Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139005 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ichsan
"Tesis ini berisi pembahasan tentang petan diaspora dalam pembentukan identitas diaspora komersial kelontong (Kedai Runcit) masyarakat Aceh di negara sekutu Malaysia. Korpus data penelitian ini mencakup 7 wilayah dengan mayoritas pendatang dari Aceh ke Negara Malaysia, meliputi Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Selatan. Sebaran identitas dan diaspora perdagangan gerai ritel Aceh berada di negara-negara berikut : Kuala Lumpur, Kedah, Pulau Pinang, Perak, Malaka, Selangor dan Johor. Hal ini telah menjadi bentuk geokultural dan hubungan bilateral Indonesia – Malaysia. Tesis ini mengkaji tentang migrasi, adaptasi dan akurasi diaspora Aceh dalam perdagangan Kedai Runcit di Malaysia. Kajian atas temuan ini difokuskan pada tinjauan identitas budaya masyarakat Aceh pada diaspora Kedai Runcit di Malaysia. Diantara minoritas diaspora di Malaysia, terdapat sejumlah kecil pendatang Aceh pasca konflik RI-GAM dan pasca tsunami Malaysia dikenal sebagai negara multietnis kedua setelah Singapura di Asia Tenggara. Peneliti akan mencari sampel masyarakat Aceh yang berhasil menciptakan komunitas baru diantara komunitas etnis, Melayu lokal, etnis Tionghoa, etnis India yang mayoritas di Malaysia. Peneliti akan menggunakan studi pustaka dan metode deskriptif kualitatif dalam pengumpulan data melalui wawancara online. Sampel yang diambil adalah beberapa orang Aceh yang tinggal atau memiliki paspor dan kartu identitas tetap di Malaysia. Hasil kajian penelitian ini menunjukkan bahwa memang benar dan proses diaspora antara masyarakat Aceh di Malaysia melalui kelontong runcit.

This thesis contains a discussion of the role of diaspora in the formation of the comercial diaspora identity of grocery (Kedai Runcit) the Achenesen community in the allied country of Malaysia. The corpus of this research data covers 7 regions with the majorty of immigrants from Aceh to the state of Malaysia, covering districts including : North Aceh, East Aceh, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tamiang, South Aceh. The distribution of identity and the trade diaspora of Aceh’s retail outlets is in the following states : Kuala Lumpur, Keudah, Pulau Pinang, Perak, Malacca, Selangor and Johor. This has become a geocultural from of bilateral Indonesia-Malaysia relations. The thesis examines the migration, adaptation, and accuration of the Achenese diaspora in Kedai Runcit commerce in Malaysia. The study of these findings is focused on a review of the cultural identity of the Achenese people in the Runcit Tavern diaspora in Malaysia. Among the diaspora minorities in Malaysia, there are a small number of Achenese migrants after conflict RI-GAM and post-tsunami Malaysia is know as the second multietnic country after Singapore in Southeast Asia. Researchers will look for samples of Achenese people who heve succeeded in creating new communities among ethnic communities, local Malays, ethnic Chinese, ethnic Indians who are the majority in Malaysia. Researchs will use literature review and descriptive qualitative methods in collecting data trough interviews online. The sample taken is some Achenese who live or have permanent passports and identity card in Malaysia. The results of this research study indicate that it is true that there is a diaspora process between the Achenese people in Malaysia through grocery the runcit."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Nadia Prasetiawati
"Tari Khorovod merupakan salah satu tari tradisional yang populer di Rusia. Khorovod tidak hanya dilakukan masyarakat Rusia, namun juga dilakukan di negara-negara sekitar Rusia seperti Ukraina dan Belarusia. Tari ini umumnya dilakukan oleh wanita/pria/anak-anak. Khorovod dilakukan untuk merayakan hari-hari besar di Rusia, seperti salah satunya perayaan pernikahan. Tidak hanya itu tari Khorovod juga dipercaya sebagai tari ritual. Dalam penulisan ini, tari tradisional Khorovod di Rusia akan dianalisa sebagai hasil budaya Rusia yang menjadi salah satu identitas negara tersebut. Analisa ini akan menggunakan teori Identitas Budaya (Identity Culture) oleh Stuart Hall. Dengan hasil bahwa tari tradisional Khorovod merupakan bagian dari identitas budaya di Rusia.

