Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66438 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mirza Suranta Hanafiah
"Latar Belakang Streptococcus pyogenes (S. pyogenes) adala bakteri penyebab berbagai penyakit, mulai dari faringitis, pioderma, serta penyakit pasca Streptococcus seperti demam rematik dan glomerulonefritis. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa strain S. pyogenes telah resisten terhadap beberapa antibiotik sehingga diperlukan terapi baru. Centella asiatica (C. asiatica) adalah tanaman herbal yang berpotensi menghambat pertumbuhan berbagai bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari ekstrak etanol 70% C. asiatica terhadap S. pyogenes untuk mengevaluasi potensinya sebagai agen antibakteri. Metode Nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) diukur menggunakan metode broth dilution dimana pada 10 tabung akan ditambahkan berbagai konsentrasi ekstrak C. asiatica mulai dari 750 hingga 1,46 mg/ml. Setelah penambahan 1 μl S. pyogenes dengan kekeruhan McFarland 0,5, tabung-tabung tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. Kekeruhan tabung kemudian diamati; kaldu yang tetap jernih menandakan terhambatnya pertumbuhan bakteri, sedangkan kaldu yang keruh menandakan adanya pertumbuhan bakteri. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) adalah konsentrasi ekstrak terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil MIC ditemukan pada konsentrasi 375 mg/ml, yang merupakan konsentrasi ekstrak terendah yang efektif menghambat pertumbuhan S. pyogenes. Pada konsentrasi yang lebih rendah, tabung tetap terlihat keruh. Hasil ini konsisten dalam tiga percobaan terpisah, yang semuanya dilakukan secara duplo. Kesimpulan Penelitian ini menemukan bahwa ekstrak etanol 70% dari daun C. asiatica memiliki sifat antibakteri terhadap S. pyogenes pada konsentrasi 375 mg/ml.

Introduction Streptococcus pyogenes (S. pyogenes) can cause various infections, from pharyngitis, pyoderma, and post-streptococcal diseases such as rheumatic fever and glomerulonephritis. Previous studies have shown that some strains of S. pyogenes have become resistant to several antibiotics, requiring new therapies. Centella asiatica (C. asiatica) is an herbal plant that has the potential to inhibit the growth of various bacteria. This study aims to measure the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of 70% ethanol extract of C. asiatica against S. pyogenes to evaluate its potential as an antibacterial agent. Method The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) value was measured using the broth dilution method where 10 tubes were added with various concentrations of C. asiatica extract ranging from 750 to 1.46 mg/ml. After the addition of 1 μl of S. pyogenes with a McFarland turbidity of 0.5, the tubes were incubated for 24 hours at 35°C. The turbidity of the tubes was then observed; broth that remained clear indicated inhibition of bacterial growth, while turbid broth indicated bacterial growth. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) is the lowest concentration of extract that can inhibit bacterial growth. Results The MIC was found at a concentration of 375 mg/ml, which is the lowest concentration of extract that effectively inhibits the growth of S. pyogenes. At lower concentrations, the tubes remained cloudy. These results were consistent across three separate experiments, all of which were performed in duplicate. Conclusion This study found that 70% ethanol extract of C. asiatica leaves has antibacterial properties against S. pyogenes at a concentration of 375 mg/ml."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janice Chen
"Latar Belakang
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri dengan tingkat resistensi yang tinggi terhadap antibiotik. Hal ini mendasari pentingnya ditemukan antibakteri alternatif dari bahan alami yang poten melawan bakteri penyebab penyakit. Salah satu bahan alami yang memiliki potensi menjanjikan adalah daun pegagan (Centella asiatica). Penelitian ini akan menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM) dari ekstrak daun C. asiatica terhadap bakteri S. aureus ATCC 29213TM.
Metode
Uji KHM pada penelitian ini menggunakan metode makrodilusi tabung. Sepuluh μl suspensi bakteri S. aureus ATCC 29213TM dengan standar McFarland 0,5 ditambahkan ke dalam tabung berisi larutan BHI dan ekstrak C. asiatica dengan konsentrasi 750, 375, 187,5, 93,75, 46,86, 23,44, 11,72, 5,86, 2,93, 1,46 mg/mL. Tabung diinkubasi pada 35°C selama 18-24 jam. Hasil diobservasi dengan melihat keruh atau jernih larutan dalam tabung dan dicatat.
Hasil
Tabung percobaan dengan ekstrak C. asiatica berkonsentrasi 375 mg/mL dan 750 mg/mL menunjukkan hambatan terhadap pertumbuhan S. aureus, menampilkan tabung jernih. Tabung percobaan dengan konsentrasi di bawah 375 mg/mL tidak menunjukkan hambatan pertumbuhan S. aureus, menampilkan tabung keruh.
Kesimpulan
KHM ekstrak C. asiatica terhadap S. aureus ditemukan pada konsentrasi 375 mg/mL.

