Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90965 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albertus Bambang Supriyanto
"Peningkatan kesejahteraan dan usia, membawa pada ketakutan, ancaman dan penderitaan baik fisik maupun jiwa bagi setiap orang.  Moralitas agama dijadikan pilihan utama sebagai wahana untuk mengurangi segala penderitaan.  Konsep masa depan diwujudkan dalam masa sekarang atau what is over there and forever must also be reflected in here and now. Konsekwensinya mereka hidup dalam imperatif.  Fenomena ini membawa banyak benturan dalam realitas kehidupan sehari-hari. Tujuan penulisan ini memberikan gambaran bahwa kehidupan imperatif tersebut dapat berubah menuju sebuah etika kehidupan. Subyektivitas adalah bentuk yang harus dibangun tanpa mengubah imperatif yang telah berjalan.  Manusia tidak lagi menjadi obyek moralitas tetapi menjadi subyek dari etika. Tersembunyi dan terpendam dalam diri manusia, bangkit dalam situasi dan kondisi tertentu. Bentuk subyektivitas ini dibangun dari elaborasi moralitas yang berasal dari religi, bercampur dengan pengalamannya sehari-hari yang direfleksikan, membentuk pemahaman baru yang saling berhubungan dan pada akhirnya melahirkan sebuah keyakinan dan menjadikan pandangan hidup yang baru. Pendisiplinan diri adalah sebuah keharusan dalam mencapai upaya kemampuan memerintah diri sendiri untuk bernalar dan membaca situasi secara cepat dan mengambil tindakan spontanitas. Tindakan tersebut harus dapat diperspektifkan sama oleh orang pertama, kedua dan ketiga, inilah yang disebut affordance. Perubahan pandangan hidup yang berdasarkan keyakinan baru inilah yang ditularkan pada orang lain dan efektif bekerja dalam membawa orang lain berproses bersama. Dengan menggunakan metodologi pengamatan terlibat, mengamati dan memahami segala proses transformasi dari adab menuju akhlak pada olah raga pernafasan Mahatma, membawa pada sebuah kesimpulan bahwa perwujudan dari  ubyektifitas adalah kemampuan pivot, kemahiran dalam mensiasati segala kondisi yang ada dengan semangat pada pandangan hidup barunya.

Improved well-being and age, leading to fear, threats, and suffering both physically and mentally for everyone.  Religious morality is the first choice as a vehicle to reduce all suffering.  The concept of the future is manifested in the present or what is over there and forever must also be reflected in here and now. Consequently, they live in imperatives.  This phenomenon brings a lot of impact in the reality of everyday life.  The purpose of this writing provides an idea that the imperative life can change towards an ethical life.  Subjectivity is a form that must be built without changing the imperatives that have been running.  Man is no longer an object of morality but a subject of ethics. Hidden and buried in man, rising in certain situations and conditions.  This form of subjectivity is built on the elaboration of morality derived from religion, mixed with his daily experiences reflected, forming new understandings that are conjunction and ultimately giving bear to a belief and making a new outlook on life.  Self-discipline is a necessity in achieving the ability of self-governing to reason and read situations quickly and take acts of spontaneity. Such actions must be equally perspective able by the first, second and third persons, this is what affordance is called. This change in the outlook for life based on new beliefs is transmitted to others and effectively works in bringing others through together. By observing and understanding all the process of transformation from “adab” to “akhlak” in the “olah raga pernafasan Mahatma”, leads to a conclusion that the embodiment of subjectivity is the ability to pivot, skill in preparing all existing conditions with passion in the new outlook of life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarwoto
"Slow deep breathing (SDB) merupakan teknik pernapasan dengan frekuensi bernapas kurang dari 10 kali permenit dan fase inhalasi yang panjang. Latihan slow deep breathing dapat meningkatkan suplai oksigen ke otak dan dapat menurunkan metabolisme otak sehingga kebutuhan oksigen otak menurun. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan SDB terhadap nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan. Desain penelitian adalah kuasi eksperimen pre post test dengan kelompok kontrol terhadap 21 responden kelompok intervensi dan 21 responden kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan tindakan SDB pada hari pertama 3 kali dan pada hari kedua 1 kali masing-masing selama 15 menit.
Hasil penelitian diperoleh ada perbedaan yang bermakna rerata intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah dilakukan latihan SDB (p=0,000, α = 0,05. Terdapat hubungan jenis kelamin dengan intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan (p= 0,046), tetapi tidak ada hubungan antara usia dan suku responden terhadap intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan (berturut-turut p= 0,079 dan p=0,834; α = 0,05). Rekomendasi hasil penelitian ini adalah SDB dapat diterapkan sebagai intervensi keperawatan dengan nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan.