Khorovod Dance is one of popular traditional dance in Russia. Khorovod is not only do by the people of Russia, but also performed in countries around Russia as Ukraine and Belarus. This dance is usually performed by women / men / children. The function of Khorovod is not only to celebrate or party in Russia, example for wedding celebration. Khorovod dance also believed as a ritual dance. In this writing, dance traditional Khorovod in Russia will be analyzed as a result of Russian culture which became one of the country's identity. This analysis will use the theory of Identity Culture by Stuart Hall. With the result that the traditional dance Khorovod is part of the identity culture in Russia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Haryo Nugroho
"Di masa modern saat ini, kehidupan umat manusia tidak dapat dipisahkan dari fenomena diaspora. Diaspora merujuk kepada sekelompok manusia yang hidup di luar wilayah yang menjadi asal mereka, baik atas pilihan sukarela atapun keadaan memaksa. Etnis Maluku, sebagai salah satu bagian dari masyarakat Asia Tenggara, memiliki banyak komunitas diaspora yang tersebar di Belanda. Jumlah mereka cukup signifikan dan menjadi salah satu komunitas terbesar diaspora asal Indonesia. Kepergian mereka meninggalkan tanah Maluku dapat dirunut sejak di bubarkannya tentara kolonal Belanda (KNIL) dan lahirnya Republik Maluku Selatan (RMS). Generasi pertama dari diaspora Maluku di Belanda umumnya terdiri dari keluarga mantan tentara KNIL yang tak ingin meleburkan diri ke dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan berintegrasi pada masyarakat Indonesia di wilayah lain. Meski begitu, kedatangan mereka di negeri Belanda tidak mendapat sambutan hangat, baik dari pemerintah Belanda maupun masyarakatnya. Keberadaan mereka menarik untuk diketahui terlebih mereka juga tinggal secara eksklusif di sebuah kompleks khusus yang dikenal sebagai “Mollucan Quarter”. Identitas diri dari para diaspora Maluku yang tinggal di negeri Belanda juga berbeda-beda.
Sejak masa lampau, manusia tidak dapat dipisahkan dari fenomena diaspora. Diaspora merupakan istilah yang merujuk kepada sekelompok manusia yang hidup di luar wilayah asal mereka. Tesis ini meneliti sekelompok etnis Maluku yang menjadi komunitas diaspora di negeri Belanda. Sekelompok etnis Maluku ini merupakan tentara Maluku anggota KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda) yang berpihak kepada Belanda melawan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di dalam masa perang kemerdekaan (1945--1949). Keberadaan diaspora Maluku di Belanda yang telah beregenerasi ini menarik untuk diteliti terkait identitas kebudayaan yang dikembangkan, antara mempertahankan tradisi kebudayaan Maluku dan adaptasi dengan kebudayaan Belanda. Dengan penelitian kualitatif yang menggunakan teknik wawancara jarak jauh melalui platform zoom, tesis ini memperoleh gambaran kehidupan hibrida yang dipresentasikan oleh komunitas diaspora Maluku di Belanda.

In today's modern era, human life cannot be separated from the diaspora phenomenon. Diaspora refers to a group of people who live outside their native territory, either by voluntary choice or by coercion. Ethnic Maluku, as a part of Southeast Asian society, has many diaspora communities spread across the Netherlands. Their number is quite significant and is one of the largest diaspora communities from Indonesia. Their departure from the land of Maluku can be traced since the disbandment of the Dutch colonial army (KNIL) and the birth of the Republic of South Maluku (RMS). The first generation of the Moluccan diaspora in the Netherlands generally consisted of families of former KNIL soldiers who did not wish to integrate themselves into the Indonesian National Army (TNI) and integrate into Indonesian society in other areas. Even so, their arrival in the Netherlands did not receive a warm welcome, both from the Dutch government and the people. Their existence is interesting to know especially that they also live exclusively in a special complex known as the “Mollucan Quarter”. The identity of the Maluku diaspora living in the Netherlands is also different.
