Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123319 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febriana Kusuma Dian Mayasari
"RSUD Cengkareng sebagai rumah sakit rujukan Covid-19 perlu melakukan efisiensi perawatan pasien Covid-19. Hal ini dapat dilakukan dengan pengendalian lama hari rawatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lama hari rawat pasien Covid-19 di RSUD Cengkareng tahun 2020. Penelitian ini menggunakan mixed method explanatory design. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medis, data primer dari wawancara mendalam serta telaah dokumen rumah sakit. Sampel penelitian diambil secara systematic random sampling dengan menggunakan rumus Slovin yaitu 302 responden. Informan ditentukan secara purposive sampling sehingga dipilih enam informan. Data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis statistik menggunakan perangkat Microsoft Office Excel. Data kualitatif ditranskripkan dalam bentuk narasi untuk dilakukan pengumpulan, pengklasifikasian dan membuat rangkuman. Hasil kedua data kemudian digabungkan dan dibandingkan untuk memperdalam data kuantitatif serta untuk mendapatkan persamaan maupun perbedaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama hari rawat pasien Covid-19 selama 13,57 hari. Variabel usia, jenis kelamin, tingkat keparahan, komorbid dan ruang rawatan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lama hari rawat pasien Covid-19 dengan nilai F hitung < F tabel. Dengan mengetahui lama hari rawat pasien, maka dapat digunakan untuk mengevaluasi layanan yang telah diberikan sehingga dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas layanan rumah sakit.

Cengkareng Hospital as a Covid-19 referral hospital needs to be efficient in treating Covid-19 patients. This can be done by controlling the length of stay (LoS). This study aims to determine the factors that influence the LoS of hospitalization for Covid-19 patients at Cengkareng Hospital in 2020. This study uses a mixed explanatory design method. The data collected is secondary data taken from medical records, primary data from in-depth interviews and hospital document review. The research sample was taken by systematic random sampling using the Slovin formula, namely 302 respondents. Informants were determined by purposive sampling so that six informants were selected. Quantitative data were analyzed using statistical analysis using Microsoft Office Excel. Qualitative data was transcribed in the form of a narrative for collecting, classifying and summarizing. The results of the two data are then combined and compared to deepen the quantitative data. The results showed that the average LoS for Covid-19 patients was 13.57 days. Variables, gender, severity, age of comorbidities and treatment room have a significant influence on the LoS, with F count < F table. By knowing the LoS of patient care, it can be used for applications that have been given so that it can be input to improve the quality and effectiveness of hospital services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Ratna Dewi Wijayanti
"Ibu hamil menjadisalah satu kelompok masyarakat yang rentan terinfeksi COVID-19 akibat adanya perubahan fisiologis tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan pandemi COVID-19 memengaruhi perawatan selama kehamilan, meningkatkan angka kehamilan risiko tinggi, dan meningkatkan mortalitas padaibu dan bayinya. Menurut WHO, peningkatan jumlah persalinan dengan metode Sectio Caesaria (SC) berbanding lurus dengan peningkatan kejadian infeksi daerah operasi (IDO). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis faktor-faktor intrinsik (umur pasien, status gizi, anemia, kejadian perdarahan)dan faktor ekstrinsik ( pengetahuan tenaga kesehatan tentang pengendalian infeksi rumah sakit, kepatuah kebersihan tangan tenaga kesehatan, kepatuhan penggunaan alat pelindung diri tenaga kesehatan, lama waktu operasi dan penggunaan antibiotika profilaksis) yang menyebabkan kejadian IDO pada pasien pasca-SC selama pandemi COVID-19 di RSUD Bali Mandara. Penelitian menggunakan desain kuantitatif analitik korelasional cross-sectional. Sampel penelitian 183 tenaga kesehatan yang bertugas di ruang perawatan pasca- SC dengan menggunakan rule of thumb dan instrumen penelitiannya berupa kuisioner dan lembar observasi. Data faktor intrinsik diambil dari rekam medis (umur pasien, status gizi, anemia, serta kejadian perdarahan) kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Dari variabel umur pasien rata-rata berusia 28,19 tahun (26,2–30,15) dengan pasien yang mengalami IDO cenderung lebih muda. Mayoritas subjek mengalami anemia, baik pada kelompok pasien yang mengalami maupun yang tidak mengalami IDO. OR pasien anemia yang mengalami IDO adalah 0,652 sehingga menunjukkan sifat protektif.
