Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rafa Khalila Putri Naira
"Latar Belakang: Kedokteran gigi digital telah berkembang pesat selama dekade terakhir, mengubah cara dokter gigi memberikan perawatan kepada pasien. Meskipun teknologi digital telah terbukti bermanfaat dan diadopsi di negara-negara di Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur, Indonesia belum sepenuhnya mengintegrasikannya ke dalam praktik klinis dan standar pendidikannya. Keterlambatan ini diduga disebabkan oleh keterbatasan dana, sumber daya, waktu, serta kurangnya tenaga pengajar yang kompeten. Penting untuk memahami persepsi dan sikap mahasiswa kedokteran gigi terhadap kedokteran gigi digital, sehingga pendidik dapat lebih mengenali pendekatan pembelajaran serta motivasi siswa. Tujuan: Mengetahui persepsi dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia terhadap kedokteran gigi digital. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dan sebuah kuesioner yang telah dimodifikasi yang diisi oleh 333 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang terdaftar antara tahun 2018 dan 2024. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS Statistics (versi 30) dengan metode uji univariat untuk menentukan distribusi frekuensi dan menyajikan setiap variabel. Hasil Penelitian: Sebagian besar mahasiswa menilai pengetahuan mereka tentang kedokteran gigi digital sebagai rendah hingga sedang, dengan internet (37,5%) dan kuliah universitas (22,2%) sebagai sumber pengetahuan utama mereka. Radiografi digital adalah teknologi yang paling dikenal (53,6%), diikuti oleh intraoral scanner (15,5%). Mahasiswa menunjukkan sikap yang sangat positif terhadap kedokteran gigi digital (93,7%), dengan 87,1% menyatakan lebih suka bekerja di klinik yang dilengkapi dengan peralatan digital. Manfaat utama yang dirasakan dari kedokteran gigi digital meliputi penghematan waktu (53,5%), peningkatan kualitas perawatan (53,2%), dan peningkatan kepuasan pasien (42,6%). Namun, biaya peralatan yang tinggi (65,2%), akses terbatas ke sumber daya (68,8%), dan pelatihan yang tidak memadai (54,7%) diidentifikasi sebagai tantangan yang signifikan. Sebanyak 98,8% menyatakan minat untuk mendapatkan kesempatan belajar lebih lanjut. Namun, hanya 18,5% responden yang mendukung penggantian penuh metode konvensional, yang mencerminkan keraguan mengenai transisi lengkap ke alur kerja digital. Kecukupan kurikulum dianggap kurang jelas oleh 67,9% responden, yang menunjukkan kesenjangan dalam kedalaman dan kejelasan pendidikan kedokteran gigi digital. Mahasiswa menekankan perlunya lebih banyak pelatihan langsung dengan alat-alat canggih, integrasi konten digital yang lebih baik di seluruh mata kuliah, dan kolaborasi dengan mitra industri. Kesepakatan yang kuat (83,8%) diungkapkan untuk dimasukkannya kedokteran gigi digital dalam kurikulum, yang menunjukkan konsensus luas tentang pentingnya hal tersebut dalam pendidikan kedokteran gigi modern. Kesimpulan: Studi ini menunjukan kesenjangan yang signifikan yaitu kurangnya pengetahuan dan pendidikan terstruktur di mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia, dengan sikap positif mahasiswa (93,7%) mengenai kedokteran gigi digital. Manfaat utama seperti penghematan waktu dan peningkatan kualitas perawatan dikaitkan dengan kesiapan, sementara biaya tinggi dan akses terbatas menghambat adopsi, yang menekankan perlunya reformasi kurikulum dan solusi sistemik untuk mempersiapkan calon dokter gigi untuk kemajuan teknologi.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha
"Latar Belakang : Special Care Dentistry merupakan salah satu cabang spesialisasi
Kedokteran Gigi yang berfokus dalam memberikan perawatan kepada individu dengan
disabilitas dan membutuhkan perawatan serta penanganan khusus. Guna memberikan
perawatan yang maksimal, sikap dan persepsi dari operator selaku pemberi pelayanan
merupakan salah satu faktor krusial. Oleh sebab itu, studi mengenai sikap dan persepsi
mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Universitas Can Tho, dan Universitas
Khon Kaen perlu dilakukan. Tujuan : Mengetahui sikap dan persepsi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Universitas Can Tho, dan Universitas
Khon Kaen terhadap Special Care Dentistry. Metode : Penelitian ini menggunakan selfadminisered
questionnaire dengan memanfaatkan google form di 2021 kemudian diolah
menggunakan perangkat lunak statistik SPSS pada tahun 2022 dengan menggunakan uji
mann whitney, kruskal wallis, dan chi-square. Hasil Penelitian : Didapatkan total
responden mahasiswa sebanyak 471 dari Universitas Indonesia, Universitas Can Tho, dan
Universitas Khon Kaen angkatan 2016-2018 dengan response rate 70%. Sebanyak 71,5%
responden dapat mendefinisikan Special Care Dentistry dengan 66,9% merasa
membutuhkan pembelajaran didaktik maupun 94,3% responden merasa dibutuhkannya
pelatihan klinis mengenai Special Care Dentistry guna menunjang pelayanan.
