Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aktiva Noviyanti
"COVID-19 adalah wabah virus yang baru muncul pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China. Karena kasus yang begitu progresif, diagnosis penyakit COVID-19 hampir selalu dijumpai pada banyak rumah sakit saat ini, baik yang derajat sakit sedang hingga berat dan kritis. Sebagian besar pasien yang terkonfirmasi COVID-19 juga mengalami gangguan koagulasi sehingga sangat berisiko terjadi thrombosis dan tromboemboli vena maupun arteri. Kami melaporkan tiga dari kasus pasien terkonfirmasi COVID-19 derajat berat mengalami masalah koagulasi dan telah mendapatkan terapi antikoagulan (heparin). Namun, penggunaan heparin tentunya tidak jarang memberikan efek samping, seperti memar, nyeri, dan hematoma pada area injeksi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena teknik injeksi yang tidak tepat, misalnya durasi injeksi yang terlalu cepat. Laporan kasus ini membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaat penerapan injeksi heparin dengan teknik slow injection (durasi injeksi 30 detik dan jeda 10 detik) dalam menurunkan kejadian memar dan intensitas nyeri lokal pada pasien Covid-19 derajat berat dengan abnormalitas parameter koagulasi.

COVID-19 is a viral outbreak that emerged at the end of 2019 in Wuhan, China. Because cases are so progressive, the diagnosis of COVID-19 is almost always found in many hospitals today, both those with moderate to severe and critical illness. Most patients with confirmed COVID-19 also have coagulation disorders, so they are at high risk for venous and arterial thrombosis and thromboembolism. We report that three of the confirmed cases of severe COVID-19 had coagulation problems and were receiving anticoagulant therapy (heparin). However, the use of heparin is certainly not uncommon to have side effects, such as bruising, pain, and hematoma at the injection site. This may be due to improper injection technique, for example the injection duration is too fast. This case report requires further research to prove the benefits of applying heparin injection with a slow injection technique (injection duration of 30 seconds and a pause of 10 seconds) in reducing the incidence of bruising and local pain intensity in severe Covid-19 patients with abnormal coagulation parameters."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aktiva Noviyanti
"COVID-19 adalah wabah virus yang baru muncul pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China. Karena kasus yang begitu progresif, diagnosis penyakit COVID-19 hampir selalu dijumpai pada banyak rumah sakit saat ini, baik yang derajat sakit sedang hingga berat dan kritis. Sebagian besar pasien yang terkonfirmasi COVID-19 juga mengalami gangguan koagulasi sehingga sangat berisiko terjadi thrombosis dan tromboemboli vena maupun arteri. Kami melaporkan tiga dari kasus pasien terkonfirmasi COVID-19 derajat berat mengalami masalah koagulasi dan telah mendapatkan terapi antikoagulan (heparin). Namun, penggunaan heparin tentunya tidak jarang memberikan efek samping, seperti memar, nyeri, dan hematoma pada area injeksi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena teknik injeksi yang tidak tepat, misalnya durasi injeksi yang terlalu cepat. Laporan kasus ini membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaat penerapan injeksi heparin dengan teknik slow injection (durasi injeksi 30 detik dan jeda 10 detik) dalam menurunkan kejadian memar dan intensitas nyeri lokal pada pasien Covid-19 derajat berat dengan abnormalitas parameter koagulasi.