Dari faktor ekstrinsik diperoleh nilai median pengetahuan nakes tentang pengendalian infeksi sangat baik dengan rata-rata 90 (85,89–90,36). Selain itu, nilai mean kepatuhan kebersihan tangan nakes adalah 3,35 (3,23–3,47) yang berarti sangat baik. sementara nilai median dari faktor kepatuhan penggunaan APD nakes adalah 16 (14,66-15,59) dengan nilai maksimum 16. Pada lama operasi, dengan median yang didapat 42 (41,88–45,18) menit masih serupa dengan standar rerata lama SC (45 menit). Analisis Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peringkat lama waktu operasi pasien yang tidak signifikan pada pasien yang mengalami IDO pasca-SC dan yang tidak mengalami IDO.Pada penggunaan antibiotika profilaksis, sebagian besar pasien penelitian menggunakannya (RR = 0,16), menunjukkan faktor umur pasien menjadi faktor intrinsik dan kepatuhan pengunaan APD menjadi faktor ekstrinsik yang memengaruhi kejadian IDO pasien COVID-19 pasca SC tahun 2020 di RSUD Bali Mandara. Asuhan antenatal yang terfokus bekerja sama dengan fasilitas kesehatan primer,serta pemangku kebijakan dalam menyiapkan fasilitas kesehatan yang memadai bagi pasien dan tenaga kesehatan serta membangkitkan kesadaran untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi oleh pasien dan keluarga merupakan salah satu upaya menurunkan angka IDO.

Pregnant women are one of the groups of people who are vulnerable to being infected with COVID-19 due to physiological changes in the body. Several studies have shown that the COVID-19 pandemic is affecting care during pregnancy, increasing the rate of high-risk pregnancies, and increasing mortality for both mother and baby. According to WHO, the increase in the number of deliveries using the C-Section (CS) method is directly proportional to the increase in the incidence of surgical site infections (SSI). The purpose of this study was to analyze intrinsic factors (patient age, nutritional status, anemia, bleeding incidence) and extrinsic factors (knowledge of health care workers in hospital infection control, hand hygiene compliance, compliance with the use of personal protective equipment, duration of surgery and use of prophylactic antibiotics). which caused the incidence of SSI in post-CS patients during the COVID-19 pandemic at the Bali Mandara Hospital. This study uses a cross-sectional correlational analytic quantitative design. The research sample was 183 health workers who served in the post-CS treatment room using the rule of thumb and research instruments are form of questionnaires and observation sheets. Intrinsic factor data were taken from medical records (patient age, nutritional status, anemia, and bleeding incidence) and then analyzed by univariate and bivariate. From the age variable, the average patient was 28.19 years (26.2–30.15) with patients experiencing SSI which tended to be younger. The majority of subjects in this study were anemic, both in the group of patients with and without SSI. The OR of anemic patients with SSI was 0.652, indicating protective properties.