Introduction
Staphylococcus aureus is a species of bacteria with high level of antibiotic resistance. This highlights the importance to find alternative antibacterial agents from natural sources that are potent against disease-causing bacteria. Centella asiatica leaves shows promising potential. This study aims to determine the minimum inhibitory concentration (MIC) of C. asiatica leaf extract against S. aureus ATCC 29213TM.
Method
The MIC test in this study utilized the macro-dilution tube method. Ten μl of S. aureus ATCC 29213TM suspension with 0.5 McFarland standard was added to tubes containing BHI solution and C. asiatica extract with concentrations of 750, 375, 187.5, 93.75, 46.86, 23.44, 11.72, 5.86, 2.93, and 1.46 mg/mL. The tubes were incubated at 35°C for 18-24 hours. The results were observed by checking for turbidity or clarity of the solution in the tubes and recorded.
Results
Tubes with C. asiatica extract concentrations of 375 mg/mL and 750 mg/mL showed inhibition of S. aureus growth, presenting clear solutions. Tubes with concentrations below 375 mg/mL did not show inhibition of S. aureus growth and had turbid solutions.
Conclusion
The MIC of C. asiatica extract against S. aureus was found to be 375 mg/mL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Gusti Khatimah
"ABSTRAK
Infeksi Streptococcus pyogenes paling sering menyebabkan faringitis. Terdapat 10% populasi yang alergi terhadap penisilin sebagai terapi lini pertama, sehingga diberikan alternatif berupa eritromisin. Namun, S. pyogenes dilaporkan resisten terhadap eritromisin dan dapat menyebabkan kematian. Moringa oleifera Lamk. merupakan tumbuhan yang banyak ditemui di Indonesia dan diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun M. oleifera Lamk. terhadap S. pyogenes. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun M. oleifera Lamk. dengan metode makrodilusi untuk melihat nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) terhadap S. pyogenes. Ekstrak dibagi menjadi konsentrasi 150 mg/mL, 75 mg/mL, 37,50 mg/mL, 18,75 mg/mL, dan 9,38 mg/mL dengan kontrol positif berupa media dengan bakteri dan media dengan DMSO dan bakteri, serta kontrol negatif berupa media, ekstrak, antibiotik, dan antibiotik dengan bakteri. Antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin dan inokulum bakteri dibuat berdasarkan standar McFarland 0,5. Jumlah koloni bakteri pada seluruh uji dan kontrol dihitung dengan metode pour plate, dan hasil jumlah koloni yang didapat dianalisis menggunakan SPSS dengan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji ANOVA. Ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki efek antibakteri terhadap S. pyogenes dengan nilai KHM 18,75 mg/mL dan KBM 37,50 mg/mL dengan hasil perhitungan jumlah koloni didapatkan data terdistribusi normal dengan rerata dan standar deviasi pada KHM sebesar 22,50 ± 6,091. Uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) dengan uji Post Hoc Bonferroni terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara KHM dengan konsentrasi 9,38 mg/mL dan KHM dengan masing-masing kontrol positif, sedangkan antara kedua kontrol positif tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).

ABSTRACT
Streptococcus pyogenes infection mostly causes pharyngitis. Penicilin as the first-line therapy is not used by 10% of the population because of alergic reaction, so as an alternative therapy erythromisin is given. However, S. pyogenes is reported resistant to erytromycin and causes mortality. Moringa oleifera Lamk. abundantly grows in Indonesia and is known to have an antibacterial effect. This research is conducted to determine the antibacterial effect of M. oleifera Lamk. leaf extract against S. pyogenes. This research used M. oleifera Lamk. leaf extract to see Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) against S. pyogenes using macrodilution method. The extract is divided into 5 concentrations such as 150 mg/mL, 75 mg/mL, 37.50 mg/mL, 18.75 mg/mL, and 9.38 mg/mL with positive controls such as medium with bacteria, and medium with DMSO and bacteria, and negative controls such as medium, extract, antibiotic, and antibiotic with bacteria. The antibiotic that is used in this research is amoxicillin and the inoculum of bacteria is made using McFarland 0.5 standard. Colony counting among all samples and controls is conducted using pour plate method, and the results are analyzed using normality test Shapiro-Wilk and ANOVA test using SPSS. M. oleifera Lamk. leaf extract has an effect as an antibacterial against S. pyogenes with MIC in concentration 18.75 mg/mL and MBC in concentration 37.50 mg/mL. The result of colony counting is distributed normally with mean ± standard deviation in MIC is 22.50 ± 6.091. Both ANOVA test and Post Hoc Bonferroni test show that there are statistically significant (p<0.05). Between MIC and concentration 9.38 mg/mL and MIC with each positive control are statistically significant (p<0.05), while between each positive control is not statistically significant (p>0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Anom Wijayanto
"Pendahuluan: Penyakit menular di Indonesia masih menjadi permasalahan utama. Salah satu etiologi ISPA tersering ialah Streptococcus pyogenes. Seiring meningkatnya angka resistensi bakteri terhadap antibiotik lini utama, ekstrak Nigella sativa Linn. dikembangkan sebagai alternatif terapi. Biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) dipercaya memiliki potensi efek antibakteri. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui potensi aktivitas antibakteri dari ekstrak Nigella sativa Linn.