COVID-19 is a viral outbreak that emerged at the end of 2019 in Wuhan, China. Because cases are so progressive, the diagnosis of COVID-19 is almost always found in many hospitals today, both those with moderate to severe and critical illness. Most patients with confirmed COVID-19 also have coagulation disorders, so they are at high risk for venous and arterial thrombosis and thromboembolism. We report that three of the confirmed cases of severe COVID-19 had coagulation problems and were receiving anticoagulant therapy (heparin). However, the use of heparin is certainly not uncommon to have side effects, such as bruising, pain, and hematoma at the injection site. This may be due to improper injection technique, for example the injection duration is too fast. This case report requires further research to prove the benefits of applying heparin injection with a slow injection technique (injection duration of 30 seconds and a pause of 10 seconds) in reducing the incidence of bruising and local pain intensity in severe Covid-19 patients with abnormal coagulation parameters."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Amelya
"Latar Belakang: N-asetilsistein (NAS) memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai antikoksidan dan antiinflamasi. Belum banyak penelitian pemberian NAS pada pasien COVID-19. Pemberian NAS pada pasien COVID-19 derajat berat memiliki hasil luaran yang bervariasi, salah satunya diduga disebabkan lama terapi yang hanya beberapa jamhari.
Tujuan: Rancangan penelitian ini adalah kohort retrospektif di ICU RS PELNI, Jakarta. Penelitian ini dimulai setelah mendapat sertifikat etik dan ijin lokasi yang dimulai pada bulan Februari-April 2023. Pengambilan sampel secara consecutive sampling. Kriteria penerimaan meliputi pasien COVID-19 derajat berat dengan usia ≥18 tahun. Kriteria penolakan meliputi pasien sedang hamil/menyusui. Kriteria pengeluaran meliputi pasien meninggal sebelum pemberian NAS mencapai 14 hari. Luaran yang diamati adalah kejadian intubasi, mortalitas, nilai rasio netrofil limfosit, kadar D-dimer, dan CRP. Data penelitian merupakan data sekunder dari rekam medis. Data dianalisis dengan uji statistik yang sesuai menggunakan program SPSS versi 27.
Hasil: Didapatkan total 112 pasien dengan 55 pasien tidak mendapatkan terapi NAS dan 57 pasien mendapatkan terapi NAS. Dari hasil analisis bivariat didapatkan pasien dengan terapi NAS memiliki kemungkinan untuk diintubasi sebesar 2,7 kali dan tidak berhubugan dengan mortalitas. Dari hasil analisis multivariat, didapatkan hanya variabel kejadian intubasi yang bermakna terhadap mortalitas.
Simpulan: Terapi ajuvan NAS tidak menurunkan kejadian intubasi dan mortalitas.

Background: N-acetylcysteine (NAS) has many benefits, one of which is as an antioxidant and anti-inflammatory. There have not been many studies of giving NAS to COVID-19 patients. Giving NAS to patients with severe degrees of COVID-19 has varied outcomes, one of which is thought to be caused by the duration of therapy which is only a few hours-days.
Purpose: This retrospective cohort study was conducted in the ICU of PELNI Hospital, Jakarta. This research was started after obtaining an ethical certificate and location permit which began in February-April 2023. The samples were taken using consecutive sampling. Inclusion criteria was patients with severe degree of COVID-19 aged ≥18 years. Exclusion criteria was patients who are pregnant/breastfeeding. Drop out criteria was patients who died before 14 days of NAS administration. The observed outcomes were intubation events, mortality, neutrophil lymphocyte ratio D-dimer and CRP levels. The research data is secondary data from medical records. Data were analyzed with appropriate statistical tests using the SPSS version 27 program.
Results: There were a total of 112 patients with 55 patients not receiving NAS therapy and 57 patients receiving NAS therapy. From the results of bivariate analysis, it was found that patients with NAS therapy had a 2.7 times the likelihood of being intubated and had no association with mortality. From the results of the multivariate analysis, it was found that only the intubation event variable had a significant effect on mortality.
Conclusion: Adjuvant therapy for NAS does not reduce the incidence of intubation and mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khadijah
"Peningkatan kasus Coronavirus Disease (COVID 19) tidak hanya terjadi di dunia, tapi juga di Indonesia dalam dua bulan terakhir. COVID 19 menjadi penyebab masalah pernapasan akut pada tubuh yang apabila tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian. Laporan kasus ini melaporkan tentang analisis terhadap pemberian intervensi keperawatan pendukung terapi oksigen dengan nasal kanul dan posisi semi-fowler pada pasien COVID 19 yang secara standar mendapat terapi oksigen dengan non-rebreathing mask. Laporan kasus ini menggunakan metode case report dan dievaluasi melalui hasil pengukuran saturasi oksigen, frekuensi napas, dan keberadaan work of breathing pada pasien COVID 19 derajat sedang-berat-kritis. Intervensi yang diberikan adalah pemberian intervensi keperawatan berupa terapi oksigen dengan non-rebreathing mask, nasal kanul, dan pemberian posisi semi-fowler. Intervensi dilakukan dalam satu kali shift dengan observasi setiap 15 menit dalam 1 jam pertama pada tiga partisipan. Hasil evaluasi pada laporan kasus ini yaitu intervensi terbukti mampu meningkatkan oksigenasi pada pasien COVID 19. Akan tetapi, intervensi ini belum dapat mengatasi masalah keperawatan gangguan pertukaran gas pada pasien COVID 19. Saturasi oksigen dan frekuensi pernapasan mengalami perbaikan, namun frekuensi napas dan work of breathing masih menunjukkan angka yang tinggi. Perawat perlu mencari modifikasi intervensi lain yang dapat meningkatkan perbaikan pada pasien yang mengalami gangguan pertukaran gas fase akut.