From extrinsic factors, the median knowledge of health workers about infection control was very good with an average of 90 (85.89–90.36). In addition, the mean hand hygiene compliance of health workers was 3.35 (3.23–3.47) which means very good. while the median value of the compliance factor for the use of PPE for health workers is 16 (14.66- 15.59) with a maximum value of 16. In the length of operation, the median obtained is 42 (41.88-45.18) minutes, which is still similar to the standard length of time CS(45 minutes). The Mann-Whitney analysis showed that there was a non-significant difference in the ratings for the duration of surgery for patients with post-CS SSI and those without SSI. In the use of prophylactic antibiotics, most of the study patients used them (RR = 0.16), indicating a factor The patient's age is an intrinsic factor and compliance with the use of PPE is an extrinsic factor that affects the incidence of SSI in post-CS COVID-19 patients in 2020 at the Bali Mandara Hospital. Antenatal care that focuses on collaborating with primary health facilities, as well as policy makers in preparing adequate health facilities for patients and health workers as well as raising awareness to maintain maternal and infant health by patients and families is one of the efforts to reduce SSI rates.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristoforus Hendra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan seringkali diasosiasikan dengan tingginya frekuensi perawatan di rumah sakit dan lama rawat yang panjang. Sayangnya, hingga saat ini belum ada satupun penelitian yang menggambarkan lama rawat serta profil pasien gagal jantung di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran lama rawat dan mendeskripsikan karakteristik demografis serta karakteristik klinis dari pasien-pasien gagal jantung yang dirawat di RSUPN-CM pada tahun 2012
Metode: Dilakukan suatu studi dengan desain potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien-pasien gagal jantung di RSUPN-CM selama tahun 2012. Selanjutnya dilakukan pengolahan data secara deskriptif untuk kemudian ditampilkan.
Hasil: Terkumpul data 331 pasien gagal jantung yang dirawat selama tahun 2012. Median usia adalah 58 tahun, 62,2% di antaranya adalah pria, dan 42,9% menggunakan jaminan sosial Askes/In-Health. Tingkat pendidikan yang terbanyak adalah pendidikan SMU dan sederajat sebanyak 23,9%. Median lama rawat 8 hari didapat dari perhitungan yang dilakukan terhadap semua pasien (NYHA I – IV), namun pada mereka yang dirawat dengan kelas fungsional NYHA III – IV saja, median lama rawatnya 9 hari. Pada awal perawatan, median tekanan darah sistolik 124 mmHg, denyut nadi 90 kali permenit, edema perifer terdapat pada 36,9% pasien, hipertensi 57,1%, diabetes mellitus 33,2%, penyakit jantung iskemik 74,9%, gangguan fungsi ginjal pada 46,2%, penyakit saluran pernafasan akut pada 45,9%, dan skor CCI terbanyak adalah 3.
Kesimpulan: Median lama rawat pasien gagal jantung di RSUPN-CM adalah 8 – 9 hari. Sebagian besar pasien adalah pria, berpendidikan SMU, dan menggunakan jaminan Askes/In-Health dengan median usia 58 tahun.

ABSTRACT
Introduction: Heart failure has become global health issue worldwide, as it has been associated with high rate of readmissions and prolonged hospitalizations. Indonesia has never had any publication describing the profile and length of hospital stay of their heart failure patients. Hence, the aim of this study is to obtain the length of hospital stay and describe the demographic characteristic as well as clinical characteristic of heart failure patients in Cipto Mangunkusumo General Hospital hospitalized in the year of 2012.
Methods: A cross sectional study was designed using secondary data from heart failure patients’ medical records in Cipto Mangunkusumo General Hospital admitted during 2012. Furthermore, data were calculated and presented thereafter.
Results: Based on the medical records of the year 2012, 331 heart failure patients were included in the study. Median age was 58 years old, 62,2% were men, 42,9% used Askes/In-Health as their social insurance payor, and as many as 23,9% had graduated from senior high school level. Median length of stay was 8 days for all patients, while for patients admitted with NYHA functional class III – IV, the median length of stay was 9 days. When patients were admitted to hospital, median systolic blood pressure was 124 mmHg, pulse 90 beats per minute, peripheral edema was shown in 36,9% of patients, hypertension in 57,1%, diabetes mellitus in 33,2%, ischemic heart disease in 74,9%, renal impairment in 46,2%, acute respiratory conditions in 45,9% of patients, and the most frequent CCI score was 3.