Slow deep breathing (SDB) is a breathing technique with breathing frequency of less than 10 times per minute and a long phase of inhalation. Slow Deep Breathing exercises relaxation can increase the supply of oxygen to the brain and may decrease the metabolism of the brain so the brain needs of oxygen will decrease. The purpose of this study to determine the effect of SDB relaxation of headache in patients with acute mild head injury. The study design was quasiexperimental pre-post test with a control group of 21 respondents intervention group and control group. The intervention group is given SDB intervention on the first day 3 times and on the second day of rehearsals SDB 1 each for 15 minutes.
The results obtained there are significant differences in mean intensity of headache pain in patients with acute mild head injury between the intervention group and control group after exercise SDB (p= 0.000; α = 0.05). There is a relationship of sex with pain intensity in patients with acute head injury lightheadedness (p= 0.046), but there was no association between respondent?s age and ras with the intensity of acute headache in patients with mild head injury (perspectively p = 0,079 and p=0,834; α = 0,05). Recommendation of this study is SDB can be applied as a nursing intervention with acute headache in patients with mild head injury.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulhaeriah
"Fatigue adalah salah satu masalah yang paling sering terjadi pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Berbagai terapi nonfarnakologi disarankan untuk mengurangi fatigue salah satunya adalah Relaxation Breathing Exercise (RBE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas RBE pada fatigue penderita kanker ginekologi yang menjalani kemoterapi. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment with pre-post test control group. Sebanyak 42 pasien yang diperoleh secara consecutive berpartisipasi dalam penelitian ini, 21 dimasukkan dalam kelompok RBE 4 kali dan 21 dalam kelompok 2 kali. Skor fatigue pasien akan diukur dengan menggunakan kuesioner Piper Fatigue Scale. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Repeated-ANOVA dan Independent t-test dengan tingkat kemaknaan  < 0,01. Penelitian ini menemukan penurunan yang signifikan (p < 0,01) pada skor fatigue rata-rata di kedua kelompok (kelompok RBE 4 kali 3,29 ± 0,59 dan kelompok RBE 2 kali 4,19 ± 0,61) pada hari terakhir intervensi. Namun kelompok 4 kali RBE menunjukkan penurunan yang lebih besar dibandingkan kelompok 2 kali RBE (Selisih mean = 0,91; 99%CI = 0,41 - 1,41; p = 0,001). RBE yang dilakukan 4 kali sehari lebih efektif mengurangi fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Peran perawat diperlukan untuk membantu pasien meminimalkan fatigue yang dialami salah satunya dengan mengajarkan terapi nonfarmakologi yang efektif seperti RBE.

