Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218407 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akmal Fauzan Ul-Haq
"K-Pop merupakan salah satu budaya populer yang berkembang pesat pada keseharian masyarakat modern dan memiliki strategi untuk terus mempopulerkannya dengan berbagai medium, salah satunya adalah video musik. Film merupakan medium yang mampu mengkomunikasikan arsitektur secara lebih detail dengan karakternya yang dinamis, bentuk lebih kompleks dari foto. Di sisi lain, K-Pop memiliki kesamaan karakter dengan postmodernisme, yaitu memiliki upaya untuk membangkitkan identitas. Maka dari itu, video musik K-Pop memiliki kemampuan untuk merepresentasikan karakter arsitektur postmodern yang disimulasikan, sesuai dengan teori simulakra dan simulasi oleh Baudrillard. Relevansi terhadap representasi yang berkembang di masyarakat ini didukung oleh teori modernitas cair dan dromosphere yang menelusuri bagaimana sifat masyarakat modern yang dipengaruhi oleh kecepatan dan fleksibilitas. Maka dari itu, skripsi ini akan menelusuri bagaimana video musik K-Pop dapat menyimulasikan arsitektur ruang pada konteks masyarakat modern serta relevansinya terhadap arsitektur postmodern.

K-Pop is a popular culture that is growing rapidly in the daily lives of modern society and has a strategy to continue to popularize it through various media, one of which is music videos. Film is a medium that is able to communicate architecture in more detail with its dynamic character, more complex forms than photographs. On the other hand, K-Pop has similar characteristics to postmodernism, namely that it attempts to revive identity. Therefore, K-Pop music videos have the ability to represent the character of simulated postmodern architecture, in accordance with Baudrillard's theory of simulacra and simulation. This relevance to the representation developing in society is supported by the theory of liquid modernity and the dromosphere which explores how the nature of modern society is influenced by speed and flexibility. Therefore, this thesis will explore how K-Pop music videos can store spatial architecture in the context of modern society and its relevance to postmodern architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjut Arasya Nadhifa
"Arsitektur Postmodern mengkritik Arsitektur Modern dengan memasukkan unsur-unsur tradisional dan gaya sejarah dengan pendekatan kontemporer, mendorong apresiasi terhadap tradisi arsitektur dengan menciptakan interaksi dinamis antara masa lalu dan sekarang. Arsitektur Postmodern menolak narasi besar yang mengklaim memberikan pendekatan tunggal, universal untuk arsitektur, alih-alih pendekatan yang menghargai inklusi dan variabilitas. Campuran gaya elektik dan referensi historis mendorong pendekatan desain multi-faceted yang mencakup kompleksitas dan kontradiksi untuk mendapatkan makna yang lebih dalam dan keterlibatan dengan audiens. Abstrak ini mengeksplorasi bagaimana Arsitektur Postmodern mengilustrasikan hubungan yang kompleks antara arsitektur postmodern dan tradisi dengan memeriksa dua arsitek postmodern: pendekatan desain Robert Venturi dan James Stirling. Skripsi ini mengeksplorasi bagaimana hubungan Arsitektur Postmodern dengan tradisi terlihat dalam karya dua arsitek terkenal, Vanna Venturi House karya Robert Venturi dan Neue Staatsgalerie karya James Stirling. Skripsi ini didasarkan pada ulasan penilaian kritis terhadap karya-karya arsitek tersebut, dan pernyataan dari berbagai teoretik untuk memahami hubungan Arsitektur Postmodern dengan tradisi, dilihat sebagai reaksi atau tanggapan.

