Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190461 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiky Fhalyang Razaki
"Pada tahun 2018, menurut data Riskesdas konsumsi minuman beralkohol ilegal di Indonesia mendominasi dengan angka signifikan mencapai 66,2% dari total konsumsi alkohol nasional. Kebijakan cukai telah diidentifikasi sebagai alat efektif dalam mengendalikan konsumsi dan mendukung pengendalian kesehatan masyarakat. Metode yang digunakan adalah literature review dengan menggunakan online database seperti PubMed, ScienceDirect, Springer Link, Scopus, dan Google Scholar yang menghasilkan 14 artikel terinklusi yakni artikel yang terbit sepuluh tahun terakhir (2014-2024). Hasil studi terinklusi dari 14 artikel menjelaskan bahwa kebijakan cukai yang dirancang dengan baik, disertai dengan pengawasan distribusi yang kuat, dapat secara signifikan menurunkan angka konsumsi alkohol ilegal sekaligus meningkatkan pendapatan negara. Selain itu, edukasi publik mengenai risiko kesehatan konsumsi alkohol ilegal terbukti menjadi faktor kunci dalam keberhasilan kebijakan pengendalian. Negara yang telah mengimplementasikan kebijakan pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol ilegal menetapkan tarif cukai dengan menggunakan sistem cukai spesifik yang didasarkan pada volume atau kandungan etanol dalam produk, misalnya tarif per liter sesuai kategori alkohol, serta cukai ad valorem pada persentase harga produk, cocok untuk negara berkembang dengan inflasi tinggi karena melindungi basis pajak dari efek inflasi. Analisis pada pembahasan menunjukkan bahwa cukai yang terlalu tinggi dapat menciptakan efek substitusi terhadap produk ilegal. Implikasi dari kebijakan cukai di bidang kesehatan dapat menyebabkan penurunan konsumsi minuman beralkohol ilegal karena kenaikan harga barang yang menyebabkan konsumen memilih untuk beralih ke minuman yang lebih sehat, menyebabkan penurunan prevalensi penyakit tidak menular seperti kardiovaskular dan kanker, serta penghematan biaya perawatan kesehatan akibat penyakit tersebut. Sedangkan di bidang sosial ekonomi, dapat menambah penerimaan negara, serta menurunkan kriminalitas.

In 2018, according to Riskesdas data, the consumption of illegal alcoholic beverages in Indonesia dominated with a significant figure, reaching 66.2% of the total national alcohol consumption. Excise policies have been identified as an effective tool for controlling consumption and supporting public health management. This study utilizes a literature review method by sourcing data from online databases such as PubMed, ScienceDirect, Springer Link, Scopus, and Google Scholar. Fourteen articles published in the last ten years (2014–2024) were included. The results from the 14 included studies indicate that welldesigned excise policies, accompanied by strong distribution monitoring, can significantly reduce illegal alcohol consumption while simultaneously increasing state revenue. Additionally, public education on the health risks of consuming illegal alcohol has proven to be a key factor in the success of control policies. Countries that have implemented monitoring and control policies for illegal alcoholic beverages have adopted excise rates using specific excise systems based on the volume or ethanol content in the product (e.g., rates per liter according to alcohol category) and ad valorem excise taxes based on the product's price percentage. This is particularly suitable for developing countries with high inflation as it protects the tax base from inflationary effects. The analysis in the discussion suggests that excessively high excise rates can lead to substitution effects toward illegal products. The implications of excise policies in the health sector include a reduction in illegal alcohol consumption due to increased product prices, encouraging consumers to switch to healthier beverages. This leads to a decreased prevalence of non-communicable diseases such as cardiovascular diseases and cancer, as well as cost savings in healthcare expenditures for treating such illnesses. In the socio-economic sector, excise policies contribute to increasing state revenue and reducing crime rates. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roissiana Khotami
"