Metode: Percobaan dilakukan di Departemen Mikrobiologi Klinik FKUI. Potensi aktivitas antibakteri diamati melalui tiga percobaan. Percobaan pertama menggunakan lima konsentrasi berbeda yakni 200 mg/mL, 100 mg/mL, 50 mg/mL, 25 mg/mL, 12,5 mg/mL. Percobaan kedua dan ketiga menggunakan lima konsentrasi lain, yakni 1000 mg/mL, 500 mg/mL, 250 mg/mL, 125 mg/mL dan 62,5 mg/mL. Ekstrak kemudian diuji secara in vitro dengan metode difusi cara sumuran, dibandingkan dengan antibiotik amoksisilin 10 ug/mL sebagai kontrol positif dan larutan akuades sebagai kontrol negatif. Setiap percobaan dilakukan dengan empat kali pengulangan.
Hasil: Tidak terdapat zona hambat pada sumuran ekstrak Nigella sativa Linn. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan ekstrak Nigella sativa Linn. memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. Pyogenes. Beberapa faktor yang berpotensi memengaruhi hasil penelitian ialah penggunaan pelarut ekstrak, sifat dari bahan dasar biji jintan hitam, serta metode uji.

Introduction: Infectious diseases in Indonesia are still a major problem. One of the most common etiology of respiratory infection is Streptococcus pyogenes. Several studies have shown an increase of antibiotic resistance for treatment of Streptococcus pyogenes, extracts of Nigella sativa Linn. was developed as an alternative therapy. Black cumin seeds (Nigella sativa Linn.) is believed to have the potential antibacterial effect. This study aimed to determine the potential antibacterial activity of extracts of Nigella sativa Linn.
Methods: Experiments were performed at the Department of Clinical Microbiology, Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Potential antibacterial activity was observed through three experiments. The first experiments using five different concentrations of the 200 mg/mL, 100 mg/mL, 50 mg/mL, 25 mg/mL, 12.5 mg/mL. The second and third experiments using five different concentrations, 1000 mg/mL, 500 mg/mL, 250 mg/mL, 125 mg/mL and 62.5 mg/mL. Extracts were then tested in vitro using agar well plate method, compared with the antibiotic amoxicillin 10 ug/mL as a positive control and aquades as a negative control. Each experiment was tested with four repetitions.
Results: There was no inhibition zone on extracts of Nigella sativa Linn. These results differ from previous studies that showed antibacterial activity of Nigella sativa Linn. Some of the factors that could potentially influence the outcome of research is the use of solvent extract, the nature of the basic ingredients of black cumin seeds, as well as test methods.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Ariani
"Obesitas adalah sebuah kondisi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada berbagai organ. Pada kondisi obesitas, terjadi pelepasan sitokin proinflamasi secara sistemik sehingga dapat menimbulkan inflamasi pada organ-organ, termasuk otak. Penggunaan bahan alam yang memiliki khasiat antiinflamasi dapat bermanfaat bagi individu dengan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek ekstrak etanol C. asiatica terhadap tikus obesitas yang diinduksi dengan diet tinggi lemak. Penelitian ini menggunakan 24 tikus galur Wistar yang dibagi menjadi 4 kelompok: kelompok Kontrol yang diberikan pakan standar; kelompok HFD yang diberikan pakan tinggi lemak; kelompok HFD+CA200 yang diberikan pakan tinggi lemak selama 12 minggu kemudian diberikan ekstrak C. asiatica 200 mg/kg; dan kelompok HFD+CA300 yang diberikan pakan tinggi lemak selama 12 minggu kemudian diberikan ekstrak C. asiatica 300 mg/kg. Kemampuan memori spasial diukur dengan uji Y-maze pada awal, minggu ke-12, dan minggu ke-17. Pada akhir penelitian, hipokampus diambil untuk analisis GFAP dan BDNF. Pada penelitian ini juga dilakukan uji in silico dengan penambatan molekuler untuk mengetahui interaksi zat aktif C. asiatica terhadap protein TrkB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang mengalami obesitas memiliki kemampuan spasial yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (nilai p 0,006). Pemberian ekstrak etanol C. asiatica selama 5 minggu memperbaiki gangguan memori spasial pada kelompok HFD+CA300 (nilai p 0,01). Uji in silico menunjukkan bahwa komponen C. asiatica asiatic acid dan castilliferol dapat berinteraksi dengan protein TrkB. Pemberian C. asiatica berpotensi untuk memperbaiki memori spasial pada obesitas.