Postmodern Architecture critiques Modern Architecture by blending traditional elements and historical styles with contemporary approaches, fostering an appreciation for architectural tradition while creating a dynamic interplay between past and present. It rejects grand narratives that claim to provide a single, universal approach to architecture, instead an approach that values inclusion and variability. The eclectic mix of styles and historical references encourages a multifaceted design approach that includes complexity and contradiction to gain deeper significance and engagement with the audience. This abstract explores into how Postmodern Architecture exemplifies the complex relationship between Postmodern Architecture and tradition by examining two Postmodern architects: Robert Venturi and James Stirling’s design approach. This undergraduate thesis examines how Postmodern Architecture's relationship with tradition is evident in the works of two renowned architects, Robert Venturi's Vanna Venturi House and James Stirling's Neue Staatsgalerie. This writing is based on a review of critical assessments, the architects' own works, and statements from various theorists to understand whether Postmodern Architecture's relationship with tradition, viewed as a reaction or a response."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Rostitaputri
"Tesis ini membahas konstruksi pesan politik melalui video musik, yaitu video speech composing bertema Pilpres 2014 dalam YouTube. Dipilih tiga video yang dipublikasikan pada masa kampanye Pilpres 2014, sehingga ketiganya menampilkan kedua pasangan Capres-Cawapres, yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, beserta tokoh politik, dan public figure lainnya. Semiotika Roland Barthes digunakan sebagai teori dan metode penelitian.
Hasil penelitan ini ditemukan bahwa tanda-tanda digunakan untuk mengonstruksi pesan politik berdasarkan tayangan yang bermuatan politik di televisi, dipadukan dengan pengetahuan dan keinginan subjektif dari kreatornya. Dengan menyertakan unsur parodi, pesan politik dalam ketiga video tersebut berusaha menggugah kesadaran masyarakat tentang karakteristik pemerintahan yang semestinya, ketertiban menjalani demokrasi di Indonesia, menggunakan hak suaranya, dan menjaga kondisi yang kondusif, tenang, rukun, dan harmonis pada masa Pilpres 2014.

This thesis discusses construction of political message through music video, that is speech composing video with Presidential Elections 2014 theme in YouTube. These three chosen videos was published during Presidential Elections 2014 campaign, that showed the two pairs of candidate, Prabowo-Hatta and jokowi-JK, along with other politicans and public figures. Roland Barthes Semiotics used as theory and research methods.
The result of this study showed that signs is used to construct political message based on political programs in television, combined with the knowledge and subjectivity of its creator. Enclosing the element of parody, the political message on these videos tried to arouse the public awareness about the ideal government and undergoing the democracy in Indonesia with impeccable, using the voting rights, and keep the peace, condusive, and harmonious condition during the Presidential Elections 2014.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudyanto Soesilo
"Arsitektur Postmodern yang mulai berkembang pada tahun 1970an, merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari Fenomena Postmodern sebagai pergerakan budaya pada akhir abad XX. Setelah Postmodernisme berkembang di dunia sastra, maka perkembangan ini menjalar ke sektor-sektor lain terutama ke sektor postmodern 'par-excellence", yaitu arsitektur. Pada tahun 1975, seorang sejarawan dan teoritikus Amerika. Charles Jencks dalam bukunya The Language of Post Modern Architecture telah mengalihkan istilah Postmodern dari sastra ke arsitektur. Sampai sekarang arsitektur merupakan bidang yang menonjol dalam wacana mengenai modernitas dan postmodernitas, sehingga tak dapat dipungkiri, bahwa arsitektur mempunyai peran yang penting dalam pergerakan Postmodern sebagai fenomena abad XX.
Di antara tahun 1960-an dan 70-an Postmodernism menyebarkan pengaruhnya pada seni dan arsitektur. Hal itu telah dimulai sejak tahun 1961 oleh buku yang spektakuler yang ditulis oleh Jane Jacobs The Death and Life of American Cities yang menjelaskan tentang pengaruh modernisme dan politik welfare state yang menciptakan kantong-kantong perumahan untuk kaum miskin, kebijaksanaan yang anti urban dan anti human yang pola-pola gridnya telah memotong mekanisme sosial dari pola urban neighbourhood yang telah secara tradisional hidup dalarn masyarakat.
Tahun 1966 Robert Venturi, seorang arsitek, kritikus dan teoritikus arsitektur meluncurkan buku Complexity and Contradiction in Architecture yang menekankan bahwa komunikasi arsitektural membutuhkan kompleksitas bukan simplisitas dan bahkan membutuhkan kontradiksi. Slogan dari kaum modernis "less is more" akan menjurus pada "less is a bore". Pendekatan gaya modernis dan pendekatan sosial yang uniform, teknokratik, dan solusi top down telah ditinggalkan.
Istilah postmodern kemudian dipakai secara menyebar sejak tahun 1970-an. Pada tahun 1975 Charles Jencks menggunakannya dalam arsitektur. Pada akhir tahun 1970-an tiga buah buku menegaskan Postmodernisme sebagai sebuah pergerakan : The Language of Post-Modern Architecture (1977) oleh Charles Jencks, La Condition Postinoderne : rapport sur le savoir (1979) oleh Jean-Francois Lyotard dan Philosophy and the Mirror of Nature (1979) oleh Richard Rorty.
Walaupun sulit untuk merumuskan arti postmodemisme, bukan saja banyaknya hal-hal yang dilabeli postmodernisme tetapi karena para postmodemis sendiri menyangkal bahwa mereka mempunyai doktrin dan teori tertentu. Tetapi walau bagaimanapun harus dilakukan suatu pemahaman yang kurang lebih dapat dicatat, sbb : Adanya tema-tema besar ataupun ide yang muncul dalam karya-karya post-modernisme, adanya berbagai klaim para postmodemis dan adanya isu-isu yang membagi postmodernisme.
Arsitektur Post-Modern kemudian berkembang pesat dengan beberapa doktrin-doktrinnya, di antaranya dikenal : Historicism, Straight-revivalism, Neo-vernacular, Adhocism Urbanist, Metaphor Metaphysical, Post-modern space Masing-masing mempunyai ciri fisik arsitektural tersendiri dan secara keseluruhan mengandung makna pluralistis serta mengindahkan masa lalu.
Arsitektur sering disebut sebagai Applied Art salah satu cabang seni-guna. Sesuai perkembangannya sebagai applied-art, karena harus bisa digunakan, Arsitektur harus ditopang oleh teknologi (building-engineering) dan fisibilitas ekonomi. Dalam perkembangan terakhir, Arsitektur didekati dari berbagai cabang ilmu, misalnya: ilmu-ilmu perilaku (behavioural sciences) seperti: Psikologi, Sosiologi dan Antropologi, di?."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
D489
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Guntur Farhan
"Penelitian ini mengkaji kode kultural di musik video `This Land` dan kaitannya dengan sejarah diskriminasi, penindasan, dan kekerasan rasial di Amerika menggunakan teori semiotika Roland Barthes dan representasi Stuart Hall. Menggunakan kedua teori tersebut, penelitian ini menemukan bahwa video musik “This Land” menguak akar settler colonialism dalam ideologi supremasi kulit putih yang melegitimasikan sistem penindasan terhadap orang kulit hitam dan orang kulit berwarna. Dengan demikian, video musik ini merepresentasikan isu rasisme kontemporer sebagai sebuah sistem yang bertahan sepanjang sejarah dan tetap direpresentasikan melalui simbol-simbol. Terakhir, penelitian ini menemukan bahwa `This Land` mendekonstruksi ideologi supremasi kulit putih dan wacana rasisme yang diwakilkan melalui simbol-simbol tersebut.

