Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puri Nindia Heryviani
"Tulisan ini membahas mengenai perwujudan arca di klenteng Da Bo Gong dan San Kwan Ta Tee yang berada di Jakarta. Pembahasan mengenai perwujudan arca ini dibahas dalam perspektif perjalanan hidup (life course). Pada klenteng Da Bo Gong hanya menggunakan arca yang ada di ruang pemujaan utama. Sedangkan pada klenteng San Kwan Ta Tee menggunakan arca yang ada di bangunan utama. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah (observasi), pengolahan data dengan mengklasifikasikannya menjadi tua, muda dan laki-laki, perempuan serta tahap terakhir penafsiran data. Hasil dari penelitian ini diketahui dari kedua klenteng memiliki berbagai macam tokoh Dewa-Dewi yang lebih banyak diwujdukan sebagai orang tua dibandingkan muda. Hal tersebut manusia yang bisa menjadi dewa apabila bersikap baik, memiliki kesucian hati dan ahli di bidang tertentu. Guna untuk menguasai bidang tertentu pasti memerlukan waktu. Perwujudan laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal tersebut dikarenaka pada masa Cina Kuno perempuan belum mempunyai banyak pengaruh, bahkan keberadaanya masih kurang diperhitungkan.

This paper discusses the embodiment of statues at the Da Bo Gong and San Kwan Ta Tee temples in Jakarta. The discussion about the embodiment of this statue is discussed in the perspective of a life course. At the Da Bo Gong temple, only the statues in the main worship room are used. Meanwhile, the San Kwan Ta Tee temple uses the statues in the main building. The method used in this study is (observation), data processing by classifying it into old, young and male, female and the last stage of data interpretation. The results of this study are known from the two pagodas have various kinds of gods and goddesses who are more manifested as old people than young. This is a human who can become a god if he is kind, has a pure heart and is an expert in certain fields. In order to master certain fields, it will take time. Embodiment of men more than women. This is because in Ancient China women did not have much influence, even their existence was still not taken into account. Keywords: Manifestation, Life Course, Statues, Gods"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Hotma Linda Abigail
"Klenteng, sebagai suatu tempat ibadah tentunya mewakili kebudayaan masyarakat pendukungnya. Akan tetapi klenteng Da Bo Gong, klenteng yang menjadi bahan penelitian pada penulisan skripsi ini memiliki dua karakteristik kebudayaan di dalamnya. Pada klenteng ini terdapat makam Islam yang dianggap keramat oleh penduduk dan diziarahi baik oleh orang-_orang Cina maupun penduduk pribumi. Sebagai satu-satunya klenteng yang memiliki 'percampuran' seperti itu di Jakarta, menjadikan klenteng ini memiliki keunikan tersendiri untuk diteliti lebih lanjut.
Dengan demikian muncul pertanyaan penelitian apakah gambaran umum arsitektural yang biasa terdapat pada klenteng-klenteng terlihat juga dalam pembangunan klenteng ini. Hal tersebutlah yang merupakan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini ialah memperbandingkan gambaran umum arsitektural yang biasa diterapkan di klenteng-klenteng dengan yang terlihat pada klenteng Da Bo Gong; menelusuri sejauh mana gambaran umum itu diterapkan pada klenteng Da Bo Gong, dan mengamati bagian-bagian bangunan klenteng yang masih menerapkan gambaran umum gaya arsitektur tersebut.