Kesimpulan : Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Universitas Can Tho,
dan Universitas Khon Kaen memiliki sikap dan persepsi yang baik terhadap individu
pasien dengan disabilitas.

Background: Special Care Dentistry is a specialty branch of Dentistry that focuses on
providing care to individuals with disabilities who require special care and treatment. In
order to provide maximum care, the attitude and perception of the operator as a service
provider is one of the crucial factors. Therefore, it is necessary to conduct a study on the
attitudes and perceptions of Dentistry students at the University of Indonesia, Can Tho
University, and Khon Kaen University. Objective: To find out attitudes and perceptions
of students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia, Can Tho University, and
Khon Kaen University towards Special Care Dentistry. Methods: This study used a selfadministered
questionnaire by utilizing the Google form in 2021 and then processed using
the SPSS statistical software in 2022 using the Mann Whitney, Kruskal Wallis, and Chisquare
tests. Research Results: A total of 471 student respondents were obtained from
the University of Indonesia, Can Tho University, and Khon Kaen University class of
2016-2018 with a response rate of 70%. As many as 71.5% of respondents can define
Special Care Dentistry with 66.9% feeling the need for didactic learning and 94.3% of
respondents feeling the need for clinical training on Special Care Dentistry to support
services. Conclusion: Dentistry students at the University of Indonesia, Can Tho
University, and Khon Kaen University have good attitudes and perceptions of individual
patients with disabilities
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aggil Segara Alamsyah
"Latar belakang: Ekstraksi gigi merupakan tindakan yang sangat kompleks sehingga dibutuhkan banyak keterampilan dan pengetahuan khusus. Dan hal tersebut dipelajari dalam pendidikan kedokteran gigi. Indonesia memiliki 32 universitas baik negeri maupun swasta yang menyediakan program sarjana dan profesi kedokteran gigi, termasuk Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Salah satu modul utama dalam kurikulum pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia adalah pembelajaran teknik ekstraksi gigi. Dan saat ini belum diketahui gambaran persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran teknik ekstraksi gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif potong lintang pada 404 mahasiswa menggunakan kuesioner tentang persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran teknik ekstraksi yang pernah dipakai sebelumnya. Hasil: Setiap angkatan menunjukkan variasi penilaian yang berbeda terhadap pembelajaran teknik ekstraksi gigi. Mayoritas mahasiswa yang menggunakan model pelatihan praklinik menganggapnya sebagai persiapan yang berguna untuk tindakan ekstraksi gigi pada pasien. Sebagian besar mahasiswa merasa bahwa pengetahuan mereka tentang anatomi dan kesiapan mereka untuk menghadapi komplikasi saat ekstraksi terhitung kurang. Selain itu, mayoritas mahasiswa merasa telah dilatih dengan baik dan merasa puas dengan pelayanan pendidikan yang diberikan dalam pembelajaran teknik ekstraksi gigi. Kesimpulan: terdapat beberapa perbedaan persepsi antar angkatan 2014 – 2017 terhadap pembelajaran teknik ekstraksi gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

Background: Tooth extraction is a very complex procedure that requires a lot of special skills and knowledge. This is taught in dentistry education. Indonesia has 32 public and private universities that provide undergraduate and professional dental programs, including the Faculty of Dentistry, University of Indonesia. One of the main modules in the education curriculum of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia is learning tooth extraction techniques. And currently, there is no known description of student perceptions of learning tooth extraction techniques at the Faculty of Dentistry, University of Indonesia. Methods: This study used a cross-sectional descriptive study on 404 students using a questionnaire about student’s perceptions of learning extraction techniques that had been previously used. Results: Each batch students showed a different variation in the assessment of learning tooth extraction techniques. The majority of students who use the preclinical training model consider it a useful preparation for dental extraction in patients. Most of the students felt that their knowledge of anatomy and their readiness to deal with complications during extraction was lacking. In addition, the majority of students felt that they had been properly trained and were satisfied with the educational services provided in learning tooth extraction techniques. Conclusion: There are several differences in perceptions between 2014 - 2017 students batches of learning tooth extraction techniques at the Faculty of Dentistry, University of Indonesia"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Kirana