This study examines the cultural codes linked to the history of racial discrimination, oppression, and violence in America in the music video of `This Land`, by applying Barthes` classification of codes and Hall`s theory of representation. The music video foregrounds American settler colonial roots of white supremacy ideology that legitimizes a system of oppression towards black people and colored people alike. As such, the music video represents racial issue in contemporary America as a system that persists throughout the history, and remains represented through symbols. Lastly, this study finds that “This Land” deconstructs and subverts the ideology of white supremacy and discourse of racism embodied in the symbols."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Manuputty, Fionila Aliandra
"Grup K-Pop semakin menarik perhatian dunia dan berhasil memperoleh berbagai pencapaian internasional. Di balik kesuksesannya, industri ini membutuhkan penerapan strategi pemasaran yang tepat dan efektif, salah satunya marketing mix. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi marketing mix 7Ps yang digunakan dalam perilisan dan penjualan album studio K-Pop melalui media sosial. Studi ini difokuskan pada pada album studio Born Pink oleh grup K-Pop BlackPink. Melalui pendekatan studi kasus, penelitian ini menyelidiki penggunaan elemen-elemen marketing mix 7Ps (product, price, place, promotion, people, process, physical evidence) untuk mempromosikan dan memasarkan album studio Born Pink melalui postingan di Instagram dan YouTube BlackPink. Data dikumpulkan untuk mendukung efektivitas analisis melalui tinjauan literatur dan observasi. Hasil analisis memberikan wawasan tentang strategi marketing mix 7Ps dalam industri K-Pop dan menunjukkan bahwa BlackPink memaksimalkan elemen promosi dalam pemasaran album studio Born Pink.

