Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohana Septianty Isabel
"Hipertensi merupakan salah satu jenis Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi beban pemerintah dalam pengendalian penyakit setiap tahunnya. Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor resiko. Sebagian besar faktor resiko hipertensi merupakan pola hidup yang dapat diubah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran kasus hipertensi berdasarkan faktor resiko faktor sosial, faktor fasilitas pelayanan kesehatan, serta faktor pola hidup. Pendekatan spasial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya interaksi spasial antara faktor-faktor resiko hipertensi dengan kasus hipertensi di wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan variable program skrining memiliki pola sebaran yang menyebar dengan interaksi spasial yang bersifat negative dan terdapat interaksi spasial antara variable program skrining terhadap kasus hipertensi. Sedangkan variable jumlah puskesmas, jumlah dokter, jumlah ahli gizi, pendidikan rendah, konsumsi alcohol, merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, dan kurang serat memiliki pola sebaran yang mengelompok dan interaksi spasial yang bersifat positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi spasial antara variable-variabel tersebut terhadap kasus hipertensi. Peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM) oleh puskesmas setempat yang menjadi garda terdepan dalam kegiatan preventif dan promotif diharapkan dapat menjadi kunci keberhasilan pengendalian kasus hipertensi di wilayah DKI Jakarta.

Hypertension is one type of Noncommunicable Disease (NCD) that is a burden on the government in disease control every year. Hypertension is caused by various risk factors. Most of the risk factors for hypertension are lifestyles that can be changed. This study aims to determine the pattern of distribution of hypertension cases based on risk factors, social factors, health care facilities, and lifestyle factors. The spatial approach was used to determine the spatial relationship between hypertension risk factors and hypertension cases in the DKI Jakarta area. The results showed that the screening program variable had a spreading pattern with a negative spatial relationship and there was a spatial interaction between the screening program variables and hypertension cases. While the variables of the number of public health centre (PUSKESMAS), the number of doctors, the number of nutritionists, low education, alcohol consumption, smoking, obesity, lack of physical activity, lack of fiber, and vulnerable age have clustered distribution patterns and positive spatial relationships, so it can be concluded that there is no spatial interaction between these variables on cases of hypertension. Improving the quality and quantity of Noncommunicable Disease Integrated Assistance Post (POSBINDU PTM) activities of local health centers, which are the front line in preventive and promotive activities is expected to be the key to successful control of hypertension cases in the DKI Jakarta area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Ramadhanti
"Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendunia, karena prevalens dan insidens gagal ginjal yang terus meningkat, prognosis yang buruk, serta biaya perawatan yang tinggi. Hipertensi sebagai faktor risiko dominan dari PGK juga memiliki prevalensi yang tinggi dan mengalami peningkatan di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan kejadian PGK pada penduduk berusia ≥ 18 tahun di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan menggunakan desain studi cross-sectional analitik. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dari Riskesdas 2018. Terdapat sebanyak 7.141 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan hasil analisis didapatkan proporsi kejadian PGK sebesar 0,5% dan proporsi kejadian hipertensi sebesar 40,6%. Terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan kejadian PGK dengan nilai prevalence odds ratio sebesar 2,490 (95% CI: 1,143-5,426) setelah dikontrol oleh variabel usia. Selain itu beberapa karakteristik lain seperti usia (POR=3,912; 95% CI: 1,932-7,918), diabetes melitus (POR=3,412; 95% CI: 1,405-8,285), penyakit jantung (POR=7,323; 95% CI: 3,158-16,982), dan aktivitas fisik (POR=2,324; 95% CI: 1,148-4,703) juga berhubungan secara signifikan dengan kejadian PGK. Penting untuk diselenggarakan berbagai program promosi kesehatan dengan memperbanyak kegiatan sosialisasi dan KIE terkait PGK dan hipertensi pada berbagai kelompok masyarakat dari usia muda hingga lanjut usia, sehingga dapat meningkatkan kesadaran pencegahan PGK.