Obesity is a condition that can lead to problems in several organs. Systemic release of proinflammatory cytokines occurs in obese condition causing inflammation in many organs including brain. The use of natural compound with anti-inflammatory properties could benefit for obese individuals. This study aims to analyze the effect of C. asiatica extract on affected obese rats induced by a high-fat diet. We use 24 Wistar rats divided into four groups: control group given standard chow; HFD group given high fat diet; HFD+CA 200 group given high fat diet for 12 weeks then treated with C. asiatica 200 mg/kg, and HFD+CA300 given high fat diet for 12 weeks then treated with C. asiatica 300 mg/kg. Spatial memory ability was assessed using a Y maze at baseline, 12 weeks, and 17 weeks. At the end of this study, hippocampal tissue is taken and analyzed for GFAP and BDNF. In silico study with molecular docking was performed to figure out the interaction between C. asiatica compounds and TrkB. This study shows that obese rats have lower spatial memory ability than non-obese mice (p value 0,006). Treatment with C. asiatica ethanol extract for 5 weeks alleviates the impairment in HFD+CA300 group (p value 0,01). In silico test show that the C. asiatica components asiatic acid and castilliferol can interact with TrkB protein. Administration of C. asiatica extract has the potential to improve memory condition in obesity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devasya Nathania Kamilla
"Latar Belakang : Karies merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi di dunia dan di Indonesia prevalensi karies mencapai 88,8%. Karies disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans, dalam rongga mulut bakteri Streptococcus mutans serotipe C mendominasi dengan jumlah 70-80%. Selain itu, Streptococcus sanguinis yang merupakan bakteri perintis koloni berkaitan erat dengan pembentukan biofilm. Menurut WHO, 80% populasi dunia masih bergantung pada obat berbahan dasar tanaman karena kurangnya biaya, lebih mudahnya akses dan efek samping. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai berbagai tanaman obat diperlukan. Salah satunya adalah Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng atau Daun Bangun-Bangun yang merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai fungsi antara lain antimikroba. Tanaman ini juga mengandung berbagai senyawa bioaktif seperti Fenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, dll yang diketahui memiliki efek antibakteri. Tujuan : Mengetahui efektivitas ekstrak Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Metode : Dilakukan uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v) untuk mengetahui pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis. Hasil : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dengan konsentrasi 3,125% dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 50% dapat membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C. Sedangkan pada konsentrasi 6,25% ekstrak dapat menghambat pertumbuhan dan pada konsentrasi 25% dapat membunuh bakteri Streptococcus sanguinis. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara setiap perlakuan (p<0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans serotipe C dan Streptococcus sanguinis

Background : Caries is a disease with the highest prevalence in the world and in Indonesia the prevalence of caries reaches 88.8%. Caries is caused by Streptococcus mutans, in the oral cavity of the bacteria Streptococcus mutant serotype C dominates with an amount of 70-80%. In addition, Streptococcus sanguinis which is a primary colonizer bacteria related to the formation of biofilms. 1According to WHO, 80% of the world's population still depends on plant-based medicines due to lack of costs, easier access and side effects. Therefore, further research on various medicinal plants is needed. One of them is Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng or Daun Bangun-Bangun which is a medicinal plant that has various functions, including antimicrobial. This plant also contains various bioactive compounds such as Phenol, Carvacrol, Thymol, Neophyatidine, etc. which are known to have antibacterial effects. Objective: To determine the effectiveness of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng extract in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Methods: The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimun Bactericidal Concentration (MBC) tests to determine the antibacterial properties of the ethanol extract of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng with a concentration of 50%, 25%, 12.5%, 6.25 %, and 3.125% (v/v) to determine the growth of Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis. Results: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract with a concentration of 3.125% inhibit the growth and at a concentration of 50% kill Streptococcus mutans serotype C. While at a concentration of 6.25% the extract inhibit the growth and at a concentration of 25% can kill Streptococcus sanguinis. The results of the One Way Anova statistical test showed a significant difference between each treatment (p <0.05). Conclusion: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng ethanol extract can inhibit growth and kill Streptococcus mutans serotype C and Streptococcus sanguinis
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Gusmawan