Langkah kerja pertama dari penelitian ini ialah dengan melakukan studi pustaka. Penulis mengumpulkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai arsitektur bangunan klenteng. Dan hasil penelitian tersebut terlihat beberapa kesamaan gaya arsitektur yang diterapkan pada klenteng-klenteng dan juga aturan umum geomansi yang kerap kali diterapkan pada klenteng. Penulis merangkum gambaran umum arsitektur klenteng dan aturan geomansi tersebut yang dijadikan pedoman untuk melihat apakah gambaran umum tersebut terlihat juga pada bangunan klenteng Da Bo Gong. Setelah itu dilakukan studi lapangan dengan mengamati langsung objek penelitian. Penelitian dibatasi hanya pada bangunan utama pemujaan dan ruang keramat, yaitu ruang dimana terdapat makam Islam tersebut. Pembatasan dilakukan dengan alasan karena pada masa-masa kemudian didirikan bangunan-bangunan tambahan yang tidak terlalu berhubungan dengan penelitian ini. Pada tahap ini dilakukan deskripsi mulai dari kaki, tubuh, dan atap. Setiap bagian tadi diamati bagaimana komponen arsitekturalnya, komponen ornamental, komponen ruang yang merupakan isi dari ruan atau bagian tersebut. Perekaman data dilakukan dengan pengukuran, penggambaran dan pengambilan foto. Setelah itu penulis menganalisa data dengan melakukan perbandingan. Hasil yang telah diperoleh melalui studi pustaka kemudian diperbandingkan dengan hasil yang diperoleh dari studi lapangan untuk melihat seberapa besar gambaran arsitektural klenteng dan geomansi yang diterapkan. Untuk memudahkan analisa, perbandingan dilakukan dengan menggunakan tabulasi yang pada akhirnya melihat persentase gambaran umum yang diterapkan dengan yang tidak.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S12000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Setiawan
"Tulisan ini membahas mengenai komponen-komponen arca yang terdapat pada ruang Kwan Im Tong Kelenteng Hian Tan Kong Cileungsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ciri-ciri komponen pada arca dan mengeindentifikasinya dan melihat juga ciri komponen kebudhaan yang dimiliki oleh arca di ruang kwan Im Tong. Hasil penelitian ini menjelaskan terdapat 103 arca pada ruangan tersebut dan terdapat sembilan tokoh dewa pada ruang ini. Tokoh Dewa tersebut adalah Guan Shia Pu Sa, Mi Le Fo, Arahat 18, Yao Shi Fo, Shan Cai Tong Zi, Wu Liang Shou, Ru Lai Fo, Qie Lan, dan Ji Gong (Chi Kung). Arca di ruang Kwan im Tong juga wadah Hibriditas dengan mengadopsi komponen Buddha pada arca sehingga arca pada ruang kwan Im Ting memiliki ciri komponen Kebudhaan berupa Urna, Unhisa, mata Setengah terbuka, Telinga yang amat panjang, Mulut tenang, memakai pakaian keagamaan, memiliki beda kependetaan seperti tasbih, camara, kendi, mangkuk, dan berlapik padmasana
This paper discusses the components of statues found in the room of Kwan Im Tong Temple of Hian Tan Kong Cileungsi. This study aims to look at the characteristics of the components of the statue and identify them and also see the characteristics of the cultural components that are owned by the statue in the room of Kwan Im Tong. The results of this study explain there are 103 statues in the room and there are nine deities in this room. These figures are Guan Shia Pu Sa, Mi Le Fo, Arahat 18, Yao Shi Fo, Shan Cai Tong Zi, Wu Liang Shou, Ru Lai Fo, Qie Lan, and Ji Gong (Chi Kung). The statue in the Kwan im Tong room is also a place for hybridity by adopting the Buddha component in the statue so that the statue in the room of Kwan Im Ting has the characteristics of the Buddhist component in the form of Urna, Unhisa, Half-open eyes, Very long ears, Quiet mouth, wearing religious clothes, having a different clergy such as beads, camara, jugs, bowls, and padmasana."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Aliffian
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai komponen komponen yang ada pada arca di ruang Xuan-Tang Gong Kelenteng Cileungsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ciri ciri komponen pada Arca Kelenteng dan mengidentifikasi nya lalu membandingkan ciri ciri komponen yang dimiliki dengan mitologinya. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dari 66 arca dewa pada ruangan tersebut, terdapat 14 tokoh dewa pada ruang ini. Tokoh dewa tersebut adalah Xuan Tan Yuan Shuai (Hian Than Goan Swee), Fu De Zheng Shen (Thouw Te Kong), Xuan Tian Shang Di (Hian Thian Siang Te), Guan di (Koan Te), Guan Ping I (Koan Ping), Zhou Chang (Ciu Jong), Guang Ze Zun Wang (kong Tek Cun Ong), Zu Shi Gong (Co Su Kong), Yu Huang Da Di (Giok Hong Tay Te), Tian Shang Sheng Mu (Thian Siang Sing bo), Sun Feng Er, Qian Li Yan, Ling Bao Tian Zun dan Daode Tian Zun. Selain itu ada juga arca yang masih belum teridentifikasi yaitu arca 2.T.1, 2.T.2, 2.TE.2, dan arca 6.B.6. Ke empat arca tersebut masih belum bisa diidentifikasi siapa sosok dibalik arca tersebut sebetulnya dikarenakan keseluruhan tubuh arca tertutup oleh jubah dan hanya menyisakan bagian kepalanya. Setelah dilakukan pengkajian, kebanyakan arca memiliki penggambaran yang sesuai dengan mitologinya. Selain itu dijumpai arca yang tidak memiliki ciri-ciri komponen yang tidak terlalu mengikuti mitologinya yaitu arca 5.TE.4, 5.TE.7, 6.B.1, dan arca 6.B.2.