Chronic kidney disease (CKD) is a global public health problem, due to the increasing prevalence and incidence of kidney failure, poor prognosis, and required high costs for its treatment. Hypertension as the dominant risk factor for CKD also has a high prevalence which keep increasing in DKI Jakarta. This study aimed to determine the association between hypertension and the incidence of CKD in people aged ≥18 years old in DKI Jakarta Province. This was a quantitative research with an analytic cross-sectional study design. The data source used was secondary data obtained from Basic Health Research (Riskesdas) 2018. There were 7,141 samples that matched the inclusion and exclusion criteria. Based on the analysis, it was found that the proportion of CKD and hypertension were 0.5% and 40.6%, respectively. There was a significant association between hypertension and CKD with a prevalence odds ratio (POR) of 2.490 (95% CI: 1.143-5.426) after being adjusted by the age variable. In addition, several other characteristics such as age (POR = 3.912; 95% CI: 1.932-7.918), diabetes mellitus (POR = 3.412; 95% CI: 1.405-8.285), heart disease (POR = 7.323; 95% CI: 3.158- 16.982), and physical activity (POR = 2.324; 95% CI: 1.148-4.703) were also significantly associated with the incidence of CKD. It is important to conduct various health promotion programs by increasing socialization, communication, information, and education activities related to CKD and hypertension to various age groups to increase the awareness of CKD prevention."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Hotma Parulian
"Latar Belakang : Peningkatan prevalensi penderita hipertensi di masyarakat DKI Jakarta disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dimodifikas maupun tidak. Aktifitas fisik sehagai salah satu lilktor yang dapat mencegah hipertensi perlu mendapat perhatian yang lebih karena faktor ini termasuk: salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yang tidak terlaiu besar.Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya besar hubungan antara kejadian hipertensi dengan aktivitas fisik pada masyarakat di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006.
Metode : Penelitian ini dilakukan dengan disain cross sectional dan dianalisis secara kohort menggunakan data sekwtder dari survey faktor resiko PTM utama di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Kasus ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas fisik renda yang berjumlah 668 orang subyek dan non ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas tinggi sejumlah 668 orang. Perbandingan kasus ekspos dan non ekspos adalah 1:1, hingga jumlah keseluruhan subyek penelitian 1336 subyek.
Hasil : Hasil penelitian mendapatkan proporsi hipertensi pada subyek yang beraktivitas rendah sebesar 65,5% dab pada subyek yang beraktivitas tinggi 58 8%. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan secara signiflkan dengan kejadian hipertensi. Dengan nilai p (p value) = 0,0001, setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan peketjaan didapat OR aktivitas tinggi 0,750 dengan 95% CI (0,601- 0,937) menunjukkan bahwa dengan beraktivitas dapat mengurangi risiko untuk menderita penyakit hipertensi sebesar 4 kali. Dalam penelitian ini variabel Jenis kelamin. umur, tingkat pendidilcan, status perkawinan, diaberes mellitus, hiperkolesterol, low HDL, IMT, dan pekerjaan semua mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi (nilai p < α), sementara variabel merokok, hiper LDL dan kecukupen serat walaupun berhubungan tetapi hubungannya dengan hipertensi tidak signiflkan (nilai p > a).
Kesimpulan : Aktivittas fisik tinggi dapat mengurangi resiko untuk terkena penyakit hipertensi, semakln sering kita me1akukan aktivitas fisik semakin rendah resiko untuk menderita penyakit. Subyek yang melakukan aktifitas fisik rendah lebih beresiko untuk terkena hipertensi 4 kali dibanding subyek yang melakukan aktifitas fisik tinggi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21021
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Heryanti
"ABSTRAK
Hipertensi memiliki dampak kesehatan yang serius karena merupakan faktor risiko
penyakit stroke, jantung, gagal ginjal, hipertrofi ventrikel kiri dan demensia. Prevalensi
hipertensi di Indonesia semakin meningkat, menurut data RISKESDAS tahun 2018
jumlahnya mencapai 34,1% dan merupakan penyebab kematian nomor dua tertinggi dari
penyakit tidak menular. Polisi merupakan profesi dengan tingkat stres yang tinggi dan
waktu kerja yang dapat mengganggu pola tidur yang merupakan faktor risiko terjadinya
hipertensi. Penelitian pada tesis ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan kejadian
hipertensi pada polisi operasional lapangan di lima satuan terpilih di Polres Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan data primer dengan desain cross-sectional (potong lintang). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara obesitas dengan kejadian
hipertensi (p=0,024) dan tidak ada hubungan antara usia, aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, durasi tidur, stres, asupan natrium, asupan kalium serta konsumsi sayur dan
buah dengan kejadian hipertensi. Proporsi kejadian hipertensi yaitu 32,4%, dengan faktor
dominannya yaitu obesitas setelah dikontrol oleh usia, aktivitas fisik, asupan natrium
serta konsumsi sayur dan buah. Perlunya menerapkan gaya hidup sehat sesuai dengan
program Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) dari Kementerian Kesehatan dan
pemeriksaan berat badan, tekanan darah, kolesterol total dan trigliserida secara rutin agar
selalu dalam keadaan normal.