"Latar belakang: Infark miokard merupakan sindrom koroner akut yang ditandai dengan nekrosis miokardium. Inflamasi menjadi salah satu proses kunci yang terlibat pada infark miokard. Salah satu molekul yang berperan penting dalam progresi infark miokard adalah Nitrogen Oksida (NO), yang dapat diukur secara tidak langsung sebagai kadar nitrit. Sudah banyak studi tentang peran kardioprotektif ekstrak Centella asiatica, namun masih minim studi terkait perannya dalam memodulasi inflamasi infark miokard, khususnya dalam memodulasi pelepasan NO. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ekstrak daun Centella asiatica terhadap kadar nitrit pada jantung tikus dengan infark miokard akibat induksi isoproterenol. Metode: Penelitian ini menggunakan sampel jaringan jantung tikus jantan galur Wistar yang dibagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normal, kelompok kontrol negatif yang diberikan isoproterenol 85mg/kgBB, dan kelompok isoproterenol dengan ekstrak etanol-air Centella asiatica 200mg/kgBB telah diberikan oleh peneliti utama sebelumnya. Kadar nitrit diukur pada homogenat jaringan jantung tikus dengan kit uji Griess pada panjang gelombang 540nm. Kadar protein di jaringan jantung diukur dengan uji Bradford pada panjang gelombang 595nm. Hasil: Berdasarkan pengukuran kadar nitrit, rata-rata kadar nitrit tertinggi pada kelompok isoproterenol sebesar 0,082 mM, diikuti dengan kelompok isoproterenol yang diberikan ekstrak Centella asiatica sebesar 0,0707mM, dan terakhir kelompok normal sebesar 0,027mM. Terdapat perbedaan kadar nitrit yang signifikan antara kelompok jaringan jantung isoproterenol dengan kelompok normal (p=0,025). Tidak ada perbedaan kadar nitrit yang signifikan antara kelompok yang diberikan isoproterenol dan ekstrak Centella asiatica dengan kelompok normal (p=0,102). Tidak ada perbedaan kadar nitrit yang signifikan antara kelompok isoproterenol dengan kelompok isoproterenol yang diberikan ekstrak Centella asiatica (p=0,520). Adapun berdasarkan hasil pengukuran kadar protein, tidak ada perbedaan kadar protein yang signifikan antara tiga kelompok percobaan. Kesimpulan: Pemberian isoproterenol meningkatkan kadar nitrit pada jaringan jantung tikus secara signifikan dibandingkan jaringan jantung tikus normal (kontrol). Ekstrak etanol-air Centella asiatica dapat menurunkan kadar nitrit pada jaringan jantung tikus dengan infark miokard akibat induksi isoproterenol.

Introduction: Myocardial infarction is an acute coronary syndrome with myocardium necrosis. Inflammation becomes one of the principal process in myocardial infarction. One of the molecule with prominent role in myocardial infarction progression is Nitrogen Oxide (NO), which can be measured indirectly as nitrite level. There have been many studies on cardioprotective role of Centella asiatica, but there are still few studies on its role for modulating myocardial infarct inflammation, especially modulating NO release. Therefore, this research aims to analyze the effect of Centella asiatica leave extract toward nitrite level in mouse heart with isoproterenol-induced myocardial infarction. Method: This reseach uses heart tissue samples of male wistar mouse divided into three groups, which are normal group , negative control group with 85mg/kgBB isoproterenol , and isoproterenol group with ethanol-water extract of Centella asiatica 200mg/kgBB given by the main researcher before. Nitrie level measurement of mouse heart tissue homogenate is conducted with Griess kit assay at the wavelength 540nm. Protein level measurement of heart tissue is conducted with Bradford assay at the wavelength 595nm.Result: Based on the nitrite level measurement, isoproterenol group has the highest nitrite level average, which is 0.082 mM, followed by isoproterenol with Centella asiatica group with 0.0707 mM, and control group with lowest nitrite level average of 0.027 mM. There is significant nitrite level difference between isoproterenol group and control group (p=0,025). There is not significant nitrite level difference between isoprotrenol with Centella asiatica group and control group (p=0,102). There is not significant nitrite level difference between isoproterenol group and isoprotrenol with Centella asiatica group (p=0,520). Based on the protein level measurement, there is not significant difference of protein level between all of groups. Conclusion: Isoproterenol increases nitrite level of mouse heart tissues significantly compared to the normal mouse heart tissue (control). Ethanol-water Centella asiatica extract can reduce nitrite level in mouse heart tissue with isoproterenol-induced myocardial infarction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliyani Andam Suri
"Penurunan fungsi memori sudah dapat terjadi sejak usia dewasa muda dan dapat berkaitan dengan adanya penurunan plastisitas sinaps yang melibatkan beberapa protein sinaptik, diantaranya adalah reseptor ionotropik glutamat AMPAR-GluR1. Untuk itu perlu dilakukan pencegahan agar tidak terjadi penurunan memori di usia lanjut dengan menggunakan tamanan herbal. Centella asiatica merupakan tanaman herbal yang mudah ditemukan di Indonesia dan sudah dikenal memiliki khasiat pada otak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol Centella asiatica terhadap fungsi memori dan ekspresi protein AMPAR-GluR1di jaringan hipokampus tikus. Penelitian ini merupakan studi eksperimental in-vivo menggunakan 18 tikus Wistar jantan usia 6 bulan yang dibagi secara acak menjadi 3 kelompok: 1 kelompok kontrol K 2 kelompok CA300 dan 3 kelompok CA600. Kelompok kontrol diberikan akuades, kelompok CA300 diberikan ekstrak etanol CeA dosis 300 mg/kgBB dan kelompok CA600 diberikan ekstrak etanol CeA dosis 600 mg/kgBB yang dilakukan selama 28 hari berturut-turut secara oral. Pengukuran fungsi memori menggunakan Y-Maze yang dilakukan sebelum, hari ke-14 dan setelah perlakuan. Ekspresi protein AMPAR-GluR1 di jaringan hipokampus dianalisis menggunakan teknik imunohistokimia.
