Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laila Fauziah
"Peraturan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, mengamanatkan bahwa setiap warga negara Indonesia wajib untuk mengikuti Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Salah satu program BPJS Kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan untuk memudahkan akses pelayanan kesehatan bagi peserta JKN yang menderita penyakit kronis adalah Program Rujuk Balik (PRB), dalam program ini apotek memiliki peran yang sangat penting. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs resmi Kota Jakarta Timur dan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada Januari tahun 2014, hanya terdapat satu apotek rujuk balik yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di wilayah Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, oleh karena itu diperlukan pendirian kembali apotek yang bekerjasama dengan BPJS untuk melayani Program Rujuk Balik (PRB), sebelum dilakukan pendirian apotek, perlu dibuat rancangan pendirian apotek dan dilakukan analisis kelayakan pendirian apotek. Apotek yang akan didirikan adalah Apotek Jatinegara Farma. Berdasarkan pengkajian rancangan apotek bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam Pelayanan Obat Rujuk Balik yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kerjasama antara Apotek Jatinegara Farma dengan BPJS Kesehatan melalui Program Rujuk Balik (PRB) menunjukkan profitabilitas yang cukup baik dan hasil analisa keuangan, diperoleh nilai Return of Investment (ROI) yang cukup tinggi yaitu sebesar 85,95 % dan jangka waktu pengembalian modal awal atau payback period selama 1 tahun 4 bulan (kurang dari 5 tahun) sehingga menunjukkan bahwa Apotek Jatinegara Farma layak untuk didirikan.

Regulation of Law Number 24 of 2011, mandates that every Indonesian citizen is required to participate in the Social Security Administering Body (BPJS) Program. One of the BPJS Health programs to improve the quality of health services and to facilitate access to health services for JKN participants who suffer from chronic diseases is the Referral Program (PRB), in this program pharmacies have a very important role. Based on data obtained from the official website of the City of East Jakarta and the Data and Information Center (Pusdatin) of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, in January 2014, there was only one referral pharmacy that collaborated with BPJS Health in the Jatinegara district, East Jakarta City, because It is necessary to re-establish pharmacies in collaboration with BPJS to serve the Referral Program (PRB), before the establishment of pharmacies, it is necessary to design a pharmacy establishment and analyze the feasibility of establishing a pharmacy. The pharmacy to be established is Jatinegara Farma Pharmacy. Based on the review of the design of pharmacies in collaboration with BPJS Health in Referral Drug Services that has been carried out, it can be concluded that the collaboration between the Jatinegara Farma Pharmacy and BPJS Health through the Referral Back Program (PRB) shows a fairly good profitability and the results of financial analysis, obtained the Return of Investment value. (ROI) which is quite high, namely 85.95% and the initial payback period or payback period is 1 year 4 months (less than 5 years) so that it shows that Jatinegara Farma Pharmacy is feasible to be established. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Julius Parlin
"Pandemi COVID-19 di Indonesia berdampak pada implementasi Sisrute RSUD Siti Aisyah sehingga memengaruhi morbiditas dan mortalitas pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Sisrute yang meliputi kebijakan, kapasitas petugas, sistem jaringan, komunikasi dan pelayanan rujukan. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif melalui observasi lapangan, telaah dokumen dan wawancara mendalam 13 informan RSUD Siti Aisyah. Penolakan rujukan lebih dari 80%. Response time kurang dari 60 menit terbanyak pada rujukan keluar non-COVID-19 (64%). Alasan penolakan meliputi ketidaktersediaan ruangan isolasi COVID-19-19, ketidaklengkapan berkas, kendala sistem jaringan, petugas lambat merespons dan lainnya. Informan mengatakan tidak terdapat kebijakan Sisrute dan dokumentasi sosialisasi; kapasitas petugas rujukan cukup adekuat.; Sistem Jaringan pada komputer dan konektifitas internet, SIMRS dan infrastruktur penunjang belum adekuat; Komunikasi rujukan melalui aplikasi Sisrute dan dibantu telepon dan Whatsapp; RSUD tidak memiliki SOP Sisrute, akan tetapi mengikuti prosedur klinis, administratif, dan operasional. Kendala pada implementasi Sisrute yaitu komitmen petugas, kecepatan penyampaian informasi, rangkap tugas, situasi faskes penerima, penerimaan keluarga, permasalahan biaya dan ketersediaan infrastruktur. Monitoring dan evaluasi tidak dilakukan pada implementasi Sisrute. Dengan demikian, implementasi Sisrute di RSUD Siti Aisyah Lubuklinggau perlu perbaikan dan peningkatan pada variabel diatas dapat mempercepat proses rujukan.