Fatigue is one of the most common problem experienced by patients undergoing chemotherapy. Some non-pharmacological therapies have been suggested to alleviate the problem such as Relaxation Breathing Exercise (RBE). This research aimed to determine the effectiveness of the RBE on the fatigue suffered by gynecological cancer patients undergoing chemotherapy. This study used a quasy randomized-controlled trial with pre- and post-test design. Forty two patients were consecutively sampled, 21 were assigned to RBE four times a day group and 21 to RBE two times a day group. Fatigue score were measured every day for seven days from both groups using Piper Fatigue Scale. The data obtained were analyzed using repeated-ANOVA and independent t-test with significant level α<0.01. This study found significant decreases (p < 0.01) of mean fatigue scores on both groups (RBE four times in a day group = 3.29 ± 0.59 and RBE two times in a day group = 4.19 ± 0.61) after the completion of the intervention. However, the RBE four times a day group shown a larger decrease on fatigue score compared to the RBE two times a day group (Mean Difference = 0.91; 99%CI = 0.41 - 1.41; p=0.001). Four times RBE in a day is more effective in relieving fatigue on cancer patients undergoing chemotherapy. Nurses' role is necessary to help patients in minimizing their fatigue by guiding the patient to perform an effective non-pharmacological therapy such as the RBE."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Wicaksono
"Penerapan Teknik Relaksasi Napas Dalam dengan Musik Religi pada Klien Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan

Risiko perilaku kekerasan adalah gejala umum yang dirasakan klien dengan skizofrenia berupa reaksi emosional dan agresif untuk mencederai diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan di sekitarnya. Klien dengan skizofrenia dapat mencederai atau bahkan menimbulkan kematian, pada akhirnya menyebabkan stigma negatif pada individu dengan skizofrenia. Tujuan penulisan ini untuk melihat penerapan teknik relaksasi napas dalam dengan musik religi bagi klien skizofrenia dengan masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan. Analisis dilakukan pada pengelolaan klien di Ruang Arimbi Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang dilanjutkan dengan pengelolaan klien secara daring. Klien diberikan intervensi teknik relaksasi napas dalam dengan musik religi selama 6 kali interaksi. Intervensi ini mendukung kemampuan klien mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual. Klien merasa tenang dan mudah fokus saat diberikan musik religi ketika relaksasi napas dalam. Penerapan intervensi generalis teknik relaksasi napas dalam dengan musik religi menunjukkan penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Hal ini ditandai dengan penurunan komponen penilaian tanda dan gejala selama diberikannya tindakan keperawatan  Penurunan ditandai dengan berkurangnya 6 tanda gejala pada intervensi kedua. Pada intervensi ketiga, berkurang 10 tanda dan gejala. Pada intervensi keempat berkurang 9 tanda gejala sehingga hanya tersisa 1 tanda gejala yang bertahan sampai hari intervensi keenam. Klien juga mengalami peningkatan kemampuan mengontrol risiko perilaku kekerasan. Klien memiliki 12 dari 13 kemampuan mengontrol risiko perilaku kekerasan setelah diberikan asuhan keperawatan yang sebelum diberikan asuhan klien memiliki 5 kemampuan. Hasil gambaran ini diharapkan dapat menjadi acuan penerapan tindakan keperawatan ners pada klien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan.

 

Kata Kunci: asuhan keperawatan jiwa, risiko perilaku kekerasan, teknik relaksasi napas dalam, musik religi, tanda gejala, dan kemampuan


ABSTRACT

Name               :

Dimas Wicaksono

Study Program :

Nursing

Title                 :

Application of Deep Breathing Relaxation Techniques with Religious Music on Schizophrenic Clients with Nursing Problems Risk of Violence Behavior. 

 