Since ancient times, humans cannot be separated from the diaspora phenomenon. Diaspora is a term that refers to a group of people who live outside their territory of origin. This thesis examines a group of ethnic Moluccas who are a diaspora community in the Netherlands. This Moluccan ethnic group is a Moluccan soldier who is a member of the KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger or Royal Dutch East Indies Army) which sided with the Dutch against the Indonesian National Armed Forces (TNI) during the war for independence (1945-1949). The existence of the regenerated Moluccan diaspora in the Netherlands is interesting to study regarding the cultural identity developed, between maintaining Maluku cultural traditions and adaptation to Dutch culture. With qualitative research using remote interview techniques through the zoom platform, this thesis obtains a description of the hybrid life presented by the Maluku diaspora community in the Netherlands.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofia Nabila Nurintan
"Penelitian ini membahas mengenai representasi isu-isu sosial budaya dan spiritual masyarakat imigran muslim Arab di Amerika yang ditemukan dalam serial televisi Amerika Ramy. Tontonan serial televisi karya Ramy Youssef ini menarik untuk dikaji karena mengandung cerminan perjuangan dan dilema masyarakat Arab muslim sebagai minoritas di Amerika Serikat. Hasil penelitian ini adalah jenis representasi intensional paling banyak digunakan dalam serial TV ini karena sifatnya yang dapat menccerminkan intensi pribadi tiap tokoh. Sumber data penelitian ini adalah musim pertama dari serial televisi berbahasa Arab dan Inggris yang berjudul Ramy tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif. Adapun untuk menyampaikan makna-makna simbolis dari serial televisi Ramy penulis menggunakan teori representasi Stuart Hall. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan bagaimaana isu-isu identitas budaya dan spiritual survival masyarakat imigran Arab muslim direpresentasikan dalam adegan-adegan serial televisi tersebut.

This study discusses the representation of socio-cultural and spiritual issues of Arab Muslim immigrant communities in America which are found in the American television series Ramy. This television series by Ramy Youssef is interesting to study because it reflects the struggle and identity dilemma of the Muslim Arab community as a minority in the United States. The result of this study is that intentional representation type is the most widely used in this TV series because of its nature which can reflect the personal intentions of each character. The data source for this research is the first season of the American television series entitled Ramy in 2019 televised in both Arabic and English. This research uses a descriptive qualitative method. As for conveying the symbolic meanings of the television series Ramy, the writer uses Stuart Hall's representation theory. The purpose of this study is to describe the cultural and spiritual identity issues of Arab Muslim immigrant communities represented in the television series' scenes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Fitriapri
"Tulisan ini mengidentifikasi pembentukan identitas budaya karakter utama di dalam novel The Kite Runner dan The Reluctant Fundamentalist. Melalui analisis teks, penelitian ini menunjukkan bahwa identitas budaya Amir terus didominasi oleh budaya Afganistan. Sementara itu, sebagai seorang Pakistan Amerika, Changez memiliki identitas budaya yang lebih dinamis dan adaptif. Penelitian ini menjabarkan tiga faktor pendukung yang membentuk identitas budaya karakter utama sebagai orang Asia Amerika, yaitu peristiwa bersejarah; budaya di Afganistan, Pakistan dan Amerika; kekeluargaan, hubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.

This paper identifies the cultural identity construction of the main characters in The Kite Runner and The Reluctant Fundamentalist. Through textual analysis, this study points out that Amir’s cultural identity is constantly dominated by Afghanistan culture. Meanwhile, as a Pakistani American, Changez has a more dynamic and adaptive cultural identity. This study elaborates the three contributing factors that shape the main characters’ cultural identity as Asian Americans, namely historical moments; the culture in Afghanistan, Pakistan and America; and kinship, relationship with societies and the environment."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lin, Tang
"Hubungan persahabatan antara Tiongkok dan Myanmar dapat ditelusuri kembali hingga dua ribu tahun yang lalu. Sejak abad kedua Masehi, pedagang Tiongkok sudah mulai berlayar melalui lembah Sungai Nujiang dan Sungai Irrawaddy menuju Myanmar untuk melakukan perdagangan sutra, serta bertukar barang berharga seperti giok dan zamrud. Pada masa dinasti Han dan Tang di Tiongkok, hubungan persahabatan antara kedua negara semakin kuat. Negara Shan di Myanmar dan kemudian Kerajaan Pyu mengirim utusan berkali-kali ke dinasti Han dan Tang untuk melakukan pertukaran politik, ekonomi, dan budaya. Pada tahun 1940 hingga 1942, Jalan Raya Yunnan-Myanmar yang dibangun oleh kedua negara menjadi satu-satunya jalur perdagangan dan transportasi Tiongkok pada saat itu. Sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, persahabatan antara rakyat Tiongkok dan Myanmar semakin meningkat. Pada tanggal 8 Juni 1950, Myanmar menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok, menjadi negara kelima yang membuka hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, seiring dengan Tiongkok dan Laos fokus pada pembangunan ekonomi dan keterbukaan terhadap dunia luar, pemerintah Tiongkok mulai mengendurkan pembatasan terhadap imigran asing. Nilai pasar besar dan potensi pengembangan Laos menarik semakin banyak imigran baru Tiongkok yang datang ke Laos. Saat ini, Laos menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan imigran baru Tiongkok tercepat, di mana mayoritas imigran baru tersebut berasal dari provinsi Yunnan. Kedatangan imigran baru dari Yunnan memiliki dampak besar terhadap perkembangan ekonomi dan pertukaran budaya antara Tiongkok dan Laos, dan komunitas Tionghoa di Yunnan memainkan peran tak tergantikan dalam hubungan politik, ekonomi, dan budaya antara Tiongkok dan Laos.