The Pandemy of COVID-19 in Indonesia has a major impact in integrated referral system (IRS) implementation of Siti Aisyah (SA) General Hospital Lubuklinggau influencing patient morbidity and mortality. This study was conducted to analyse policy, officer capacity, network system, referral communication, and referral services resulting in referral system implementation. It was a case study with qualitative approach through observation, documents research, in-depth interview with 13 informants working at Siti Aisyah General Hospital. The study suggested that Sisrute referral rejection was more than 80%. Referral response time suggest less than 60 minutes only occurring in outward non-COVID-19 referral (64%). Reasons for rejection were unavailability of COVID-19 Isolation room, incomplete referral documents, network system issue, late response, etc. Informants stated that there was no referral policy and dissemination documents; officer capacity was considered adequate enough; Network system in computer and internet connectivity, hospital management information system and supporting infrastructures remained inadequate; referral communication through IRS and assistance of phone calling and Whatsapp were performed; SA General Hospital had no standard operating procedures, but it follows clinical, administrative and operational procedures. Challenges in IRS implementation were commitment, information delivery speed, multi-tasking, current situation in referred facility, family reception, extra fee and infrastructures issue. Monitoring and evaluation had not been performed in IRS implementation. Thus, SA General Hospital needs to improve and increase IRS implementation in aforementioned variable to accelerate referral process."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tristi Dwi Veronita
"ABSTRAK
Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal SijariEMAS merupakan program terbaru di Kota Tangerang dalam upaya menjawabpermasalahan kematian ibu dan kematian bayi di Kota Tangerang yang disebabkankarena rujukan yang tidak efektif dan efisien. Penggunaan SijariEMAS padakelompok sasaran bidan praktek mandiri sebagai penolong persalinan utama diKota Tangerang masih amat rendah, hanya 15 bidan praktek mandiri yangmenggunakan SijariEMAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiimplementasi SijariEMAS pada bidan praktek mandiri di Kota Tangerang tahun2017. Dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2017 menggunakan design kualitatif .Pengambilan data dilakukan melalui fokus grup diskusi pada 24 orang informanbidan praktek mandiri Bidan yang aktif dan tidak aktif menggunakan SijariEMAS serta wawancara mendalam terhadap para penentu kebijakan terkait programSijariEMAS di Kota Tangerang. Penelitian ini menunjukan bahwa response timeatau waktu cepat tanggap rujukan melalui SijariEMAS yang lama ditambahkurangnya koordinasi antara rumah sakit, bidan perujuk dan petugas call centerserta kurang nya pengawasan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang menjadi penyebab kurang maksimalnya implementasi SijariEMAS pada bidan praktekmandiri di Kota Tangerang.

ABSTRACT
Maternal and Neonatal Reference Network Information System SijariEMAS is thelatest program in Kota Tangerang as an effort to answer the problem of maternaland infant mortality in Kota Tangerang caused by ineffective and efficientreference. The use of SijariEMAS in the target group of private practice midwivesas primary birth attendant in Kota Tangerang is still very low, only 15 of privatepractice midwives using SijariEMAS. This study aims to determine theimplementation of SijariEMAS on i private practice midwife in Kota Tangerang2017. Implemented in May June 2017 using qualitative design. Data collection wasdone through focus group discussion on 24 midwives 39 informants active andinactive midwives using SijariEMAS as well as in depth interviews on policymakers related to SijariEMAS program in Kota Tangerang . This research indicatesthat the response time of referral through old Sijariemas plus lack of coordinationbetween hospital, referral midwife and call center officer and lack of supervisionfrom Tangerang City Health Office become the cause of less maximalimplementation of SijariEMAS at private practice midwife in Kota Tangerang."
2017
S68488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Juanita
"Setiap manusia berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Di Indonesia terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk menjamin kesehatan setiap lapisan masyarakat dengan membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah dan diatur oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosisal Kesehatan (BPJS Kesehatan) yang merupakan badan hukum untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Pelayanan kesehatan dapat bekerja sama dengan BPJS Kesehatan pada semua fasilitas kesehatan tingkat pertama, fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, dan fasilitas penunjang, salah satunya adalah Apotek. Salah satu program BPJS adalah pelayanan obat Program Rujuk Balik (PRB). Program PRBĀ  ditujukan bagi para penderita penyakit kronis (dua diantaranya adalah stroke dan lupus) yang stabil dan memerlukan pengobatan yang telah ditetapkan dokter spesialis/subspesialis dalam jangka waktu yang panjang. Apotek yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan diharapkan dapat menjamin pemenuhan obat program rujuk balik bagi pasien.

