Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stein, Ben
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2004
152.41 STE e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Marsha Steffiani Rinaldy
"Perkembangan hubungan interpersonal merupakan tugas penting di masa dewasa muda. Individu dewasa muda akan berfokus untuk membangun hubungan yang kuat dan intimate saat mereka mengalami ketegangan antara intimacy dan isolation. Apabila individu gagal mencapai intimacy, individu dapat mengalami isolation, kesepian, ketakutan terhadap hubungan, dan penyesuaian yang buruk. Salah satu hubungan paling penting yang terbentuk dalam kehidupan individu dewasa muda adalah hubungan romantis. Perbedaan individu dalam menjalani hubungan romantis dapat dijelaskan melalui adult attachment, yang terbentuk dari internal working models berdasarkan pola asuh yang dipersepsikan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perceived parenting style dan adult attachment pada dewasa muda di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 147 individu dewasa muda yang berusia 18-25 tahun, pernah tinggal dengan salah satu atau kedua orang tua, dan pernah atau sedang menjalin hubungan romantis. Pengukuran kedua variabel dilakukan dengan menggunakan alat ukur Parental Authority Questionnaire dan Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi pola asuh otoriter dan anxious attachment (r = 0,287, p < 0.001). Dengan kata lain, makin tinggi tingkat pola asuh otoriter yang dipersepsikan, makin tinggi pula tingkat anxious attachment yang dimiliki. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pola asuh otoriter dan avoidant attachment. Selain itu, persepsi pola asuh otoritatif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan anxious maupun avoidant attachment.

The development of interpersonal relationships is an important task in emerging adulthood. Emerging adults will focus on building strong, intimate relationships as they experience the tension between intimacy and isolation. If they fail to achieve intimacy, they may experience isolation, loneliness, fear of relationships, and poor adjustment. One of the most important relationships that form in an emerging adult's life is a romantic relationship. Differences in how individuals navigate romantic relationships can be explained through adult attachment, which is formed from internal working models shaped by perceived parenting styles. Therefore, this study aims to examine the relationship between perceived parenting style and adult attachment among emerging adults in Indonesia. Participants in this study consisted of 147 emerging adults aged 18-25 years who have lived with either one or both parents and have been or are currently in a romantic relationship. The measurement of the two variables was conducted using the Parental Authority Questionnaire and the Experiences in Close Relationship Scale-Short Form. The results of the correlation analysis showed a positive relationship between perceived authoritarian parenting and anxious attachment (r = 0.287, p < 0.001). In other words, the higher the perceived level of authoritarian parenting, the higher the level of anxious attachment. This study also found no significant relationship between perceived authoritarian parenting and avoidant attachment. In addition, perceptions of authoritative parenting did not have a significant relationship with anxious or avoidant attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stein, Ben
Jakarta: Gramedia, 2006
152.41 STE e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Rini Lesmawati
"Kecemburuan adalah suatu emosi yang dialami ketika individu merasakan adanya ancaman akan kehilangan suatu hubungan yang penting dengan pasangan karena pasangannya merasa tertarik pada 'saingan'. Saingan atau pemicu cemburu itu tidak harus berarti orang ketiga, namun mungkin juga hobi, teman-teman pasangan, pekerjaan dan keluarga pasangan. Reaksi kecemburuan individu terhadap saingan tersebut berbeda-beda, tergantung persepsi individu itu sendiri. Misalnya untuk jenis suspicious jealousy dimana perselingkuhan pasangan masih berupa dugaan, maka reaksi utama yang timbul adalah kecurigaan. Sementara itu, padafait accompkjealousy/ reactive jealousy dimana kejadian pemicu kecemburuan memang nyata, maka reaksi utama yang timbul adalah marah, sedih dan takut cemas.
Selama ini di Pakultas Psikologi UI belum ada penelitian kecemburuan yang berfokus pada reaksi emosional pada lcecemburuan, yaitu marah, sedih, takut/ cemas, curiga- Karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu Skala Kecemburuan dalam Hubungan Romantis yang memenuhi syarat alat ulcur psikologi yang baik, yaitu valid dan reliabel. Kemudian skala tersebut akan dikorelasikan dengan skala Cinta dari Stemberg untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh mengenai kecemburuan dalam hubungan romantisl percintaan. Selain itu, penelitian ini juga akan mencoba melihat berbagai informasi dari hasil penggunaan skala yang relevan untuk diimplikasikan dalam bidang kerja Psikologi Klinis.