Conclusions: Median length of stay for heart failure patients in Cipto Mangunkusumo GH is 8 – 9 days. Most patients were men, senior high school graduate, and used Askes/In-Health as their social insurance, with median age 58 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Fahmia
"COVID-19 menjadi pandemi di seluruh dunia sejak Maret 2020. Hipertensi merupakan penyakit penyerta yang banyak diderita oleh pasien COVID-19. Banyaknya kasus COVID-19 membuat daya tampung fasilitas kesehatan hampir tidak mencukupi untuk memberikan pelayanan medis rawat inap yang memadai pada pasien COVID-19. Perpanjangan lama rawat inap pasien COVID-19 berefek terhadap besaran biaya yang ditanggung pemerintah atau pasien sendiri. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara hipertensi dengan lama rawat inap pasien terkonfirmasi COVID-19 di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Desain studi kohort retrospektif dilakukan pada 369 pasien terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat inap di RSUI selama Maret sampai dengan Oktober 2020, menilai hubungan hipertensi dengan lama rawat inap pasien terkonfirmasi COVID-19 setelah di kontrol usia, jenis kelamin, komorbid, tingkat keparahan, status PCR saat pulang dan status pasien pada akhir rawat. Hasil penelitian didapatkan bahwa median lama rawat inap adalah 13 hari (range 3 – 74 hari). Pasien hipertensi dirawat inap 2 sd 3 hari lebih lama dibandingkan dengan pasien normotensi. Pada analisis bivariat, hipertensi berhubungan dengan lama rawat inap ≥ 14 hari (RR 1,343 95% CI 1,085-1,662 p=0,008). Pada analisis multivariat, hipertensi tidak terbukti memiliki hubungan dengan lama rawat inap ≥ 14 hari pada pasien terkonfirmasi COVID-19 (aRR 1,121, 95% CI 0,818-1,534, pvalue=0,476) setelah mempertimbangkan keparahan penyakit sedang dan berat.

COVID-19 became a worldwide pandemic since March 2020. Hypertension is the most prevalent comorbid amongst COVID-19 patients. The large number of COVID-19 cases has made the capacity of health facilities almost insufficient to provide adequate inpatient medical services for COVID-19 patients. Prolonged hospitalization impacted to increased costs borne by government or patients themselves. This study aims to determine the relationship between hypertension and length of stay of confirmed COVID-19 patients at the University of Indonesia Hospital (RSUI). A retrospektif cohort study design was conducted on 369 confirmed COVID-19 patients who were hospitalized at RSUI during March to October 2020, assessing the relationship between hypertension and the length of stay of patients with confirmed COVID-19 after being controlled for age, gender, severity, comorbidities, outpatient PCR status, patients status at discharged.  The results showed that the median length of hospitalization was 13 days (range 3 – 74 days). Hypertensive patients are hospitalized for 2 to 3 days longer than normotensive patients. In bivariate analysis, hypertension shown to have association with length of hospital stay  ≥ 14 days (RR 1,343 95% CI 1,085-1,662 p=0,008). In multivariate analysis, hypertension was not shown to have an association with length of stay ≥ 14 days in patients with confirmed COVID-19 (RR 1.121, 95% CI 0.846-1.703, p-value = 0.476) after being controlled for moderate and severe disease severity.  "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanzil, Ricky Effendi
"Memasuki era perdagangan dan investasi bebas baik dalam kerangka AFTA maupun APEC, semua Rumah Sakit di Indonesia harus meningkatkan efisiensi pelayanannya kepada masyarakat untuk memenangkan persaingan. Salah satu parameter efisiensi pelayanan rumah sakit selain BOR dan TOI adalah LHR (lama hari rawat) yang penting bagi manajemen RS untuk kualitas pelayanan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah salah Satu penyakit degeneratif yang makin banyak terdapat akhir-akhir ini, sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup, meningkatnya pencemaran udara akibat industrialisasi, meningkatnya mobilisasi, serta perubahan gaya hidup masyarakat. RSUP Persahabatan Jakarta yang merupakan pusat rujukan paru nasional dan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana, mencoba menerapkan delapan strategi manajemen diantaranya dengan lebih mempersingkat lagi lama hari rawat rata-rata. Masalahnya selama 1 tahun terakhir (1 Desember 1994 sampai dengan 30 November 1995), di Ruang Rawat Soka RSUP Persahabatan Jakarta, masih terdapat sebanyak 20 kasus Penyakit Paru Obstruksi Kronik atau 40% dari