The friendship between China and Myanmar can be traced back to two thousand years ago. Since the 2nd century AD, Chinese traders began sailing through the Nujiang River and Irrawaddy River valleys to Myanmar for silk trade and the exchange of valuable items such as jade and emeralds. During the Han and Tang dynasties in China, the friendship between the two countries strengthened. The Shan state in Myanmar and later the Pyu Kingdom sent envoys multiple times to the Han and Tang dynasties for political, economic, and cultural exchanges. From 1940 to 1942, the Yunnan-Myanmar Highway built by both countries became the sole trade and transportation route for China at that time. Since the establishment of the People's Republic of China, the friendship between the Chinese people and Myanmar has grown. On June 8, 1950, Myanmar established diplomatic relations with China, becoming the fifth country to do so. In the 1970s and 1980s, as China and Laos focused on economic development and opening up to the outside world, the Chinese government began to relax restrictions on foreign immigrants. The large market value and development potential of Laos attracted an increasing number of new Chinese immigrants. Currently, Laos is one of the countries with the fastest-growing influx of new Chinese immigrants, with the majority coming from Yunnan province. The arrival of new immigrants from Yunnan has had a significant impact on the economic development and cultural exchange between China and Laos. The Chinese community in Yunnan plays an indispensable role in the political, economic, and cultural relations between China and Laos."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Shofiyanti
"Penelitian ini membahas artikulasi identitas kultural masyarakat Osing melalui mocoan (tembang naskah kuno) di Banyuwangi. Masyarakat Osing, yang merupakan kelompok etnis asli Banyuwangi, memiliki kekayaan budaya yang masih lestari, salah satunya melalui tradisi lisan dalam bentuk mocoan. Tembang-tembang naskah kuno ini, yang berfungsi sebagai media penyampaian nilai-nilai moral, sejarah, dan ajaran hidup, menjadi sarana penting dalam menjaga dan mengungkapkan identitas kultural masyarakat Osing. Penelitian ini berfokus pada analisis terhadap pelestarian tradisi mocoan, dengan mengkaji bagaimana proses pertunjukan mocoan berperan dalam pembentukan dan artikulasi identitas kultural masyarakat Osing di Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi untuk mengkaji berbagai makna yang terbentuk dalam praktik mocoan sebagai tradisi tembang naskah yang hidup (living manuscript) dalam masyarakat Osing. Data diperoleh melalui observasi partisipatif, wawancara dengan tokoh budaya setempat, serta analisis diskursif terhadap pertunjukan mocoan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa mocoan tidak hanya menjadi sarana pelestarian budaya, tetapi juga sebagai ruang bagi agensi untuk menciptakan dan merumuskan ulang makna atas identitas kultural mereka. Dalam konteks ini, komunitas Mocoan Lontar Yusup Milenial memainkan peran penting dalam mempertahankan tradisi mocoan melalui negosiasi terhadap habitus ritual dan pembaruan strategi pelestarian, dengan mengakses pengetahuan tradisional dan menyajikan pertunjukan yang relevan bagi generasi muda. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa, kini, aspek pemahaman isi naskah tidak lagi penting dibandingkan dengan penekanan pada kemampuan dalam menembangkan teks itu sendiri, di mana hal ini justru mengukuhkan bahasa Osing sebagai living language—satu aspek penting dalam mempertahankan identitas budaya Osing di tengah arus globalisasi. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami dinamika pelestarian tradisi lisan di masyarakat Osing, serta menjelaskan bagaimana mocoan berfungsi sebagai sarana artikulasi identitas budaya yang tidak hanya bersifat historis, tetapi juga relevan dalam konteks sosial kontemporer. Dengan demikian, mocoan berperan sebagai salah satu strategi diskursif yang memungkinkan keberlanjutan dan regenerasi tradisi Osing di masa depan.