ABSTRACT
This research discusses the components present in the statue in the Xuan-Tang Gong room of the Cileungsi Temple. This study aims to look at the component characteristics of the Temple Statues and identify them and then compare the component characteristics possessed by the mythology. The results of this study explain that from 66 statues of deities in the room, there are 14 deities in this room. These god figures are Xuan Tan Yuan Shuai (Hian Than Goan Swee), Fu De Zheng Shen (Thouw Te Kong), Xuan Tian Shang Di (Hian Thian Siang Te), Guan di (Koan Te), Guan Ping I (Koan Ping) , Zhou Chang (Ciu Jong), Guang Ze Zun Wang (Kong Tek Cun Ong), Zu Shi Gong (Co Su Kong), Yu Huang Da Di (Hong Tay Te Jade), Tian Shang Sheng Mu (Thian Siang Sing bo), Sun Feng Er, Qian Li Yan, Ling Bao Tian Zun and Daode Tian Zun. In addition there are also statues that have not been identified, namely statues 2.T.1, 2.T.2, 2.TE.2, and statues 6.B.6. The four statues are still unable to be identified who the figure behind the statue is actually due to the entire body of the statue covered by a robe and leaving only the head. After the assessment, most of the statues have depictions in accordance with their mythology. Also found statues that do not have the characteristics of components that do not really follow the mythology, namely statues 5.TE.4, 5.TE.7, 6.B.1, and statues 6.B.2. K
"
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Hardiati Soekatno
"ABSTRAK
Di Bali sekarang ini, pura adalah tempat peribadatan bagi umat Hindu. Pura-pura yang jumlahnya ribuan tersebut (Swellengrebel 1984:12; Rata 1991:1) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan kelompok-kelompok masyarakat pemujanya (penyungsung). Jenis yang terbanyak adalah yang tergabung dalam Kahyangan Tiga, yaitu jenis pura yang wajib adanya bagi di semua desa adat. Seperti namanya, pura Kahyangan Tiga ini terdiri dari tiga pura, yaitu pura puseh, pura bale agung, dan pura dalem. Pura puseh adalah pura yang dipergunakan untuk pemujaan terhadap dewa-dewa pelindung desa, sedang pura bale agung adalah tempat di mana cakal bakal desa dipuja sebagai nenek-moyang bersama seluruh warga desa. Adapun pura dalem adalah tempat Dewi Maut, yaitu Dewi Durga, dihormati karena Dewi itulah yang berkuasa atas kematian. Letak pura dalem tidak jauh dari kuburan (Bahasa Bali : sema) yang sekaligus menjadi tempat pembakaran mayat. Biasanya pura puseh dan pura bale agung disatukan menjadi pura desa, dan menjadi tempat para nenek-moyang yang telah menjadi pelindung desa itu dipuja (Soekmono 1974: 311)."
1993
D317
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rr. Triwurjani
"Penelitian mengenai arca-arca Bima di Jawa, sebagai pokok bahasan ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan-ketentuan ikonografi arca Bima dan bagaimana latar belakang tokoh Bima yang diarcakan dalam bentuk arca batu untuk pemujaan. Arca Bima yang dijadikan obyek penelitian ini adalah berasal dari beberapa tempat dan di museum-museum di Pulau Jawa yang menyimpan/terdapat area-area tersebut. Pada arca-arca Bima tersebut dilakukan deskripsi untuk mengetahui ikonografinya, dan analisa dilakukan untuk mengetahui latar belakang arca Bima dan peranannya bagi anggota masyarakat Jawa Kuno pada abad 14-15 Masehi. Hasilnya menunjukkan bahwa di Jawa pernah ada pemujaan terhadap tokoh Bima, yang dibuktikan dengan temuan arca Birna. Arca-arca tersebut mempunyai ciri-ciri, umumnya yaitu berbadan tegap, mata melotot, berkumis, memperlihatkan sebagian phalusnya, mempunyai hiasan kepala bentuk supit urang dan berkuku panjang (pancanaka).Penelitian mengenai arca-arca Bima di Jawa, sebagai po_kok bahasan ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan-ketentuan ikonografi arca Bima dan bagaimana latar belakang tokoh Bima yang diarcakan dalam bentuk arca batu untuk pemujaan. Arca Bima yang dijadikan obyek penelitian ini adalah berasal dari beberapa tempat dan di museum-museum di Pulau Jawa yang menyimpan/terdapat area-area tersebut. Pada arca-_arca Bima tersebut dilakukan deskripsi untuk mengetahui ikonografinya, dan analisa dilakukan untuk mengetahui latar belakang arca Bima dan peranannya bagi anggota masyarakat Jawa Kuno pada abad 14-15 Masehi. Hasilnya menunjukkan bahwa di Jawa pernah ada pemujaan terhadap tokoh Bima, yang dibuktikan dengan temuan arca Bima. Arca-arca tersebut mempunyai ciri-ciri, umumnya yaitu berbadan tegap, mata melotot, berkumis, memperlihatkan sebagian phalusnya, mempunyai hiasan kepala bentuk supit urang dan berkuku panjang (pancanaka)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