"Latar Belakang: Perawatan terhadap individu disabilitas dinilai kompleks dan komprehensif. Namun, terdapat keterbatasan akses bagi individu disabilitas ke dokter gigi dikarenakan kurangnya tenaga yang terlatih. Sikap tenaga kesehatan terhadap individu disabilitas menjadi penting karena akan mempengaruhi perawatan yang akan diberikan kepada individu disabilitas. Sehingga, dibutuhkan penelitian mengenai sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia terhadap individu pasien dengan disabilitas.
Tujuan: Mengetahui perbedaan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia terhadap individu pasien dengan disabilitas berdasarkan variabel usia, jenis kelamin, program pendidikan, tahun angkatan, prior knowledge mengenai disabilitas, riwayat kontak personal dengan individu disabilitas, dan pengalaman merawat individu disabilitas.
Metode: Studi cross-sectional dengan self-administered online questionnaire pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia tahun angkatan 2015-2021. Kuesioner yang digunakan adalah ATDP form yang terdiri dari 20 pertanyaan. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat melalui uji independent t-test, Mann-Whitney atau Kruskal Wallis.
Hasil: Terdapat 572 mahasiswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini dengan response rate 70%. Berdasarkan analisis bivariat, tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p > 0,05) antara rerata skor ATDP dengan variabel-variabel yang terkait.
Kesimpulan: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia memiliki sikap yang netral terhadap individu pasien dengan disabilitas.

Background: Treating individuals with disabilities is considered complex and comprehensive. However, there is still limited access for individuals with disabilities to dentists due to the lack of trained personnel. The attitudes of health care workers toward individuals with disabilities will affect how people with disabilities are treated. Thus, research is still needed on the attitudes of students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia toward patients with disabilities.
Objective: To find out the different attitudes of students at the Faculty of Dentistry, University of Indonesia toward patients with disabilities based on age, gender, education program, year of class, prior knowledge about disability, history of personal contact with disabled person, and experience in giving care for individual with disability.
Methods: A cross-sectional study with self-administered online questionnaire for students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia in the years of 2015-2021. ATDP form is used in this research which consists of 20 questions. The data were analysed using univariate and bivariate analysis through independent t-test, Mann-Whitney or Kruskal Wallis tests.
Results: 572 students participated in this study with a response rate of 70%. Based on the bivariate analysis, there was no statistically significant difference (p > 0.05) between the mean of ATDP score and related variables.
Conclusion: Students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia have neutral attitudes toward patients with disabilities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahniar Syifaizza Hariyono
"Latar Belakang: Pandemi Covid-19 menyebabkan pembatasan seluruh aktivitas manusia. Di bidang pendidikan, penerapan moda pembelajaran teori IKGA menggunakan PBL yang biasanya tatap muka digantikan oleh pembelajaran daring selama pandemi Covid-19.
Tujuan: Menganalisis persepsi mahasiswa terhadap perubahan moda pembelajaran teori IKGA di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia selama masa pandemi Covid-19.
Metode: Penelitian cross-sectional pada mahasiswa FKG UI. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa FKG UI angkatan 2017 - 2019. Teknik pengambilan sampel secara random sampling dan pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui Google Form.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan persepsi mahasiswa terhadap moda pembelajaran selama pandemi Covid-19 baik dan perbedaan bermakna antar tiga kelompok hanya pada persiapan mahasiswa menuju program profesi (P-value = 0,023) dan kepercayaan diri mahasiswa memasuki program profesi (P-value = 0,000).