The increase in cases of Coronavirus Disease (COVID 19) has occurred in the world and Indonesia in the last two months. COVID 19 is the cause of acute respiratory problems in the body, which if not treated quickly, can lead to death. This case report analyzes the provision of nursing interventions to support oxygen therapy with a nasal cannula and semi-Fowler's position in COVID-19 patients who are standardly receiving oxygen therapy with a non-rebreathing mask. This case report uses the case report method and is evaluated by measuring oxygen saturation, respiratory rate, and the presence of work of breathing in moderate-severe-critical COVID-19 patients. The intervention provided was the provision of nursing interventions in the form of oxygen therapy with a non-rebreathing mask, nasal cannula, and the provision of a semi-Fowler position. The intervention was carried out in one shift with observations every 15 minutes in the first hour on three participants. The evaluation results in this case report are that the intervention was proven to be able to increase oxygenation in COVID 19 patients. However, this intervention has not overcome the nursing problem of gas exchange disorders in COVID 19 patients. Oxygen saturation and respiratory rate have improved, but the respiratory rate and breathing work still show high numbers. Nurses need to look for other intervention modifications to improve patients with acute-phase gas exchange disorders."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Ariyanti
"Kanker prostat merupakan salah satu penyakit keganasan pada saluran kemih atau organ reproduksi pria yang menjadi salah satu penyebab kematian terbesar pada pria di dunia. Salah gejala yang dirasakan oleh pasien kanker adalah nyeri. Manajemen nyeri yang adekuat diperlukan agar nyeri dapat dikontrol dengan baik. Karya Ilmiah Akhir Ners ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk melaporkan kasus pasien dengan kanker prostat dan penerapan intervensi terapi musik pada manajemen nyeri. Salah satu intervensi yang digunakan dalam manajemen nonfarmakologi adalah terapi musik. Musik dapat menstimulasi pelepasan endorphin dan sistem neuro-hormonal, bereaksi pada reseptor spesifik di otak yang dapat mengubah emosi, mood, fisiologis dan psikologis dimana dapat berpengaruh terhadap respon dan persepsi pasien terhadap nyeri yang dirasakan. Hasil yang didapatkan setelah intervensi selama enam (6) hari didapatkan terdapat penurunan skala nyeri.

 


Prostate cancer is a cancer of the urinary system in the male reproductive organs, which is one of the biggest causes of death in men in the world. One of the symptoms of cancer patients is pain. Adequate pain management is required so that pain can be well controlled. This Paper is a case study which aims to report cases of patients with prostate cancer and the application of music therapy interventions to pain management. One of the interventions used in nonpharmacological management is music therapy. Music can stimulate the release of endorphins and the neuro-hormonal system, reacting to specific receptors in the brain that can change emotions, moods, physiology and psychology which can affect the patients response and perception of pain. The results obtained after the intervention for six (6) days showed a decrease in the pain scale"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Ayu Mulia Puji Karina
"Hampir seluruh pasien dengan luka bakar mengalami nyeri. Hal ini kerap menimbulkan rasa tidak nyaman dalam melakukan pergerakan maupun saat sedang istirahat. Komplikasi yang dapat muncul pada pasien luka bakar dengan nyeri yang hebat yakni ketidakpercayaan diri, penurunan imunitas, post traumatic syndrome disorder, mimpi buruk. Terapi musi dilakukan pada pelaksanaan asuhan keperawatan pasien luka bakar. Masalah keperawatan yang muncul antara lain hipovolemia, nyeri akut, gangguan integritas kulit. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan dan menganalisis terapi musik untuk menurunkan tingkatan nyeri dalam asuhan keperawatan pada pasien luka bakar. Evaluasi harian dilakukan menggunakan intrumen Numeric Rating Scale. Hasilnya terjadi penurunan tiingkatan nyeri selama 3 hari penerapan intervensi pada pasien luka bakar. Dapat disimpulkan bahwa terapi musik bermanfaat dalam menurunkan tingkat nyeri pada pasien luka bakar.