ABSTRACT
Hypertension has a serious health impact, a risk factor for stroke, heart disease, kidney
failure, left ventricular hypertrophy and dementia. The prevalence of hypertension in
Indonesia is increasing, according to the 2018 RISKESDAS data the number reaches
34.1% and is the second-highest cause of death from non-communicable diseases. Police
is a profession with high levels of stress and work time that can disrupt sleep patterns
which are risk factors for hypertension. The aims of this study is to analyze the dominant
factors of hypertension that occurs in the field of operational police in five selected units
in East Lampung District Police in 2019. This research is a quantitative study using
primary data with a cross-sectional design. The proportion of hypertension is 32.4%.
Obesity is the dominant factor after being controlled by age, physical activity, sodium
intake and consumption of vegetables and fruit. There is a relationship between obesity
and the incidence of hypertension (p = 0.024). No relationship between age, physical
activity, smoking habits, sleep duration, stress, sodium intake, potassium intake and
consumption of vegetables and fruits with the incidence of hypertension. Healthy
lifestyles need to be applied in accordance with Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) from The Program of Kementerian Kesehatan and routine examination of
body weight, blood pressure, total cholesterol and triglycerides so that they are always
normal"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Fatrani Rufaidah
"Latar belakang: Pada pertengahan tahun 2021, Indonesia mengalami lonjakan kasus COVID-19 dengan infeksi berat yang berdampak pada peningkatan jumlah kematian. Hipertensi diketahui menjadi salah satu penyakit penyerta yang paling banyak dimiliki oleh pasien COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh hipertensi secara independen terhadap mortalitas COVID-19 di RSUD Pasar Minggu periode tahun 2021.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan data yang digunakan berasal dari rekam medis pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19. Sampel terpilih dengan metode simple random sampling dan analisis yang digunakan adalah analisis survival Kaplan-meier dan analisis multivariat Cox proportional-hazards regression.
Hasil: Hasil yang didapatkan yaitu probabilitas kumulatif survival pasien dengan hipertensi lebih rendah dibandingkan dengan pasien tanpa hipertensi (50,6% dengan 62,7%, log-rank test=0,007). Selain itu, hipertensi secara independen meningkatkan risiko mortalitas pada pasien COVID-19 yang dirawat inap di RSUD Pasar Minggu periode tahun 2021 (aHR=1,721; 95% CI 1,109-2,677; p-value 0,015).
Kesimpulan: Dengan demikian, seiring dengan perjalanan waktu pandemi COVID-19 ini diharapkan rumah sakit dapat tetap melakukan pemantauan yang lebih ketat terhadap pasien dengan komorbiditas terutama hipertensi sehingga dapat terus menurunkan angka kematian akibat COVID-19.

Introduction: In Mid-2021, Indonesia encountered a surge of severe cases of COVID-19 resulting in an increased number of death. Hypertension is well-known as one of the most common comorbidities in COVID-19 patients. This study aims to examine the impact of hypertension independently on COVID-19 mortality at Pasar Minggu Hospital in 2021.
Method: This study used a retrospective cohort design from the medical records of confirmed cases of COVID-19. The sample was selected using simple random sampling, analyzed using Kaplan-meier survival analysis and cox proportional-hazards regression analysis.
Results: The result of this study found that the cumulative probability survival of COVID-19 patient’s with hypertension was lower than without hypertension (50.6% vs 62.7%, log-rank test=0.007). In addition, hypertension independently increased the risk of mortality in COVID-19 patients hospitalized at Pasar Minggu Hospital throughout 2021 (aHR = 1.721; 95% CI 1,109-2,677; p-value 0,015).