Every human being has the right to get health services which include promotive, preventive, curative and rehabilitative services. In Indonesia, there is a National Health Insurance (JKN) to guarantee the health of every level of society by paying contributions or the contributions are paid by the government and regulated by the Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) which is a legal entity to administer the health insurance program. Health services can cooperate with BPJS Kesehatan in all levels, first-level, advanced-level, and supporting facilities, one of which is pharmacy. One of the BPJS Kesehatan programs is Drug Service in the Program Rujuk Balik (PRB). The PRB program is intended for patients with chronic diseases (two of which are stroke and lupus) who are stable and require treatment that has been prescribed by a specialist/subspecialist for a long period of time. Pharmacies that work together with BPJS Health are expected to be able to guarantee the fulfilment of medication for the referral program for patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Christina
"Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dilakukan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Tujuan dari program ini adalah memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Dalam penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional, terdapat badan hukum yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraannya, yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Klinik pratama merupakan salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam sistem rujukan BPJS Kesehatan sehingga Klink Pratama dibutuhkan. Klinik pratama belum terjangkau pada daerah Kalideres karena masih hanya tersedia sedikit. Dalam pembuatan tugas khusus ini, akan dirancang dan dianalisis klinik pratama yang bekerjasama dengan BPJS dan melayani Program Rujuk Balik (PRB) di daerah Kalideres. Klinik pratama yang dirancang adalah Healthy Body bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan memiliki 2 dokter, 1 dokter gigi, serta membuka pelayanan kesehatan selama 24 jam dengan pasien BPJS 10.000, dengan dana kapitasi BPJS Kesehatan adalah sebesar Rp 9.750 per pasien. Klinik juga melayani pasien PRB sebanyak 15 pasien dengan penyakit jantung dan 11 pasien dengan penyakit Lupus. Breakeven point dari klinik adalah sebesar Rp 1.257.423.590 dan payback period selama 13 bulan. Berdasarkan analisis dari segala aspek yang telah dilakukan, Klinik Healthy Body dinyatakan layak untuk didirikan.

The National Health Insurance Program is part of the Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) which is carried out using a mandatory social health insurance mechanism based on UU no. 40 tahun 2004 concerning BPJS. The purpose of this program is to fulfill the basic needs of proper public health which is given to everyone who has paid dues or whose contributions are paid by the Government. In the implementation of the National Health Insurance program, there is a legal entity that is responsible for its implementation, namely the Health Social Security Administering Body (BPJS). Primary clinic is one of the first-level health facilities in the BPJS Health referral system so that Klink Pratama is needed. Pratama clinics have not been reached in the Kalideres area because there are only a few available. In making this special task, a primary clinic will be designed and analyzed in collaboration with BPJS and serves the Referral Back Program in the Kalideres area. The primary clinic designed is Healthy Body in collaboration with BPJS Health and has 2 doctors, 1 dentist, and opens 24-hour health services for 10,000 BPJS patients, with BPJS Health capitation funds of Rp 9,750 per patient. The clinic also serves 15 patients with DRR patients with heart disease and 11 patients with lupus. The breakeven point from the clinic is IDR 1,257,423,590 and the payback period is 13 months. Based on the analysis of all aspects that have been carried out, the Healthy Body Clinic is declared feasible to be established."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ulfa Mutiara, supervisor
"Dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan, BPJS bekerjasama dengan fasilitas pelayanan kesehatan dari pemerintah dan masyarakat. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang, wajib membangun jejaring dengan fasilitas kesehatan penunjang untuk menjamin ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, yang dibutuhkan. Apotek merupakan Jejaring dan fasilitas kesehatan dapat bekerjasama dengan BPJS kesehatan. Selain itu, apotek dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam menjamin pemenuhan obat program rujuk balik (PRB). Program Rujuk Balik (PRB) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan jangka panjang. Pasien dapat menebus obat penyakit kronis yang telah diresepkan sebelumnya berdasarkan rekomendasi dari dokter dan dapat menebus resep BPJS di apotek tempat dilakukan nya pelayanan rujuk balik. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan apotek tersebut maka dibuatlah rancangan apotek yang bekerjasama dengan praktik dokter dan Program Rujuk Balik BPJS Kesehatan di Provinsi Jawa Barat. Dalam rancangan ini terdiri dari rancangan pendirian bangunan apotek yaitu Apotek Sehat Farma, rancangan pengeluaran dana (investasi modal awal apotek, biaya operasional apotek, pembiayaan jasa pelayanan), rancangan pendapatan masuk (pendapatan non prb dan pendapatan dari program rujuk balik), perhitungan laba rugi, payback period (PP), return of invesment (ROI), dan break event point (BEP). hasil yang didapatkan adalah perhitungan payback period (PP) yang diperoleh tidak melebihi batas maksimum 5 tahun dan nilai return of invesment (ROI) yang diperoleh yaitu 276,46%. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka 4 bulan apotek sudah bisa mengembalikan modal awal pembangunan apotek dengan besaran tingkat return (%) selama periode investasi.