Nearly all patients with burns experience pain. This often causes discomfort during movement and rest. Complications that may arise in burn patients with severe pain include lack of confidence, decreased immunity, post-traumatic stress disorder, and nightmares. Music therapy is performed in the implementation of nursing care for burn patients. Nursing problems that arise include hypovolemia, acute pain, and skin integrity disorders. The purpose of this paper is to describe and analyze music therapy to reduce pain levels in nursing care for burn patients. Daily evaluation is carried out using the Numeric Rating Scale instrument. The results showed a decrease in pain levels during the 3-day intervention in burn patients. It can be concluded that music therapy is beneficial in reducing pain levels in burn patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Hanifatur Ruslana
"Pandemi COVID-19 merupakan tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. Puncak pandemi yang terjadi di Indonesia menjadi tantangan baru dalam tatalaksana pasien COVID-19 di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan segala keterbatasannya. Modifikasi dilakukan sebagai upaya stabilisasi pasien dengan memperhatikan prinsip penangan oksigenasi pasien COVID-19, yaitu dengan strategi eskalasi dan memaksimalkan penggunaan terapi oksigen non invasif. Studi kasus ini menggambarkan upaya stabilisasi pasien, perempuan berusia 55 tahvun dengan Probable COVID-19 derajat berat yang datang ke IGD dengan saturasi 53% menggunakan simple mask. Berdasarkan hasil pemeriksaan, masalah keperawatan yang diangkat adalah gangguan pertukaran gas. Intervensi keperawatan yang diberikan adalah pemberian terapi oksigen dan pengaturan posisi. Modifikasi dilakukan dengan memberikan terapi oksigen Non-Rebreathing Mask (NRM) dan nasal kanul disertai dengan proning position secara bersamaan. Setelah dilakukan terapi tersebut didapatkan status oksigenasi pasien lebih baik dibandingkan sebelum mendapatkan terapi.

The COVID-19 pandemic is a major chalenge facing the world today. The peak of pandemic that occurred in Indonesia was a new chalenge in the management of COVID- 19 patients in emergency unit with al its limitations. The modification was carried out as an effort to stabilize the patient by paying attention to the oxygenation principes of COVID-19 patients, namely by escalation strategies and maximizing the use of non- invasive oxygen therapy. This case study describes an effort to stabilize the patient, a 55- year-old female with severe COVID-19 who came to the ED with a saturation of 53% using a simple mask. Based on the examination result, the nursing problem which raised was gas exchange disorders. The intervention which given was providing oxygen therapy and positioning. Modifications were carried out by giving Non-Rebreathing Mask (NRM) and nasal cannula accompanied by a proning position simultaneously. After the therapy, the patient's oxygenation status was better than before receiving the therapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aulia
"Jenis pneumonia virus baru ditemukan pada 31 Desember 2019 yang berasal dari Wuhan, Cina yang diberi nama penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). COVID-19 terutama menyerang sistem pernapasan yang dapat  menyebabkan gangguan pemenuhan oksigen ditandai dengan sesak napas dan penurunan saturasi oksigen. Masalah keperawatan utama yang ditemukan yaitu besihan jalan napas tidak efektif. Karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini bertujuan untuk menjabarkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan menggunakan penerapan teknik pursed lips breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen pada klien COVID-19 di ruang High Care Unit RS Universitas Indonesia. Pengukuran evaluasi dilakukan dengan menggunakan Pulse oximetry yang menunjukkan rata-rata peningkatan saturasi oksigen dari 94.75%  menjadi 96.75% selama lima hari perawatan. Sebagai  kesimpulan, pursed lips breathing diberikan untuk membantu mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan cara meningkatkan pengembangan alveolus pada setiap lobus paru sehingga tekanan alveolus meningkat, membantu mendorong secret pada jalan  napas saat ekspirasi dan dapat menginduksi pola napas menjadi normal. Oleh karena itu, hasil praktik ini dapat dijadikan acuan praktik keperawatan pada pasien COVID-19 dengan gangguan pemenuhan oksigenasi.

 


A new type of viral pneumonia was discovered on December 31, 2019 from Wuhan, China, which was named as Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). COVID-19 primarily attacks the respiratory system that can disruption fulfillment of oxygen characterized by shortness of breath and decreased oxygen saturation. The main nursing problem found is that the airway is not effective. The purpose of this scientific work to describe the results of nursing analysis by using application of pursed lips breathing to increase oxygen saturation in COVID-19 client in High Care Unit Universitas Indonesia Hospital. Measurement evaluation was conducted using Pulse oximetry which showed an average increase in oxygen saturation from 94.75% to 96.75% over five days of treatment. In conclusion, pursed lips breathing is given to help overcome the ineffectiveness clearance the airway by increasing the development of alveoli on each lung lobe so that the pressure of alveoli increases, helping to push the secret on the airway during an expiratory and can induce a pattern of breath into normal. Therefore, the results of this practice can be used as a reference for nursing practice in COVID-19 patients with disruption fulfillment of oxygen."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dzaky Abdillah
"Latar Belakang
Pandemi COVID-19 merupakan kejadian luar biasa yang berdampak secara global. Pandemi ini sudah banyak memakan korban terutama pada pasien yang memiliki komorbiditas. Salah satu komorbiditas tersering adalah diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Kondisi hiperglikemia pada pasien DMT2 akan meningkatkan tingkat mortalitas pasien sehingga diperlukan suatu tatalaksana, yaitu insulin. Namun, beberapa studi melaporkan bahwa insulin ternyata berkaitan dengan meningkatnya angka mortalitas pada pasien yang mendapatkannya, tetapi masih banyak perselisihan mengenai efek dari insulin ini sendiri. Salah satu penyebab yang diduga adalah penggunaan insulin sebelum dirawat. Dalam penelitian ini, penulis secara khusus ingin melihat hubungan penggunaan insulin sebelum dirawat dengan perburukan klinis pasien DMT2 yang terinfeksi COVID-19 dan mendapatkan terapi insulin selama rawatan.
Metode
Studi kasus kontrol dengan total subjek penelitian 270 pasien yang mengalami DMT2 dan COVID-19 yang diberikan insulin. 110 subjek mengalami perburukan klinis dan 160 lainnya tidak mengalami perburukan klinis. Studi dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari data rekam medis pasien di RSCM Jakarta pada periode Maret 2020 – Maret 2023.
Hasil
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan insulin sebelum dirawat dengan perburukan profil klinis pasien (p = 0,517) dengan nilai OR 0,839 (0,493 – 1,428). Kesimpulan
Penggunaan insulin sebelum dirawat tidak berhubungan dengan perburukan klinis pada pasien DMT2 dengan infeksi COVID-19.