Conclusion: Thus, along with the passage of time for the COVID-19 pandemic, we hoped that health-care provider would continue to treat patients with hypertension and other comorbidities firmly in order to reduce the COVID-19 mortality rate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Suhailin
"Epidemiologi Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahunnya.Pola dan gaya hidup yang tidak sehat sering berkaitan denganhipertensi, sehinggamunculnya beberapa faktor risiko. Obesitas sentral adalah salah satu faktor risikohipertensi yang banyak ditemukan pada wanita usia pertengahan dibandingkanlaki-laki. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan obesitas sentraldengan kejadian hipertensi pada wanita. Desain penelitian ini adalah crosssectional. Populasinya adalah seluruh wanita umur > 18 tahun yang terdaftardalam database Surveilans Posbindu PTM tahun 2015 dan memenuhi kriteriainklusi dan ekslusi. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,1. Kasus hipertensi terjadi lebih dari separuh pada kelompok umur > 45tahun yaitu sebesar 51,71 , dengan rata-rata umur 46 tahun. Prevalensi obesitassentral dengan cutt off point 85 cm sebesar 53 sedangkan dengan cut off point80 cm sebesar 72. Pada analisis multivariat : efek obesitas sentral menjadihipertensi dipengaruhi oleh kadar aktfitas fisik setelah dikontrol umur. Efekobesitas sentral menjadi hipertensi pada seseorang yang kurang aktifitas fisikadalah 2,21 kali lebih besar dibanding tidak obesitas sentral yang cukup aktifitasfisik pada cut off point 85 cm, sedangkan efek obesitas sentral menjadi hipertensipada seseorang yang cukup aktifitas fisik adalah 1,34 kali lebih besar dibandingyang cukup aktifitas fisik.Rekomendasi dari penelitian ini adalah menjaga ukuran lingkar perut maksimal85cm, lakukan aktifitas fisik 30 menit/hari sebanyak 3 kali seminggu atau 150menit dalam seminggu, periksa kesehatan 1 kali sebulan di Posbindu PTM,Puskesmas, tempat praktek dokter ataupun bidan.

Epidemiologi Hypertension affected mortality at least 8 millions for every years. Pattern andlife style not health related with hypertension, so there are risk factors. Incomparated, most of central obesity is one of risk factors of hypertension foundedat women on middle ages than men. Output of this research is to know aboutrelationship between central obesity with hypertension case in women. Researchdesign is crossectional. The population are all women with 18 years oldregistered in Posbindu PTM Surveilance database at 2015. Result showed thatprevalance of hypertension 29,1. Hypertension case more than half on 45years old are 51,71 with everage of ages 46 years. Prevalance of central obesitywith cut off point 85 cm is 53,30. In multivariable central obesity effectbecome hypertension influenced by physical activity after controlled by age.Central obesity affect to be hypertension with less of physical activity is 2,21 more than central obesity affect with high of physical activity on cut off point 85cm. while central obesity affect to be hypertension with high physical activity is1,34 times.The recomendation are keep of abdominal circumference size maximum 85 cm,doing the physical activity 30 minutes day with 3 times a week or 150 minutesevery week, check of blood pressure once a month in Posbindu PTM, practice ofdoctor or midwife."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Khairani
"ABSTRAK
Tingkat kebisingan yang terpapar pekerja di suatu industri yang melebihi Nilai Ambang Batas dapat menyebabkan mekanisme stres yang akan meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja di bagian Refining PT X. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional pada 51 responden pekerja di bagian Refining. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja dengan nilai p = 0,029 (OR 4,857: 95% CI 1,318 - 17,896). Ada juga hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dan riwayat herediter hipertensi dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pada uji multivariat tingkat kebisingan penderita hipertensi memiliki nilai p = 0,019 dan nilai OR 7,540 (95% CI 1,4 - 40,605) setelah dikontrol dengan variabel IMT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerja yang terpapar kebisingan tinggi dapat berisiko mengalami hipertensi. Perlu adanya perhatian lebih dari pihak perusahaan dalam upaya pencegahan penyakit tertentu akibat lingkungan kerja.
ABSTRACT
The noise level that workers in an industry are exposed to in excess of the Threshold Value can cause a stress mechanism that will increase heart rate and blood pressure. This study aims to determine the relationship between noise levels and the incidence of hypertension among workers in the Refining Section of PT X. This study used a quantitative research method with a cross sectional study design on 51 respondents of workers in the Refining section. The statistical test used in this study was the chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that there was a significant relationship between the noise level and the incidence of hypertension among workers with a value of p = 0.029 (OR 4.857: 95% CI 1.318 - 17.896). There was also a significant association between noise levels and hereditary history of hypertension and Body Mass Index (BMI). In the multivariate test, the noise level of hypertensive patients has a p value = 0.019 and an OR value of 7.540 (95% CI 1.4 - 40.605) after being controlled with the BMI variable. So it can be concluded that workers who are exposed to high noise can be at risk of developing hypertension. There needs to be more attention from the company in efforts to prevent certain diseases due to the work environment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Olympia Primayawesti
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Pengendalian terhadap hipertensi perlu dilakukan termasuk di wilayah Indonesia salah satunya dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi ekologi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan Riskesdas dan Susenas 2018. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara status gizi (obesitas dan obesitas sentral) dan gaya hidup (aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsumsi makanan asin, konsumsi kalori, konsumsi protein, konsumsi protein hewani) terhadap kejadian hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan asin dengan hipertensi (p-value = 0,002; R = 0,512). Perlunya edukasi dan penggerakan program untuk membatasi konsumsi makanan mengandung garam berlebih pada masyarakat terutama di wilayah dengan konsumsi garam tinggi.