sebanyak 50 pasien yang pulang hidup, mempunyai LHR lebih lama dari 14 hari sesuai standar rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan LHR PPOK yang diperkenankan pulang setelah dirawat di Ruang Rawat Soka RSUP Persahabatan Jakarta selama 1 tahun penuh ( 1 Desember 1994 s/d 30 Desember 1995 ) dan menganalisa hubungannya. Disain penelitian adalah cross sectional memakai data sekunder dari rekam medis, deskriptif statistik memakai tabel distribusi frekuensi dan areal isa statistik memakai tabulasi silang dengan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua faktor-faktor internal rumah sakit tidak ada yang mempunyai hubungan dengan LHR PPOK, sedang dari faktor-faktor eksternal rumah sakit, hanya faktor- kelas perawatan yang dipilih pasien mempunyai hubungan dengan LHR PPOK. DisimpuIkan, penelitian ini tidak menjawab sebagian besar faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan LHR PPOK, serta disarankan agar diadakan penelitian lanjutan dengan memakai disain penelitian kohort, sehingga dapat menerangkan hubungan sebab akibat.

Following to the AFTA and APEC era in the near future, support hospital management concern in Indonesia to improve their efficiency, effectiveness of the service. Inpatient's Length of Stay in a hospital is one of the hospital efficiency indicators as well as Bed Occupancy Rate and Turn Over Interval, and it is important to the hospital management to indicate the quality of service. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is one of the increased degenerating diseases following to social economic condition such as life expectancy rates, air pollution due to industrialization, public mobilization and changing in the way of life. Persahabatan General Hospital is a centre of excellent in pulmonary disease, and a partially self financing hospital since 1492, apply the eight strategic management policy to improve it efficiency, and one of these strategic is shortening the Average Length Of Stay. The problem is, there are 20 cases or 40% of all allowed discharged COPD cases in Persahabatan General Hospital, have Length Of Stay more longer than the hospital's standard for the last one year. The aims of the research is to describe and to analyze factors which is be estimated relating to Length Of Stay of all allowed discharged COPD cases for last one year in Persahabatan General Hospital. The methodology of this research is a cross sectional study of allowed discharged COPD cases for one year period and research sample used data is secondary data which given by medical record department. Statistical analysis use tables of frequency, distribution and descriptive statistic for univariate analysis and chi square test for bivariate analysis. The results is, only one variable of the external factors have a statistically significance related to Length Of Stay, but the other variables show non significances. The conclusions is, the research concept actually cannot prove allowed discharged COPD's most relating factors to Length Of Stay in Persahabatan General Hospital as reported by references or prior researchers and suggest to follow through this research by difference concept to know other variables relating to Length Of Stay of allowed discharged COED, and developed another research to explore causes factors such as kohort study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Hardjono
"Pendahuluan. Rata-rata lama hari rawat merupakan salah satu indikator effisiensi pengelolaan rumah sakit dan juga merupakan tolak ukur pelayanan medis rumah sakit. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatic paraplegia yang dirawat di Instalasi Rehabilitasi Media Rumah sakit Fatmawati belum diketahui dan berkisar antara 1 hari sampai dengan 360 hari.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia serta faktor-faktor apa yang berhubungan dan mempengaruhi rata-rata lama hari rawat tersebut.
Metodologi. 71 Penderita traumatik paraplegia yang dapat ditelusuri . datanya melalui telaah rekam medic merupakan bagian dari 93 penderita traumatik paraplegia yang dirawat di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati mulai awal tahun 1990 sampai dengan akhir tahun 1993. Penderita dikelompokan menurut awal kedatangan penderita yaitu penderita yang langsung dirawat di RSUP Fatmawati, penderita yang datang dari rumah sakit lain dan penderita yang pergi ke dukun terlebih dahulu. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan analisis Marian dari Kruskal Wallis serta analisis regresi berganda.