In the implementation of Health Insurance, BPJS collaborates with health service facilities from the government and the community. Health facilities that do not have supporting facilities are required to build a network with supporting health facilities to ensure the availability of medicines and consumable medical materials that are needed. Pharmacy is a network and health facilities can collaborate with BPJS health. In addition, pharmacies can collaborate with BPJS Kesehatan in ensuring compliance with drug referral program (PRB). The Referral Program (PRB) is a health service provided to patients with chronic diseases with stable conditions and still needing long-term treatment. Patients can redeem chronic disease drugs that have been prescribed previously based on a doctor's recommendation and can redeem BPJS prescriptions at the pharmacy where the return referral service is carried out. To find out how the pharmacy's income is, a pharmacy design is made in collaboration with medical practices and the BPJS Health Referral Program in West Java Province. In this design, it consists of the design of building a pharmacy, namely the Healthy Farma Pharmacy, the design of the fund expenditure (initial capital investment of the pharmacy, pharmacy operating costs, service financing), the design of incoming income (non-household income and income from the referral program), the calculation of profit and loss, payback period (PP), return of investment (ROI), and break event point (BEP). The results obtained are the calculation of the payback period (PP) obtained does not exceed the maximum limit of 5 years and the value of return of investment (ROI) obtained is 276.46%. The results of these calculations indicate that within 4 months the pharmacy can return the initial capital to build the pharmacy with the rate of return (%) during the investment period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Shannah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ketersediaan obat Program Rujuk Balik di Apotek Jejaring BPJS Kesehatan Cabang Depok Tahun 2017. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan sistem, dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Input dalam penelitian ini adalah sumber daya manusia, ketersediaan dana, ketersediaan data, sarana dan prasarana, dan kebijakan, sedangkan prosesnya mengadopsi siklus manajemen logistik, yaitu perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemeliharaan, dan penghapusan.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi masalah pada unsur input yaitu sumber daya manusia dan ketersediaan dana, serta masalah pada unsur proses yaitu perencanaan dan pengadaan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya masalah pada output yaitu berupa tidak tersedianya beberapa obat PRB di Apotek Jejaring BPJS Kesehatan. Peneliti menyarankan BPJS Kesehatan mendorong Kementerian Kesehatan agar Apotek dapat melakukan pengadaan melalui e-katalog.

The purpose of this research is to determine the drugs availability of Back Referral Program BPJS Kesehatan in Depok year of 2017. This research used system approach and qualitative method, data collectinon is done through in depth interviews, observation, and documents analysis. The Input in this research are human resource, fund availability, data availability, facilities, and policy. The process in this research are planning, budgeting, procurement, storage, distribution, maintenance, and elimination.
Result of this study found that there are problems in human resources, fund availability, planning, and procurement. That problems caused some the drugs of Back Referral Program is not available at the Pharmacies. Researcher suggest that BPJS Kesehatan encourage tha Ministry of Health so that the Pharmacies can do procurement by e catalogue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Nur Aura Islami
"Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker yang dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi standar mengenai pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik yang ada di Apotek Kimia Farma Pondok Bambu salah satunya adalah pelayanan obat pasien Program Rujuk Balik yang merupakan program unggulan BPJS Kesehatan untuk pemenuhan obat peserta dengan bekerja sama dengan depo/apotek. Program Rujuk Balik (PRB) adalah bertujuan untuk memudahkan akses bagi peserta penderita penyakit kronis. BPJS Kesehatan memanfaatkan teknologi digital yang semakin maju untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, serta peningkatan mutu pelayanan contohnya adalah memungkinkan fasilitas kesehatan tingkat pertama merujuk pasien ke tingkat lanjut secara daring. Dengan adanya perkembangan teknologi digital ini dapat dimanfaatkan oleh BPJS Kesehatan dan apotek yang bekerja sama untuk pelayanan pasien Program Rujuk Balik dalam penerimaan resep yang sebelumnya secara manual menjadi digital. Banyaknya persyaratan yang harus dibawa oleh pasien saat pengambilan obat PRB dirasa kurang efisien dan memakan tempat yang cukup banyak. Pada laporan praktik kerja profesi apoteker ini bertujuan untuk mempersiapkan penerapan sistem baru pelayanan pasien PRB di apotek dengan penerimaan resep secara digital melalui aplikasi Whatsapp yang dapat memudahkan peserta tidak perlu membawa berkas yang banyak dan menjadikan sistem pelayanan lebih efisien.

Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmacists carry out pharmaceutical practices who are assisted by Pharmacy Technical Staff in carrying out pharmaceutical work. Pharmacy service standards in pharmacies include standards regarding the management of pharmaceutical preparations, medical devices and medical consumables, and clinical pharmacy services. One of the clinical pharmacy services at the Kimia Farma Pondok Bambu Pharmacy is the drug service for patients of the Refer Back Program, which is the flagship program of BPJS Kesehatan for fulfilling drug participants by working with depots/pharmacies. The Program Rujuk Balik (PRB) is aimed at facilitating access for participants with chronic diseases. BPJS Kesehatan utilizes increasingly advanced digital technology to increase effectiveness, efficiency, and improve service quality, for example, by enabling first-level health facilities to refer patients to advanced levels online. With the development of this digital technology, BPJS Health and pharmacies can work together to service patients of the Refer Back Program in receiving prescriptions that were previously made digital manually. The many requirements that must be brought by patients when taking PRB drugs are felt to be inefficient and take up quite a lot of space. This report on the work practice of the pharmacist profession aims to prepare for the implementation of a new system of servicing PRB patients in pharmacies by digitally receiving prescriptions via the Whatsapp application which can make it easier for participants not to need to carry a lot of files and make the service system more efficient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Rahmawati Putri
"Home pharmacy care adalah salah satu aspek pelayanan farmasi yang ada di apotek dengan pelaksanaannya dilakukan di rumah khususnya pada pasien lanjut usia dan memiliki riwayat penyakit kronis (diabetes, penyakit kardiovaskular, TBC, asma). Tujuan dilakukannya home pharmacy care adalah meningkatkan pemahaman mengenai pengobatan sehingga penggunaan obat sesuai, serta memastikan kepatuhan penggunaan obat pasien sehingga keberhasilan terapi akan meningkat. Akibat dari peningkatan kasus virus corona yang terjadi di Indonesia, pelaksanaan home pharmacy care di Apotek Kimia Farma 352 tidak dilakukan dengan berkunjung ke rumah pasien untuk meminimalkan resiko penularan. Strategi yang dilakukan melalui telfon atau disebut dengan metode telefarma. Fokus pasien yang dilakukan home pharmacy care adalah pasien PRB (Program Rujuk Balik)

Home pharmacy care is one aspect of pharmaceutical services in pharmacies where it is carried out at home, especially for elderly patients who have a history of chronic diseases (diabetes, cardiovascular disease, tuberculosis, asthma). The aim of doing home pharmacy care is to increase understanding of medication so that drug use is appropriate, and ensure adherence to patient drug use so that the success of therapy will increase. As a result of the increase in cases of the corona virus that has occurred in Indonesia, the implementation of home pharmacy care at the Kimia Farma 352 Pharmacy is not carried out by visiting the patient's house to minimize the risk of transmission. The strategy carried out by telephone is known as the telepharma method. The focus of patients undergoing home pharmacy care is PRB (Referral Program) patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chinthia Rahadi Putri
"Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap akses kesehatan pada masyarakat sehingga masyarakat dapat memperoleh pengobatan yang berkualitas, terjamin mutunya, dan terjangkau. Sebagai wujud keselarasan dengan tujuan adanya JKN, maka apoteker perlu memaksimalkan pengobatan yang diberikan kepada pasien. Salah satu upaya dalam memaksimalkan pengobatan tersebut ialah dengan melakukan pengkajian resep. Dengan adanya pengkajian resep ini akan menurunkan kejadian ketidakrasionalan penggunaan obat. Pengkajian resep ini dilakukan terhadap pasien peserta BPJS Kesehatan Program Rujuk Balik (PRB) serta pada pasien umum.

The National Health Insurance Program (JKN) is a form of government concern for access to health in the community so that people can get quality, guaranteed quality, and affordable treatment. As a form of alignment with the objectives of JKN, pharmacists need to maximize the treatment given to patients. One of the efforts in maximizing the treatment is by conducting a prescription review. This prescription review will reduce the incidence of irrational use of drugs. This prescription review was conducted on patients participating in the BPJS Health Referral Program (PRB) and on general patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>