Kesimpulan: Persiapan mahasiswa menuju program profesi dan kepercayaan diri mahasiswa memasuki program profesi lebih baik dalam pembelajaran luring daripada pembelajaran daring.

Background: The Covid-19 pandemic has led to resctriction all of human activities. In education, the application of theorical of pediatric dentistry using PBL that are usually face-to-face was replaced by online learning during Covid-19 pandemic.
Purpose: The aim of this study was to assess dental students perceptions towards theorical of pediatric dentistry learning mode during the Covid-19 pandemic in Faculty of Dentistry at the University of Indonesia.
Methods: This study used a cross-sectional analysis and conducted on dental students of Faculty of Dentistry Univeristy of Indonesia batch 2017 - 2019. The sampling technique was random sampling and data collection used a questionnaire via Google Form.
Results: From a total of 150 respondents, all student perception mostly good and there were significant differences between students in preparation for clinical programs (P-value = 0.023) and confidence in entering clinical programs (P-value = 0.000).
Conclusions: Dental students of Faculty of Dentistry University of Indonesia have good perception towards learning mode during COVID- 19 pandemic. Student preparation for clinical programs and confidence in entering clinical programs are way better in offline than online learning
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Gabriela Liem
"Latar Belakang: Di Indonesia, kasus HIV mengalami peningkatan setiap tahunnya, hingga mencapai 48.300 kasus pada tahun 2017 dengan jumlah kumulatif 280.623 kasus(Kemenkes RI), sehingga meningkatkan kemungkinan dokter gigi untuk merawat ODHA. Untuk mengatasinya, pemberi pelayanan kesehatan, termasuk dokter gigi, dituntut untuk memiliki pengetahuan tinggi dan sikap profesional dalam menangani ODHA. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia mengenai HIV/AIDS.
Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa preklinik FKG UI mengenai HIV/AIDS.
Metode: Penelitian deskriptif potong lintang pada 487 mahasiswa preklinik FKG UI dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan realibilitasnya.
Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan mahasiswa preklinik FKG UI secara keseluruhan tergolong cukup (77,6% responden). Tingkat pengetahuan responden meningkat seiring dengan peningkatan usia, dan tingkat pengetahuan responden laki-laki sedikit lebih tinggi daripada perempuan. Berdasarkan distribusi angkatan, terlihat bahwa responden yang sudah memperoleh mata kuliah Penyakit Mulut FKG UI mengenai HIV/AIDS memiliki tingkat pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang lebih tinggi daripada yang belum. Selain itu, dari kelima indikator tingkat pengetahuan, indikator manifestasi oral serta pengetahuan dan pemeriksaan HIV menunjukkan tingkat pengetahuan yang rendah. Berbeda halnya dengan variabel tingkat pengetahuan, sikap mahasiswa preklinik FKG UI tergolong positif (63,5% responden) dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada identitas responden yang berbeda (usia, jenis kelamin, dan angkatan).
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan responden cukup dan sikap responden mengenai HIV/AIDS positif.

Background: In Indonesia, HIV's cases are increasing every year, with total 48.300 cases in 2017 and 280.633 cases in cumulative up to 2017 (Kemenkes RI). Thus, the chance of treating people living with HIV/AIDS (PLWHA) is also increasing. In order to resolve the problem, medical staff, including dentists, are required to have excellent knowledge and professional attitude to handle PLWHA. Therefore, researcher wants to assess the knowledge and attitude of preclinical dental students in Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia about HIV/AIDS.
Objectives: To determine the knowledge and attitude of preclinical dental students in Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia about HIV/AIDS.
Methods: Descriptive cross-sectional research method in 487 preclinical dental students of Faculty of Dentistry Universitas Indonesia with valid and reliable questionnaire.