Hasil. Didapatkan 71 penderita traumatik paraplegia yang terdiri dari 13 orang penderita yang langsung berobat ke R.S.Fatmawati, 10 orang penderita berobat ke dukun terlebih dahulu dan 48 penderita berobat ke RS Lain terlebih dahulu. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia secara umum yang dirawat di RSUP Fatmawati 100 hari, sedangkan yang langsung dirawat di RSUP Fatmawati 73 hari, yang pergi ke dukun terlebih dahulu 178 hari dan yang datang dari rumah sakit lain 104 hari. Kurangnya variasi data khususnya pada penderita yang datang langsung ke RS.Fatmawati dan penderita yang datang dari dukun terlebih dahulu menyebabkan analisis dengan uji mean tidak bisa dilakukan. Hanya penderita yang datang dari R.S.Lain dapat memenuhi syarat dan dapat dilakukan analisis. Faktor yang mempengaruhi rata-rata lama hari rawat (α = 0.05 ) adalah dekubitus. Besarnya penganth dekubitus terhadap rata-rata lama hari rawat adalah 36 had setiap peningkatan stadium ( Grade) dekubitus.
Kesimpulan. Hasilpenelitian menyimpulkan bahwa rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia yang dirawat langsung di RSVP Fatmawati terpendek dibandingkan penderita yang datang dari nwmah sakit lain atau dukun terlebih dahulu.. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia dipeugatuhi oleh komplikasi dekubitus. Diharapkan hasil penelitian dan saran-saran dapat membantu dalam upaya peningkatan katalitas pelayanan penderita traumatik paraplegia tidak saja terbatas bagi RSUP Fatmawati tetapi bagi rumah sakit lainnya di Indonesia.

Introduction. The average length of stay is one of the indicator of hospital management efficiency and also a parameter of hospital medical services. The average length of stay of paraplegia traumatic patient which is treated at RSUP Fatmawati hasn't been known yet and the range are from 1 to 360 days.
Purpose. The purpose of this research is to gain the profile of the average length of stay of paraplegia traumatic patient and its connected and influencing factors.
Methodology. 71 traumatic paraplegia were observed from the medical record at RSup Fatmawati between 1990 to 1993. The patients are categorized into 1) patients who are treated directly at RSUP Fatmawati hospital (13 patients), 2) coming from other hospital before treated at Fatmawati hospital (48 patients), 30 patients coming from traditional healers before treated at Fatmawati Hospital (10 patients). The predicted factors which influence the length of stay of the traumatic paraplegia are sex, age, decubitus, uriterary tract infections, other complications, type of paralysis, treatment and method of payment. The statistical analysis that is used is univariance analysis, bivariance with analysis of variance (anova) and Kruskall Wallis and multiple regression analysis.
Result. In general, the length of stay of the traumatic paraplegia is 100 days, patients which is coming directly to fatmawati Hospital is 73 days, patients coming from other hospitals 104 days and patients coming from traditional healers 178 days. Factor which influence the length of stay is decubitus (p=0,00) and the increasing of the length of stay is 36 days/grade of decubitus.
Conclusion. the result of this research conclude that the average length of stay of the traumatic paraplegia patients who are treated directly at RSUP Fatmawati is the shortest period comparing to others coming from other hospitals or traditional healers. The influence factor of the length of stay is decubitus which is prolong 36 days/ grade decubitus. This is indicated that nursing care is very important part in the treatment of the traumatic paraplegia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T2540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Imelda
"Latar Belakang: Stroke iskemik merupakan penyebab kecacatan no 1 didunia yang membutuhkan perawatan jangka panjang sehingga akan mempengaruhi lama hari rawat di rumah sakit. Berdasarkan data statistik tahun 2012 rumah sakit PMI Bogor terjadi peningkatan kasus stroke iskemik yang cukup tinggi. Namun belum ada gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien stroke iskemik.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat inap pasien stroke iskemik baik faktor karakteristik rumah sakit (Kelas Perawatan, Pemakaian ruangan intensive, Hari masuk, Hari keluar) maupun faktor karakteristik pasien (Umur, Jenis kelamin, Komplikasi, Penyakit Penyerta, Cara Bayar Dan Cara Keluar).