The risk of violent behavior is a common symptom felt by clients with schizophrenia in the form of emotional and aggressive reactions to injure themselves, others, and the environment around them. Clients with schizophrenia can injure or even cause death, ultimately causing a negative stigma on individuals with schizophrenia. The purpose of this paper is to see the application of deep breathing relaxation techniques with religious music for schizophrenic clients with nursing problems at risk of violent behavior. The analysis was carried out on the management of clients in the Arimbi Room of the Mental Hospital, dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, followed by online client management. The client was given the intervention of deep breathing relaxation techniques with religious music for 6 interactions. This intervention supports the client's ability to control violent behavior spiritually. Clients feel calm and easy to focus when given religious music when deep breathing relaxation. Application of generalist intervention with deep breathing relaxation techniques with religious music showed a decrease in signs and symptoms of risk of violent behavior in schizophrenic clients. This is indicated by a decrease in the components of the assessment of signs and symptoms during the nursing action. The decrease is marked by a reduction in 6 signs of symptoms in the second intervention. At the third intervention, 10 signs and symptoms were reduced. In the fourth intervention, 9 signs of symptoms were reduced so that only 1 symptom remained until the sixth intervention day. Clients also experience an increased ability to control the risk of violent behavior. Clients have 12 out of 13 abilities to control the risk of violent behavior after being given nursing care which before being given client care has 5 abilities. The results of this description are expected to be a reference for implementing nursing actions for schizophrenic clients with the risk of violent behavior.

 

Keywords: mental nursing care, risk of violent behavior, deep breathing relaxation techniques, religious music, signs and symptoms, and ability

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Riandhika
"Klien dengan chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis khususnya tahap end stage renal disease (ESRD) yang menjalani hemodialisa sering mengalami gangguan tidur dikarenakan perubahan regulasi hormonal dan ketidakseimbangan elektrolit. Gangguan tidur dapat mempengaruhi tubuh baik fisiologis, psikologis, fisik, sosial, hingga kematian. Untuk mencegah hal tersebut, diagnosis keperawatan gangguan pola tidur pada klien CKD perlu ditegakkan dan dintervensi agar dapat mencapai kualitas tidur yang optimal. Asuhan keperawatan dilakukan secara holistik mencakup biopsikososial-spiritual klien dengan intervensi observasi penilaian kualitas tidur dengan instrument Pitsburg Sleep Quality Index (PSQI), intervensi terapeutik dengan modifikasi lingkungan, dan intervensi edukasi dengan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam kombinasi unsur religius. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien kelolaan dapat menurunkan nilai PSQI sebanyak 4 poin selama tiga belas hari perawatan yang berarti kualitas tidur klien meningkat. Artikel ini diharapkan dapat menjadi dasar inovasi untuk dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya agar menjadi pertimbangan dalam menilai evaluasi dengan alat ukur yang aplikatif untuk digunakan di ruang perawatan.