Results:The knowledge of preclinical dental students Faculty of Dentistry Universitas Indonesia is moderate (77,6% respondent). The knowledge of the respondents increases with increasing of age, and male respondents have slightly higher knowledge than female respondents. Based on the grade, the higher grade respondents who have ever received the HIV/AIDS's lesson in Oral Medicine subject show higher knowledge about HIV/AIDS. Moreover, there are 5 indicators in knowledge section in the questionnaire, and two of them, which are oral manifestation and HIV testing and treatment, show low level knowledge of respondents. In contrary, the attitude of the pre-cilinal dental students Faculty of Dentistry Universitas Indonesia is positive with no difference among different identity of respondents (age, sex, and grade).
Conclusion: The knowledge level of the respondents is moderate and the attitude about HIV/AIDS is positive.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiendyastari
"Latar belakang: Keberlanjutan lingkungan merupakan suatu keadaan dimana lingkungan hidup di suatu tempat dapat dijaga keberlangsungannya dalam memberikan kenyamanan bagi makhluk hidup yang berada di lingkungan tersebut. Kedokteran gigi merupakan penyumbang limbah yang cukup banyak dalam perubahan iklim dan meningkatkan pencemaran lingkungan. Maka, diperlukan upaya dari bidang kedokteran gigi untuk mengurangi hal tersebut dengan pengetahuan dalam penerapan strategi praktik kedokteran gigi yang ramah lingkungan agar dapat memicu timbulnya kesadaran diri individu untuk memperkuat perilaku. Akan tetapi, penelitian mengenai topik ini masih terbatas di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FKG UI program Sarjana, Profesi, dan Spesialis tentang keberlanjutan lingkungan dalam Kedokteran Gigi. Metode: Penelitian deskriptif menggunakan desain studi potong lintang dengan kuesioner Al Shatrat et al yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia terhadap populasi mahasiswa FKG UI program Sarjana, Profesi, dan Spesialis. Hasil: Sebagian besar responden adalah perempuan, dengan rentang usia 18 hingga 40 tahun, lima respon tertinggi mengenai ketidaktahuan pada komponen program pengelolaan limbah untuk membuang fixer (84,7%), program pengelolaan limbah khusus untuk membuang foil timbal (79,5%), komponen penempatan batu bata atau bahan lainnya di dalam tangki toilet (68,9%), penggunaan filter vakum untuk amalgam yang mengarahkan partikel amalgam ke wadah air limbah amalgam (71%), penggunaan kembali bingkai foto radiografis lama untuk pasien baru (71%). Kesimpulan: Kurangnya pengetahuan, keterbatasan biaya, dan sarana yang tidak memadai menyebabkan seseorang tidak termotivasi untuk mengubah pola hidup dan perilaku sehingga tidak adanya kesadaran terhadap lingkungan.

Background: Environmental sustainability is a situation where the environment in a place can be maintained sustainability in providing comfort for living things in the environment. Dentistry contributes a lot of waste in climate change and increases environmental pollution. Therefore, it requires efforts from the field of dentistry to reduce with knowledge in the application of eco-friendly dentistry practices so that individual self-awareness can arise to assess behavior. However, investigating this topic is still limited in Indonesia. Objective: To know the level of knowledge of FKG UI students of Undergraduate, Professional, and Specialist programs about environmental sustainability in Dentistry. Method: Cross-sectional study of Al Shatrat et al questionnaires that have been translated to Bahasa Indonesia and sent to the students of FKG UI Undergraduate, Professional, and Specialist programs. Results: Most of the respondents were female, with an age range of 18 to 40 years. Most respondent are not aware of these five component, such as waste management programme fixer disposal (84.7%), waste management programme leads foils disposal (79.5%), bricks or other bulky materials in toilet cisterns (68.9%), amalgam vacuum filters to amalgam waste water containers (71%), reuse x-ray mounts for new patients when purging old files (71%). Conclusion: Lack of knowledge, limited cost, and inadequate means cause a person not to be motivated to change their lifestyle and behavior so that there is no awareness of the environment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daiyane Safirasari