Diabetes merupakan penyakit menahun berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah. Prevalensi diabetes di dunia mencapai 537 juta orang dan diproyeksikan terus meningkat setiap tahunnya. Indonesia menempati peringkat ke-7 diantara 10 negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak. Konsumsi gula yang tinggi pada minuman berpemanis mampu meningkatkan risiko untuk terjadinya penyakit sindrom metabolik, termasuk diabetes mellitus tipe 2. Minuman berpemanis memiliki eksternalitas negatif, maka dari itu perlu diterapkan cukai pada minuman tersebut untuk mengurangi konsumsinya. WHO telah merekomendasikan untuk menerapkan cukai pada minuman berpemanis. Lebih dari 40 negara telah menerapkan kebijakan ini. Namun Indonesia belum menerapkan kebijakan cukai minuman berpemanis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi cukai minuman berpemanis di berbagai negara dan bagaimana implikasi dari kebijakan tersebut. Metode yang digunakan adalah literature review dengan menggunakan online database seperti PubMed, ScienceDirect, Springer Link dan Scopus yang menghasilkan 15 artikel terinklusi yakni artikel yang terbit sepuluh tahun terakhir (2013-2023). Hasil studi terinklusi dari 15 artikel menjelaskan bahwa negara yang telah mengimplementasikan cukai minuman berpemanis menetapkan tarif cukai dengan sistem cukai spesifik berdasarkan volume atau kadar gula serta ad valorem berdasarkan persentase harga produk. Implikasi dari kebijakan cukai minuman berpemanis di bidang kesehatan dapat menyebabkan penurunan konsumsi minuman berpemanis karena kenaikan harga barang yang menyebabkan konsumen memilih untuk beralih ke minuman yang lebih sehat, menyebabkan penurunan asupan energi, penurunan prevalensi penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskular, serta penghematan biaya perawatan kesehatan akibat penyakit tersebut. Sedangkan di bidang ekonomi, cukai minuman berpemanis dapat menambah penerimaan negara, tidak berdampak terhadap hilangnya pekerjaan dan menyebabkan resistensi industri terhadap kebijakan cukai minuman berpemanis.


Diabetes is a chronic metabolic disorder characterized by increased blood sugar levels. The prevalence of diabetes in the world reaches 537 million people and is projected to continue to increase each year. Indonesia ranks 7th among the 10 countries with the highest number of people with diabetes. High sugar consumption in sugar-sweetened beverages can increase the risk of metabolic syndrome diseases, including type 2 diabetes mellitus. Sweetened drinks have a negative externality, so it is necessary to apply a tax on sugar-sweetened beverages to reduce their consumption. The WHO has recommended a tax on sweetened beverages. More than 40 countries have implemented this policy. However, Indonesia has not implemented the tax on sugar-sweetened beverages. The aim of this study is to find out about the implementation of sugar-sweetened beverage taxes in different countries and the implications of such policies. The method used was a literature review using online databases such as PubMed, ScienceDirect, Springer Link, and Scopus, which produced 15 articles. (2013-2023). The results of the study included in 15 articles explained that countries that have implemented sweetened beverage taxes set tax rates with a specific tax system based on the volume or sugar rate and ad valorem based on a percentage of the product price. Implications of alcoholic beverage tax policies in the field of health may lead to a decrease in alcoholic beverage consumption due to rising commodity prices that cause consumers to choose to switch to healthier beverages, resulting in decreased energy intake, reduced prevalence of non-communicable diseases such as obesity, type 2 diabetes mellitus, and cardiovascular diseases, as well as savings in healthcare costs due to these diseases. In the economic sphere, heated beverage taxes can increase state receipts, do not affect job losses, and cause industry resistance to sugar-sweetened beverage tax policies.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sry Ayu Nashria
"Konsumsi alkohol berlebih yang menyebabkan mabuk dapat merugikan kesehatan dan mengarah pada kematian. Beberapa penelitian menunjukkan perspektif waktu Past-Negative, Present-Fatalistic, dan Future berpengaruh pada konsumsi alkohol, namun hasil yang kontradiktif masih ditemukan. Teori Transactional Model of Stress and Coping menjelaskan bahwa influencing factors berperan pada proses cognitive appraisal yang digunakan dalam menilai sebuah keadaan dan membuat keputusan mengenai pemilihan strategi coping. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengajukan hipotesis bahwa hubungan antara perspektif waktu dan tingkat konsumsi alkohol dimediasi oleh perceived stress. Sebanyak 307 partisipan berusia 18-22 tahun dan mengonsumsi alkohol terlibat dalam penelitian ini.
Berdasarkan analisis mediasi, hasil menunjukkan bahwa perceived stress tidak berperan sebagai mediator pada hubungan antara perspektif waktu Past-Negative dan Present-Fatalistic dengan konsumsi alkohol, namun berperan sebagai mediator pada hubungan antara perspektif waktu Future dengan konsumsi alkohol. Hal ini berarti tingkat konsumsi alkohol pada perspektif waktu Past-Negative dan Present-Fatalistic lebih disebabkan oleh perspektif waktu yang dimiliki, sedangkan pada karakteristik future konsumsi alkohol berlebih akan terjadi bila individu mengalami stres.