Clients with chronic kidney disease (CKD) or chronic kidney disease, especially end stage renal disease (ESRD) undergoing hemodialysis, often experience sleep disturbances due to changes in hormonal regulation and electrolyte imbalances. Sleep disorders can affect the body both physiologically, psychologically, physically, socially, to death. To prevent this, nursing diagnoses of sleep pattern disorders in
CKD clients need to be enforced and intervened in order to achieve optimal sleep quality. Nursing care is carried out holistically including biopsychosocial-spiritual clients with observational interventions for assessing sleep quality with the Pitsburg Sleep Quality Index (PSQI) instrument, therapeutic interventions with environmental modifications, and educational interventions by teaching breathing relaxation techniques in combination with religious elements. The implementation of nursing carried out on managed clients can reduce the PSQI value by 4 points for thirteen days of treatment, which means that the client's sleep quality increases. This article is expected to be the basis for innovation to be carried out by further researchers so that it becomes a consideration in assessing evaluations with applicable measuring tools for use in the treatment room."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Khoiriyyah
"Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan menular yang diakibatkan oleh Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala umum yang paling sering muncul pada pasien COVID-19 adalah demam, batuk, kelelahan, anosmia, dan sesak napas. Sesak napas merupakan salah satu gejala khas COVID-19 yang dapat meningkat dengan cepat menjadi kondisi kritis seperti Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi sesak napas adalah dengan pengaturan posisi dan latihan pernapasan. Intervensi tersebut dapat dilakukan dengan prone positioning yang dikombinasikan dengan deep breatahing exercise. Pemberian prone position dan deep breathing exercise dapat mengatasi sesak dengan meningkatkan status oksigenasi pasien. Laporan kasus ini mendeskripsikan kasus seorang perempuan, 38 tahun, terkonfirmasi positif COVID-19 dengan swab antigen dan PCR, dengan keluhan napas agak sesak, batuk kadang-kadang, demam sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit, badan linu, pusing, lemas, nafsu makan menurun, anosmia sejak empat hari sebelum masuk rumah sakit. Selama perawatan di ruang rawat inap pasien mendapatkan terapi oksigen (dengan Non-Rebreathing Mask hingga Nasal Kanul), medikasi, terapi plasma konvalensen, dan pemberian posisi prone yang dikombinasikan dengan deep breathing exercise. Setelah dilakukan prone dan deep breathing exercise, keluhan sesak berkurang dan status oksigenasi pasien berangsur membaik. Laporan kasus ini menunjukkan manfaat prone position yang dikombinasikan dengan deep breathing exercise sebagai salah satu intervensi untuk membantu mengatasi sesak napas pada pasien COVID-19.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious respiratory disease caused by Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). The common symptoms that most often appear in COVID-19 patients are fever, cough, fatigue, anosmia, and shortness of breath. Shortness of breath is one of the typical symptoms of COVID-19 which can quickly escalate into a critical condition such as Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). One of the nursing interventions that can be done to overcome shortness of breath is by adjusting the position and breathing exercises. The intervention can be done with prone positioning combined with deep breathing exercises. Giving prone position and deep breathing exercise can overcome shortness of breath by increasing the patient's oxygenation status. This case report describes the case of a woman, 38 years old, confirmed positive for COVID-19 with antigen swab and PCR, with  shortness of breath, occasional cough, fever since a week before hospital admission, body aches, dizziness, weakness, decreased appetite, anosmia since four days before hospital admission. During treatment in the inpatient room, the patient received oxygen therapy (with a Non-Rebreathing Mask to Nasal Cannula), medical medication, convalescent plasma therapy, and the prone position combined with deep breathing exercise. After doing prone and deep breathing exercises, the  shortness of breath and the patient's oxygenation status were improved. This case report shows the benefits of the prone position combined with deep breathing exercise as a treatment to help overcome shortness of breath in COVID-19 patients. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Anita Maria Magdalena
"Pengambilan sampel nanopartikel pada breathing zone pekerja merupakan salah satu upaya untuk menilai risiko pajanan nanopartikel yang diterima oleh tenaga kerja atas aktivitas yang ada di lingkungan kerja. Penentuan metode atau instrumen yang akan digunakan diperngaruhi oleh waktu / durasi; kemudahan penggunaan dan ketersediaan; ukuran nanopartikel yang dikehendaki; metode analisis lanjutan; jenis nanopartikel yang diuji; dan upaya eliminasi “background noise”. Setelah kajian pustaka sistematik dilakukan, maka dirumuskan metode personal sampling yang dapat digunakan, yaitu: Direct reading: Condensation particle counter (CPC); Optical Particle Counter (OPC) dan Indirect reading: Mini-DiSC; MOUDI; Nanobadge; Nanoparticle Respiratory Deposition (NRD); NanoTracer; Partector; dan Thermal precipitator sampler (TPS).