"Latar Belakang: Sebagai dokter gigi dalam melakukan layanan kesehatan kepada pasien sudah seharusnya menggunakan perawatan EBD. Mengajarkan EBD kepada mahasiswa kedokteran gigi saat ini adalah kunci untuk meningkatkan proporsi perawatan yang didasarkan pada bukti di masa yang akan datang. Tujuan: Mengetahui hubungan berbagai faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan persepsi mahasiswa fakultas kedokteran gigi Universitas Indonesia mengenai EBD.Metode: Design study menggunakan studi Cross-Sectional, cara pengambilan sampel menggunakan kuesioner melalui gogle form, jumlah sampel 416 mahasiswa FKG UI dimulai dari umur 18-25 tahun, angkatan 2017-2021, alat ukur menggunakan skala likert. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan dengan 5 pertanyaan pada bagian pengetahuan (skala 1=benar, 0 = ragu-ragu / tidak tahu), 7 pertanyaan mengenai akses sumber pengetahuan (skala 1=Tidak pernah, 2=jarang, 3=Kadang-kadang, 4= sering , 5= sangat s ering) dan 10 pertanyaan mengenai persepsi (skala 1= Sangat tidak setuju , 2= Tidak setuju , 3= Netral, 4= Setuju , 5= Sangat setuju). Teknik pengambilan data menggunakan non probability sampling dengan purposive sampling. Data yang terkumpul diolah dengan menguji antar variabel secara bivariat dengan uji continuity correction, pearson chi-square dan regresi logistik biner. Hasil : Hasil uji bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara usia, angkatan masuk dan program pendidikan dengan pengetahuan mengenai EBD (p-value <0,05). Terdapat hubungan antara program pendidikan dan angkatan masuk dengan akses mengenai sumber pengetahuan EBD (p-value < 0,05). Namun, tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, program pendidikan, dan angkatan masuk dengan persepsi mengenai EBD. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara program pendidikan preklinik dan klinik mengenai akses sumber pengetahuan EBD pada mahasiswa FKG UI.
.....Background: As a dentist in providing health services to patients, they should use EBD treatment. Teaching EBD to dental students today is key to increasing the proportion of evidence-based care in the future. Objective: To find out various factors related to the knowledge and perceptions of students of the Faculty of Dentistry at the University of Indonesia regarding EBD. Methods: A cross-sectional study, the sampling method used a questionnaire via Google form, the sample size was 416 FKG UI students starting at the age of 18-25 years, class 2017-2021, the measurement tool used a Likert scale. The questionnaire consisted of 22 questions with 5 questions on the knowledge section (scale 1=true, 0=doubtful / don't know), 7 questions regarding access to knowledge sources (scale 1=Never, 2=rarely, 3=Sometimes, 4 = often, 5 = very often) and 10 questions regarding perception (scale 1 = Strongly disagree, 2 = Disagree, 3 = Neutral, 4 = Agree, 5 = Strongly agree). The data collection technique uses non-probability sampling with purposive sampling. The collected data was processed by testing between variables in a bivariate manner with continuity correction, pearson chi-square and binary logistic regression tests. Results: The results of the bivariate test showed that there was a relationship between age, the enrollment force and educational programs and knowledge of EBD (p-value <0.05). There is a relationship between educational programs and the incoming cohort with access to EBD knowledge sources (p-value <0.05). However, there is no relationship between age, gender, educational program, and intake force with perceptions of EBD. Conclusion: There are differences between preclinical and clinical education programs regarding access to EBD knowledge sources for FKG UI students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Obed Timotius