This study aims to analyze the articulation of the cultural identity of the Osing community through mocoan (traditional recitation of old manuscript) in Banyuwangi. The Osing people, who are the indigenous ethnic group of Banyuwangi, possess a rich cultural heritage that is still preserved, one of which is through the oral tradition of mocoan. These ancient poetic scripts, which serve as a medium for conveying moral values, history, and life teachings, have become an important tool in maintaining and expressing the cultural identity of the Osing community. This research focuses on analyzing the preservation of the mocoan tradition by examining how the performance of mocoan contributes to the formation and articulation of the Osing community’s cultural identity in Banyuwangi. This study employs a qualitative approach with an ethnographic method to explore the various meanings embedded in the mocoan practice as a living manuscript within the Osing community. Data is collected through participatory observation, interviews with local cultural figures, and discursive analysis of mocoan performances. The findings reveal that mocoan not only serves as a means of cultural preservation but also provides a space for agency to create and reinterpret the meanings of their cultural identity. In this context, the Mocoan Lontar Yusup Milenial community plays a significant role in maintaining the mocoan tradition through the negotiation of ritual habits and the renewal of preservation strategies, accessing traditional knowledge, and presenting performances that resonate with younger generations. This phenomenon also shows that, while understanding the mocoan texts remains important, there is now a greater emphasis on the performance or vocalization of the texts themselves, which functions to reaffirm the Osing language as a living language—an essential element in preserving the Osing cultural identity amidst globalization. This research contributes significantly to understanding the dynamics of oral tradition preservation in the Osing community, and explains how mocoan functions as a tool for articulating cultural identity that is not only historical but also relevant in contemporary social contexts. Thus, mocoan plays a role as one of the discursive strategies that allows the continuity and regeneration of Osing traditions in the future."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sayidatul Ummah
"Tesis ini membahas identitas keturunan Hadrami dalam naskah drama Fatimah (1938) karya Hoesin Bafagih yang ditengarai berupaya mendiskusikan wacana baru terhadap tanah air mereka (baru) yaitu Indonesia melalui konsep representasi (1990) dan identitas (1997) dari Stuart Hall serta konsep nation dari Anderson (1991). Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan adanya tarik ulur identitas budaya dan membongkar nasionalisme keturunan Hadrami yang direpresentasikan melalui tokoh dan penokohan. Hasil analisis membuktikan bahwa Fatimah (1938) mengandung propaganda kebangsaan dengan menunjukkan keberpihakannya pada narasi keindonesiaan dibandingkan kehadramian. Keberpihakan tersebut bisa dilihat melalui penanda dalam teks yang mendiskreditkan gagasan konservatif, eksklusif dan anti-nasionalis sejak awal hingga akhir cerita. Sementara itu, sikap teks yang terlihat mengedepankan kepentingan identitas etnik dengan cara melakukan otokritik, dibaca sebagai strategi yang digunakan teks untuk menumbuhkan kesadaran berbangsa dengan tujuan mengubah kehadramian tradisional menjadi kehadramian yang berorientasi nasional, yakni dengan menyuguhkan gagasan progresif, inklusif dan nasionalis. Faktanya, strategi ini juga merupakan bagian dari cara teks untuk memperlihatkan bahwa Fatimah (1938) mewakili semangat zaman, di mana bangkitnya semangat keindonesiaan diawali dengan gagasan-gagasan yang bersifat etno-nasionalisme. Fatimah (1938) merupakan tonggak lahirnya identitas baru sebagai orang Indonesia berdarah Hadrami sekaligus “corong” bagi Persatuan Arab Indonesia (PAI).