The K-Pop group has been gaining global attention and achieving various international accomplishments. Behind its success, this industry requires proper and effective marketing strategies, one of which is the marketing mix. This research aims to analyze the 7Ps marketing mix strategies used in the release and sales of K-Pop studio albums through social media. The study focuses on the Born Pink studio album by the K-Pop group BlackPink. Through a case study approach, this research investigates the utilization of the 7Ps marketing mix elements (product, price, place, promotion, people, process, physical evidence) to promote and market the Born Pink studio album through Instagram and YouTube posts by BlackPink. Data was collected to support the effectiveness of the analysis through literature review and observation. The analysis results provide insights into the 7Ps marketing mix strategies in the K-Pop industry and demonstrate that BlackPink maximizes the promotion element in the marketing of Born Pink studio album.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Chintya Hanindhitakirana Wirawan
"J-pop dan K-pop merupakan dua budaya populer yang berkembang di era globalisasi. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis dinamika perkembangan J-pop dan K-pop di Jepang dan Korea Selatan di era globalisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis J-pop yang dapat menjadi inspirasi bagi Korea Selatan dalam membangun K-pop, menganalisis K-pop yang dapat menyaingi kepopuleran J-pop sebagai pendahulunya di tengah globalisasi, serta menganalisis upaya yang dilakukan pelaku industri musik J-pop dalam menyikapi pesatnya perkembangan industri musik K-pop di tengah globalisasi. Studi ini menggunakan teori globalisasi yang diungkapkan oleh Giddens (1990) dengan konsep modernitas refleksif. Studi ini menggunakan data kualitatif yang diperoleh melalui sumber-sumber dari buku, jurnal, dan artikel dalam situs web. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam rentang waktu 1990 hingga 2022, J-pop dan K-pop saling menginspirasi untuk terus berkembang dan menciptakan konten yang menarik bagi penggemar mereka. Interaksi antara kedua budaya populer ini menciptakan hubungan saling menguntungkan antars Jepang dan Korea Selatan.

J-pop and K-pop are two popular cultures that developed in the globalization era. In this research, the author analyzes the dynamics of the development of J-pop and K-pop in Japan and South Korea in the globalization era. The purpose of this study is to analyze J-pop that can be an inspiration to South Korea in establishing K-pop, analyze K-pop that can challenge the popularity of J-pop as its predecessor in the midst of globalization, and analyze the efforts made by J-pop music industry players in responding to the rapid development of the K-pop music industry in the midst of globalization. This study uses the globalization theory expressed by Giddens (1990) using the concept of reflexive modernity. This study uses qualitative data obtained through sources from books, journals, and articles on websites. The results of this study show that from 1990 to 2022, J-pop and K-pop inspired each other to grow and create engaging content for their fans. The interaction between these two popular cultures created a mutually beneficial relationship between Japan and South Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Arindya Laksmidewi Marghaputra
"Pandemi Covid-19 yang memaksa kita untuk menjaga jarak menjadi tantangan bagi industri hiburan musik. Konser tur antar negara, temu penggemar dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh brand industri musik untuk membentuk pengalaman audiens terpaksa harus ditiadakan. Dalam menghadapi kondisi ini, para pemasar industri hiburan musik memanfaatkan teknologi dan membuat konser virtual sebagai bentuk strategi experiential marketing. Tulisan ini akan menganalisis apakah konser virtual telah memenuhi pilar keberhasilan strategi experiential marketing dibandingkan dengan konser offline. Terdapat sebelas pilar keberhasilan experiential marketing yakni remarkable, shareable, memorable, measurable, relatable, personal, targetable, connectable, flexible, engageable dan believable. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus komparatif dengan membandingkan satu variabel pada dua sampel yang berbeda atau waktu yang berbeda. Dalam pengaplikasiannya, konser virtual maupun konser offline memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Teknologi augmented reality dan grafis 3D dalam konser virtual menciptakan pengalaman unik melalui efek panggung seolah-olah visual tersebut nyata, sehingga tercipta pengalaman mendalam yang dimana secara psikologis audiens merasa menjadi bagian dari lingkungan virtual tersebut sehingga timbul perasaan nyata ‘berada disana’. Namun, teknologi tidak dapat menggantikan pengalaman yang didapat melalui interaksi tatap muka. Teknologi justru menciptakan cara interaksi baru dan pengalaman unik yang berbeda dari interaksi langsung.