"Latar belakang: Stres merupakan suatu gangguan mental dan emosional yang disebabkan oleh berbagai faktor eksternal. Stres kronis dapat mengakibatkan burnout. Stres dan burnout yang terjadi tidak hanya dapat memengaruhi kondisi mental, tetapi juga dapat mengganggu kesehatan fisik, seperti asma, gangguan kardiovaskuler, dan psikodermatologi. Stres juga dapat berdampak pada nafsu dan pola makan seseorang karena berkaitan dengan gangguan hormonal. Berbagai penelitian mengenai stres, burnout, dan pola makan terhadap mahasiswa pascasarjana kedokteran gigi telah dilakukan di berbagai negara. Akan tetapi, penelitian terkait topik ini masih sangat terbatas di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui stres, burnout, dan pola makan pada mahasiswa pascasarjana FKGUI. Metode: Penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang dengan menggunakan kuesioner GDES (Graduate Dental Environment Stress), MBI-HSS (Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey), dan Kebiasaan Makan terhadap total populasi mahasiswa pascasarjana FKGUI program magister, spesialis, dan doktor berstatus aktif pada semester genap tahun ajaran 2018/2019. Hasil: Kuesioner didistribusikan kepada 177 responden dengan response rate sebesar 95%. Sebagian besar responden adalah perempuan, dengan rentang usia dari 25 hingga 59 tahun. Secara umum, program studi spesialis menunjukkan nilai median stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan magister dan doktor, terutama program studi Prostodontik dan Konservasi Gigi. Terdapat 7 stresor tertinggi untuk komponen GDES-A (akademis) yaitu banyaknya jumlah bacaan yang ditugaskan untuk dipelajari, ujian dan berbagai asesmen, syarat program untuk menyelesaikan penelitian, menyelesaikan requirements yang dibutuhkan untuk lulus, umpan balik antar supervisor yang tidak konsisten, melakukan presentasi dalam seminar, serta kondisi sarana/prasarana dalam menunjang kegiatan perkuliahan. Sementara itu, 3 stresor tertinggi untuk komponen GDES-C (klinis) diantaranya jika pasien tidak tepat waktu atau membatalkan janji secara sepihak, rasa takut gagal dalam menatalaksanakan kasus yang kompleks, serta kondisi sarana/prasarana dalam menunjang kegiatan perkuliahan klinis. Untuk komponen burnout, personal accomplishment yang rendah menjadi dimensi yang paling terganggu jika dibandingkan dengan emotional exhaustion dan depersonalization, yaitu 40,5% dari total responden, dengan proporsi terbesar pada program studi Konservasi gigi sebanyak 60%. Sebanyak 60,7% responden memiliki pola makan yang teratur. Namun, 49,4% dari total responden memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang digoreng paling sedikit 4 kali dalam seminggu. Kurang dari separuh responden berkeinginan untuk makan dalam kondisi psikologis tertentu, tetapi 69% responden memiliki kecenderungan untuk makan saat merasa senang. Kesimpulan: Stresor pada mahasiswa pascasarjana FKGUI program magister, spesialis, dan doktor bervariasi. Stres relatif lebih tinggi pada program studi klinis. Personal accomplishment yang rendah menjadi dimensi burnout yang paling terganggu. Namun, sebagian besar mahasiswa pascasarjana FKGUI masih memiliki pola ix Universitas Indonesia makan dan kebiasaan sarapan yang teratur. Akan tetapi, asupan makanan masih dapat diperbaiki dengan meningkatkan frekuensi konsumsi buah-buahan dan juga mengurangi kebiasaan makan makanan yang digoreng.
Latar belakang: Stres merupakan suatu gangguan mental dan emosional yang disebabkan oleh berbagai faktor eksternal. Stres kronis dapat mengakibatkan burnout. Stres dan burnout yang terjadi tidak hanya dapat memengaruhi kondisi mental, tetapi juga dapat mengganggu kesehatan fisik, seperti asma, gangguan kardiovaskuler, dan psikodermatologi. Stres juga dapat berdampak pada nafsu dan pola makan seseorang karena berkaitan dengan gangguan hormonal. Berbagai penelitian mengenai stres, burnout, dan pola makan terhadap mahasiswa pascasarjana kedokteran gigi telah dilakukan di berbagai negara. Akan tetapi, penelitian terkait topik ini masih sangat terbatas di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui stres, burnout, dan pola makan pada mahasiswa pascasarjana FKGUI. Metode: Penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang dengan menggunakan kuesioner GDES (Graduate Dental Environment Stress), MBI-HSS (Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey), dan Kebiasaan Makan terhadap total populasi mahasiswa pascasarjana FKGUI program magister, spesialis, dan doktor berstatus aktif pada semester genap tahun ajaran 2018/2019. Hasil: Kuesioner didistribusikan kepada 177 responden dengan response rate sebesar 95%. Sebagian besar responden adalah perempuan, dengan rentang usia dari 25 hingga 59 tahun. Secara umum, program studi spesialis menunjukkan nilai median stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan magister dan doktor, terutama program studi Prostodontik dan