Being drunk after consuming a lot of alcohol may harm peoples health and even deaths. Several studies show that Past-Negative, Present-Fatalistic, and Future time perspectives are influencing alcohol consumption, but contradictory results are found. Transactional Model of Stress and Coping explains that cognitive process that being influenced by personal factors responsible for peoples choice of coping strategy. Based ont the theory, it is hypothesized that the relationship between time perspectives and alcohol consumption were mediated by perceived stress. As much as 307 participants age of 18-22 years old and consuming alcohol involved.
Based on mediation analysis, it shows that perceived stress is not a mediator in the relationship between Past-Negative and Present-Fatalistic with alcohol consumption, however perceived stress is a mediator in the relationship between Future and alcohol consumption. In summary, alcohol consumption int Past-Negative and Presnt-Fatalistic are caused by the domination in these time perspectives, meanwhile for Future, the alcohol consumption more likely to happen when the person experienced stress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Afdhal Muttaqin H.S.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setia Gunawan
"Film komposit sensitif kelembaban dari polivinil alkohol dan metal oksida yang dideposisikan pada substrat PCB dengan elektroda berstruktur interdigital dari film Cu yang dilapisi Ag telah berhasil dipreparasi. Film komposit ini dibuat dengan tujuan memodifikasi sifat sensitif kelembaban dari film PVA sehingga menjadi lebih baik. Metal oksida yang difungsikan sebagai modifikator adalah TiO2, Cr2O3, MnO2 dan MgO. Fabrikasi film PVA-MO menggunakan teknik dip-coating yang relatif sederhana. Bahan ammonium perokdisulfat (APS) digunakan sebagai insiator untuk crosslinking PVA. Sifat-sifat film komposit polivinil alkohol dan metal oksida diteliti melalui karakterisasi struktur dan listrik untuk berbagai konsentrasi MO yang digunakan.
Karakterisasi struktur menggunakan SEM, sedangkan karakterisasi listrik dilakukan dengan meneliti hubungan antara perubahan impedansi film komposit PVA-MO terhadap perubahan kelembaban relatif menggunakan RCL-meter. Keempat jenis film komposit PVA-MO yang diteliti menunjukkan sifat sensing yang baik. Sifat sensitif kelembaban film komposit PVA-MO ternyata dipengaruhi oleh frekuensi ukur dan massa modifikator. Frekuensi ukur 1 kHZ dan masa modifikator 1 gram menghasilkan sifat listrik dan sifat sensing yang baik untuk semua film komposit PVA-MO. Mekanisme sensing film komposit PVA-MO diduga merupakan gabungan dari sifat sensing PVA dan metal oksida. Sifat sensing PVA dimungkinkan karena sifatnya yang hidrofilik.
Gugus OH pada rantai molekul PVA dapat menangkap molekul air yang bipolar melalui ikatan hidrogen (ikatan van der Waals) dan membentuk lapisan-lapisan fisisorbsi yang memungkinkan ion-ion H+ hopping melalui lapisan-lapisan tersebut. Sifat sensing metal oksida dilandasi kemampuannya melakukan chemisorbsi dan fisisorbsi yang memungkinkan terjadinya mobilitas ion-ion H+ pada lapisan fisisorbsi kedua dan seterusnya seperti mekanisme pada PVA. Penyimpangan reproduksibilitas fabrikasi film komposit PVA-MO kurang dari 1 orde dihitung pada kelembaban 75% RH. Stabilitasnya diuji dalam rentang waktu 90 hari dengan penyimpangan kurang dari 1 orde."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismadi
"Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis dan karakterisasi material komposit berbasis polyvinyl alcohol (PVA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi cross linker glutaral dehyde (GA) dan penambahan serat karbon terhadap sifat mekanik dan konduktivitas listrik komposit berbasis PVA dan potensinya untuk digunakan sebagai material shape memory polymer (SMPs). Konsentrasi GA yang digunakan adalah 0 dan 3% fraksi berat, sedangkan variasi konsentrasi serat karbon adalah 0, 2, 4, dan 6% fraksi berat. Sintesis film PVA dilakukan dengan cara melarutkan padatan PVA di dalam air pada suhu 80°C selama 6 jam dengan konsentrasi 8% dari berat air, dilanjutkan dengan pendinginan selama 12 jam. Selanjutnya ditambahkan GA dan serat karbon. Komposit diuji tarik dengan universal testing machine untuk mengetahui sifat mekaniknya, dilanjutkan dengan karakterisasi spektrum inframerah (FTIR), difraksi sinar X (XRD), analisis morfologi dengan SEM, karakterisasi termal (TGA), konduktivitas listrik dan uji shape recovery material. Dari hasil pengujian mekanik diketahui bahwa nilai kekuatan