Metode: Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional, jumlah sampel 112 pasien dengan data sekunder dari sistem informasi rekam medis rumah sakit. Data dianalisis secara univariat dan bivariat.
Hasil dan kesimpulan: Penelitian menunjukkan bahwa rata–rata lama hari rawat inap pasien stroke iskemik di rumah sakit PMI Bogor tahun 2012 adalah 5,88 hari, dan hasil uji bivariat yang berhubungan adalah yang memiliki nilai (p<0,005). Faktor yang mempengaruhi lama hari rawat yang panjang adalah pasien diruangan intesive (p=0,006), memiliki komplikasi (p=0,001) dan penyakit jumlah penyerta (p=0,035). Sedangkan faktor yang mempengaruhi lama hari rawat lebih singkat adalah cara keluar pasien yang keluar atas permintaan sendiri (p=0,003). Variabel kelas perawatan, hari masuk, hari keluar, umur, jenis kelamin, cara bayar tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Saran: segera menetapkan standar lama hari rawat pasien stroke iskemik dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi lama hari rawat yaitu pada variabel pemakaian ruangan intesive, komplikasi, penyakit penyerta, dan cara keluar.

Background: Stroke Ischemic is the no.1 cause of disability in the world and long-term care that will affect the long days hospitalized. Based on the statistical data of 2012 PMI Bogor hospital increased cases of ischemic stroke is high enough. But there is no picture and the factors related with lenght of stay inpatient for stroke ischemic.
Objective: This study was to describe and factors related to the old days of hospitalization for ischemic stroke patients both hospital characteristic factors (Class Care, Intensive Care Use, Day In, Day Out) and factors of patient characteristics (Age, Sex, Complications, Infectious Host, How To Pay And How To Get Out).
Methode: This study is a quantitative cross-sectional design, the sample size of 112 patients with secondary data from the medical record information system hospital. Data were analyzed using univariate and bivariate.
Results and conclusions: The study showed that the average length of stay inpatient of for stroke ischemic patients in the hospital PMI Bogor in 2012 was 5.88 days, and the test results are related bivariate who has value (p<0.005). Factors affecting long long day care is patient room of intesive (p=0.006), had a complication (p=0.001) and the number of comorbid diseases (p=0.035). While the factors that affect the long days shorter hospitalization is the way out the exit at the request of the patient 's own (p=0.003). Variable-class care, day in, day out, age, gender, how to pay did not show any significant relationship.
Suggestion: immediately set the standard lenght of stay inpatient ischemic stroke ischemic and control the factors that affect the day care is the use of variable intesive room, complications, comorbidities, and the way out.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Riyana Tedja
"Skripsi ini membahas hubungan faktor individu, sosio demografi, dan administrasi dengan lama hari rawat. Faktor individu meliputi status gizi awal menurut SGA (Subjective Global Assessment) dan IMT (Indeks Massa Tubuh). Faktor sosio demografi meliputi umur, jenis kelamin, kelas perawatan, jenis penyakit, dan jumlah diagnosa penyakit. Faktor administrasi meliputi hari masuk, hari pulang, dan sumber biaya. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menggunakan data rekam medis sebagai data sekunder dengan desain studi crosssectional. Actual subject dalam penelitian ini adalah 2.037 pasien RS Pantai Indah Kapuk yang berusia di atas 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,1 persen memiliki lama hari rawat pendek. Dengan uji chi square, variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan lama hari rawat dalam penelitian ini adalah status gizi awal (menurut SGA dan IMT), asupan gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat), umur, jenis penyakit, dan jumlah diagnosa penyakit.