Hasil penelitian menunjukkan, pemberian ekstrak etanol Centella asiatica dosis 300 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB dapat mempertahankan fungsi memori tikus Wistar jantan, sedangkan peningkatan ekspresi AMPAR-GluR1 terjadi pada pemberian ekstrak etanol Centella asiatica dosis 600 mg/kgBB.

Memory decline can be started at early adult and related to synaptic plasticity impairment which is involving some synaptic protein such as ionotropic glutamate receptor AMPA GluR1. Preventive treatment may be conducted to avoid memory decline such as consuming some foods or supplements that could enhance memory. Centella asiatica is an altenative herbs that already known good for brain and easily to find in Indonesia.
This study is aimed to investigate effect CeA ethanol extract towards memory function and AMPAR GluR1 expression on CA1 hippocampus region in normal adult male Wistar rats. This study was an in vivo experimental study using eighteen male Wistar rats aged 6 months that were randomly divided into three groups control aquadest group and two groups treated with different doses mg kg of CeA 300 CeA300 and 600 CeA600. Ethanol extract of CeA were administrated orally for 28 consecutive days with weekly weight adjusted. Memory performance was tested using Y Maze before, on 14th days of treatment and after treatment. AMPAR GluR1 protein expression was assessed using immunohistochemistry technique on CA1 region of hippocampus.
Administration of CeA ethanol extract maintain spatial working memory function in the dosage of 300 mg kg and 600 mg kg and CeA 600 mg kg may be needed for maintaining AMPA GluR1 protein expression enhancement on CA1 hippocampus region.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Undiah Hasanah
"ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Xerosis atau kulit kering merupakan masalah
kesehatan yang sering dijumpai pada usia lanjut. Prevalensi xerosis pada usia
lanjut berkisar antar 30 ? 58%. Salah satu faktor yang dijumpai pada kulit kering
adalah penurunan ekspresi aquaporin-3 (AQP3). Bahan herbal pegagan atau
Centella asiatica ekstrak etanol dalam nanopartikel kitosan (CAEENPK) secara in
vitro diketahui dapat meningkatkan ekspresi AQP3 pada keratinosit yang berperan
dalam hidrasi kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas dan
keamanan krim pelembap yang mengandung Centella asiatica ekstrak etanol
dalam nanopartikel kitosan 1%, Centella asiatica ekstrak etanol (CAEE) 1%, dan
krim pelembap dasar pada populasi geriatri dengan kulit kering.
Metode: Penelitian uji klinis acak tersamar buta ganda dilakukan pada 43 orang
penghuni panti werdha di Jakarta. Evaluasi skin capacitance (SCap), specified
symptom sum score (SRRC), derajat gatal, dan efek samping dilakukan pada awal
terapi, minggu kedua, dan keempat. Setelah prakondisi selama satu minggu, setiap
subjek penelitian mendapatkan tiga pelembap yang berbeda secara acak pada tiga
lokasi di tungkai bawah.Hasil: Tidak didapatkan peningkatan nilai SCap yang berbeda bermakna antara
ketiga kelompok pengobatan. Penurunan nilai SRRC setelah empat minggu tidak
berbeda bermakna antara ketiga kelompok perlakuan. Derajat gatal pada minggu
kedua menurun pada ketiga kelompok, hingga menjadi tidak gatal pada seluruh
SP (100%) setelah minggu keempat. Tidak ditemukan efek samping subjektif dan
objektif pada ketiga kelompok perlakuan.
Kesimpulan: Efektivitas krim pelembap yang mengandung CAEENPK 1% tidak
lebih tinggi dibandingkan dengan krim pelembap yang mengandung CAEE 1%
atau krim pelembap dasar, serta memiliki keamanan yang sama dalam mengatasi
kekeringan kulit pada populasi geriatri.