tarik menunjukkan peningkatan sebesar 16.9% dari 27.63 menjadi 32.3 N/mm2 dengan penambahan GA dari 0 ke 3%. Nilai kekuatan tarik optimal didapatkan pada penambahan serat karbon sebesar 2% yaitu 34.08 N/mm2 pada konsentrasi GA 0% dan 36.74 N/mm2 pada konsentrasi GA 3%. Dari spektrum inframerah terlihat adanya jembatan asetil sebagai akibat penambahan GA 3% yang menyebabkan peningkatan kekuatan ikatan kimia. Ukuran kristalit mengalami kenaikan dengan adanya penambahan GA 3% dan cenderung mengalami penurunan dengan adanya penambahan serat karbon yang terlihat pada hasil difraksi XRD. Analisis SEM menunjukkan tipe patahan getas pada penampang PVA dengan GA 3% dan fenomena fiber pull out pada penambahan serat karbon. Penambahan GA sebesar 3% menaikkan nilai konduktivitas listrik hingga 13.91%, dari 2.3 x 10-8 menjadi 2.62 x 10-8 S/cm, sementara penambahan serat karbon sebesar 2% menaikkan nilai konduktivitas listrik hingga 14000 dan 15900 kali pada kadar GA 0 dan 3%, yaitu sebesar 3.39 x 10-4 dan 4.18 x 10-4 S/cm. Secara umum, penambahan cross linker dan serat karbon mampu menaikkan nilai kekuatan tarik dan konduktivitas listrik secara signifikan pada material komposit berbasis PVA. Dari hasil uji shape recovery material terlihat bahwa nilai shape recovery komposit PVA dengan GA 3% bernilai di atas 80% menjadikannya berpotensi digunakan untuk aplikasi material SMPs.

Fabrication and characterization of polyvinyl alcohol (PVA) based composite has been done in this research to investigate the influence of concentration of cross linker glutaral dehyde (GA) and the addition of carbon fiber toward mechanical properties and electrical conductivity of PVA based composite, and also its potential as shape memory polymer (SMPs) material. The concentration of GA used was 0 and 3% of weight fraction, while variation of carbon fiber concentration was 0, 2, 4, and 6% of weight fraction. Fabrication of PVA film was done by dissolving PVA bulk into 80oC water for 6 hours with 8% concentration of w/w, continued with chilling for 12 hours and addition of GA and carbon fiber. Tensile test for the composite was done with universal testing machine to investigate the mechanical properties, continued with infrared spectrum (FTIR) characterization, X-ray diffraction (XRD), morphology analysis with SEM, thermal characterization (TGA), electrical conductivity and shape recovery measurement. From the mechanical testing, the tensile strength showed an increase of 16.9% from 27.63 to 32.3 N/mm2 with addition of GA from 0 to 3%. The optimal value of tensile strength was obtained with addition of carbon fiber of 2%, from 34.08 N/mm2 in GA concentration of 0% to 36.74 N/mm2 in GA concentration of 3%. The infrared spectrum showed an acetyl bridge as the result of addition of 3% GA which caused increasing in the strength of chemical bond. Crystallite size increased with addition of 3% GA and tended to decrease with the addition of carbon fiber which was showed in the XRD. SEM analysis showed brittle failure in the PVA morphology with 3% GA and a phenomenon of fiber pull out in the addition of carbon fiber. Addition of 3% GA increased the electrical conductivity of 13.91% from 2.3 x 10-8 to 2.62 x 10-8 S/cm, while addition of 2% carbon fiber increased electrical conductivity of 14000 and 15900 times at GA concentration of 0 and 3%, which were 3.39x10-4 and 4.18x10-4 S/cm. Generally, the addition of cross linker glutaral dehyde and carbon fiber reinforcement can enhance significantly the tensile strength and electrical conductivity of the PVA based composite. From shape recovery measurement, the shape recovery value of PVA composite with 3% GA is over 80%, thus it has the potential in application of SMPs material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezhi Ramadhia Putra
"Kebutuhan manusia akan minyak bumi sekarang semakin besar. Karena itu diperlukan sumber energi lain sebagai alternatif, salah satunya adalah etanol. Peneliti-peneliti sebelumnya kebanyakan menggunakan bahan dari minyak sawit untuk memproduksi hidrokarbon, sedangkan pada penelitian ini digunakan etanol. Etanol merupakan senyawa dengan gugus oksigen dan dalam hal ini serupa dengan methanol. Reaksi dilakukan pada reaktor fixed bed pada kondisi atmosferik selama kurang lebih 3 jam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi 15% HZSM-5 pada suhu reaksi 450 °C merupakan kondisi optimum untuk mencapai angka oktan tertinggi yaitu 109.6, dimana pada kondisi ini terdapat sejumlah isoparafin, dan senyawa aromatis yang cukup besar.