Sampling of nanoparticles in the worker's breathing zone is one of the efforts to assess the risk of nanoparticle exposure received by the workforce for activities in the work environment. Determination of the method or instrument to be used is influenced by time / duration; ease of use and availability; desired nanoparticle size; advanced analytical methods; the type of nanoparticles tested; and efforts to eliminate “background noise”. After a systematic literature review has been carried out, a personal sampling method that can be used is formulated, namely: Direct reading: Condensation particle counter (CPC); Optical Particle Counter (OPC) and Indirect reading: Mini-DiSC; MOUDI; Nanobadges; Nanoparticle Respiratory Deposition (NRD); NanoTracer; Partector; and Thermal precipitator sampler (TPS).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Sajida Maharani
"Perilaku kekerasan merupakan salah satu penyebab utama pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Perilaku kekerasan merupakan perilaku individu yang berupa tindakan mencederai diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Analisis dilakukan pada pengelolaan klien di Ruang Arimbi Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Klien diberikan intervensi teknik relaksasi napas dalam selama 6 kali interaksi. Implementasi pada klien dilakukan pada 29 April 2022 – 6 Mei 2022. Tujuan penulisan ini untuk melihat penerapan teknik relaksasi napas dalam bagi klien skizofrenia dengan masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan. Klien merasa tenang dan mudah fokus saat diberikan intervensi relaksasi napas dalam selama 10 menit dengan jeda 2 menit. Penerapan intervensi generalis teknik relaksasi napas dalam menunjukkan penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Klien juga mengalami peningkatan kemampuan mengontrol risiko perilaku kekerasan. Intervensi relaksasi tarik napas dalam 10 menit dengan jeda 2 menit penting untuk dilakukan, dan diharapkan supaya dapat diterapkan di Rumah Sakit Jiwa sebagai salah satu intervensi dalam mengatasi Risiko Perilaku Kekerasan.

Violent behavior is one of the main causes of patients being taken to mental hospitals. Violent behavior is individual behavior that harms oneself, others, and the environment. This analysis was carried out on client management in the Arimbi Room, Mental Hospital, Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. The clients were given the intervention of deep breathing relaxation techniques for 6 interactions. The implementation on clients is carried out on April 29, 2022 - May 6, 2022. The purpose of this paper is to see the application of this deep breathing relaxation technique on schizophrenic clients with nursing problems who were at risk of violent behavior. The client felt calm and easy to focus when given a deep breath relaxation intervention for 10 minutes with a pause of 2 minutes. The application of generalist interventions with deep breathing relaxation techniques had shown a reduction in signs and symptoms of risk of violent behavior in schizophrenic clients. The clients also experienced an increased ability to control the risk of violent behavior. This deep breathing relaxation intervention was 10 minutes with 2 minutes rest and this is important to do. It is also hoped that it can be applied in Mental Hospitals as an intervention in overcoming the Risk of Violent Behavior"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aat Djanatunisah
"Penyakit Covid-19 atau SARS CoV-2 menyebabkan kejadian darurat kesehatan secara global. Gejala yang sering ditemukan kepada pasien Covid-19 diantaranya hipoksemia, dimana pada pasien tidak mengalami sesak dan bisa beraktivitas seperti biasa. Salah satu penanganan non farmakologi adalah dengan pengaturan posisi pasien. Adapun posisi yang dapat direkomendasikan adalah posisi tripod. Posisi ini dapat meningkatkan aktifitas otot-otot utama pernapasan yang dapat memperbesar volume rongga dada sehingga paru dapat mengembang maksimal untuk meningkatkan proses difusi dan perfusi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas posisi tripod dalam meningkatkan saturasi oksigen pada pasien Covid-19. Design penelitian ini menggunakan one group pre and post test design untuk melihat efektifitas satu perlakuan suatu tindakan, dengan responden sebanyak 67 dengan menggunakan lembar observasi.
Hasil penelitian menunjukkan pada analisa bivariat didapatkan perbedaan nilai saturasi oksigen yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan posisi tripod (p 0,000; ɑ 0,05). Analisa multivariat menunjukkan bahwa menunjukkan kemungkinan terjadinya saturasi oksigen normal pada terapi oksigen dengan menggunakan nasal kanul sebesar 25,16 kali lebih besar dibandingkan terapi oksigen menggunakan NRM setelah dikontrol dengan usia. Posisi tripod merupakan salah satu alternatif terapi non farmakologi untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien Covid-19 yang mengalami desaturasi atau hipoksemia