Covid-19 pandemic forces us to practice physical distancing. This condition leads to a new challenge, especially for the music entertainment industry. Many activities that build the audience's experience such as world tour concerts and fan meetings had to be eliminated. In facing this challenge, music industry marketers take advantage of technology and create virtual concerts as a form of experiential marketing strategy. This study aims to analyze whether virtual concerts have met the pillars of successful experiential marketing strategy compared to offline concerts. There are eleven pillars of experiential marketing such as remarkable, shareable, memorable, measurable, relatable, personal, targetable, connectable, flexible, engageable, and believable. The research method used is a comparative case study, comparing one variable in two different samples or at different times. Study results revealed that both virtual concerts and offline concerts have their respective advantages and disadvantages. Augmented reality technology and 3D graphics used in virtual concerts create a unique experience through stage effects as if the visuals are real, this visualization creating an immersive experience where the audience psychologically become one with the virtual environment and a sense of "being there" arises. However, technology cannot replace the experiences gained through face-to-face interactions. Instead, technology creates a new way of interacting and a unique audience experience. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sitinjak, Devina Rosefin Aletta
"Transmedia storytelling sering digunakan sebagai strategi pemasaran musik yang efektif. Dalam konteks tersebut, salah satu grup musik asal Korea Selatan, EXO, menggunakan strategi tersebut untuk memasarkan karya-karyanya. Melalui penelitian ini, penulis bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis konten yang dihasilkan EXO, serta melihat sejauh mana EXO dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip transmedia storytelling, Metode penelitian yang digunakan adalah desk research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EXO telah menerapkan konsep transmedia storytelling dalam pemasarannya secara tepat karena memenuhi keseluruhan prinsip dari transmedia storytelling.

Transmedia storytelling is often utilized as an effective marketing strategy for music. In this context, one of the South Korean music groups, EXO, employs this strategy to promote their works. The aim of this study is to describe and analyze the content produced by EXO, as well as to assess the extent to which EXO implements the principles of transmedia storytelling. The research methodology employed is desk research. The findings indicate that EXO has successfully implemented the concept of transmedia storytelling in their marketing efforts by adhering to the overall principles of transmedia storytelling."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Dwi Asri
"Video musik merupakan media penyampaian pesan dan emosi terutama video musik K-Pop hambatan dari segi bahasa karena penggunaan bahasa yang berbeda. Dalam menciptakan sebuah emosi video musik menggunakan beberapa elemen untuk nantinya membentuk interioritas dan didapatkan sebuah persepsi dari penontonnya. Pada video musik K-Pop elemen tersebut antara lain tubuh dan pergerakan, atmosfer, waktu berupa transisi, dan batasan berupa framing layar. Skripsi ini akan membahas bagaimana elemen-elemen tersebut membentuk interioritas pada penonton, sehingga terciptanya sebuah emosi dan cerita dapat yang ingin disampaikan. Metodelogi yang dipakai pada skripsi ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan analisis terhadap video musik EXO-CBX yang berjudul Blooing Day. Video musik akan dianalisis dengan cara membagi cerita pada lirik Blooming Day menjadi tiga bagian, yaitu pembuka, klimaks dan penutup. Kemudian akan diambil beberapa potongan adegan yang menurut saya sebagai penonton sangat berpengaruh dalam pembentukan persepsi pada setiap bagiannya. Potongan adegan yang terpilih akan dianalisis menggunakan teori persepsi dan kognitif serta teori interioritas pada video musik (yang berisikan teori tentang tubuh dan pergerakan, framing, transisi dan atmosfer).

Music video has become a media to convey emotions and stories of a song especially in K-Pop music video. It’s because K-Pop uses Korean language as lyrics that cause language barrier to the international listeners. To create emotions and stories music video uses various element for forming a viewer perception through interiority. In K-Pop music video those elements are body and movement, atmosphere, transition and framing. This thesis will explain how those elements are forming the viewer perception through interiority, so they can feel the emotion and understand the story of the song. The methodology used on this thesis is a qualitative method with case study and analysis approach on EXO-CBX’s music video titled ‘Blooming Day’. The music video will be analyzed by dividing the story to be three parts; opening, climax and closing. Afterward, I’ll be taking some scenes of each part that more affecting my perception as viewer. Those scenes will be analyzed by using theory of perception and congitive and theory of interiority in K-Pop music video (involve theory of body and movement, atmosphere, transition and framing)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>