Introduction
The COVID-19 pandemic is a remarkable occurrence with worldwide implications. Numerous people have died as a result of this pandemic, particularly patients with comorbidities. One of the most common comorbidities is type 2 diabetes mellitus (T2DM). The high mortality risk associated with hyperglycemia in T2DM patients necessitates the use of insulin as a treatment. However, several studies indicate that insulin use is linked to higher patient death rates, yet, there is still some disagreement over the effects of insulin itself. Insulin before treatment is one of the possible causes. The study aimed to examine the link between preadmission use of insulin and clinical deterioration in T2DM patients who have COVID-19 infection and are getting insulin therapy during treatment.
Method
A case-control study included 270 research participants with COVID-19 and T2DM who received insulin. 160 patients did not have clinical deterioration, while 110 subjects did. The study was conducted using secondary data originating from patient medical records at RSCM Jakarta from March 2020 – March 2023.
Results
There was no significant relationship between insulin use before treatment and the worsening of the patient’s clinical profile (p = 0,517) with an OR value of 0,839 (0,493 – 1,428).
Conclusion
Preadmission use of insulin did not associate with clinical deterioration in T2DM patients with COVID-19 infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Veri Suprianto
"Masalah keperawatan utama yang umum timbul pada pasien PDP COVID-19 adalah masalah yang terkait dengan sistem pernapasan. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisis asuhan kegawatdaruratan keperawatan pada pasien PDP COVID-19 yang masuk di IGD. Metode yang digunakan adalah studi kasus pada pasien dengan PDP COVID-19 di IGD RS Paru di Cisarua. Diagnosa keperawatan utama yang dibahas adalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan terjadinya penurunan fungsi/ kerusakan membran alveoli-kapiler sebagai akibat dari invasi virus SARS-CoV-2. Intervensi keperawatan utama yang diberikan pada kasus kegawatan pasien COVID-19 adalah kolaborasi pemberian terapi oksigen yang dilakukan secepat mungkin pada saat penanganan awal di IGD. Hasil evaluasi tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah oksigenasi dalam 2 jam pertama menunjukan terjadi perbaikan sistem pernapasan klien yang ditandai dengan perbaikan nilai AGD (nilai pO membaik, dari 59,5 mmHg menjadi 91,9 mmHg) dan Saturasi Oksigen dari 85% menjadi 100%. Hasil analisis ini merekomendasikan bidang keperawatan untuk menyusun Standar Operasional Prosedur utama pengelolaan kasus kegawatan pasien covid di IGD. 

The respiratory problem is the major problem among PDP Covid, who were in early admission in IGD. The aim of this paper is to evaluate emergency nursing care for PDP covid in emergency unit in the Lung Hospital in Cisarua, Bogor, West Java. . A case study of PDP covid was used in this study. The main nursing diagnose was gas impaired due to damage in alveoli lungs, et invasion of covid. Nursing intervention focused on maintain adequate oksigenatin for patien, by providing oxygen therapy via Non Rebreathing Mask 12 lpm in early time of arrive in emergency unit. After received oxygen therapy for 2 hours, the status of oxygenation patien improved, pO2 level increased from 59,9 mmHg to 92.9 mmHg. and the saturation of oxygenation improved, from 85 % to 100%. Based on this finding, It is recommend to develop nursing standar operational procedure in managing pdp pasien in emergency unit."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>