendidikan melebihi yang dipersyaratkan), horizontal mismatch (ketika keterampilan berbeda dari yang dibutuhkan), dan real mismatch (mengalami overeducation maupun horizontal mismatch). Dengan menggunakan metode analisis jabatan, penelitian ini menemukan kasus ketidakcocokan pekerjaan-pendidikan, khususnya horizontal mismatch dalam kasus yang tinggi. Setelah mengendalikan endogenitas dan bias pemilihan sampel, penulis menemukan hubungan negatif antara ketidaksesuaian pekerjaan-pendidikan dan kepadatan pekerjaan, yang merupakan ukuran aglomerasi. Kepadatan pekerja yang tinggi efektif mengurangi resiko pekerja lulusan SMK mengalami ketidakcocokan pekerjaan dan Pendidikan. Analsisi sub-sampel pada lima wilayah aglomerasi di Indonesia—Jabodetabek, Gerbang Kertosusilo, Kedung Sepur, Mebidangro, and Sarbagita— mendukung hasil temuan utama. Jabodetabek adalah yang paling kurang efisien dibandingkan wilayah aglomerasi lainnya dalam mengatasi ketidakcocokan pekerjaan dan pendidikan pada lulusan SMK. Aglomerasi mempunyai peran penting dalam proses pencocokan pekerjaan dan pendidikan utamanya pada pekerja usia muda yang bekerja di sektor industri dengan jurusan teknik. Penulis juga menemukan bahwa ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan mengakibatkan upah yang lebih rendah. Horizontal mismatch dan real mismatch mengakibatkan penurunan upah secara signifikan, sementara pekerja yang overeducated tidak terkena dampaknya. Studi ini juga menemukan bahwa real mismatched workers (mereka yang mengalami dua jenis ketidaksesuaian) mempunyai hukuman upah yang paling besar.

Education is a significant investment in human capital. Educational expansion without increasing job opportunities will have a detrimental effect. Education must be aligned with labor market needs to maximize human capital. In the absence of this, a job-education mismatch occurs. Job-education mismatches can explain the phenomenon of unemployment. When labor exceeds demand, the unemployment rate rises. It takes longer to find a matching job or to accept a job that does not match the level of education and skills possessed. This study focuses on the job-education mismatch among vocational secondary school (SMK) graduates, Indonesia's largest unemployment source. This study uses Sakernas data from 2017–2019 to provide a comprehensive analysis of job-education mismatch among SMK graduates, starting with prevalence, next investigating what factors affect it, and finally examining its impact on wages, one of the most important labor market outcomes. This study discusses three types of job-education mismatch: overeducation (when education levels exceed those required), horizontal mismatch (when skills differ from those required), and real mismatch (both overeducation and horizontal mismatch). Using job analysis methods, this study found cases of job-education mismatch, especially horizontal mismatch in higher cases. After controlling endogeneity and sample selection bias, the authors found a negative relationship between job-education mismatch and employment density, a measure of agglomeration. A higher employment density effectively reduces the risk of a job-education mismatch. Subsample analysis in five agglomeration regions in Indonesia—Jabodetabek, Gerbang Kertosusilo, Kedung Sepur, Mebidangro, and Sarbagita—supports the main study's findings. Among these regions, Jabodetabek is the least efficient in addressing the job-education mismatch among vocational school graduates. Agglomeration plays a significant role in the job-education matching process, particularly for young vocational school graduates majoring in engineering and working in the industrial sector. The author also found that job-education mismatches result in lower wages. Horizontal and real mismatches result in significantly reduced wages, while overeducated workers are unaffected. This study also found that really mismatched workers (those with two types of mismatches) had the greatest wage penalty. This negative effect is most pronounced for female graduates of SMK, recent graduates between the ages of 18 and 24, individuals with specialized skills in engineering, and those employed in the industrial sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Indah Mulyani
"Lahan yang mahal di pusat kota membuat pekerja bergeser ke luar dan mengakibatkan munculnya mobilitas pekerja. Salah satu dampak yang dihasilkan adalah konsumsi energi meningkat yang berdampak pada lingkungan buruk dan krisis energi di kasus yang lebih parah. Dengan demikian, penting untuk memahami hubungan dari mobilitas pekerja dan konsumsi energi. Penelitian ini mengevaluasi dampak dari mobilitas pekerja yang terbagi menjadi pekerja komuter dan sirkuler terhadap konsumsi energi total, listrik, dan BBM. Digunakan extended Stochastic Impacts oleh model Population, Affluence, and Technology (STIRPAT).
Hasil utama didapatkan menggunakan metode IV dengan data panel dari 33 provinsi dari tahun 2013 sampai 2018. Diperoleh hasil berupa: (1) pekerja komuter tidak signifikan berdampak terhadap konsumsi energi total dan BBM, tapi berdampak signifikan terhadap listrik; (2) pekerja sirkuler memiliki dampak yang signifikan terhadap peningkatan konsumsi energi total, BBM, dan listrik.
Faktor lain yang terpengaruh dari mobilitas pekerja adalah tingkat kesehatan yang menurun dan perbedaan pada kehidupan sosial pekerja. Meskipun demikian, terdapat manfaat yang dihasilkan di sektor ekonomi individu, keluarga, dan regional. Guna menentukan apakah mobilitas pekerja di Indonesia perlu didorong atau tidaknya, diperlukan analisa komprehensif dari sisi ekonomi, lingkungan, dan sosial negara. Mobilitas pekerja dapat didorong dengan cara meminimalisir cost yang dihasilkan dari dampak lingkungan dan sosial