Hypertension is a non-communicable disease which is the main cause of premature death worldwide. Control of hypertension needs to be done including in Indonesia, one of which is by knowing the factors associated with hypertension. This research is a quantitative study using an ecological study design. The data used is secondary data derived from the 2018 Riskesdas and Susenas reports. The study aims to determine the correlation between nutritional status (obesity and central obesity) and lifestyle (physical activity, smoking habits, alcohol consumption, consumption of salty foods, calorie consumption, consumption of protein, consumption of animal protein) on the incidence of hypertension. The results showed a significant relationship between consumption of salty foods and hypertension (p-value = 0.002; R = 0.512). Education and mobilization of programs are needed to limit the consumption of foods that contain excess salt in the community, especially in areas with high salt consumption."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Maola Noviansyah, Nur Lina
"Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi primer pada laki-laki usia 45 tahun ke atas di rumah sakik umum daerah Kabupaten Ciamis. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukan jumlah responden yang merokok dengan jumlah >10 batang perhari 69,81% 62,26% responden menghisap rokok dengan cara menghisap dalam, responden menghisap rokok >10 tahun sebanyak 73,50% dan responden yang merokok dengan jenis filter sebanyak 52,83%. Hasil uji stastistik chi square menunjukan bahwa jumlah rokok >10 batang perhari (OR=3,748 CI=1,525-9,215 p<0,05) menghisap rokok dengan cara dalam (OR=3,827 CI=1,653-8,859 p<0,05) menghisap rokok >10 tahun (OR=4,312 CI=1,640-11,343 p<0,05) dan rokok dengan jenis filter (OR=2,963 CI=1,343-,537 p<0,05). Hasil : faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi primer pada laki-laki usia >45 tahun yaitu jumlah rokok, lama merokok dan cara merokok. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa jenis rokok, jumlah rokok, lama merokok dan cara merokok merupakan faktor-faktor risiko kejadian hipertensi. Saran penulis pada penderita hipertensi supaya berhenti merokok. "
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, 2005
JKKI 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Septi Widiasari
"Hipertensi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Prevalensi hipertensi di Provinsi DKI Jakarta cukup tinggi yakni sebesar 33,4%(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kejadian hipertensi salah satunya adalah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder kegiatan Posbindu PTM di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode total sampling dengan kriteria inklusi penduduk berusia 15-64 tahun yang terdaftar dan data pemeriksaan tercatat lengkap sesuai variabel penelitian dan minimal melakukan satu kali pengukuran hipertensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi hipertensi di Provinsi DKI Jakarta yaitu 26,2% dan obesitas sebesar 17,4%. Terdapat hubungan yang bermaksa secara statistik antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan analisis regresi logistik, responden yang obesitas memiliki risiko sebesar 1,8 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan yang tidak obesitas setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan interaksi antara obesitas dengan jenis kelamin. Oleh karena itu perlu ditingkatkan peran serta masyarakat dan pengaplikasian perilaku GERMAS serta pengoptimalan kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat mengendalikan obesitas dan hipertensi.

Hypertension is still a health problem in the world including Indonesia. The prevalence of hypertension in Indonesia is quite high at 33,4%(Kementerian Kesehatan RI, 2018). There are several factors that contribute to the incidence of hypertension, one of which is obesity. This study aims to determine the relationship between obesity and the incidence of hypertension. The design of this study is cross sectional using secondary data from Posbindu PTM of DKI Jakarta Province in 2018. The sample in this study was selected using total sampling method with inclusion criteria such as the productive age population that registered, the examination data were recorded according to the research variables and minimum has done one measurement of hypertension.
The result showed that the proportion of hypertension from DKI Jakarta Province was 26,2% and obesity was 17,4%. There was a statistically significant relations between obesity and hypertension. People with obesity had a risk of 1,8 times for hypertension compared to non-obese individuals after being controlled by sex variabels and the interactions between obesity and sex. Therefore it is necessary to increase the participation of the community, applying GERMAS behavior, and optimization of Posbindu PTM activities that are expected to control obesity and hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>