Kata kunci: Centella asiatica, nanopartikel, aquaporin-3, hidrasi kulit, geriatri

ABSTRACT
Background and objectives: Xerosis or dry skin is a common health issue found
in the elderly. The prevalence rate of xerosis in the elderly ranges between 30 -
58%. One of the factors found on dry skin is decreased expression of aquaporin-3
(AQP3). The herbal plant Centella asiatica ethanol extract in chitosan
nanoparticle (CAEENPK) has been found to increase the expression of AQP3 on
keratinocytes in vitro which plays a role in skin hydration. This study aims to
compare the effectiveness and safety of moisturizing cream containing 1%
Centella asiatica ehanol extract in chitosan nanoparticle, 1% Centella asiatica
ethanol extract (CAEE), and moisturizing cream base in geriatric population with
dry skin.
Methods: A double-blind randomized controlled trial was conducted on 43
residents of a nursing home in Jakarta. The evaluation of skin capacitance (SCap),
specified symptom sum score (SRRC), pruritic degree, and side effects were
measured at baseline, week-2, and week-4 after therapy. After a week of
preconditioning, each test subject received three different randomized
moisturizing creams to be applied on three separate locations on the lower limbs.Results: There was no significant increase in SCap value among the three
treatment groups. The decrease in SRRC value after four weeks did not differ
among the three treatment groups. The pruritic degree decreased at the second
week of treatment in all three groups and completely diminished after the fourth
week among all the test subjects (100%). No objective and subjective side effects
were found among the three treatment groups.
Conclusion: The efectiveness of moisturizing cream containing 1% CAEENPK is
not higher when compared to moisturizing cream containing 1% CAEE or
moisturizing cream base. It is also as safe in treating dry skin of geriatric
population;;ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Xerosis atau kulit kering merupakan masalah
kesehatan yang sering dijumpai pada usia lanjut. Prevalensi xerosis pada usia
lanjut berkisar antar 30 ? 58%. Salah satu faktor yang dijumpai pada kulit kering
adalah penurunan ekspresi aquaporin-3 (AQP3). Bahan herbal pegagan atau
Centella asiatica ekstrak etanol dalam nanopartikel kitosan (CAEENPK) secara in
vitro diketahui dapat meningkatkan ekspresi AQP3 pada keratinosit yang berperan
dalam hidrasi kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas dan
keamanan krim pelembap yang mengandung Centella asiatica ekstrak etanol
dalam nanopartikel kitosan 1%, Centella asiatica ekstrak etanol (CAEE) 1%, dan
krim pelembap dasar pada populasi geriatri dengan kulit kering.
Metode: Penelitian uji klinis acak tersamar buta ganda dilakukan pada 43 orang
penghuni panti werdha di Jakarta. Evaluasi skin capacitance (SCap), specified
symptom sum score (SRRC), derajat gatal, dan efek samping dilakukan pada awal
terapi, minggu kedua, dan keempat. Setelah prakondisi selama satu minggu, setiap
subjek penelitian mendapatkan tiga pelembap yang berbeda secara acak pada tiga
lokasi di tungkai bawah.Hasil: Tidak didapatkan peningkatan nilai SCap yang berbeda bermakna antara
ketiga kelompok pengobatan. Penurunan nilai SRRC setelah empat minggu tidak
berbeda bermakna antara ketiga kelompok perlakuan. Derajat gatal pada minggu
kedua menurun pada ketiga kelompok, hingga menjadi tidak gatal pada seluruh
SP (100%) setelah minggu keempat. Tidak ditemukan efek samping subjektif dan
objektif pada ketiga kelompok perlakuan.
Kesimpulan: Efektivitas krim pelembap yang mengandung CAEENPK 1% tidak
lebih tinggi dibandingkan dengan krim pelembap yang mengandung CAEE 1%
atau krim pelembap dasar, serta memiliki keamanan yang sama dalam mengatasi
kekeringan kulit pada populasi geriatri.
Kata kunci: Centella asiatica, nanopartikel, aquaporin-3, hidrasi kulit, geriatri

ABSTRACT
Background and objectives: Xerosis or dry skin is a common health issue found
in the elderly. The prevalence rate of xerosis in the elderly ranges between 30 -
58%. One of the factors found on dry skin is decreased expression of aquaporin-3
(AQP3). The herbal plant Centella asiatica ethanol extract in chitosan
nanoparticle (CAEENPK) has been found to increase the expression of AQP3 on
keratinocytes in vitro which plays a role in skin hydration. This study aims to
compare the effectiveness and safety of moisturizing cream containing 1%
Centella asiatica ehanol extract in chitosan nanoparticle, 1% Centella asiatica
ethanol extract (CAEE), and moisturizing cream base in geriatric population with
dry skin.
Methods: A double-blind randomized controlled trial was conducted on 43
residents of a nursing home in Jakarta. The evaluation of skin capacitance (SCap),
specified symptom sum score (SRRC), pruritic degree, and side effects were
measured at baseline, week-2, and week-4 after therapy. After a week of
preconditioning, each test subject received three different randomized
moisturizing creams to be applied on three separate locations on the lower limbs.Results: There was no significant increase in SCap value among the three
treatment groups. The decrease in SRRC value after four weeks did not differ
among the three treatment groups. The pruritic degree decreased at the second
week of treatment in all three groups and completely diminished after the fourth
week among all the test subjects (100%). No objective and subjective side effects
were found among the three treatment groups.