Expensive land in the city center forces workers to shift outward and results in the emergence of mobility. One of the impacts that being resulted is the increase of energy consumption which has an impact on the bad environment and an energy crisis in more severe cases. Therefore, it is crusial to understand the relationship between labor mobility and energy consumption. This study evaluates the impact of labor mobility divided into commuter and circular workers on total energy, electricity and fuel consumption. It uses Stochastic Impacts by Regression on Population, Affluence, and Technology (STIRPAT) model.
The main results were generated using IV method with balanced panel data from 33 provinces from 2013 to 2018. The results obtained are: (1) commuter workers do not have a significant impact on total energy consumption and fuel, but have a significant impact on electricity; (2) circular workers have a significant impact on increasing total energy consumption, fuel, and electricity.
Other factors affected by labor mobility are declining health levels and differences in the social life of workers. Nonetheless, there are benefits to be generated in individual, family, and regional economic sectors. In order to determine whether labor mobility in Indonesia should be encouraged or not, a comprehensive analysis is required from the country's economic, environmental and social perspectives. Labor mobility can be encouraged by minimizing costs resulting from environmental and social impact.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindria Mustofiyah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pendidikan terhadap mobilitas antargenerasi, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan variabel kontrol usia orang tua, pernikahan orang tua, pekerjaan orang tua, tempat tinggal, pendapatan orang tua. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui hasil survey IFLS 4 dan 5. Adapun metode penelitian ialah menggunakan analisis OLS dengan bantuan Stata 17. Hasil penelitian pertama diketahui bahwa secara simultan pengeluaran pendidikan dan pendidikan orang tua berpengaruh terhadap mobilitas pendidikan anak. Secara parsial, pengeluaran pendidikan tidak berpengaruh terhadap mobilitas pendidikan anak dan pendidikan orang tua (ayah dan ibu) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap mobilitas pendidikan anak. Hasil penelitian kedua diketahui secara simultan dan parsial bahwa pendidikan orang tua dan pengeluaran pendidikan berpengaruh terhadap mobilitas pendapatan anak. Hasil ini menjelaskan semakin masyarakat mengeluarkan konsumsi untuk pendidikan maka akan menciptakan atau berdampak pada mobilitas pendapatan anak, demikian juga pada pendidikan orang tua.

This study aims to analyze the effect of education on intergenerational mobility, either directly or indirectly with the control variables of parental age, parents' marriage, parents' occupation, place of residence, parents' income. This research was conducted by collecting data through the results of IFLS 4 and 5 surveys. The research method was using OLS analysis with the help of Stata 17. The results of the first study showed that simultaneously education expenditure and parental education had an effect on the mobility of children's education. Partially, education expenditure has no effect on the mobility of children's education and the education of parents (father and mother) partially has a significant effect on the mobility of children's education. The results of the second study are known simultaneously and partially that parental education and education expenditure affect the mobility of children's income. This result explains that the more people spend on consumption for education, it will create or have an impact on the income mobility of children, as well as on the education of parents."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Anggraini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pembangunan infrastruktur pendidikan terhadap mobilitas pendidikan antargenerasi. Studi ini menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) untuk memperoleh informasi pendidikan, pendapatan, dan lokasi tempat tinggal anak saat usia sekolah. Data infrastruktur pendidikan berasal dari survei PODES 1983- 2003 (Potensi Desa).
Hasil empiris menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas) meningkatkan mobilitas pendidikan antargenerasi. Pembangunan infrastruktur SMA memiliki peran yang lebih krusial dalam meningkatkan mobilitas pendidikan antargenerasi dibandingkan pembangunan infrastruktur SMP. Selain itu, penelitian ini juga menemukan adanya perbedaan mobilitas pendidikan antargenerasi antara anak laki- laki dan perempuan.