This research identifies Hadhrami descent in Fatimah play script by Hoesin Bafagih (1938). This playscript discusses new discourses of their homeland, Indonesia. This study employed the representation concept (1990) and the identity concept (1997) by Stuart Hall and the nation concept by Anderson (1991). This research investigates the tug-of-war of cultural identity and discovers Hadhrami descent's nationalism represented in the play's characters and characterizations. The research results prove that Fatimah (1938) contains national propaganda by presenting its alignment with Indonesian, not Hadhrami. The alignment is presented by textual signifiers that discredit conservative, exclusive, and anti-nationalist ideas from the beginning to the end of the story. Meanwhile, textual narration that prioritizes ethnic identity through self-criticism is interpreted as the text's strategy to grow national awareness to shift the Hadhrami traditions to national-oriented Hadhrami. This strategy is manifested by presenting progressive, inclusive, and nationalistic ideas. Furthermore, this strategy is the texts' method and shows that Fatimah (1938) represents the zest of times when ethnonationalism ideas initiate Indonesian spirits. Besides, Fatimah (1938) is the pioneer of a new identity as an Indonesian with Hadhrami blood and becomes a tool for the Indonesian Arab Union"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dunia Herishvari
"Melalui narasi dan visual, film merupakan alat yang penting dalam merepresentasikan realita kultural. Penelitian ini menganalisa representasi dari identitas kultural diaspora Asia-Amerika di film Everything Everywhere All at Once (2022). Dengan menggunakan teori identitas kultural oleh Stuart Hall, penelitian ini menganalisis naskah dan sinematografi dari film tersebut secara tekstual untuk mengkaji pembentukan identitas kultural karakter utama, Evelyn Wang, berdasarkan positioning dan interaksinya dengan keluarganya serta dirinya sendiri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagaimana posisi Evelyn yang berada di ruang liminal antara dua budaya membentuk identitas yang unik. Masa lalu Evelyn memberi dampak pada masa kini dan masa depannya dalam bentuk intergenerational trauma yang banyak dipengaruhi identitas kultural yang dimiliki generasi sebelumnya. Selanjutnya, kompleksitas dari proses pembentukan identitas ditunjukkan melalui budaya kolektif dan perbedaan individual yang dimiliki masing-masing karakter.

Using narratives and visuals, films are a powerful tool in representing a cultural reality. This study investigates the representation of the cultural identity of an Asian American in the movie Everything Everywhere All at Once (2022). Using Stuart Hall’s Cultural Identity theory as a theoretical framework, this study textually analyzes the script and cinematography of the film to uncover the main character’s complex identity formation based on her positioning, and relationship with her family and herself. The findings of this research show how her position in a liminal space between two cultures creates a unique identity. Moreover, it is found that her past impacts her present and future in the form of intergenerational trauma that is highly influenced by the former generation’s cultural identity. Lastly, the complexity of identities is highlighted through collective culture and the individual differences of each of the characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurfaizty
"Skripsi ini membahas representasi identitas budaya Shoko sebagai Japanese war bride dalam novel How to Be an American Housewife karya Margaret Dilloway dengan penerapan teori poskolonialisme mengenai konsep identitas budaya oleh Stuart Hall dan konsep hibriditas oleh Homi K. Bhaba. Analisis dilakukan dengan metode kualitatif untuk menelusuri perkembangan identitas budaya Shoko sehingga faktor yang membentuk identitas budaya Shoko, sebab yang menimbulkan ambivalensi di tengah proses mimikri Shoko, dan upaya Shoko untuk mendapatkan identitas hibridanya dapat ditelusuri.
Penelitian menunjukan identitas budaya Shoko berkembang hingga akhir karena faktor internal yang merupakan pikiran dan emosi Shoko dan faktor eksternal yaitu lingkungan sosial Shoko yang memberikan pengaruh terhadap keputusan Shoko memilih identitasnya sebagai hibrida dan unsur budaya Jepang dan Amerika yang membentuk identitas hibridanya.

This study discusses cultural identity representation of Shoko as a Japanese war bride in the novel How to Be an American Housewife by Margaret Dilloway with postcolonialsm theory application about Stuart Hall‟s cultural identity concept and Homi K. Bhaba's hybridity concept. The analysis is done by applying qualitative method to analyze Shoko's cultural identity development and figure out the factors that shape Shoko's identity, causes of ambivalence during mimicry and how she obtains hybridity as her final identity.
The result shows that Shoko's cultural identity development is affected by internal factors, which are her thoughts and emotions, external factor, which is the social environment that give impact to her decision in taking hybridity as her final identity, and Japanese and American cultures that shape the hibridity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S61291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>