Human needs of crude oil is getting bigger nowadays. Hence, we need a new source of energy, and one of them is ethanol. Previous research mostly used palm oil as the material to produce hydrocarbon, as for this research ethanol were used instead. The reaction was carried out on fixed bed reactor for more or less 3 hours.
This research concludes that the optimum condition to reach the higher octane number is 15% HZSM-5 with reaction temperature at 450 °C (RON 109.6). Quite large number of aromatic was found in this product along with a few isoparaffin compound.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43715
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pranata Jaya
"Organoclay adalah lempung yang disintesis dengan bahan organik ODTMABr tanpa mengubah struktur kimianya. Pergeseran puncak (001) difaktogram menunjukkan bahwa ODTMABr berhasil masuk ke dalam lapisan lempung. Basal spacing pada organoclay lebih besar dibandingkan dengan basal spacing bentonit. Uji FTIR menunjukkan bahwa organoclay Tapanuli (OCT-C18) terinterkalasi oleh surfaktan ODTMABr. Sintesis antara Polyvinyl Alcohol (PVA) dan OCT dalam jumlah sedikit yaitu PVA/OCT-C18 5% atau kurang menghasilkan nanokomposit berstruktur eksfoliasi. Penambahan OCT-C18 memberi peningkatan kekuatan mekanik dan modulus elastisitas PVA/OCT-C18, tetapi memberi penurunan regangan pada PVA/OCT-C18 7%. Hasil SEM pada permukaan patahan menunjukkan peningkatan kekuatan mekanik dan teramatinya peningkatan kekasaran permukaan patahan. Banyak dan besar rongga pada PVA/OCT-C18 mempengaruhi kekuatan mekanik PVA/OCT-C18.

Organoclay was synthesized using ODTMABr surfactant without changing its chemical structure. The diffractogram showed that the (001) peak shifted and this indicated that the organoclay layers were intercalacted. The basal spacing of organoclay which was higher than of bentonite. The FTIR results indicated the ODTMABr surfactant intercalated the clay layers. Synthesis of Polyvinyl Alcohol (PVA) and small amounts of OCT-C18 less than 5% wt, produced exfoliated nanocomposite structure. The addition of OCT-C18 improved mechanical strength and modulus of elasticity, but it decreased the value of strain of PVA/OCT-C18 composites. SEM observation results on the fracture surface showed that the enchanted of mechanical strength of PVA/OCT-C18 followed by the roughness of fracture surface. The number of voids or cavities on PVA/OCTC18 affected the mechanical strength of PVA/OCT-C18."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri
"ABSTRAK
Cocopeat serat kelapa dan sampah daun kering biasanya tidak mempunyai nilai jual. Kandungan dari kedua biomassa seperti lignin, selulosa, hemiselulosa dan kandungan bisa dimanfaatkan menjadi etanol dengan bantuan bakteri Zymomonas mobilis untuk proses fermentasi dan selulosa untuk proses hidrolisis. Proses produksi etanol melalui tiga tahap yaitu delignifikas, hidrolisis, dan fermentasi. Pengukuran absorbansi dilakukan untuk melihat pertumbuhan bakteri Zymomonas mobilis dan selulosa. Absorbansi tertinggi Zymomonas mobilis pada hari ke 4 yaitu 2.336 dan selulosa pada hari ke 3 sebesar 0.217. Absorbansi yang tinggi menghasilkan kecepatan produksi alkohol yang maksimum. Kadar alkohol yang paling tinggi pada biomassa 15 gram Cocopeat adalah 0.3701 dan sampah daun kering sebesar 0.2957.

ABSTRACT
Cocopeat coconut fiber and dry leaf litter usually do not have marketable value . The content of the biomass such as lignin, cellulose, hemicellulose, and the content can be utilized to ethanol by Zymomonas mobilis bacteria for fermentation and hydrolysis of cellulose to process. The ethanol production process through three stages delignification, hydrolysis, and fermentation. Absorbance measurement was conducted to see the growth of bacteria Zymomonas mobilis and cellulose. The highest absorbance Zymomonas mobilis on day 4, namely 2.336 and cellulose on day 3 of 0.217. High absorbance generate maximum speed of alcohol production. The most high alcohol have 15 gram content to Cocopeat is 0.3701 and the dry leaf litter at 0.2957 ."
2016
S70145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>