This study aims to determine the role of educational infrastructure development on intergenerational education mobility. This study uses data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) to obtain information on education, income, and the location of a child's residence at school age. Meanwhile, education infrastructure data comes from the PODES 1983- 2003 (Village Potential Survey).
Empirical results show that the infrastructure development of junior high schools and senior high schools increases intergenerational education mobility. The development of high school infrastructure has a more crucial role in increasing intergenerational education mobility than the construction of junior high school infrastructure. In addition, this study also found differences in intergenerational education mobility between sons and daughters."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adho Adinegoro
"Konsensus saat ini pada studi terkait mobilitas ekonomi telah mengidentifikasi faktor alamiah dan pengasuhan menjadi jalur yang mendasari transmisi bagaimana kesejahteraan diturunkan dari orang tua kepada anak melalui konsep mobilitas antargenerasi. Di antara faktor pengasuhan yang ada, studi terkait dampak bencana alam terhadap mobilitas ekonomi dan pendidikan masih terbatas dan belum mengarah pada kesimpulan. Dengan menggunakan data longitudinal rumah tangga selama dua dekade di Indonesia, studi ini mengkaji secara kuantitatif sejauh mana bencana alam mempengaruhi mobilitas ekonomi dan pendidikan antara orang tua dan anak di Indonesia. Studi ini menemukan bukti bahwa bencana alam dapat meningkatkan mobilitas ekonomi dan pendidikan di Indonesia. Dengan menggunakan metode Unconditional Quantile Regression, studi ini juga menemukan bahwa mobilitas ekonomi dan pendidikan bersifat non-linear antara satu persentil populasi dengan persentil populasi lainnya, di mana persistensi antargenerasi umumnya ditemukan di kalangan persentil populasi teratas.

The current consensus on the literature of mobility studies has identified the interplay between nature and nurture as the pathways underlying the transmission of how welfare is being passed down from parents to children through the concept of intergenerational mobility. Among nurture factors, studies on the impact of natural disasters on intergenerational economic and education mobility have yet to lead to a conclusion. By utilizing two decades long of longitudinal data in Indonesia, this study quantitatively examines the extent to which natural disasters influence the economic and education mobility between parents and children in Indonesia. We found the evidence that natural disasters can increase both intergenerational economic and education mobility in Indonesia. Our novel Unconditional Quantile Regression also proves the existence of non-linearity on the impact of natural disasters on intergenerational mobility, in which intergenerational persistence is usually observed among population in the top percentile."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapruddin
"Sejak awal proses pembangunan di Indonesia sektor pertanian telah memainkan peran penting terutama berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja dan sebagai sumber devisa bagi negara lewat produk-produk ekspor yang dihasilkan. Salah satu implikasi kemajuan pembangunan adalah berkurangnya peran sektor pertanian akibat berkembangnya sektor-sektor lain yang pada gilirannya mendorong perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian. Proses keluarnya pekerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian merupakan sesuatu yang wajar dan ini dialami oleh banyak negara di dunia.
Untuk Indonesia yang memiliki potensi pertanian yang besar perpindahan pekerja pertanian ke sektor lain perlu dicermati untuk menjaga agar pekerja yang tetap berada di sektor pertanian adalah pekerja yang berkualitas (umur muda dan berpendidikan lebih baik). Pekerja pertanian yang berkualitas diperlukan untuk mengembangkan sektor pertanian yang memiliki potensi besar tetapi masih belum digarap secara maksimal. Berkaitan dengan hal tersebut perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas pekerja keluar sektor pertanian.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan mobilitas pekerja keluar sektor pertanian ke sektor non pertanian, mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat mobilitas pekerja dari sektor pertanian dan mengetahui distribusi perpindahan pekerja sektor pertanian ke sektor non pertanian.
Analisis terhadap kecenderungan pekerja pertanian keluar ke sektor non pertanian dilakukan dengan menggunakan data Survai Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (Sakerti) tahun 1993 dan tahun 1997. Data Sakerti (1993 dan 1997) merupakan data panel (responden tahun 1993 diwawancarai kembali pada tahun 1997) sehingga memungkinkan dilakukannya analisis dengan atribut individu yang sama pada kedua tahun pengamatan. Studi ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis inferensial untuk melihat fator-faktor yang mempengaruhi mobilitas pekerja keluar sektor pertanian menggunakan model regresi logistik bitter.
Dari analisis deskriptif beberapa temuan penting adalah terjadinya kecenderungan yang terus meningkat pekerja pertanian keluar ke sektor lain dan adanya lapangan pekerjaan yang secara konsisten merupakan penampung terbanyak pekerja pertanian. Antara tahun 1990-1997 persentase pekerja pertanian yang pindah ke sektor lain meningkat dari 4,8 persen di tahun 1990 menjadi 6,1 tahun 1995 dan 11,6 persen pada tahun 1997.
Kecenderungan pekerja pertanian keluar sektor non pertanian makin meningkat seiring peningkatan pendidikan pekerja pertanian. Sedangkan hubungan yang sebaliknya dijumpai dengan umur pekerja, artinya makin tua umur pekerja pertanian mobilitas persentase pekerja keluar sektor pertanian dijumpai makin menurun.
Dari analisis inferensial dijumpai variabel-variabel yang pengaruhnya signifikan terhadap mobilitas pekerja keluar sektor pertanian adalah pendidikan, daerah tempat tinggal, keberadaan usaha tani rumah tangga, upah pekerja non pertanian, wilayah tempat tinggal, interaksi status pekerjaan dengan pendidikan dan interaksi umur dengan pendidikan. Dari variabel-variabel yang signifikan tersebut dapat disimpulkan faktorfaktor yang mendorong mobilitas pekerja keluar sektor pertanian adalah pendidikan, lokasi tempat tinggal, wilayah tempat tinggal dan upah non pertanian. Sedangkan faktor penghambat hanyalah keberadaan usaha tani rumah tangga."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>