Konservasi Gigi. Terdapat 7 stresor tertinggi untuk komponen GDES-A (akademis) yaitu banyaknya jumlah bacaan yang ditugaskan untuk dipelajari, ujian dan berbagai asesmen, syarat program untuk menyelesaikan penelitian, menyelesaikan requirements yang dibutuhkan untuk lulus, umpan balik antar supervisor yang tidak konsisten, melakukan presentasi dalam seminar, serta kondisi sarana/prasarana dalam menunjang kegiatan perkuliahan. Sementara itu, 3 stresor tertinggi untuk komponen GDES-C (klinis) diantaranya jika pasien tidak tepat waktu atau membatalkan janji secara sepihak, rasa takut gagal dalam menatalaksanakan kasus yang kompleks, serta kondisi sarana/prasarana dalam menunjang kegiatan perkuliahan klinis. Untuk komponen burnout, personal accomplishment yang rendah menjadi dimensi yang paling terganggu jika dibandingkan dengan emotional exhaustion dan depersonalization, yaitu 40,5% dari total responden, dengan proporsi terbesar pada program studi Konservasi gigi sebanyak 60%. Sebanyak 60,7% responden memiliki pola makan yang teratur. Namun, 49,4% dari total responden memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang digoreng paling sedikit 4 kali dalam seminggu. Kurang dari separuh responden berkeinginan untuk makan dalam kondisi psikologis tertentu, tetapi 69% responden memiliki kecenderungan untuk makan saat merasa senang. Kesimpulan: Stresor pada mahasiswa pascasarjana FKGUI program magister, spesialis, dan doktor bervariasi. Stres relatif lebih tinggi pada program studi klinis. Personal accomplishment yang rendah menjadi dimensi burnout yang paling terganggu. Namun, sebagian besar mahasiswa pascasarjana FKGUI masih memiliki pola ix Universitas Indonesia makan dan kebiasaan sarapan yang teratur. Akan tetapi, asupan makanan masih dapat diperbaiki dengan meningkatkan frekuensi kebiasaan makan makanan yang digoreng.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarine Aru Ariadno
"Latar Belakang: Epidemi HIV/AIDS masih menjadi salah satu sorotan di
masalah kesehatan di dunia, khususnya Indonesia menduduki peringkat
5 sebagai negara paling berisiko HIV/AIDS di benua Asia. Level tinggi
Replikasi virus HIV secara terus menerus akan menurunkan jumlah limfosit T CD4 dalam tubuh, hingga suatu saat sistem kekebalan tubuh akan menurun drastis yang memudahkan terjadinya gejala infeksi oportunistik hingga berakhir dengan kematian. Memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan gigi primer yang diperoleh melalui pengenalan Manifestasi oral tertentu menjadi tolak ukur dalam menegakkan diagnosis dini infeksi HIV yang nantinya akan menunjang kualitas hidup ODHA. Penguasaan pengetahuan serta sikap komprehensif yang dibutuhkan oleh dokter gigi dalam memberikan perawatan pada ODHA. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKGUI) tentang HIV/AIDS. Metode: Penelitian statistik deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan mengambil data primer secara langsung pada keseluruhan responden siswa klinik FKGUI. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang menilai tiga komponen HIV/AIDS, meliputi tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan perawatan gigi. Hasil Penelitian: Dari total 275 responden, mayoritas dalam populasi penelitian (84,4%)
adalah perempuan. Tingkat pengetahuan mahasiswa klinik FKGUI cukup baik (70,2% responden) dengan kecenderungan meningkat seiring bertambahnya usia serta meningkatkan tingkat studi di klinik dilihat dari angkatan masuk. Dari total tujuh indikator pada komponen pengetahuan, hanya indikator penularan dan cara penularan HIV/AIDS menunjukkan tingkat pengetahuan yang rendah, dengan jumlah lebih dari setengah dari responden. Berbeda dengan tingkat pengetahuan, sikap mahasiswa klinis FKGUI tentang HIV/AIDS cukup memadai dengan persentase 84% responden total ke dalam kategori sikap netral. Kemudian, sikap negatif hanya dimiliki oleh responden wanita dengan rentang usia 21-23 tahun yang memasuki tahun 2017- 2018. Tindakan responden terhadap HIV/AIDS tergolong positif (91,6%) dan tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan, baik berdasarkan jenis kelamin, usia dan generasi dalam variabel tindakan. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun tingkat pengetahuan dan tindakan responden tentang HIV/AIDS baik, sikap responden masih tergolong netral terhadap ODHA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>