Teori yang digunakan meliputi teori tentang hubungan romantis, cinta kecemburuan dan alat ukur pjsikologi. Uji reliabilitas skala dilakukan dengan menggunakan perhitungan koeiisien Alpha Cronbach, sdangkan validitasnya kan diuji dengan melakukan penghitungan konsistensi internal. Sementara itu, korelasi dengan Skala Cinta Stemorg dihitung menggunakan teknik Pearson Product Moment. Selain itu, relevansi temuan dari hasil penggunaan skala ini akan dikemukakan berdasarkan inforrnasi tambahan dan data kontrol dari subyek penelitian. Subyek yang terlibat dalarn penelitian sebanyk 100 orang dengan kriteria usia dewasa muda, berpacaran, pendidikan minimal SMA dan berdomisili di Jabotabek.
Hasil penelitian menyatakan bahwa reliabilitas Skala Kecemburuan dalam Hubunga Romantis memiliki koeiisien Alpha Cronbach sebesar O,972. Setiap kelompok item reaksi emosi (marah, sedih, takut/ cemas dan curiga) memiliki reliabilitas berkisar antara0,892 - 0,9l2. Jadi, skala ini telah memenuhi syarat reliabilitas yang baik. Dengan koeiisien crrected item-tom! correlation setiap item yang > 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa skaa ini memenuhi persyaratan validitas konstruk berdasarkan prosedur konsistensi intemal. Secara total, kedua skala ini tidak berkorelasi karena ada salah satu komponen cinta yang tidak berkorelasi dengan kecemburuan, yaitu Intimacy. Namun, kecemburuan ternyata berkorelasi dengan komponen Passion dan Decision/ Commfxrnent.
Selain itu, penelitian juga menghasilkan bcberapa temuan menarik, diantaranya adalah bahwa pengenalan terhadap pekerjaan pasangan berkorelasi positif dengan kecemburuan terhadap pekeljaan (O, 279 los 0,01 2-tailed); terdapat perbedaan mean jealousy yang signilikan (0,020) antara durasi bcberapa hari dengan beberapa menit dimana mean jealousy untuk durasi beberapa hari lebih tinggi dari pada mean jealousy untk durasi beberapa menit; terdapat perbedaan mean jealousy yang signifikan (0, 026) antara prasaan semakin sebal dengan tidak ada perubahan perasaan terhadap pasangan setelah mengalami kecemburuan dimana kecemburuan lebih besar pada individu yang measa semakin sebal pada pasangan; dan kecemburuan lebih besarjika hanya salah satu pihak yag lebih aktif terlibat dalam hubungan (mengusahakan hubungan agar langgeng dan menyenangkan) dibandingkan jika kedua pihak sama-sama aktii Penelitian ini juga mernberikan satan untuk penelitian lanjutan, penggunaan Skala Kecemburuan dalam Hubungan Romantis untuk bidang kerja Psikologi Klinis Serta saran coping yang konstruktif untuk indiviclu yang mengalami cemburu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Dwi Putri
"ABSTRAK
Keluarga merupakan lingkungan terdekat yang memiliki kaitan dengan diri individu. Fungsi dalam keluarga menjadi faktor pembentuk karakteristik diri individu, termasuk pada keterbukaan diri atau self-disclosure individu. Self-disclosure dibutuhkan individu untuk dapat menjalin hubungan sosial dengan lingkungan di luar dirinya. Pada dewasa muda, self-disclosure dibutuhkan untuk menjalin hubungan dengan pasangan sehingga dapat memenuhi tugas perkembangannya secara baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberfungsian keluarga dan self-disclosure. Partisipan penelitian berjumlah 795 yang terdiri dari perempuan 75.8 dan laki ndash; laki 24,1 yang berusia 21-40 tahun. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device, sedangkan self-disclosure diukur menggunakan Self-Disclosure Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keberfungsian keluarga dengan self-disclosure R = 0.371.