Covid-19 disease or SARS CoV-2 causes a global health emergency. Symptoms that are often found in Covid-19 patients include hypoxemia, where the patient does not experience tightness and can carry out activities as usual. One of the non-pharmacological treatments is by adjusting the patient's position. The position that can be recommended is the tripod position. This position can increase the activity of the main muscles of breathing which can increase the volume of the chest cavity so that the lungs can expand optimally to improve the process of diffusion and perfusion.
The purpose of this study was to determine the effectiveness of the tripod position in increasing oxygen saturation in Covid-19 patients. The design of this study used one group pre and post test design to see the effectiveness of one treatment of an action, with 67 respondents using observation sheets.
The results showed that in the bivariate analysis, a significant difference in oxygen saturation values was obtained between before and after the tripod position action (p 0.000; ɑ 0.05). Multivariate analysis showed that the probability of normal oxygen saturation in oxygen therapy using nasal cannula was 25.16 times greater than oxygen therapy using NRM after being controlled with age. The tripod position is an alternative to non-pharmacological therapy to increase oxygen saturation in Covid-19 patients who experience desaturation or hypoxemia
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Wahyu Puspaningtyas
"Non-invasive respiratory support adalah suatu metode pemberian bantuan napas mekanik tanpa intubasi. High flow nasal cannula (HFNC) dan continuous positive airway pressure (CPAP) termasuk dalam golongan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas HFNC dibandingkan dengan CPAP pada anak dengan gagal napas hipoksemia akut. Uji klinis acak terkontrol dilakukan pada anak gagal napas hipoksemia akut (saturasi oksigen <90%) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Subjek dilakukan randomisasi dan terbagi ke dalam kelompok HFNC atau intubasi dengan modus CPAP. Pemeriksaan gas darah dan pengambilan parameter klinis (saturasi oksigen, laju napas, laju nadi), skor nyaman dan lingkar perut sebagai data dasar dan dalam 1 jam pasca-pemasangan alat. Sebanyak 22 subyek penelitian, kelompok HFNC dan CPAP, menunjukkan perbaikan parameter klinis dan skor nyaman yang bermakna 1 jam pasca pemasangan alat (p<0,05). Terdapat peningkatan rasio PF (PO2/FiO2) pada kedua kelompok dengan hasil yang bermakna pada kelompok HFNC (p = 0,023). Tidak ada perbedaan efektivitas antara HFNC dan CPAP. Penelitian ini tidak menemukan adanya efek samping aerofagi, iritasi mukosa hidung dan intoleransi minum pasca-pemasangan HFNC. Dengan demikian HFNC sama efektif dengan CPAP dalam memperbaiki parameter klinis dan rasio PF (PO2/FiO2) pada anak dengan gagal napas hipoksemia akut. HFNC dan CPAP dapat memberikan kenyamanan dalam pemakaiannya.

Non-invasive respiratory support provides mechanical positive presure breathing assistance without intubation. High flow nasal cannula (HFNC) and continuous positive airway pressure (CPAP) belong to this group. This research is conducted to see the efficacy of HFNC in acute hypoxemic respiratory failure pediatric patient compared to CPAP mode through intubation. A randomized controlled trial study of children with acute hypoxemic respiratory failure (oxygen saturation less than 90%) was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital. Patients who met the inclusion criteria were randomized and divided into HFNC or intubated with CPAP mode group. Clinical parameters (oxygen saturation, respiratory rate, and pulse rate), comfort behaviour score, abdominal circumference, and blood gas analysis were evaluated as initial data dan within one hour after device installation. Out of 22 subjects, HFNC and CPAP group showed significant improvement in clinical parameters and comfort score within one hour after device installation (p<0,05). There was an increase of PF ratio (PO2/FiO2) in both groups with significant result for HFNC group (p=0,023). No difference in efficacy between HFNC and CPAP group. There were no adverse events of aerophagia, nasal mucosal irritation and feeding intolerance in HFNC group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>