Conclusion: The efectiveness of moisturizing cream containing 1% CAEENPK is
not higher when compared to moisturizing cream containing 1% CAEE or
moisturizing cream base. It is also as safe in treating dry skin of geriatric
population.
Keywords: Centella asiatica, nanoparticle, aquaporin-3, skin hydration,geriatrics"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fifinela Raissa
"ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu bahan aktif untuk penyembuhan luka adalah ekstrak Centella asiatica. Nanoteknologi khususnya nanopartikel kitosan banyak digunakan untuk meningkatkan bioavailibilitas bahan aktif terkandung ke dalam kulit. Namun efektivitas Centella asiatica ekstrak etanol dalam nanopartikel kitosan terhadap penyembuhan luka bakar dermis superfisial belum diketahui. Tujuan: Mengetahui efektivitas krim CAEENPK dibandingkan dengan krim Centella asiatica ekstrak etanol CAEE , SSD dan dengan kontrol terhadap luka bakar dermis superfisial pada tikus Sprague Dawley. Metode: Sebanyak 20 tikus jantan Sprague-Dawley dibagi menjadi 4 kelompok. Setelah dianestesi, diberi perlakuan 4 buah luka bakar pada punggung tiap tikus dan diberikan perlakuan CAEENPK, CAEE, SSD, dan kontrol . Tiap kelompok tikus dikorbankan pada hari berbeda yakni hari ke-3, 7, 14, dan 21. Dilakukan penilaian makroskopis luas luka , dan mikroskopis rasio dan jarak reepitelialisasi, wound contraction index, luas area luka, dan angiogenesis . Hasil: Tidak didapatkan perbedaan luas luka yang bermakna antarperlakuan pada hari ke-0, 3, 7, 14, dan 21. Namun perlakuan dengan ketiga bahan aktif CAEENPK, CAEE, dan SSD menunjukkan penurunan luas luka makroskopis lebih awal dibandingkan dengan kontrol pada hari ke-3. Secara mikroskopik, tidak didapatkan perbedaan bermakna pada rasio dan jarak reepitelialisasi, wound contraction index, luas area luka, dan angiogenesis. Namun perlakuan dengan CAEENPK menunjukkan luas area luka terkecil pada hari ke-3 dan menunjukkan angiogenesis tertinggi pada hari ke-21. Simpulan: Efektivitas krim yang mengandung CAEENPK terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan krim yang mengandung CAEE, SSD, dan kontrol. Perlakuan dengan ketiga bahan aktif CAEENPK, CAEE, dan SSD menunjukkan penurunan luas luka makroskopis lebih awal dibandingkan dengan kontrol pada hari ke-3. Secara mikroskopis, perlakuan dengan CAEENPK menunjukkan luas area luka terkecil pada hari ke-3 dan menunjukkan angiogenesis tertinggi pada hari ke-21.

ABSTRACT
Background Centella asiatica extract is known to promote wound healing. Nowadays nanotechnology, especially nanoparticle is used to increase bioavailability of active ingredients into the skin, one of which is chitosan nanoparticle. However, effectiveness of Centella asiatica ethanol extract in chitosan nanoparticle CAEECN towards superficial dermal burn healing is not fully understood. Objective To determine effectiveness of CAEECN cream compared to Centella asiatica ethanol extract CAEE cream, silver sulfadiazine SSD cream and control in superficial dermis burn healing in Sprague Dawley rats. Methods A total of 20 male Sprague Dawley rats were divided into 4 groups. After anesthetizing, 4 superficial dermis burns were made on the back of each rat and was given 4 treatments CAEECN, CAEE, SSD, and control afterwards. Those group were sacrificed on day 3rd, 7th, 14th, and 21st post burn induction. Several evaluations were macroscopic wound size , and microscopic parameters reepithelialization ratio and distance, wound contraction index, wound size, and angiogenesis . Results There were no significant difference of wound size between treatments on day 0, 3, 7, 14, and 21. But three active agents CAEECN, CAEE, and SSD treated group showed early decrease of wound size compare to control group on day 3. Microscopically, there were no significant differences in reepithelialization ratio and distance, wound contraction index, wound size, angiogenesis. Nevertheless CAEECN treated group showed the smallest wound size on day 3 and highest angiogenesis on day 21. Conclusion Effectiveness of CAEECN in burn wound healing in rats showed no significant diference compared to CAEE, SSD, and control. But in three active agents CAEECN, CAEE, and SSD treated group, showed early decrease of wound size compare to control group on day 3. Microscopically, CAEECN treated group showed the smallest wound size on day 3 and highest angiogenesis on day 21."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>