Purpose of this study is to understand the relations between individual, socio demographic, and administrative factors to length of stay. Individual factor consists of initial nutritional status (based on SGA/Subjective Global Assessment and BMI/Body Mass Index) and nutrient intake (energy, protein, fat, and carbohydrate). Socio demographic factor consists of age, gender, patient rooms, type of diseases, and number of diseases. Administrative factor consists of day of admission, day out of hospital, and sources of payment. This study is using medical records as secondary data and cross-sectional design. The actual subjects are 2.037 inpatients who are above 18 years old. The results shows 81,1 per cent inpatients have short length of stay. With chi square test, initial nutritional status (SGA and BMI), nutritional intake (energy, protein, fat, and carbohydrate), age, type of diseases and number of diseases are significantly related to inpatients' length of stay."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Wartawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beberapa faktor internal dan eksternal rumah sakit terhadap lama hari rawat pasien bedah di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan studi retrospektif yang mencatat data pasien bedah yang dirawat di ruang rawat inap bedah kelas III RSUP Sanglah selama tahun 2011. Dari 11 variabel independen yang dinilai, didapatkan 5 faktor yang memiliki hubungan bermakna terhadap lama hari rawat pasien yang menjalani pembedahan. Kelima faktor tersebut berturut turut dari yang terkuat hubungannya adalah; diagnosa penyakit, komplikasi operasi, jenis operasi, teknik operasi dan pelaksana operasi. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan formula untuk memprediksi lama hari rawat pasien bedah yang baru masuk rumah sakit.

This study aimed to determine the relationship of internal and external factors of hospital to length of stay in surgical patients at Sanglah Public General Hospital. This study used a retrospective study design that records data surgical patients treated in the surgical ward Sanglah General Hospital during 2011. Of the 11 independent variables considered, it was found five factors that have significant ties to length of stay for patients who undergo surgery. Consecutive five factors of the strongest relationships were; diagnosis of disease, complications of surgery, type of surgery, operative techniques, and operator of surgery. The results of this study can also be used as a formula to predict the length of stay day of a new ambulatory surgical patients who admitted to hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31679
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yussi Damayanti
"Pengeluaran biaya Asuransi Kesehatan merupakan salah satu pengeluaran kesehatan total yang dikeluarkan oleh pihak ketiga yang besarnya semakin meningkat setiap tahunnya. Takaful merupakan salah satu penyedia Asuransi Kesehatan dimana pengeluaran biaya kesehatan untuk manfaat rawat jalan cenderung meningkat setiap tahunnya. Kunjungan rawat jalan peserta dan rata-rata biaya klaim yang meningkat setiap tahunnya, diikuti pula dengan peningkatan rasio klaim. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi akan variabel yang mempengaruhi besaran klaim rawat jalan. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan metode kuantitatif, dengan melihat faktor jenis kelamin, umur, status kepesertaan, batasan manfaat, dan besaran premi. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan besaran klaim rawat jalan. Sebaliknya umur, status kepesertaan, batasan manfaat, dan besaran premi berhubungan dengan besaran klaim rawat jalan. Variabel batasan manfaat memiliki pengaruh yang sangat signifikan dan menunjukkan peningkatan besaran klaim rawat jalan sebesar 73,1% pada setiap peningkatan 1% batasan manfaat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi underwriter Takaful dalam melakukan evaluasi analisis batasan manfaat yang dimiliki peserta asuransi kumpulan.

Health Insurance Expenditures are one of the total health expenses incurred by third parties that increasing every year. Takaful is one of the Health Insurance providers where health expenses for outpatient benefits tend to increase every year. Participants outpatient visits and the average claim cost increased each year, followed by an increase the claim ratio. This research was identify the variables that affect the amount of outpatient claims. This study uses a cross-sectional study with quantitative methods, by looking at the factors of gender, age, membership status, benefit limits, and premium amount. The results of the analysis show that gender is not related to the amount of outpatient claims. On the other hand, age, membership status, benefit limits, and the amount of the premium are related to the amount of outpatient claims. The benefit limitation variable has a very significant effect and shows an increase in the probability of outpatient claims amounting to 73.1% for every 1% increase in benefit limit. The results of this study can be used as a basis for Takaful underwriters in evaluating the analysis of the limits of benefits owned by group insurance participants"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>