ABSTRACT
Family is the closest social environment that can affect individual self. Family function is one of many factors for shaping individual self, including self disclosure. Self disclosure is needed for everyone to be able to establish social relationship. In young adult, self disclosure is needed to establish relationship with their partner, so they can fulfill their developmental task. This study aims to determine the correlation of family functioning and self disclosure. Participants of this study is amounted to 795, consisting of women 75.8 and men 21.4 aged 21 40 years. Family functioning is measured by Family Assessment Device and self disclosure is measured using Self Disclosure Scale. The result showed a significant correlation between family functioning and self disclosure R 0.371."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bani Athaya
"Mindreading merupakan kemampuan yang berguna dalam membangun hubungan interpersonal. Mindreading dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya karakteristik target. Pada penelitian eksperimen yang dilakukan terhadap 82 perempuan dewasa muda berusia 20-22 tahun ini, dibuktikan bahwa karakteristik jenis kelamin target memengaruhi kemampuan mindreading partisipan. Analisis Mixed-model ANOVA dilakukan terhadap 2 aspek alat ukur SST (Perez-Zapata, dkk., 2016) yaitu akurasi dan response time. Ditemukan bahwa perempuan lebih baik dalam melakukan mindreading terhadap target perempuan dibandingkan target laki-laki pada pengukuran aspek akurasi. Hasil yang sama tidak ditemukan pada aspek response time.

Mindreading is an ability that could be used to build interpersonal relationship. Mindreading can be affected by numerous factors, one of those is characteristic of the target. This experimental research was conducted on 82 female young adult age 20-22 years old. This study found that target's sex does impact participant's mindreading ability. Mixed-model ANOVA was used to analyse 2 aspects of SST (Perez-Zapata, et al., 2016) which is accuracy and response time. This research found that female have a better accuracy in mindreading ability towards female target. The same result does not apply to the participant's response time."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjut Dhila Rehan
"ABSTRAK
Ketika memasuki masa dewasa muda, manusia ada pada tahap intimacy dan memulai untuk membangun suatu hubungan romantis. Salah satu upaya untuk mempertahankan hubungan romantis tersebut bisa dengan melakukan pengorbanan. Pengorbanan yang dilakukan seseorang dilandasi dengan dua motif, motif approach dan motif avoidance. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara komitmen dan motif berkorban dan juga melihat peran extraversion sebagai moderator. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 985 dewasa muda yang sedang menjalin hubungan berpacaran. Partisipan diminta mengisi kuesioner yang terdiri dari alat ukur komitmen, motif berkorban dan extraversion. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara komitmen dan motif berkorban baik motif approach (p>0.000), maupun motif avoidance (p>0.001). Hasil lainnya juga ditemukan bahwa extraversion tidak berperan sebagai moderator pada hubungan komitmen dan motif berkorban. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa individu yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi akan lebih cenderung untuk melakukan pengorbanan baik dilandasi dengan motif approach maupun motif avoidance tidak bergantung dari tingkat extraversion.

ABSTRACT
In young adulthood, individuals are at the intimacy stage and begin to build a romantic relationship. To maintain a romantic relationship, it can be by making sacrifices. Individual sacrifices are based on two motives, approach motives and avoidance motives. This research was conducted to see the relationship between commitment and motives of sacrifice and also see the role of extraversion as a moderator. The participants in this study amounted to 985 young adults who were dating. Participants were asked to complete a questionnaire consisting of commitment, motives of sacrifice and extraversion measures. Based on the results of the analysis, it was found that there was a relationship between commitment and motives of sacrifice in both approach motives (p> 0.000), and avoidance motives (p> 0.001). Other findings also show that extraversion does not act as a moderator in the relationship of commitment and motives of sacrifice. Thus, the results of this study indicate that individuals who have a high level of commitment will be more likely to make sacrifices based on either the approach motives or avoidance motives and not dependent on individuals extraversion level."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bolton, Robert
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1979
301.11 BOL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>