P.E.J. Ferdinandus
"Dalam hibungan dengan pemandian suci di pulau Jawa ditemukan arca pancuran. Arca-arca tersebut terdapat mempunyai hubungan yang erat dengan pemandian suci, misalnya di Jawa Timur: di Belahan dijumpai sebuah pemandian dengan arca-arca pancuran yang melukiskan seorang wanita dan airnya dipancarkan keluar dari kedua buah dadanya dan dari telapak tangannya (Stuterheim, 1938, h.299-308). Di Jalatunda terdapat sebuah pemandian dengan arca-arca pancuran kepala naga yang mengeluarkan air dari mulutnya (Bosch and De Haan, 1965, h.220, gambar 7). Di Gempol Kerep ditemukan sebuah arca pancuran Garuda membawa kendi di tangan kirinya, airnya dipancarkan dari kendi (R.O.C. 1907, h.29)..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1974
S11825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR. Nanny Harnani
"Agama Hindu dan Buddha mengenal konsep kemakmuran yang digambarkan dalam bentuk dewa. Pemberi kemakmuran ini dalam agama Hindu disebut Kuwera, sedangkan dalam agama Buddha disebut Jambhala, tapi kadang-kadang disebut juga Kuwera. Dalam ikonografi Hindu-Buddha yang ada di India, kedua dewa ini hampir sama, demikian pula arca-arca dewa kemakmuran ini di Indonesia, khususnya Jawa kesamaan tersebut juga nampak. Tujuan penelitian ini, ialah untuk mengetahui secara ikonografis persamaan dan perbedaan dari arca-arca tersebut, dan dari ketentuan-ketentuan pengarcaan di India tersebut apakah juga diikuti dalam pengarcaan di Jawa. Melalui kepustakaan dan sejumlah data arca yang diperoleh dari koleksi museum-museum dan pribadi (30 area sebagai sampel) disusunlah metode penelitian dengan cara perbandingan, yaitu perbandingan antara kitab-kitab ketentuan yang berasal dari India dengan melihat persamaan dan perbedaan arca-arca di Indonesia yang sudah dideskripsikan. Berdasarkan perbandingan dan kesamaan arca-arca dengan kitab-kitab ketentuan, maka dapat diketahui bahwa secara ikonografis antara kedua dewa kemakmuran dalam agama Hindu dan Buddha tersebut relatif sama. Walaupun secara detil ada pula perbedaannya, seperti yang terlihat pada sikap duduknya. Sedangkan perbedaan yang meyolok terlihat pada laksana yang dipegangnya. Dalam agama Hindu laksana yang dipegang yaitu kantong harta sedangkan dalam agama Buddha yaitu nakula. Secara keseluruhan kedua bentuk dewa ini memang sulit untuk langsung dapat dilihat perbedaannya, tanpa memperhatikan detil-detilnya. Kiranya pula hasil-hasil penelitian ini masih perlu diuji kebenarannya, baik dengan penambahan data-datanya yang lebih banyak maupun pada cara-cara pengungkapannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Fidianti
"Center for English Learning (CEL) sebagai salah satu lembaga kursus bahasa Inggris yang terletak di daerah Cileduk merupakan suatu lembaga yang memiliki potensi pasar yang besar, terutama untuk kursus bahasa Inggris anak-anak. Hal ini bisa disebutkan dengan melihat kenyataan di lapangan bahwa mayoritas siswa dan siswi CEL adalah anak-anak usia 6-12 tahun (usia sekolah dasar).
Dengan melihat kenyataan yang demikian tersebut, maka bukanlah hal yang mustahil apabila CEL mengenal segmen, target serta posisinya serta mengenali juga masyarakat wilayah Cileduk dan sekitarnya, CEL akan mampu merebut pasar kursus bahasa Inggris anak-anak di wilayah Cileduk. Mengingat CEL cabang Cileduk pun masih belum lama berdiri, sehingga apabila pengenalan terhadap segmen, target serta posisi semakin cepat dilakukan, maka diharapkan semakin cepat pula peluang pasar akan bisa direbut.
Segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami struktur pasar. Sedangkan targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi dan menjangkau pasar. Pentingnya pemahaman atas struktur-struktur atau kelompok-kelompok yang ada dalam pasar karena sangat diperlukan dalam usaha menyeleksi pasar. Dengan demikian di dalam usaha selanjutnya akan dijalankan metode segmentasi yang sesuai dengan masing-masing karakter pasar yang ada.
Setelah pasar sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan positioning. Positioning pada dasamya adalah suatu strategi untuk memasuki jendela otak konsumen. Semakin sengit persaingan di dalam suatu pasar, maka positioning semakin diperlukan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>